801
Fe 2 ppm
Cu 0,5 ppm
MgCl2 0,75%
CaCl2 0,5%
H2O 0,5%
Ba nihil
Ca + Mg 0,005%
Fe 0,0002%
I-/Br- nihil
SO4 0,015%
Na4Fe(CN)6 nihil
(USP XIX)
BAB 1
INDUSTRIAL GASES
A.PENDAHULUAN
Gas-gas indsutri telah terbukti mempunyai aneka ragam aktivitas yang berarti
dalam perekonomian. Gas-gas yang dimaksud antara lain, oxygen, nitrogen,
hydrogen, CO2, Co dan lain sebagainya.
Gas tersebut diatas sebagian dipergunakan untuk bahan baku industri kimia,
ada pula yang digunakan sebagai bahan pembantu. Misalnya,nitrogenn dipergunakan
sebagai atmospher bahan makanan dalam kaleng, agar oxygen terusir dan tidak
terjadi oxydatie bahan makanan yang dikalengkan. Oxygen dipergunakan untuk
pengobatan dan penerbangan keruang angkasa luar serta dalam beberapa industri
kimia. Gas yang dicairkan dan dipadatkan banyak digunakan untuk bahan pendingin.
Salah satu teknik tentang pendinginan yang menggunakan media gas yang
dicairkan/dipadatkan, telah berkembang pesat yang disebut GRYOGENICS, yang
berarti menjadikan dingin. Pendinginan yang dapat dicapai lebih kecil dari -150F,
bahkan dapat dicapai -452,1F, bila media cryogenics helium cair. Teknik cryogenics
yang mukhtahir menggunakan cairan hydrogen, oxygen, dan fluorine dengan ongkos
relatif murah. Sebagai contoh 1 cu ft oxygen cair akan equivalent dengan 860 cuft
gas oxygen, sehingga silinder baja dapat memuat17 1b. Gas oxygen atau curft gas
60F, 1 atm; tetapi bila dengan penekanan dan pendinginan pada 2200 1b dengan
kapasitas container yang sama dapt memuat 150 1b oxygen. Para sarjana cryogenics
Specific gravity
1,56
0,90
Titik lebur,F
-109,6
Temperatur kritis,F
87,8
689
Tekanan Kritis,Psia
1,071
Kalor lebur,Btu/lb
82
144
Kalor penguapan,Btu/lb
158,6
Kalor sublimasi,Btu/lb
248
32
1.074,29 pada 2F
-
Refrigrating effect,Btu/lb
275
144
3.Pembuatan
a.Recovery dari hasil pembakaran hydrokarbon,yang mengandung kadar CO2
antara 10- 18%
b.Hasil samping dari proses fermentasi yang mengandung kadar Lk 99%.
c.Hasil samping kalsinasi batu kapur dimana gas mengandung kadar CO2 antara
10-40%
d.Hasil samping dari pembuatan Amonia dari gas alam.
4.Beberapa jenis Proses pembuatan
a. Proses GIRDLER
Penjelasan proses.
1. Flue gas yang berasal dari suatu pembangkit steam mempunyai temperatur
650F dan 10-15% CO2
2. Flue gas didinginkan dan dimurnikan dengan water scrubber.
3. Gas CO2 dipisahkan dengan cara penyerapan. Ada 2 cara penyerapan
a. Dengan larutan Na2CO3 sehingga terjadi reaksi sbb
Na2CO3 + CO2 +H2O====== 2 NaHCO3
Reaksi dipaksa kekanan dengan menaikkan tekanan parsiel CO2 dan
menaikkan temperatur.Reaksi dapat dipaksa kekiri dengan jalan
pemanasan larutan NaHCO3.
b. Penyerapan dengan larutan Kalium Karbonat panas atau larutan
Monoethanol amine.
4. Gas CO2 dan steam meninggalkan puncak reaktivator melalui pendinginan
Untuk mengembunkan steam dan direcycle ketower.
5. CO2 pada lk 30 psig dimurnikan dalam permanganat scrubber dari
Impurities H2S dan amine, lalu dikeringkan.
6. ditekan, didinginkan, lalu mencair yang kemudian dikeluarkan dari CO2
Receiver.
7. Untuk pembuatan CO2 padat (dry ice) ,maka tekanan diturunkan ke 1 atm
Dan mulai terjadi pembekuan, uap yang terjadi dikembalikan ke precooler,
Lalu ditekan dan direcycle dan direcooling.CO2 yang berupa salju ditekan
Menjadi cake dry ice berbentuk kubus 10 in dengan berat lk 50 lb.
20). Dry ice Press, untuk membuat CO2 padat atau es kering.
21). Buffer vessel, untuk menampung gas dari dry ice press.
22). Kompressesor, untuk menekan gas dari unit dry ice kekondenser.
C. Karbon Monoksida (C0).
1. Penggunaan CO
a. Ekstraksi Nikle dari biji nikle yang mengandung Cu, Cobalt dan Besi.gas
digunakan untuk meninggikan kadar Ni sampai 50 %, kemudian dipanasi
dipanasi sampai 300C dengan atmosfer water gas, pada temperatur tersebut,
nikle akan tereduksi sedangkan logam lainnya tidak.
Gas yang mengandung 80 %
untuk pembuatan garam garam sulfat dan untuk sulfonasi, tetapi lebih sering
dipakai terutama karena
murah. Bahan ini dipakai dalam berbagai industri, tetapi jarang muncul dalam
produk akhir. Asam sulfat dipakai dalam pembuatan pupuk, plat timah, pengolahan
minyak, dan dalam pewarna tekstil.
1.1. Sejarah Perkembangan Industri Asam Sulfat
Asam sulfat dipercayai pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada
abad ke-9. Asal usul Pengenalan asam sulfat kurang jelas, tetapi zat ini sudah disebut
sebut sejak abad kesepuluh. Pembuatannya melalui pembakaran belerang dengan
saltpeter, pertama kali dijelaskan oleh Valentinus pada abad kelima belas. Pada tahun
1746, Roebuck dari Birmingham ( Inggris ) memperkenalkan proses kamar timbal.
Proses yang menarik ini, namun sekarang sudah kuno, diuraikan secara rinci di
dalam edisi ketiga buku ini dan dalam buku buku lainnya.
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Phillips, seorang
inggris, yang patennya mencakup aspek aspek penting dari proses kontak yang
modern, yaitu dengan melewatkan campuran sulfur dioksida dan udara melalui
katalis, kemudian diikuti oleh absorpsi sulfur trioksida di dalam asam sulfat 98,5 %
sampai 99 %.
1.2. Manfaat atau Kegunaan Asam Sulfat
Pembuatan Pupuk , pada waktu superfosfat merupakan pupuk fosfat yang
utama, pabrik asam proses kamar dan pabrik superfosfat biasanya dibangun dan
dioperasikan pada lokasi yang sama. Biasanya kedua pabrik ini merupakan pabrik
pabrik kecil yang dibangun didekat daerah pertanian .
