Anda di halaman 1dari 25

 Alun-alun Bandung dibangun sekitar

tahun 1811, segera setelah pemindahan


ibukota dari Krapyak (sekarang
Dayeuhkolot) ke Cikapundung, satu
tahun sebelumnya. Lokasi yang baru ini
terletak tepat di pinggir Jalan Raya Pos
(de Groote Postweg) yang dibangun
Belanda pada tahun 1811 untuk
membendung serangan Inggris.
 Sebagai sebuah kota dibawah
kekuasaan Belanda, selain keempat
elemen inti diatas, Belanda kemudian
menambahkan pula beberapa elemen
yang lain: sebuah benteng (loji) di sisi
utara __menggantikan balai kota ('bale
bandung'), sebuah penjara, kantor pos,
kediaman resmi Asisten Residen, serta
barak militer di arah barat
 Alun-alun sebagai ruang terbuka
publik adalah salah satu fasilitas
umum sebuah kota yang harus
disediakan oleh pemerintah kota,
sebagai pemenuhan hak warga
kota,
 Tahun 2003 beralih fungsinya
sebagian Alun-alun menjadi
bagian dari perluasan ruangan
Masjid Raya Bandung dan sisanya
menjadi halaman depan masjid.
 Perubahan ini diharapkan
meningkatkan gairah ritual
keislaman dan aktivitas sosial
keagaman didalamnya ( Danny
Setiawan )
• Alun-alun ini berupa lapangan luas
yang dikelilingi oleh pusat
pemerintahan (kantor
camat/bupati/walikota), pasar,
(atau kantor
polisi/militer/keamanan) dan
tempat peribadatan.
• Yang membedakan dari Alun-alun
masa kini adalah dibangunnya dua
lantai bawah tanah (basement)
yang digunakan untuk lahan parkir.
• Pagar besi sebagai batas yang
mengelilingi alunalun dan mesjid
raya bandung
• Terdapat air mancur dan beberapa
taman serta tempat duduk
Nilai + :
• Tempat berinteraksi antara
masyarakat, terutama pada sore
hari atau hari-hari libur dengan
berduduk-duduk ditaman di taman
• Tempat menunggu adzan maghrib
ketika berbuka puasa, khususnya
pada bulan puasa.
• Dengan adanya tempat parkir
bawah tanah, alaun-alun ini dapat
dikunjungi oleh orang-orang luar
Bandung
• Dengan tidak direncanakan,
terdapat kegiatan ekonomi mikro.
Nilai - :
• Karena ruang terbuka alaun-alun
ini bersatu dengan pelataran
masjid, maka kegiatan ekonomi ini
menghabiskan ruang bagi
pedestrian
• Lokasi ruang terbuka ini menjadi
kotor karena banyak sampah
meskipun telah disediakan
beberapa tong sampah/tempat
sampah disekitarnya
• Terjadi kriminalitas yang tinggi
karena aktivitas yang ditimbulkan
• Menjamurnya para pengamen
dan pengemis
 Pembangunan alun-alun kota yang bersatu dengan Masjid Raya
Bandung diharapkan dapat menambah nilai keimanan atau gairah
dalam menjalankan aktivitas keagamaan tidak membuahkan hasil ,
bahkan dengan banyaknya kegiatan manusia di sekitar ruang
terbuka ini sering menimbulkan kriminalitas
 Ketidaknyamanan bagi pengguna ruang terbuka yang ingin
beristirahat/ sekedar melepas lelah sambil duduk-duduk ditaman
dengan adanya para pengemis dan pengamen
 Dengan adanya sektor informal, mengurangi nilai estetika , terlebih
lagi sampai ke pelataran masjid.
 Faktor pendorong perubahan/pertumbuhan padaq ruang terbuka
seperti alun-alun diantaranya Kebijakan Pemerintah, Aktivitas
Masyarakat, Perdagangan dan Pencapaian /Aksesibilitas. (Dadang
Ahdiat, 1993).
sumber gbr: indrakh.wordpress.com
 Lapangan Gasibu(Gabungan Sepak
Bola Bandung Utara) sebagai
pendukung bangunan Gedung Sate,
seiring waktu menjadi tempat
berkumpulnya masyarakat Bandung
dalam berbagai aktifitas.
 Lapangan Gasibu merupakan ruang
terbuka sejak tahun 1950 (Lapangan
Diponegoro), kemudian menjadi
permukiman liar (1960) dan akhirnya
menjadi lapangan olahraga.
Kemudian dibangun taman kota dan
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa
Barat yang memperkuat sumbu utara-
selatan dari Gedung Sate(1995).
(Damajani, 2007)
 Lapangan Gasibu hingga Monumen
Perjuangan Rakyat Jawa Barat
direncanakan sebagai ruang urban yang
memperkuat kesan formal Gedung Sate
sebagai gedung pemerintahan, akan
tetapi masyarakat di sekitarnya yang
beraktifitas, membuat ruang urban ini
menjadi informal.
 Masyarakat sekitar kawasan Lapangan
Gasibu menggunakan Lapangan Gasibu
dan sekitarnya untuk aktifitas sehari-hari,
demikian juga dengan orang luar yang
menggunakan daerah publik ini sebagai
tempat sosial, ekonomi, religius, hingga
politik
Nilai + :
- Daya tarik pariwisata yang sangat besar dalm
fungsinya sebagai pasar kaget mingguan
- Sebagai sarana kegiatan ekonomi mikro bagi
penduduk di sekitar kawasan hingga suburban
kota Bandung
- Tempat berkumpulnya masyarakat sekitar
sebagai sarana rekreasi

