Runner Up Girl
Runner Up Girl
Sudah pasti tak bisa diikat.~ Bahkan tidak eoeok diberi aksesori
apa
pun. Bukannya bertambah eantik, hiasan rambut justru
membuatnya kelihatan konyo!. Maklum, Mira tomboi abis.
"Kamu juga cantik! Aku memang memiliki rambut panjang, tapi
tidak punya mata lebar, berbinar, dan bening seperti matamu,
Mir!"
"Mmm... t api kamu memiliki adik lucu!"
"Kamu punya rumah megah dengan segala macam fasilita s
kamplet," sahut Kelly tak mau kalah.
"Kamu punya ibu yang pintar memasak dan sangat
baik!"
"Kamu punya ibu dan ayah kaya raya!" sahut Kelly
lagi.
"Ah, sudahlah, kita memang nggak sarna, dan karena itulah
persahabatan kita langgeng. Iya, kan?" Mira tidak ingin
melanjutkan perdebatan. Kelly tidak menyahut. Oia justru
menghentikan langkahnya. Matanya melotot ke satu arah. Mira
ikut berhenti
dan memandang Kelly dengan heran. Karena Kelly bergeming,
Mira segera mengalihkan pandangan ke arah yang sarna dengan
tatapan Kelly. Oi depan rumah megah di tepi jalan searang
cowok tengah memperhatikanmereka. Gelagatnya seolah
" Dadaaah, Riku!" seru Kelly saat mereka berpisah menuju kelas
masing-masing. .
"ih... kegenit an deh, Kel!" tegur Mira pelan.
"Aduh, Mir. Riku cakep banget! Kulit cokelat, sorot Mata tajam,
hidung mancung, dan tubuhnya atletis banget !" Kelly mulai
nyerocos. Anak itu memang nggak pernah lihat cowok ganteng.
Bawaannya suka histeris, kayak melihat aktor-aktor Korea di
film Korea kegemanranya.
papamu juga berkulit cokelat, bermata tajam, dan Hidung
mancung. Tubuhnya atletis!" kata Mira yang sekarang duduk di
bangkunya dan sedang memasukkan tas ke atas meja.
"lh, Mira!" sungut Kelly sewot.
"Mmm, apa kelak aku juga akan menyukai cowok seperti
papaku? Tinggi, kalem,berkacamata, rapi, dan...punya otak?"
ucap Mira, nyaris bergumam.
"Emang Riku nggak punya otak?"
"Vee, sewot amat. Aku kan tidak sedang membandingkan
papaku dengan Riku. Lagian, kamu udah lupa ya. ada tujuh
kecerdasan majemuk. Nah, pada Riku jelas kecerdasan
kinestetiknya yang dominan dan kayaknya interpersonalnya juga
bagus tuh!"
Kelly mengangguk-angguk. Kelly sadar betul bahwa Mira anak
yang sangat cerdas, suka berpikir, dan gemar membaca.
Sedangkan Kelly lebih suka mengurus rumah, melakukan halhal yang berhubungan dengan keterampilan tangan dan
"Ada yang sakit dan butuh obat, ya?" Riku bertanya lagi.
"Iya. Ternan di sebelah kamu itu kan butuh obat khusus.Siapa
tahu aku bisa nemuin obat yang bisa membuat wajahnya lebih
enak dilihat. Krim anticemberut, mungkin. Atau kalau mau
cepat sih aku bisa beliin puyer dosis tinggi sekalian!"Riku dan
Kelly lagi-Iagi terbahak.
" Ih, mana mungkin aku jatuh cinta sarna cowok robot kayak
gitu!" sambar Mira sambil pura-pura bergidik.
"Apalagi aku, balas Aoi. "Mending aku jomblo daripada punya
cewek .cabe rawit kayak kamu! Mulut kamupedes, tau!"
"Mending cabe rawit," Mira tak mau kalah.
" Biarpunpedes, banyak orang butuh dan suka cabe rawit.