Sekarang orang lebih banyak menggunakan pupuk dengan konsentrasi tinggi
agar biaya transportasi dan pemakaiannya menjadi lebih rendah. Pabrik tripel
superfosfat lebih padat modal dari pada pabrik superfosfat biasa. Pabri ini dibangun
dalam skala lebih besar, dan sebagaimana halnya dengan superfosfat terdahulu,
dioperasikan pada lokasi yang sama dengan pabrik kontak. Asam yang dihasilkan
mempunyai konsentrasi 93,2 % H2SO4 dan dapat disimpan dengan aman didalam
tangki baja. Asam ini diencerkan dalam fasilitas produksi fosfat bilamana diperlukan.
Asam sulfat yang dibuat dalam pabrik asam kamar, tersedia dalam beberapa
kualitas, masing masing mempunyai tujuan penggunaan tertentu. Kualitas 53
sampai 56Be digunakan untuk pembuatan superfosfat , asam ini dibuat dalam
pabrik asam kamar tanpa memerlukan operasi pemekatan yang mahal. Kualitas
60Be dipakai dalam pembuatan sulfat sulfat ammonia, tembaga (batu biru ,
bluestone), alumuniaum (alum), magnesium (garam Epsom), seng, besi (koperas),
dan sebagainya serta asam asam organik, seperti asam sitrat, oksalat, asetat, tartrat.
10
kamar pada segala konsentrasi asam yang di hasilkan. Sejak pertengahan tahun 1920an , kebanyakan fasilitas yang baru di bangun dengan menggunakan proses kontak
dengan katalis vanadium.
Proses kontak kemudian mengalami modifikasi secara berangsur angsur
dan menggunakan absorpsi ganda ( juga disebut katalis ganda ) , sehingga hasilnya
lebih tinggi dan emisi SO2 yang belum terkonversi dari cerobong asap berkurang .
Baru baru ini , peraturan pemerintah Amerika Serikat telah menentukan batas emisi
SO2 maksimum yang diperbolehkan dari pabrik asam dan mengharuskan semua
pabrik menggunakan proses absorbsi ganda , atau kalau tidak dilengkapi dengan
system pembasuhan gas cerobong , sehingga tingkat emisinya setingkat dengan hasil
cara pertama.
Kalor pembakaran belerang dimanfaatkan di dalam ketel uap kalor limbah
atau ketel uap dan ekonomiser guna membangkitkan uap yang dipakai untuk melebur
belerang serta untuk keperluan tenaga disekitar pabrik . Uap merupakan salah satu
hasil pabrik itu. Pabrik pabrik yang modern membangkitkan uap pada tekanan 6
MPa , lebih tinggi dari tekanan 2 MPa yang diperoleh beberapa tahun yang lalu.
Reaksi SO2 menjadi SO3 adalah suatu reaksi eksotermik yang dapat balik .
Tetapan keseimbangan 19 untuk reaksi ini dihitung dari tekanan bagian sesuai dengan
hokum aksi massa dan dapat dinyatakan sebagai :
Kp
PSO3
1
PSO2 x PO2 2
Nilai Kp telah ditentukan dari percobaan dan nilai ini atas dasar P dalam atmosfer.
Proses proses pembuatan Asam Sulfat dilakukan dengan cara :
a. Pembakaran
b. Oksidasi
c. Menaikan Tekanan
d. Absorber
e. Penguapan
11
12
13
: 10
: 290
: 1 (146 C)
: 3,4 (udara = 1)
14
Pembakaran
Bahan baku biasanya adalah belerang dan berbagai bijih sulfid. Oleh karena
belerang cair biasanya lebih murni dan biaya transpornya lebih murah , belerang
biasanya didatangkan dan disimpan dalam keadaan cair . zat cair itu dipompakan
dalam tangki penimbunan malalui pipa pipa berpemanas dan disemprotkan ke
dalam tanur dengan menggunakan pembakar yang hampir serupa dengan yang
biasanya dipakai untuk menyuling minyak bakar.
Pengolahan Gas Bakar
Gas sulfur dioksida hasil pembakaran mungkin mengandung karbon dioksida,
nitrogen dan berbagai ketakmurnian seperti klor , arsen , fluor , sedikit debu. Arsen
dan fluor hanya ada apabila bahan yang dibakar bukan belerang unsur. Guna
mencegah terjadinya korosi oleh gas dari pembakaran , biasanya udara untuk
15
pembakaran belerang dan oksidasi SO2 itu dikeringkan dulu sampai kandungan
airnya kurang 3 mg/m3.
Penukaran Kalor dan Pendingin
Sebelum gas itu ditumpahkan kedalam konventer tahap pertama , biasanya
suhunya diatur agar mencapai suhu minimum yang diperlukan supaya katalis dapat
meningkatkan kecepatan reaksi dengan cepat , biasanya pada suhu 425C sampai
440C. Gas itu harus didinginkan lagi diantara tahap tahap katalis agar
menghasilkan konversi yang tinggi.
Konventer
Konversi Kimia sulfur dioksida menjadi sulfur trioksida dirancang untuk
menghasilkan konversi maksimum dengan memperhatikan bahwa :
1. Keseimbangannya merupakan fungsi kebalikan suhu dan fungsi
langsung rasio oksigen terhadap sulfur dioksida.
2. Laju reaksi merupakan fungsi langsung suhu
3. Komposisi gas dan banyaknya katalis mempengaruhi laju konversi
dan kinetika reaksi
4. Penyingkiran sulfur trioksida yang terbentuk sehingga lebih banyak
sulfur dioksida dapat dikonversi
Absorber Sulfur Trioksida
Sudah sejak lama diketahui bahwa asam sulfat dengan konsentrasi 98,5
persen 99 persen merupakan bahan yang paling efisien untuk digunakan sebagai
penyerap sulfur trioksida, mungkin karena asam dengan konsentrasi tersebut
mempunyai tekanan uap yang jauh lebih rendah dari kosentrasi konsentrasi
lainnya. Asam dengan konsentrasi tersebut digunakan pada absorber antara dan
absorber akhir. Untuk menyerap SO3 secara hampir sempurna, sebelum gas yang
telah terkonversi sebagian itu masuk kembali ke dalam konvertor dan gas limbah
dibuang ke udara. Dalam hal ini, air tidak dapat digunakan karena kontak langsung
antara sulfur trioksida dan air akan menghasilkan kabut asam yang hampir tidak
mungkin diabsorbsi. Oleh karena asam penyerap itu terus menjadi lebih pekat, maka
harus disediakan fasilitas untuk menyerap bagian asam yang keluar dari absorber
yang akan diresirkulasikan. Asam resirkulasi ini diencerkan dengan menambahkan
16
asam sulfat encer atau air dalam jumlah yang diperlukan, sehingga mendinginkan
asam penyerap, dan kelebihan asam yang ada dikeluarkan dari system untuk
kemudian dijual.
Blower
Blower digunakan untuk menghembuskan udara atau gas yang mengandung
belerang melalui peralatan pengolahan. Blower ini ditempatkan di dalam aliran
sehingga dapat menangani udara atau gas yang mengandung sulfur dioksida.
Pompa Asam
Pompa biasanya dibenamkan di dalam tangki pompa yang terbuat dari baja
berlapis bata yang terdapat di dalam daerah proses. Pompa ini dapat digerakkan
dengan motor listrik atau turbin uap.
Pompa Belerang
Digunakan untuk memompakan belerang dari sumur penimbunan ke dalam
atomizer dan pembakar belerang. Pompa ini mempunyai pipa pipa penyaluran luar
bermantel uap, sehingga belerang tidak menjadi dingin dan membeku, karena titik
lebur belerang adalah 115 C.
Pendingin Asam
Asam yang disirkyulasikan pada menara absorbsi harus didinginkan untuk
mengeluarkan kalor absorbsi dan kalor sensible gas masuk. Asam yang
disirkulasikan pada menara pengering harus pula didinginkan untuk mengeluarkan
kalor pengenceran dan kalor kondensasi kelembapan yang terdapat di dalam gas atau
udara masuk.
Pemurnian Gas
Pabrik yang harus menangani gas sulfur dioksida yang tidak murni, misalnya
gas yang keluar dari pabrik peleburan, pemanggangan bijih besi dan proses proses
lain, biasanya mempunyai ketel kalor limbah. Presipitator elektrostatik untuk
pengumpulan debu, menara pembasuh dan pencuci, dan akhirnya presipitator
elektrostatik untuk pemisahan kabut asam seerta sisa debu dan uap. Sesudah itu, gas
siap untuk masuk ke dalam menara pengering.
17
Bahan Konstruksi
Dalam system pemurnian gas, baja digunakan untuk menangani gas sulfur
dioksida yang mempunyai suhu di atas titik embun asam. Untuk suhu di bawah titik
embun dan untuk zat cair, digunakan timbale, baja berlapis timbale, dengan lapisan
bata atau tidak, baja paduan dan bahan plastic untuk kondisi operasi tertentu.
Pendinginan asam lemah dalam system pemurnian gas tidak boleh dibuat dari besi
cor atau baja karena bahan ini akan terkorosi dengan cepat.
Pemulihan Asam Sulfat Bekas Pakai
Sebagian besar asam sulfat yang dipakai dipulihkan untuk didaur
ulangkan.asam bekas pakai biasanya disebut dengan asam limbah. Tetapi istilah ini
salah kaprah. Kebanyakan pemakai tidak mengkonsumsi asam itu, tetapi
mengencerkan atau mengkontaminasinya. Sebagian asam ini dapat dipulihkan dan
digunakan kembali dengan biaya lebih murah dari asam perawan. Sebagian asam ini
terpaksa dipulihkan karena ketentuan lingkungan atau untuk menghidari pengeluaran
biaya untuk netralisasi.
Pencemaran Oleh Belerang
Masalah pengurangan pencemaran oleh belerang dan senyawanya sudah
banyak diteliti dengan harapan bahwa pada suatu waktu nanti semua belerang itu
dapat dipulihkan dan digunakan kembali. Desulfurisasi bahan bakar biasanya
menghasilkan belerang dalam bentuk dalam hydrogen sulfide. Sulfur dioksida dari
peleburan non loganm non fero atau pembakaran bahan bakar paling ekonomis bila
dipulihkan sebagai asam sulfat dan kadang kadang juga sebagai sulfur dioksida
cair, belerang, atau garam garam sulfat. Asam sulfat sudah lama dibuat dari gas
berkadar tinggi dari pabrik peleburan mempunyai penyaluran ke pasaran.
4. KESIMPULAN
1. Asam sulfat ( H2SO4 ) merupakan asam mineral yang kuat dan larut dalam
air pada semua kepekatan.
2. Reaksi hidrasi asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat.
3. Di atmosfer, zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan
hujan asam.
18
4. Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Phillips.
5. Asam sulfat dipercayai pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada
abad ke-9.
6. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7.
Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum atau, jarang-jarang sekali,
asam Nordhausen
7. Bahan baku pembuatan Asam sulfat adalah Belerang dan udara
tahun 1789. Pada saat itu HCl diperkenalkan sebagai gas ammonia yaitu berupa
chlorine dalam gugusan senyawa anorganik. Kemudian pada tahun 1810, Davy
mempelajari
gugusan
senyawa
anorganik
tersebut,
dan
kemudian
beliau
19
Sodium Carbonate. Dan akhirnya reaksi it uterus dipakai untuk pembuatan garam
dan HCl. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi maka
proses pembuatan HCl pun terus berkembang sampai saat ini.
2.
Produksi komposisi zat inorganik lain dengan asam klorida meliputi jalan
aplikasi garam kalsium klorida, nickel(II) klorida untuk menyepuh dengan
listrik, dan seng klorida untuk penggemblengan industri dan produksi baterei.
Asam klorida konsumsi yang paling besar adalah di dalam produksi
campuran organik seperti vinil klorida untuk PVC, dan MDI dan TDI untuk
polyurethane.
Asam klorida adalah suatu bahan kimia pokok, dan seperti halnya itu
digunakan untuk sejumlah besar aplikasi dari skala kecil, seperti alat
pembersih rumah tangga, dan membangun konstruksi. Sebagai tambahan,
suatu cara untuk merangsang produksi minyak dengan cara menyuntikan
asam klorida ke dalam batu karang pada pembentukan suatu sumur minyak,
menghancurkan sebagian dari batu karang, dan menciptakan suatu struktur
lubang yang besar. Banyak reaksi kimia yang menyertakan asam klorida
diterapkan di dalam produksi makanan, ramuan makanan, dan zat aditip
makanan. Tipe produknya meliputi aspartame, fruktosa, asam citric, lysine,
20
NaHSO4 +
H2SO4
NaCl
NaHSO4
Na2SO4
+ HCl
+ HCl
Proses Hargreaves
Pada proses ini digunakan bahan baku garam, SO2, udara dan air dengan
reaksi : 4NaCl + 2SO2 + O2 + 2H2O
Na2SO4 + 4HCl
Reaksi yang terjadi bersifat endotermik dan reaktan yang masuk harus
dinaikkan temperaturnya sampai 450 540oC. pada saat ini proses Salt-Sulfuric Acid
dan proses Hargreaves jarang digunakan lagi karena produk HCl yang dihasilkan
kemurniannya sangat rendah.
c.
Pada prinsipnya proses ini merupakan proses yang mereaksikan hydrogen dan
klorin secara langsung dalam suatu rekator. Produk HCl yang dihasilkan pada proses
ini mempunyai konsentrasi yang relatif tinggi 20 oBaume. Reaksi yang terjadi
antara hydrogen dan klorin sangat eksotermik, sehingga reactor biasanya dilengkapi
dengan suatu system pendingin.
Gas HCl yang dihasilkan diturunkan temperaturnya dalam suatu cooler. Gas
tersebut kemudian dipisahkan dari gas-gas inert lain dalam suatu absorber, sehingga
produk yang didapat mempunyai kemurnian yang tinggi.
21
d.
Recovery By-Product
Di sini HCl dihasilkan sebagai hasil samping dari suatu reaksi dalam industri
kimia, antara lain:
Vynil chloride dari Dehydrichlorinasi 1,2 dichloroetana
ClCH2CH2Cl
CH2=CHCl + HCl
RNCO + 2HCl
CHCl3 + 2HCl
CClF3 + 3HCl
HCl yang dihasilkan dari proses ini biasanya direcycle lagi untuk kebutuhan
proses industri yang bersangkutan. Hanya sebagian kecil HCl hasil recovery-by
product yang dijual sebagai produk komersil karena kemurniannya tidak menentu.
3.2 Pemilihan Bahan Baku dan Pemilihan Proses
3.3.1
sebagai bahan baku dalam pembuatan asam klorida. Untuk bahan baku tersebut dapat
diperoleh hydrogen dan chlorine dari PT. ANEKA GAS di Jawa Timur.
3.3.2
Pemilihan Proses
Pada pembuatan asam klorida ini dipilih proses sintesa langsung antara
hydrogen dan chlorine. Pemilihan proses ini berdasarkan pada pertimbangan, sebagai
berikut :
Bahan baku yang digunakan tersedia dan tidak beragam, serta proses
yang digunakan sederhana.
22
Tingkat
pencemaran
lingkungan
lebih
rendah,
karena
tidak
2.
3.
Hydrogen
Rumus molekul
: H2
: 2,014
Wujud
: gas
Warna
: tidak berwarna
Titik didih, oC
: -252,77
Titik leleh, oC
: -254,40
Temperature kritis, oC
: -240,74
: 12,8
: 8,28 + 0,00056T
Chlorine
Rumus molekul
: Cl2
: 70.906
Wujud
: gas
Warna
: hijau kekuningan
Titik didih, oC
: -34,05
Titik leleh, oC
: -100,98
Temperature kritis, oC
: 1144
: 7,71
:6,62 + 0,00081T
Nitrogen
Rumus molekul
: N2
: 28,02
Wujud
: gas
23
4.
Warna
: tidak berwarna
Titik didih, oC
: -195,8
Titik leleh, oC
: -209,86
Temperature kritis, oC
: -147,1
: 0,51 + 0,00012T
: 33,5
Hydrochloric acid
Rumus molekul
: HCl
: 36,461
Wujud
: liquid
Warna
:tidak berwarna
Titik leleh, oC
: -52,7
Titik didih, oC
: 108,58
: 0,000415
Air
Rumus molekul
: H2O
: 18,02
Wujud
: liquid
Warna
: tidak berwarna
Titik didih, oC
: 100
Titik leleh, oC
:0
: 17,995
: 218,4
Temperature kritis, oC
: 374,15
24
Sintesa
produk
penyimpanan
purifikasi
- reactor
- absorber
HCl
- tanki
- Tail tower
4.2 Peralatan yang Digunakan
1. Tanki-01 (T-01)
2. Tanki-02 (T-02)
25
3. Blower-01 (B-01)
4. Blower-02 (B-02)
5. Blower-03 (B-03)
6. Blower-04 (B-04)
7. Heater-01 (H-01)
8. Heater-02 (H-02)
9. Heater-03 (H-03)
17. Absorber-01 (AB-01) ; tempat terjadinya penyerapan gas HCl keluaran reaktor
-01 (R-01) dengan menggunakan solven air.
18. Tails Tower-01 (TT-01) ; tempat terjadinya penyerapan gas HCl keluaran
Absorber-01 (AB-01) dengan menggunakan solven air.
5. KESIMPULAN
26
1. Asam klorida merupakan salah satu jenis asam kuat yang dapat dimanfatkan
sebagai bahan dalam berbagai industri dan juga dimanfatkan dalam rumah
tangga.
2. Asam klorida dapat dibuat melalui :
-
proses Hargreaves
recovery bay-product
27
28
Latar Belakang
Formaldehid adalah salah satu bahan kimia yang mempunyai banyak
kegunaan. Zat ini bisa langsung dipakai oleh konsumen ataupun sebagai bahan
intermediate dunia industri. Formaldehid sebagai bahan intermediate mempunyai
peranan dalam mendorong pertumbuhan industri di masa mendatang. Beragamnya
kegunaan formaldehid baik untuk bidang pertanian, farmasi ataupun untuk
pengembangan dunia industri itu sendiri. Kegunaannya antara lain adalah sebagai
bahan baku pembuatan resin (dengan urea, phenolic, acetal), polimer, pelapis
permukaan, pembuatan adhesif dan sebagai zat intermediate pada pembuatan
pentacrythritol dan hexamethylen tetramine.
Perkembangan teknologi dan semakin tidak terbatasnya hubungan antar
bangsa sekarang ini mengharuskan kita untuk dapat memajukan berbagai sektor
kehidupan. Salah satu sektor yang mempunyai prospek baik adalah sektor industri
kimia mengingat banyaknya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan. Kebutuhan
bahan-bahan kimia yang semakin meningkat baik dalam negeri maupun manca
negara merupakan faktor yang menguntungkan bagi pengembangan sektor industri
kimia di Indonesia.
Pengembangan industri kimia dapat mengurangi jumlah impor bahan kimia
serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Banyaknya teknologi yang
tersedia, melimpahnya sumber daya alam dan manusia merupakan faktor positif
dalam pengembangan pabrik formaldehid di Indonesia. Tingginya nilai jual dan
peningkatan kebutuhan akan formladehid dalam ataupun luar negeri membuat
pentingnya pabrik formaldehid ini didirikan dan dikembangkan di Indonesia.
24
I.2
dari aldehid alifatik. Formaldehid pertama kali disintesa pada tahun 1859 dan sudah
dibuat sejak awal abad ini. Karena harganya yang murah, kemurnian yang tinggi, dan
berbagai macam reaksi kimia, formaldehid menjadi salah satu bahan kimia industri
yang paling penting.
Sejarahnya, formaldehid telah dan terus dibuat dari metanol. Sejak dekade
setelah perang dunia II, bagaimanapun, sebanyak 20% dari formaldehid di produksi
di United State dibuat dengan fase uap, non catalytic oksidasi dari propana dan
butana.