Nilai – :
- Lingkungan yang tidak terawat baik oleh
pemerintah maupun masyarakat pengguna.
- Pasar kaget dan event-event yang menyebabkan
kemacetan di ruas-ruas jalan.
- Tingkat kriminal yang cukup tinggi karena kondisi
yang ekstrim saat ramai maupun sepi.
 Perencanaan Lapangan Gasibu hingga MPRJB tidak memperhatikan fenomena
kegiatan informal masyarakat yang banyak bermukim di sekitarnya sehingga
keberadaan aktivitas ekonomi, politik dan lain-lain malah dianggap mengganggu
fungsi awal ruang terbuka tersebut.
 Surat Imbauan No. 300/682/Dal Ops/2008 tentang Penataan dan Penertiban
Lapangan Gasibu dan Sekitarnya membatasi adanya kegiatan komersial (konser,
dll) yang justru dapat mematikan kegiatan masyarakat yang sudah terbangun.
 Masyarakat sebagai pelaku dalam kegiatan Gasibu menjadi unsur pembentuk
utama keberhasilan ruang terbuka kota sedangkan pedagang kaki lima, event,
lokasi dan infrastruktur yang strategis merupakan unsur pendukung utama ruang
terbuka tersebut.
 Perencanaan yang bersifat fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan aktifitas yang akan terjadi kelak akan menyebabkan proses
perancangan ruang yang tidak tepat guna.
Lokasi: Jl. Kembang Jepun, Surabaya
Sejak tahun 1900an merupakan kawasan pecinan
dan terkenal dengan aktivitas perdagangan.
Atas usulan dari Dahlan iskan, yang terinspirasi
Square Medan dan Taiwan maka diadakan
kerjasama antara pemkot Sby dan swasta.
Pengelolaan oleh PT Kya Kya Kembang Jepun

Sejak 31 mei 2003, jalan selebar 20m, dengan


panjang 750 m ini ditutup setiap 18.00-02.00 WIB,
dan dibuka sebagai pusat kuliner dengan latar
budaya cina.

Para pedagang dan PKL yang tergabung


sebanyak 182 orang yang menempati posisi di
pinggir jalan, dan di tengah jalan ditata meja
dan kursi
Semenjak diresmikan pembukaannya, Kya-kya ramai
dikunjungi dan menjadi salah satu ikon surabaya.

Ciri khas dan kelebihannya:


1. Totalitas dari desain yang berkesinambungan
memunculkan ‘sense of place’ dan suasana yang
khas.
2. Adanya berbagai atraksi budaya, berbagai
hiburan, dari berbagai kalangan
3. Sebagai salah satu alternatif wisata kuliner yang
selain menyajikan berbagai menu makanan dan
minuman, juga cinderamata, aksesoris, serta
berbagai jasa- misalnya peramalan.
Nilai (+)
- Tertata, rapi, nyaman, sebagai daya tarik
pariwisata kota Surabaya
- Salah satu sarana (fasilitator) kreatifitas, dan
peningkatan ekonomi mikro
- Wadah sosialisasi masyarakat
- Bekerjasama dengan unit terkecil masyarakat
seperti PKL, kelompok seni budaya, karang taruna,
dan keamanan setempat.

Nilai (-)
- Harga sewa yang cukup mahal menyebabkan kya-
kya menjadi lahan baru bagi kalangan ‘the have’
dan tetap tidak terjangkau bagi MBR
- Kesulitan pengaturan parkir menyebabkan
kemacetan
Pada tahun 2008, lokasi ini semakin sepi.
Karenanya setelah kontrak antara pemkot dengan
swasta habis, pemkot merelokasi PKL kya-kya ke
pasar Tambahrejo yang direncanakan sebagai
kawasan wisata kuliner.
Setelah berakhirnya kya-kya, PKL yang awalnya
tergusur karena mahalnya harga sewa lahan kya-
kya kembali bermunculan di sepanjang jalan.

Terlepas dari beberapa kekurangannya, ide dari


proyek ini sangat baik dari segi penataannya dan
apabila dikaji dan diperbaiki penyebab
kegagalannya, proyek ini masih berpotensi.
Ide proyek ini dijadikan referensi bagi perencanaan
ruang publik lain di Indonesia, antaranya pusat jajan
kyakya mayong purbalingga, dan warung semrawi
semarang.
Lokasi: Pada ruang terbuka seluas 6600 m2
disisi barat lapangan Merdeka. Lokasi di
pusat kota medan, dan merupakan kawasan
historis dimana disekelilingnya berdiri
bangunan-bangunan yang masih menyisakan
arsitektur khas Belanda.