Rumah makan yang banyak menu sambalnya malah lagi musim
dan laris manis. Nggak kayak robot, yang cuma bisa
menjalankan perintah, kaku kayak benda mati, dan nggak semua
orang butuh!"
Aoi makin kesal pada Mira. Dia ingin membalas katakata Mira,
tapi Riku keburu berdiri dan melerai pertikaian mereka. "Hei,
sudah... sudah! Kok malah bertengkar sih?" Riku geleng-geleng
melihat kelakuan dua temannya. "Sebentar lagi bel. Yuk kita ke
kelas!"
Kelly segera berdiri, lalu menarik tangan Mira. Sebenamya Mira
belum puas. Dia masih ingin berbalas kata-kata pedas dengan
Aoi. Namun bel istirahat berakhir bakal terdengar sebentar lagi.
Pelajaran berikutnya biologi. Guru biologi mereka t idak
memberikan toleransi
sedikit pun kepada anak yang terlambat masuk pelajarannya.
Mau takmau Mira mengikuti langkah Kelly yang bergegas
menuju kelas.
"Ih... aku nggak nyangka kamu punya teman seperti Lucifer
gitu!" kata Aoi pada Riku sepeninggal keduacewek itu.
Kini Mira kebingungan sendiri. Koleksi baju yang kecewekcewekan itu lucu-lucu. Variasi model, motif, dan warna sungguh
menarik. Seperti apa penampilan Mira saat mengenakan gaun?
Haha, pasti aneh. Rambut Mira kan cepak. Ditambah
pembawaannya yang tomboi, sudah pasti Mira bakal terlihat
ajaib.
Apa aku coba dulu aja ya? Siapa tahu cocok.
Mira geli sendiri. Namun dibawanya juga dua gaun ke kamar
pas. Satu gaun kerut di bagian dada dan memakai tali bahu, satu
lagi gaun bergaya vintage tanpa lengan dan berkerah runcing.
Mira agak ragu saat berjalan menuju kamar pas. Sesekali ia
menoleh ke sekeliling, takut kepergok Riku dan Kelly, atau
kenalan yang mungkin sedang berkeliaran di mal ini. Maklum,
Mira menganggap dirinya sedang bersikap konyol. Tapi tak
apalah, buat variasi hidup, pikir Mira. Mira mematut diri di
depan cermin. Hahaha, aneh sekali! Ingin rasanya dia tertawa
sampai puas, tapi takut didatangi pramuniaga atau satpam.
Terpaksa dia menahan tawa dengan menggigit bibir. Mumpung
sendirian di kamar ganti, Mira bergaya bak foto model yang
tengah berpose untuk pemotretan sampul majalah. Lagi-lagi,
tawa Mira hampir meledak.
Bertingkah konyol ternyata kadang diperlukan untuk membuat
rileks pikiran. Karena itu, Mira tak ragu-ragu membawa dua
gaun yang telah dicobanya ke meja kasir. Dia bisa mencobanya
lagi di rumah sepulang nanti. Bahkan komplet sambil
berlenggak-lenggok Seperti peragawati di catwalk. Mira
tersenyum sendini memikirkan hal itu.
Hai! Seseorang menepuk punggung Mira.
Kalah atau menang, kamu tetap puas, karena kamu belajar dan
prosesnya, bukan mencari hasil semata.
Mira menerawang jauh, bagaimanapun dia belum bisa menerima
saran Riku. Tidak kali ini. Mira akan berjuang mati-matian
untuk menjadi ketua OSIS. Dia berjanji melakukan itu untuk
kepuasan dirinya, bukan untuk mamanya.
Oke, kita ke mobilku yuk! Sopirku menunggu. Oh iya, ada
baiknya kamu telepon Kelly, supaya dia nggak cemas. Tadi HPnya ketinggalan, dan aku memintanya untuk menghubungimu
setibanya di rumah.
Mira mengangguk, kemudian mencoba tersenyum pada Riku,
meski belum berani menatap mata cowok itu yang selalu teduh.
Mira masih malu, karena dininya begitu lemah. Dikeluarkannya
HP dan kantong celana dan dicarinya nomor Kelly. Namun, HP
Mira keburu berbunyi.
Kelly, kata Mira pada Riku. Halo, Kel...
Mira, kamu di mana? Baik-baik saja, kan? Aku khawatir sekali.
Kalo kamu hilang bagaimana? Nanti aku dimarahin mamamu
deh! Eh, kamu sudah sampai wmah keliling-keliling di mal?
Riku belum sih? Atau masih nyariin kamu tuh...
Stop, cereweeet! Aku sudah sama Riku nih! potong Mira.
Mira dan Riku terbahak-bahak Ah, untunglah malam itu
berakhir dengan tawa.
BEBERAPA hari kemudian Mira sudah ceria kembali. Ia
bernyanyi riang dalam perjalanan ke sekolah. Kaki jenjangnya
***
Oh... iya! Aku juga suka bulu hidungnya yang radar ada nongol
ke luar. Menurutku seksi, tau! Trus kalau dia sedang nyanyi,
badannya rada goyang-goyang gitu deh. lh, keren sekali. Aku
juga suka cara berjalannya. Tiap berangkat sekolah dia berjalan
di sampingku.
Mira buru-buru menutup telinga dengan headset dan
mendengarkan musik. Sepertinya tidak bisa dicegah lagi, Kelly
tak akan berhenti bicara tentang Riku sampai tenggorokannya
serak. Mira! Kamu nggak dengar ya?! Kelly sewot begitu
menyadari sahabatnya itu memakai headset. Tangannya
mencabut headset di telinga Mira.
Habis, kamu ngomongnya nyerocos kayak kereta api sih.
Telingaku sakit dan kepalaku hampir meledak mendengar nama
Riku.
Trus, gimana dong? Aku berbunga-bunga nih. Kayaknya aku
nggak bakalan bisa deh hidup tanpa dia. Aduh... menurutmu dia
akan menerimaku nggak? Mira sampai bengong melihat
kelakuan Kelly.
Ya ampuuun! Sampai segitunya! seru Mira sambil gelenggeleng.
Yah, mana kita tahu kalau kamu nggak ngomong ke dia?
Makanya buruan tembak! Jadi kamu akan segera tahu dia suka
sama kamu apa nggak!
Kalau aku ditolak gimana? Kan tengsin! Kelly menggigit
bibir.
***
***
Kelly tidak langsung pulang. Dia malu pada mama dan adiknya
karena bisa dipastikan dia tidak bisa menahan tangis
sesampainya di rumah. Dia memilih ke rumah Mira dulu. Di
rumah Mira sepi, jadi Kelly bisa nangis jejeritan sesuka hati.
Oh, Riku pasti mengerti. Itu reaksi wajar kok. Kamu harus
ingat, dia sangat dewasa dan tidak berpikiran sempit seperti kita.
Kan kamu sendiri yang bilang ke aku bahwa Riku dewasa,
bijaksana, blablabla... Mira memerot-merotkan bibir. Tapi dia
menahan diri untuk tidak terus menggoda Kelly karena Kelly
kembali mew ek. Besok kamu harus sekolah, dan lihatlah
betapa dunia masih baik-baik saja. Riku akan tetap menunggu
kita di depan pintu gerbang rumahnya, sambil tersenyum tentu.
Tapi jangan singgung-singgung masalah ini, ya? pinta Kelly
memelas. Aku malu. Hiks!
He hem. Mira mengangguk sambil tersenyum.
Kelly tersenyum, lalu memeluk Mira erat.
Mira lega, Kelly akhirnya bisa tersenyum kembali. Mira yakin
Kelly bakal mampu mengatasi masalah itu sendiri.
***
Mir, jangan salah sangka. Aoi baik banget Iho. Dia bisa bekerja
sama dengan siapa pun, termasuk kamu, jelas Riku sabar.
Mira mendesah. Hatinya masih kesal. Tapi dia mau juga jalanjalan ke taman kota bersama Riku dan Kelly. Tentu saja setelah
Riku meyakinkan Mira bahwa Aoi nggak akan ada di sana.
Gimana, udaranya segar, kan? Jadi pikiranmu ikut segar dan
hatimu terbawa nyaman, kata Riku.
Mereka duduk di tepi danau kecil di tengah taman. Untuk sesaat
mereka hanya diam dan menikmati pemandangan asri. Air
danau beriak lembut, angin berembus sepoi-sepoi. Benar kata
Riku, pikiran Mira menjadi lebih tenang, hatinya pun berangsur
senang.
Aku punya cerita, Riku membuka suara. Dulu waktu kelas
10, aku kalah telak saat adu gol dengan anak kelas 11. Anak itu
berhasil mencetak lima gol, sedangkan aku hanya mampu satu.
Kemudian selama di kelas 10 aku menjadi pesuruhnya. Sakit
banget rasanya. Tapi aku tetap menjalaninya. Hanya saja aku
bersumpah, aku akan menjadi pemain terbaik di kelas 11. Rasa
sakit itu menyemangatiku untuk berjuang dan berlatih lebih
keras. Lihatlah, sekarang aku berhasil. Aku menjadi bintang
lapangan hijau. Tiap bertanding selalu ada gol-gol indah dan
kakiku.
Idiih, kenapa kamu mau menjadi pesuruhnya? tanya Kelly
heran.
Waktu itu kami taruhan. Yang kalah jadi pesuruh yang
menang. Bagaimanapun aku harus konsisten dengan
perkataanku sendiri. Permainan bola butuh sportivitas tinggi.
Maksudmu... aku juga harus belajar dan Aoi, gitu? tanya Mira
dengan nada datar.
Yap! Kalau kamu mau belajar darinya, tahun depan aku yakin
kamulah yang jadi ketua OSIS. Aoi pasti mengajarimu banyak
hal. Tentu saja kalau kamu mau bersikap rendah hati sedikit,
imbuh Riku.
Mira mengangguk-angguk. Kata-kata Riku benar-benar tepat
mengenai sasaran. Mira semakin mengagumi Riku. Benar kata
Kelly, Riku sangat bijaksana dan dewasa. Mira bertekad menjadi
pribadi yang lebih baik lagi. Tapi benarkah Aoi sebaik yang
dikatakan Riku? Maukah Aoi bekerja sama dengan Mira yang
sejak awal tidak menyukainya? Mira menelan ludah. Dia takut
dirinya bakal menjadi bulan-bulanan Aoi seperti yang dilakukan
Ruto pada Riku.
Mira takut Aoi mengejek dan menyuruhnya ini-itu.
Dirinya bakalan tampak seperti pelayan, bukan wakil OSIS.
Mira dan Aoi telanjur saling benci. Mungkinkah Aoi bisa
menerima Mira?
Ah, Mira sungguh tak bisa menebak.
PELANTIKAN pengurus OSIS berjalan lancar, walau ketua dan
wakilnya tak bertegur sapa sama sekali. Sebetulnya sudah
banyak yang curiga pada ketidakharmonisan Aoi dan Mira. Tapi
gosip belum berkembang. Belum ada yang menanyakan hal
tersebut langsung kepada Mira. Seusai pelantikan, Mira buruburu kembali ke kelasnya.
Jauh banget dan sini. Aku tadi naik bus sampal dekat rumah
Riku, kemudian jalan ke sini.
Lho, kok Riku nggak ikut sekalian ke sini?
Riku mau nganterin mamanya belanja, balas Aoi. Oh, begitu.
Pulangnya bagaimana dong? Kalau balik dulu ke rumah Riku,
dia kan nggak ada?
Aoi tersenyum. Kan aku bisa naik bus dan sini. Tadi aku
mampir di rumah Riku karena aku nggak tahu rumahnu.
Hehe, iya ya. Duh, aku kok mendadak jadi bego begini sih!
Mira garuk-garuk kepala.
Karena berhadapan denganku? Aoi menjulurkan lidah.
ldih! Pede banget sih kamu! pekik Mira sebal. Karena
otakmu dipenuhi ambisi, Non. Makanya jadi orang jangan
terlalu jutek. Nanti cepat tua!
Mira merengut lagi. Aoi memang pintar dan sabar kalau sedang
menjelaskan sesuatu. Tapi kalau sudah menyangkut diriinya
sendiri dan Mira, cowok itu lagi-lagi bersikap judes.
Menyebalkan!
Eh, minta minum lagi dong, pinta Aoi. Mulutku sampai
kering nih, gara-gara harus menjelaskan panjang lebar tugastugasmu tadi.
Mira baru akan mengambilkan minuman ketika terdengar suara
jeritan dan arah dapur. Mira dan Aoi segera berlari ke dapur.
Mbak Nunuk, pembantu rumah tangga Mira, tengah duduk di
Sejam lalu mereka baru saja pulang dan rumah Mei. Cewek
cantik itu didaulat menjadi ketua panitia pentas seni sekolah
yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Berhubung hujan,
Mira berinisiatif membawa mobil untuk menjemput Aoi yang
sedang berada di rumah Riku. Dan situ keduanya menuju rumah
Mei. Eh, pulang dan rumah Mei, mereka malah kena tilang.
Kalau mamanya tahu, Mira pasti disemprot habis-habisan. Itu
yang membuat Mira gemetar. Dibandingkan pada pak polisi,
Mira lebih takut pada mamanya.
Aoi mengempaskan tubuh di sisi Mira. Dia mendesah panjang,
lalu menatap Mira penuh belas kasihan. Maaf ya, Mir.
Masalahnya malah jadi runyam begini.
Ini salahku kok. Mira berbesar hati mengakui kesalahan.
Tapi... siapa yang akan mengeluarkan kita dari sini?
Orangtuaku lagi di luar kota. Kalaupun orangtuaku ada di sini,
aku takut dirnarahi Mama. Mira kian sedih.
Ayahku sedang dalam perjalanan kemari. Tenanglah. Aoi
mencoba tersenyum. Dia merangkul bahu Mira dan menepuknepuk lengan Mira supaya gadis itu merasa tenang.
Mira memang merasa lebih tenang. Perhatian Aoi
menghangatkan hatinya. Mira tidak menyangka Aoi begitu tegar
dan mandiri. Tak tampak sedikit pun ketakutan di wajah Aoi.
Kamu nggak takut, Aoi? tanya Mira.
Aku nggak takut apa pun, Mira, desis Aoi. Hidupku nggak
semulus hidupmu. Aku terbiasa dengan situasi yang nggak
nyaman. Hal seperti ini akan segera berlalu. Jadi, kenapa harus
takut?
Mei lagi... Mei lagi! Mei yang mirip cemara angin yang habis
terbakar itu, kan? Kurus kering, tinggi, sampai ngomong saja
nggak becus karena kehabisan energi.
Sebenarnya Mira ingin tertawa mendengar komentar ayah Aoi
tentang Mel, si foto model itu, tapi ditahannya sekuat tenaga.
Mira jadi tahu ayah Aoi tidak menyukai Mei dan mungkmn
gadis lain yang seperti Mei. Entahlah, mungkin ayah Aoi tidak
menyukai gadis macam apa pun. Buktinya, kepada Mira yang
sangat berbeda tipe dengan Mei, ayah Aoi pun bersikap antipati.
Yah, Mei kan teman Aoi. Biarpun seperti itu, Mei baik kok!
Aoi membela Mei.
Cari teman yang sepadan. Jangan cari teman kaya. Bisa hancur
kamu nanti. Orang kaya hidupnya di awing-awang, tidak seperti
kita, cetus ayah Aoi. Tegas dan dingin.
Deg! Mira makin mengerut di tempat. Seolah tubuhnya
mengecil begitu saja hingga tak kelihatan. Sepertin ya ayah Aoi
tidak menyukai orang kaya, padahal tak semua orang kaya
seperti yang ada dalam pikirannya.
Mobil berhenti di carport rumah Mira yang megah. Aoi dan
ayahnya segera turun, lalu menyerahkan kunci mobil pada Mira.
Saya sudah mengantarmu pulang dengan selamat. Sekarang
kami pulang. Tenma kasih. Salam untuk orangtuamu, kata ayah
Aoi, tetap tanpa senyum.
Saya mohon mampirlah dulu, Oom. Minum teh hangat dulu
dan makan malam. Mbak Nunuk bisa menyiapkannya untuk
Oom dan Aoi. Orangtua saya sedang di luar kota, balas Mira
takut-takut.
Terima kasih. Tapi maaf, kami harus segera pulang. Selamat
malam, kata ayah Aoi, kemudian berlalu.
Aoi tak sempat berkata apa-apa pada Mira, dia langsung
mengejar ayahnya.
Mira masih termangu di sisi mobil, menatap dua punggung yang
kini tak tampak lagi. Mira mendesah sedih, kemudian berbalik,
lalu duduk di teras.
Kenapa ayah Aoi seperti itu? tanya Mira pada dirinya sendiri.
Mira menggeleng-geleng bingung. Sedih juga ada orang yang
sebegitu bencinya pada orang kaya tanpa sebab. Menurut Mira,
ayah Aoi picik sekali karena menyamaratakan semua orang kaya
sebagai orang yang nggak baik. Mira tak mengerti apa yang
dimaksud ayah Aoi, tapi sungguh, dia gelisah setelah bertemu
ayah Aoi yang kaku dan menyeramkan.
***
Aoi!
Mira berlari kecil menghampiri Aoi yang sedang duduk
sendirian di pinggir lapangan sepak bola. Aoi sedang membuka
bekal dan bersiap makan.
***
***
Bergaul boleh. Tapi ingat, kamu tidak boleh jatuh cinta pada
cowok yang tidak jelas status sosialnya. Tidak baik buat masa
depanmu!
Mira mematung, nanar menatap Mama yang masih asyik
sarapan sambil niembaca koran. Kata-kata yang meluncur
dengan nada datar dan mulut mamanya begitu menohok hati
Mira.
Mama mendongak, menatap Mira. Kok malah melamun? SI
ketua OSIS apamu? Bukan pacarrnu, kan?
Kali ini Mama menatap Mira dengan penuh selidik, rnembuat
Mira salah tingkah.
Dia hanya teman kok, jawab Mira lirih.
Mamanya menatapnya tajam. Benar?
Mira mengangguk.
Tapi matamu mengatakan yang sebaliknya. Sore nanti Mama
akan ajak kamu belanja. Kamu boleh membeli apa saja yang
kamu inginkan. Sekarang Mama mauistirahat sebentar, lalu ke
salon. Mau ikut?
Mira melipat wajah. Mamanya selalu mengimingi minginya
barang mewah. Mira sudah hafal hal itu dan dia tidak tertarik.
Tapi Mama juga pantang ditolak. Mira harus selalu menuruti
kemauannya, bahkan dalam hal memberi hadiah pun, Mira
dipaksa menerimanya. Tapi kali mi dada Mira sesak karena
mengingat Aoi. Seandainya Mama tahu keadaan Aoi. Jika saja
Mama melihat rumah Aoi. Kalau Mama kenal ayah Aoi. Sudah
Mbak Kelly dan Mas Riku juga nggak tahu Non pergi ke
mana.
Sudahlah, Mbak. Nggak penting lagi sekarang.
Non, ini Jakarta. Mbak khawatir Non diculik. Lain kali kalau
pergi HP-nya diaktifkan. Hampir saja tadi mama Non lapor
polisi saking cemasnya.
Mira termenung.
Tiba-tiba Mama memasuki kamar dengan wajah datar,
kemudian duduk di tepi ranjang. Mir, ke mana kamu seharian?
Mama hampir mati ketakutan. Mama takut kamu kenapa-napa.
Tolong jawab Mama sejujurnya. Mama janji nggak akan
marah, pinta mamanya.
Mira memiringkan tubuh, kemudian menarik selimut hingga
menutup kepala. Mira menangis tertahan. Dia belum siap
berbicara pada mamanya. Mira tahu mamanya pasti marah.
Nggak mungkin nggak marah kalau tahu Mira jadi seperti itu
gara-gara seorang cowok.
Mama mendesah panjang. Mama janji nggak akan marah, asal
kamu bercerita jujur. Kamu ke mana tadi?
Tubuh Mira berguncang. Tangisnya meledak. Dia tetap menutup
mulut rapat-rapat karena betul-betul tidak mau membagi
kisahnya tentang Aoi.
Mama menyerah, dan tidak lagi membujuk Mira bicara. Dia
meninggalkan Mira dan Mbak Nunuk yang ikut menangis.
***
Hei, kalian berdua kok ada di sini? Riku datang dan menyapa.
Aku menunggu kalian di jalan, kok nggak lewat-lewat.
Temyata sudah sampai di sini. Ada apa? Mau bertemu siapa di
kelasku?
Mira dan Kelly tidak menjawab. Dua cewek itu terlihat bingung.
Riku merasa ada yang tidak beres saat dia menatap Mira.
Mira? Kamu pucat banget! Oh iya, ke mana seharian kemarin?
Kami ikut cemas karena nggak mendengar kabarmu.
Mira hanya mengangkat bahu dengan lesu. Riku menatap Kelly
dengan pandangan bertanya. Kelly menggeleng. Dia juga tidak
tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Mira menunggu
Aoi, sahut Kelly.
Biasanya Aoi sudah datang jam segini, kata Riku, kemudian
melongok ke kelas. Aneh. Biasanya dia datang paling awal Iho.
Sungguh!
Riku kemudian mengambil HP dan dalam tas. Dia beru saha
menghubungi Aoi. Aneh. HP.nya nggak aktif tuh! Memangnya
ada masalah apa antara kamu dengan Aoi, Mir?
Mira menggeleng. Matanya yang kemerahan terus menatap
lorong depan kelas, berharap Aoi muncul dari kejauhan.
Kelly mendesah. Dia menemani sahabatnya itu menanti Aoi.
Namun hingga bel masuk berbunyl, Aoi tak juga muncul.
Mir, aku masuk kelas dulu, ya. Mungkmn Aoi terlambat. Atau
kalau hari ini dia nggak datang, nanti sepulang sekolah aku antar
kamu ke rumahnya, kata Riku sebelum masuk kelas.
***
Mira pucat. Jadi... Aoi putra mantan pacar Mama? Mama gadis
kaya raya yang mencampakkan Oom Oscar setamat kuliah itu?
Mama orang yang membuat Oom Oscar terpuruk bertahuntahun hingga dia membenci orang kaya? Mira nyerocos
membabi buta. Air matanya berlinang.
Mama menatap Mira dengan pandangan heran. Maksudmu?
Mira heran ketika Oom Oscar tahu resep minuman jahe sereh
itu. Kini Mira mengerti mengapa Oom Oscar melamun saat
menikmati minuman yang Mira buat. Sekaligus Mira paham,
mengapa Oom Oscar sering menatap Mira dengan pandangan
aneh. Karena Mira mengingatkan dirinya pada Mama! seru
Mira, nyaris histeris.
Mir? Mira... Katakan pada Mama, benarkah ayah Aoi adalah
Oscar?
Mira menangis keras-keras. Mira mengerti sekarang, mengapa
Aoi nggak rnau menemui Mira lagi. Pasti ayahnya sudah tahu
lama mengenai Mira, lalu melarang Aoi berhubungan dengan
anak mantan pacarnya.
Mama Mira sesenggukan. Ia merasa bersalah sekali pada Mira.
Semua penderitaan Mira ternyata disebabkan perbuatannya, ibu
kandungnya sendiri. Mama Mira menangis sedih. Bagaimana
mungkin masa lalunya kembali muncul dan terkait dengan kisah
cinta anaknya saat ini?
Mira, tenanglah. Mungkin ada hal lain yang membuat Aoi tidak
bisa menemuimu, hibur Mama.
***
***
Nggak usah, Mbak. Nanti Mira diantar Pak Bardi kok. Jangan
khawatir. Mobilnya bisa parkir di ujung gang. Mira jalannya
dekat saja.
Ya sudah. Tapi Pak Bardi disuruh menunggu ya, Non. Jadi
pulangnya sama-sama lagi.
Iya, Mbak, sahut Mira sambil menata masakan dan puding di
rantang Aoi, yang dulu dipakai untuk makanan Mira sewaktu di
rumah sakit.
Mira berdandan rapi. Dia ingin tampil cantik, meski badannya
agak kurus dan matanya masih terlihat cekung. Sepanjang
perjalanan Mira tersenyum. Hatinya semarak membayangkan
pertemuannya dengan Aoi. Mira sungguh berharap Aoi akan
senang bertemu dengannya.
Tunggu ya, Pak, kata Mira saat dia turun di ujung gang.
Pak Bardi mengangguk. Hati-hati, Non.
Mira tersenyum, kemudian berlalu pergi. Dia girang dan lega
saat melihat pintu rumah Aoi terbuka.
Permisi... , kata Mira sambil melongok ke dalam.
Hei, Mira! Ayah Aoi yang sedang membaca koran Iangsung
berdiri. Dia menyambut Mira dengan ramah. Ayo masuk!
Mira duduk di ruang makan sambil meletakkan rantang. Ini
saya yang masak, buat Oom dan Aoi.
Wah Terima kasih ya. Apa ini? tanya ayah Aoi sambil
membuka rantang. Matanya berbinar begitu melihat masakan
Dia akan meraih masa depan yang lebih baik bila bersama
ibunya. Oorn bukan ayah yang baik buat dia. Oom terlalu sibuk
dengan pekerjaan Oom.
Tapi, tapi... Aoi nggak pemah mengeluh. Aoi sayang Oom.
Bahkan, saya merasakan kehangatan sebuah keluarga saat
berada di sini. Mengapa, Oom? Mengapa Aoi pergi? Itu yang
terbaik, Mira.
Air mata Mira semakin deras mengalir di pipinya. Oom, semua
ini karena saya, kan? Oom nggak mau Aoi dicampakkan orang
kaya? Oom nggak mau putra Oom berhubungan dengan putri
Lulu, perempuan yang telah menyakiti hati Oom. Begitu, kan?
Sejenak ayah Aoi terkejut. Dia tak rnenyangka Mira telah
rnengetahui masa Ialunya bersama rnarnanya.
Mira, tolong mengertilah. Bukan itu alasan Oom mengirim Aoi
pada ibunya. Oom hanya ingin Aoi bersekolah di tempat yang
lebih baik. Oom ingin Aoi jadi orang sukses, tidak seperti
Oom.
Mira terisak. Saya nggak bersalah, Oom. Saya nggak harus
menebus dosa-dosa Mama pada masa lalu. Saya bahkan ingin
sekali menunjukkan pada Oom bahwa saya sayang banget sama
Aoi. Saya nggak akan pernah meninggalkan Aoi seperti Mama
dulu ninggalin Oom. Saya sayang sekali sama Aoi!
Mira, itu hanyalah emosi sesaat. Cinta monyet yang menggebu,
tapi kelak bila terbentur ganasnya hidup, cinta itu akan luntur.
Kamu terlalu muda untuk mengerti kehidupan, Mira.
***