Pada tahun 1966, proses untuk memproduksi formaldehid dengan oksidasi
dari dimethyl ether dikembangkan di Jepang, tapi operasinya kemudian terputus.
Sekarang dalam dunia komersil, formaldehid dibuat dari methanol dan udara dengan
proses katalisis. Oksidasi methanol ini terbagi menjadi dua, yaitu: rich system
(dengan katalis perak) dan lean methanol system (dengan katalis metaloxide).
Kedua jenis proses ini mempunyai keunggulan dan kerugian masing-masing. Proses
dengan perak katalis mempunyai selektifitas terhadap formaldehid yang tinggi
dibandingkan dengan metaloxide.
I.3
Manfaat Produk
Pengawet
penggunaannya
sangat
luas,
hampir
seluruh
industri
25
ke formaldehid.
1. Proses pertama menggunakan katalis silver (proses katalis silver), yang
beroperasi pada kondisi kekurangan oksigen (oxygen lean atmosphere).
2. Proses kedua menggunakan katalis metal oksida (proses metal oxide), yang
beroperasi dalam kondisi kekurangan metanol (metanol lean atmosphere).
Proses pertama yaitu melewatkan campuran dari uap metanol dan udara
melalui fixed bed silver catalyst pada kondisi mendekati tekanan atmosfer dan
mengabsorbsi produk gas dalam air. Mekanisme dimana metanol dikonversikan ke
formaldehid dipercaya menjadi kombinasi dari dua reaksi secara terpisah, yaitu:
CH3OH
CH3OH
HCHO
+
O2
H2O
HCHO
(dehidrogenasi)
H2O
(oksidasi parsial)
Baik single stage maupun multiple stage silver catalyst sudah dikenal. Single
stage operation sudah luas digunakan tapi umumnya banyak kekurangan, dimana
banyak metanol yang tidak terkonversi terdapat dalam produk formaldehid yang
muncul dari catalyst bed.
Untuk banyak aplikasi, metanol adalah kontaminan yang tidak diinginkan
dalam produk formaldehid. Maka diperlukan dana lagi untuk proses destilasi dan
energi untuk mengadakan pemisahan. Dimana 2% berat metanol yang terdapat dalam
produk yang telah didestilasi bukanlah hal yang aneh.
Satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi metanol dalam produk
adalah dengan menggunakan proses konversi dua tahan terhadap metanol (two stage
conversion of methanol). Dasar dari proses two stage ini telah diungkap pada proses
Meath (US. Pat. No 2,462,413) dan proses Northeimer (US. Pat. No 3,959,383).
26
2.1.1
Silver Process
Proses dengan menggunakan perak sebagai katalis biasa dikenal
dengan methanol rich system. Keuntungan proses ini adalah tingginya selektifitas
terhadap formaldehid dan rendahnya kontaminan metanol dalam produk. Tingginya
temperatur pada proses ini merupakan keuntungan apabila dapat memanfaatkan panas
tersebut, hal ini bisa juga menjadi kerugian dari proses ini karena dapat merusak
produk yang dihasilkan.
Proses ini dapat dilakukan dengan single stage ataupun two state conversion.
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah oksidasi dan hidrogenasi terhadap metanol.
2.1.2
Pemilihan Proses
Berdasarkan proses-proses pembuatan seperti yang telah diuraikan
27
No.
1.
Sifat
Bahan Baku
Proses Silver
Metanol dan oksigen
2.
Proses
Oksidasi
Proses Oksida
Metanol dan oksigen
dan Oksidasi
dehidrogenasi
3.
Temperatur
680 720 oC
250 400 oC
4.
Tekanan
Di atas atmosferik
Di atas atmosferik
5.
Katalis
Kristal perak
6.
Reaksi
Eksotermis
dan Eksotermis
endotermis
7.
Umur katalis
3 8 bulan
12 -18 bulan
8.
No.
1.
Konversi metanol
Sifat
Bahan Baku
65 - 75 %
Northeimer
Metanol, udara
95 -99 %
David J. Home
Metanol, udara
2.
Proses
Oksidasi
dehidrogenasi
3.
Temperatur
570 650 oC
4.
Tekanan
Di atas atmosferik
5.
Katalis
Kristal perak
molybdenum oksid
Eksotermis
6.
Reaksi
Eksotermis
3 8 bulan dan 12 18
7.
Umur katalis
3 8 bulan
bulan
84 90 %
8.
Konversi metanol
67%
9.
produk
28
membuat
proses
ini
banyak
kelebihan
Produk Utama
Produk utama yang ingin dihasilkan dari industri pembuatan
Produk Samping
Produk samping yang diperoleh adalah metanol yang tidak diinginkan
29
Rumus molekul
= O2
Berat molekul
= 32 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= -183 oC
Titik leleh
= -218,4 oC
Densitas
= 1,3260 kg/m3
Temperatur Kritis
= 154,58 K
Tekanan Kritis
= 5,02 x 106 Pa
Kapasitas Panas
Tekanan Uap
= N2
Berat molekul
= 28,02 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= -195,8 oC
Titik leleh
= -209,86 oC
Densitas
= 1,833 kg/m3
Temperatur Kritis
= 126,2 K
Tekanan Kritis
= 3,39 x 106 Pa
Kapasitas Panas
Tekanan Uap
30
= H2O
Berat molekul
= 18,016 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= 100 oC
Titik leleh
= 0 oC
Densitas
= 2,66 kg/m3
Temperatur Kritis
= 647,13 K
Tekanan Kritis
= 21,94 x 106
Kapasitas Panas
Tekanan Uap
= 40,656 (kJ/mol)
= CO
Berat molekul
= 28,01 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= -192 oC
Titik leleh
= -207 oC
Temperatur Kritis
= 132,92 K
Tekanan Kritis
= 3,49 x 106 Pa
Kapasitas Panas
Tekanan Uap
31
7,57 x 10-5 T
Energi Pembentukan = -110,52 (kJ/mol)
Energi Gibbs
= - 13,715 (J/kmol)
= CH3OH
Berat molekul
= 32,04 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= 64,7 oC
Titik leleh
= -97,8 oC
Temperatur Kritis
= 512,64 K
Tekanan Kritis
= 8,14 x 106 Pa
Kapasitas Panas
Tekanan Uap
= 35,27 (kJ/mol)
Energi Gibbs
= H2
Berat molekul
= 2 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= -252 oC
Titik leleh
= -259,2 oC
Temperatur Kritis
= 33,2 oC
32
Tekanan Kritis
= 13 MPa
Kapasitas Panas
= -94,26 cal
= CO2
Berat molekul
= 44,01 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= - 78,5 oC
Titik leleh
Temperatur Kritis
= 31,06 oC
Tekanan Kritis
= 7,39 MPa
Kapasitas Panas
= -94,26 cal/mol
= CH2O
Berat molekul
= 30,03 gr/mol
Fase
= gas
Warna
= tidak berwarna
Titik didih
= - 19 oC
Titik leleh
= - 188 oC
Densitas
Temperatur Kritis
= 137,2 141,2 oC
33
Tekanan Kritis
Kapasitas Panas
Tekanan Uap
Energi Gibbs
2.4
berikutnya dicampur dengan feed udara yang masuk bersama recycle line. Kemudian
campuran gas tersebut dipanaskan dengan heater hingga mencapai temperatur masuk
reaktor yaitu 175,08 oC pada tekanan 10 psig. Dimana reaktor ini berisi katalis perak.
Konversi metanol pada reaktor ini adalah 51%.
Setelah dari reaktor pertama gas hasil reaksi didinginkan sampai temperatur
186 oC, untuk mengurangi dekomposisi formaldehid. Kemudian gas keluaran reaktor
dicampur dengan gas recycle, dan langsung dimasukkan ke reaktor selanjutnya pada
temperatur 149 oC dan tekanan 5 psig (34 kPa). Reaktor ini berisi katalis iron-oksida
molybdenum. Konversi metanol pada reaktor ini 47%.
Keluaran dari reaktor kedua kemudian dimasukkan ke absorber untuk
mengabsorbsi produk formaldehid dengan menggunakan pelarut air. Produk bottom
dari absorber dimasukkan ke stripper.
Udara dimasukkan dengan blower ke stripper. Produk formaldehid didapat
pada line berisi 52% berat formaldehid.
2.5
Sintesa
Purifikasi
34
Bahan Baku
Bahan Baku
Produk
Penyimpanan
produk
2.6
35
Tanki
36
Vaporizer
Reaktor
Purifikasi Produk:
-
Stripper
Absorber
Penyimpanan Produk:
-
Tanki
Alat Bantu:
2.8
Heater
Cooler
Blower
Pompa
Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan formaldehid, antara lain:
tangki berfungsi untuk menyimpan bahan baku dan produk; vaporizer berfungsi
menguapkan metanol sebagai umpan; reaktor berfungsi untuk mereaksikan bahan
baku yang disertai penambahan katalis untuk membentuk formladehid; Waste Heat
Boiler (WHB) berfungsi untuk mendinginkan produk hasil reaksi pada reaktor ;
heater berfungsi memanaskan bahan baku sebelum masuk reaktor; cooler
mendinginkan produk yang dihasilkan pada reaktor pertama untuk mengurangi
dekomposisi
formladehid;
absorber
berfungsi
untuk
mengabsorbsi
produk
formaldehid dengan menggunakan pelarut air; stripper mengolah produk bottom yang
dihasilkan di absorber; blower berfungsi untuk memasukkan udara ke dalam stripper,
mengeluarkan gas dari reaktor; dan pompa berfungsi untuk mengalirkan produk yang
berfase liquid.
37
3. KESIMPULAN
1. Pendirian pabrik formaldehid dari segi ekonomi mempunyai prospek yang
menguntungkan.
2. Bahan Baku yang digunakan dalam proses pembuatan formaldehid adalah
metanol dan udara.
3. Proses yang digunakan dalam pembuatan formladehid adalah proses David J.
Home.
38
1. PENDAHULUAN
Sejarah Perkembangan Industri
Asam asetat adalah salah satu senyawa dari golongan asam karboksilat
yang telah dikenal sejak zaman dahulu. Asam asetat pertama kali dibuat
dengan proses Orkanan yang berasal dari Schutzenbach. Dimana dilakukan
oksidasi pada minuman yang mengandung alkohol dengan menggunakan
oksigen dari udara dengan pengaruh bakteri-bakteri.
Bermula dari eksperimen ini, maka pembuatan asam asetat pada
zaman sekarang asa beberapa macam, yaitu:
1. Pembuatan asam asetat dengan cara oksidasi acetaldehid
2. Pembuatan asam asetat dengan cara oksidasi butana
3. Pembuatan asam asetat dengan karbonilasi methanol
1.2 Manfaat
Salah satu bahan baku yang telah diproduksi di Indonesia adalah
methanol yang digunakan untuk memproduksi bahan baku atau bahan
intermediate lainnya yang masih diimpor dari negara lain, diantaranya adalah
asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan
monomer vinyl asetat, asam asetat anhydrid (untuk produksi selulose asetat
ester),
asetat
ester,
dimethyl
terephthalat/asam
terephtalic,
asam
2. TINJAUAN PUSTAKA
39
260-280
Tekanan, atm
30-60
CH3COOH
Aliran Proses:
Feed yang terdiri dari Acetaldehyde dan udara dipanaskan
terlebih dahulu dengan menggunakan spager. Didalam
reaktor acetaldehyde dioksidasi dan dikontakkan dengan
bantuan katalis. Konversi direaktor sebesar 90%.
Produk reaktor yang terdiri dari asam asetat dan turunan
dari asam asetat sebagai pengotor, sehingga perlu
dipisahkan.
Pemisahan dilakukan dengan beberapa buah distilasi, dan
distilasi yang terakhir menghasilkan asam asetat dengan
kemurnian 95%.
2. Proses Oksidasi Butana
Pada proses ini butana dioksidasi pada fase liquid dengan bantuan
katalis Mn, dengan kondisi operasi sebagai berikut:
40
Temperatur, oC
150-200
Tekanan, atm
50-100
5/2O2
2CH3COOH + H2O
Aliran Proses:
Feed yang terdiri dari butana dan udara dan udara
dipanaskan terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam
reaktor dengan menggunakan sparger. Didalam reaktor
butana dioksidasi dan dikontakkan dengan bantuan katalis,
konversi di reaktor sebesar 60%.
Produk dari reaktor yang terdiri dari asam asetat, senyawa
karbon jenuh dan sisa gas yang tidak bereaksi sebagai
pengotor sehingga diperlukan pemisahan dan daur ulang
(recycle).
Pemisahan produk dengan gas-gas yang tidak bereaksi
digunakan separator vessel, dan untuk memisahkan asam
asetat dari turunannya sebagai reaksi samping digunakan
distilasi. Distilasi yang digunakan ada empat buah, dan
distilasi yang terakhir menggunakan asam asetat dengan
kemurnian 90%.
3. Karbonilasi Methanol
Proses karbonilasi methanol terdiri atas dua macam proses, yaitu:
1. Karbonilasi
methanol
pada
tekanan
rendah
dengan
41
methanol
pada
tekanan
tinggi
dengan
CH3COOH
Aliran Proses:
Feed terdiri dari carbon monoxide dan methanol
direaksikan dalam sebuah reactor berpengaduk yang
beroperasi secara kontinyu (CSTR) dengan bantuan
katalis rhodium dan konversi terhadap methanol
mendekati 100%.
Produk dari reactor dipisahkan dengan menggunakan
system distilasi secara bertingkat, yaitu terdiri dari
lima buah kolom distilasi dan kemurnian produk
99%.
42
Methanol
Rumus kimia
CH3OH
Berat molekul
32,00
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
337,7 K
43
Freezing point
175,5 K
Spgr
0,792
Temperatur kritis
512,6 K
Tekanan kritis
80,9 bar
Panas penguapan
8426,00 kkal/kmol
Rumus kimia
CO
Berat molekul
28,00
Wujud
Gas
Warna
Tak berwarna
Boiling point
81,7 K
Freezing point
175,5 K
Temperatur kritis
132,9 K
Tekanan kritis
35,9 bar
Panas penguapan
1444,00 kkal/kmol
Rumus kimia
CH3COOH
Berat molekul
60,00
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
391,1 K
Freezing point
289,8 K
Spgr
1,049
Temperatur kritis
592,7 K
Tekanan kritis
57,9 bar
Panas penguapan
96,8 kkal/kmol
Rumus kimia
CH3COOCH3
Berat molekul
74,00
Carbon monoxide
Asam asetat
2.4.4
Methyl Asetat
44
2.4.5
2.4.6
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
330,4 K
Freezing point
175 K
Spgr
0,924
Temperatur kritis
506,8 K
Tekanan kritis
46,9 bar
Panas penguapan
7200,00 kkal/kmol
Rumus kimia
H2O
Berat molekul
18,00
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
373,2 K
Freezing point
273,2 K
Spgr
0,998
Temperatur kritis
647,3 K
Tekanan kritis
221,2 bar
Panas penguapan
8426,00 kkal/kmol
Rumus kimia
CH3CH2COOH
Berat molekul
74,00
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
414,5 K
Freezing point
252,5 K
Spgr
0,992
Temperatur kritis
612 K
Tekanan kritis
54 bar
Air
Asam Propionat
45
2.4.7
2.4.8
2.4.9
Methyl Iodida
Rumus kimia
CH3I
Berat molekul
142,00
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
315,7 K
Freezing point
206,7 K
Spgr
2,279
Temperatur kritis
528 K
Tekanan kritis
65,9 bar
Rumus kimia
HI
Berat molekul
128,00
Wujud
Gas
Warna
Tak berwarna
Boiling point
237,6 K
Freezing point
222,4 K
Spgr
4,4
Temperatur kritis
424,0 K
Tekanan kritis
83,1 bar
Rumus kimia
CO2
Berat molekul
44,00
Wujud
Gas
Warna
Tak berwarna
Freezing point
216,6 K
Spgr
1,528
Temperatur kritis
304,1 K
Tekanan kritis
73,8 bar
Hidrogen Iodida
Karbon Dioksida
46
RhI3
Berat molekul
483,6
Wujud
Padat
Warna
Merah
Boiling point
391,1 K
Freezing point
289,8 K
Spgr
12,5
Temperatur kritis
592,7 K
Tekanan kritis
57,9 bar
3. PROSES PEMBUATAN
3.1 Blok Diagram
3.2 Diskripsi Proses Pembuatan
Proses pembuatan asam asetat ini terdiri dari beberapa tahapan operasi sampai
didaptkan produk asam asetat yang diinginkan. Adapun tahapan operasi tersebut
dapat dibagi menjadi tiga seksi operasi, yaitu:
1. Seksi Preparasi dan Regenerasi Katalis
Katalis RhI3 sebelum dipergunakan terlebih dahuly dilarutkan didalam
batch catalyst reactor. Preparasi katalis terdiri dari beberapa operasi
sbb:
Larutan spent katalis dan methanol dipanasan di reaktor pada
149oC dengan vent tertutup selama 2 jam.
Tekanan reaktor kemudian diturunkan dan uapnya dilepaskan ke
kondenser.
Reaktor didinginkan sampai temperatur ruang tanpa pengadukan
untuk mengendapkan komponen rhodium.
47
Liquid yang bersih pada bagian atas endapan disedot keluar, lalu
dialirkan ke surge drum.
Makeup katalis RhI3 ditambahkan untuk memperoleh endapan
katalis kembali.
Asam asetat ditambahkan ke reaktor guna melarutkan komponen
rhodium pada kondisi 135oC dan tekanan 80 psig.
Larutan katalis didinginkan sampai temperatur ruang dan
kemudian dialirkan ke catalyst storage drum.
Liquid bersih di vaporizer yang masih mengandung beberapa
logam terlarut dan senyawa halogen, sebelum dibuang, larutan tersebut
dipanaskan terlebih dahulu di reaktor pada 140oC dan tekanan
atmospherik dengan penambahan methanol. Iodida terlarut dan light
gas dilepaskan melalui scrubber. Residu yang tak teruapkan dikirim ke
pembuangan.
Methyl
iodida
sebagai
promoter
disiapkan.
Reaksi
2HI(aq) + CO2(g)
CH3I(l) + H2O(l)
Reaksi tahap pertama terjadi pada 135oC dan tekanan 80 psig. Gas
yang dihasilkan sebelumnya dilepaskan terlebih dahulu didinginkan.
Pada reaksi tahap pertama ini, terjadi juga water-gas shift reaction
pada saat pemakaian iodida (H2O + CO
CO2 + H2).
Pada saat hidrogen terbentuk dan terdeteksi pada offgas, maka tekanan
diturunkan sampai tekanan atmospheri dan temperatur dijaga pada
85oC. Kemudian ditambahkan larutan methanol sehingga hidrogen
iodida akan bereaksi dengan methanol membentuk methyl iodida.
Metyl iodida yang terbentuk dilepaskan lalu didinginkan dan
kemudian disimpan. Dari sini kemudian dipompakan ke seksi
karbonilasi.
48
2. Seksi Karbonilasi
Reaksi karbonilasi antara methanol dengan carbon monoxide
berlangsung pada 200oC dan 500 psig di carbonylation reactor. Reaksi
yang terjadi merupakan reaksi eksotermis, panas yang dihasilkan
disirkulasi guna menjaga kondisi operasi pada reaktor supaya tetap
pada kondisi isothermal. Adapun reaksi pembentukan asam asetat
secara overall adalah sebagai berikut:
CH3COH(l) + CO(g)
CH3COOH(l)
3. Seksi Purifikasi
Aliran crude product berupa uap dari flash drum didistilasi dengan cara
distilasi bertingkat. Methyl iodide, asam asetat, sebagian air dan methyl
asetat serta sejumlah kecil methanol yang tidak bereaksi dipisahkan dari
49
4. KESIMPULAN
1. Asam Asetat merupakan salah satu jenis asam lemah yang
dimanfaatkan dalam
50
51
52
53
1. PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perkembangan Industri
Ide untuk memproduksi H2O2 secara langsung dari hidrogen dan oksigen sudah
dimulai sejak tahun 1910 oleh Henkel et al. Tahun 1920 mulai berkembang metode untuk
memproduksi H2O2 secara langsung dari berbagai element. Metode-metode ini hampir
seluruhnya menggunakan group logam sebagai katalis dalam reaksinya, baik jenis
heterogeneous katalis maupun homogeneous katalis. Awal tahun 1988, Dupont menggunakan
metode baru untuk memproduksi larutan H2O2 menggunakan reaksi katalitik dimana
dikontakkan H2 dan O2 secara langsung dalam media asam aquastic, dimana ditambahkan
katalis palladium supported tersuspensi dalam media asam kuat, H2O dan solvent.
1.2 Manfaat
Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan salah satu bahan kimia yang dibutuhkan di
Indonesia, tetapi masih didatangkan dari luar negeri. Hidrogen peroksida ini digunakan secara
luas dalam industri kertas dan juga dalam bidang kedokteran sebagai bahan anti septik
(pembersih luka). Pendirian pabrik pembuatan hidrogen peroksida di Indonesia ini diharapkan
dapat memperkecil ketergantungan Indonesia akan impor bahan-bahan kimia dari luar negeri.
Disamping itu akan memacu pertumbuhan industri-industri lain.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Macam-Macam Proses Pembuatan
Beberapa metode pembuatan hidrogen peroksida yang digunakan adalah:
1. Metode Elektrolotik
Dow/Hurron menggunakan metode ini untuk memproduksi H2O2 dengan mereduksi
katodik O2 pada tahun 1980.
54
Komposisi Bahan baku, Produk Utama, Produk samping dan Sifat Fisik maupun
Sifat Kimianya
2.4.1
Hidrogen
55
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.4.5
Rumus kimia
H2
Berat molekul
Wujud
Gas
Warna
Tak berwarna
Berat jenis
0,00005 kg/m3
Temperatur kritis
-240,0 oC
Tekanan kritis
12,80 atm
Rumus kimia
O2
Berat molekul
32,00
Wujud
Gas
Warna
Tak berwarna
Spgr
1,14
Temperatur kritis
-118,9 oC
Tekanan kritis
49,7 atm
Rumus kimia
N2
Berat molekul
28,00
Wujud
Gas
Warna
Tak berwarna
Temperatur kritis
-147,2 oC
Tekanan kritis
33,5 atm
Rumus kimia
H2O2
Berat molekul
34,02
1,4425 gr/ml
1,245
2,628
Boiling point
150,2 oC
H2O
Oksigen
Nitrogen
Hidrogen peroksida
Air
Rumus kimia
56
2.4.6
2.4.7
Berat molekul
18
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
100 oC
Spgr
0,792
0,85 cp
Rumus kimia
H2SO4
Berat molekul
98,1
Wujud
Cair
Warna
Tak berwarna
Boiling point
340 oC
Freezing point
175,5 K
Density
1,826 gr/ml
Rumus kimia
NaOH
Berat molekul
39,99
Wujud
Cair
Boiling point
1390 oC
Spgr
2,13
Viscosity
50,5 cp
Asam sulfat
Natrium hisroksida
3. PROSES PEMBUATAN
3.1 Deskripsi Proses Pembuatan
Proses pembuatan hydrogen peroksida ini berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan bahan baku
Dalam proses larutan asam aquastic mengandung sejumlah katalis dan sodium
bromide (NaBr) yang dipersiapkan dalam make-up vessel, dimana larutan yang keluar
dari make-up vessel berupa suspensi katalis encer, yang kemudian diumpankan menuju
mixing vessel. Karena media reaksi merupakan media asam aquastic maka
ditambahkan H2SO4 (98%), dan water proses pada mixing vessel sebelum diumpankan
57
10 oC
Tekanan
110 atm
Konversi perpass
Perbandingan ratio mol udara : mol H2 adalah 4,5:1. Reaksi bersifat eksotermis, reaksi
yang terjadi:
H2 + O2
H2O2
H2 + 1/2O2
H2O
58
DAFTAR PUSAKA
Achmadi, suminar. 1983. KIMIA ORGANIK Edisi Ke Enam. Erlangga : Jakarta.
http://www.atsdr.cdc.gov/es/toxfaqs/es_tfacts3.html
http://www.atsdr.cdc.gov/tfscts3.pdf
http://www.atsdr.cdc.gov/tfscts3.html#bookmark02
United States Patent, Gosling et al. Patent number : 5,278,344. Date of Patent : Jan. 11, 1994.
United States Patent, Sardar et al. Patent number : 5,382,734. Date of Patent : Jan. 17, 1995.
United States Patent, Morrison et al. Patent number : 5,401,386. Date of Patent : Mar. 28, 1995.
"http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat"
Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia (jilid 1) Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
R.A. DAY, JR.& A. L. UNDERWOOD. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi Keenam). Jakarta :
Erlangga
Syarifudin, Ismail. 1996. Alat Industri Kimia. Penerbit UNSRI : Palembang.
Emawaty. Anna. 2002. Tugas Akhir Pembuatan Hydrochloric Acid. Palembang.
Fessenden, Ralp J. Joan S. Fessenden. 1999. Kimia Oraganik edisi ketiga. Erlangga : Jakarta.
www.wikipedia.com
www.google.com
www.patentstorm.us
Hardman J,G. et al, Goodman & Gilmans. 1996. The Pharmacological Basis of Therapeutic, 9th.
McGraw-Hill. hal. 3.
2005. The Complete Drug Reference 34th. Pharmaceutical Press., hal. 1179-3.
http//www.who.int/watersanitationhealth
Burgess, William A. 1981. Recognition of Health Hazard in industry. John Wiley & Sons: NewYork.
Schorr WF, Keran, E. Plotka, E. 1974. Formaldehyde Allergy Archives of Dermatology vol 10. No.1.
Siege et al 1983. Formaldehyde Risk Assesment for Occupationally exposed Workers.
Regulatory Toxicology and Pharmacology Vol. 3, No.4.
WHO. 1969. Environtmental Health Criteria 89. Joint Sponsorship of the United Nation Env.Program.
ILO and WHO. Geneva.
Hart, Harold dan Leslie E. Craine. 2003. Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.
Kesebelas. Jakarta: Erlangga
59
Sartika, Yevi dan Eka Windi Lestari. 1999. Pra Rencana Pabrik Asam Asetat Kapasitas 90.000 ton per
Tahun.
Tahun. Palembang
www. Wikipedia.com
www. KompasCyberMedia.com
WWW.
GEOBACTER, BAKTERI SUPER PEMAKAN URANIUM DENGAN ANTENA NANO. OLEH DR. IS HELIANTI M SC,
PENELITI PADA PUSAT PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BIOINDUSTRI - BPPT
60