Merupakan salah satu alternatif wisata kuliner


di Medan, untuk memfasilitasi kegiatan
masyarakat setelah berolahraga di lapangan
merdeka. Jam buka 10.00-24.00 WIB.
Pembangunan dan pengelolaan oleh
PT Orange Indonesia Mandiri.
- Menggunakan bangunan-bangunan
tenda dengan gaya modern dengan
konsep food, fun, and leisure
- Berbagai menu baik makanan khas
medan, sampai makanan ‘internasional’
- Hiburan berupa life music dan karaoke,
serta fasilitas tempat bermain anak
- Penyewa stand merupakan pengusaha
kelas menengah keatas
- Harga makanan ditujukan untuk segmen
menengah keatas
Nilai (+)
- Konsep tertata, rapi, bersih, nyaman
- Sebagai salah satu daya tarik pariwisata
yang memiliki nilai komersil
- Segala fasilitas termasuk area parkir
telah disediakan

Nilai (-)
- Hanya mengakomodir segmen
masyarakat tertentu ( kalangan
menengah keatas)
- Konsep desain yang digunakan
menghilangkan nilai historis bangunan-
bangunan bersejarah di kawasan sekitar
lapangan merdeka
 Danisworo (1994) dalam http://teknik.ums.ac.id:
Perancangan urban space menyangkut dua aspek yaitu aspek
fungsional dan aspek ekologis.
 Whyte (1980) dalam Kusumo(1997), kriteria keberhasilan
ruang terbuka adalah:
 Adanya tempat duduk yang menfasilitasi pengunjung untuk
beristirahat.
 Lingkungan : pohon, matahari, angin, air
 Makanan
 Pola sirkulasi kota
 The Undesirable
 Triangulasi
 Carmona (2003): sense of
place terkait erat dengan
aktifitas, lingkungan fisik dan
makna tempat.
 Nurhasan (1999) dalam
http://teknik.ums.ac.id:
Hal yang harus diperhatikan
dalam perencanaan publik
space, diantaranya adalah
masalah keamanan,
kenyamanan serta keindahan
visual bagi para pengguna
serta pemeliharaannya.
- Dalam perancangan ruang terbuka publik-dimana penggunanya adalah
masyarakat, maka yang pertamakali harus diperhatikan adalah KARAKTER
MASYARAKAT SETEMPAT. Sehingga nantinya hasil rancangan benar-benar dapat
mewadahi kebutuhan dan aktivitas masyarakat.
- Kesuksesan perencanaan sebuah ruang terbuka publik tergantung dari sisi mana kita
melihatnya,
a. Dilihat dari sisi penataan dan perencanaan, membawa konsekuensi biaya yang
mengakibatkan ruang terbuka tersebut menjadi lahan ‘komersil’ dan tersegmentasi
sehingga tidak dapat dinikmati seluruh kalangan masyarakat.
b. Dilihat dari sisi fungsi ruang terbuka sebagai sarana aktivitas rakyat, namun disisi
lain dianggap bermasalah dalam segi ketidakteraturan (karena biasanya tidak
dengan sengaja dirancang dan dikelola), selain juga bermasalah dalam
kenyamanan, dan kebersihan.
- Untuk dapat mewujudkan keberhasilan dari kedua sisi tersebut, diperlukan
kerjasama yang baik tidak hanya dari pemerintah dan perancang, namun utamanya
masyarakat sebagai pengguna utama dari ruang terbuka publik.
teknik.ums.ac.id
Anonim, Kya-Kya Kembang Jepun, http://eastjava.com./books/kyakya, diunduh 5 Maret
2010
Anonim, Kya-Kya Pusat Jajan Baru Di Surabaya, www.sedap-sekejap.com, diunduh 5 Maret
2010
Anonim, Merdeka Walk Sarana Promosi Kota Medan, Walikota Optimis Mendatangkan
Turis Mancanegara, www.pemkomedan.go.id, diunduh 7 Maret 2010
Anonim, Merdeka Walk, Sejuta Rasa di Tanah Deli, www.lifestyle.dnaberita.com diunduh 7
Maret 2010
Anonim, Wisata Kuliner Kota Medan, http://wisatasumatera.com/index/php? diunduh 7
Maret 2010
Hutasoit, Kenorton, (20007), Kota Medan Yang Semakin Tak Nyaman,
www.kennortohns.com diunduh 7 Maret 2010
Maulana, Ihsan (2008), Kya-kya Kembang Jepun Nasibmu Kini, www.warungfiksi.net,
diunduh 5 Maret 2010
Pratama, Indra, (2009), Kya-kya Kembang Jepun Direlokasi???,
http://kampungpadi.wordpress.com, diunduh 5 Maret 2010
Sukawi, (2009), Malam-Malam di Medan,www.suaramerdeka.com/v1/index.php/kuliner
diunduh 7 Maret 2010
Gambar: dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai