Anda di halaman 1dari 6

Runtuhnya Pemerintahan Orde Baru dan Lahirnya Reformasi

Di balik kesuksesan pembangunan di depan, Orde Baru menyimpan


beberapa kelemahan. Selama masa pemerintahan Soeharto, praktik korupsi,
kolusi, nepotisme (KKN) tumbuh subur. Praktik korupsi menggurita hingga
kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tahun 1998. Rasa
ketidakadilan mencuat ketika kroni-kroni Soeharto yang diduga bermasalah
menduduki jabatan menteri Kabinet Pembangunan VII. Kasus-kasus korupsi
tidak pernah mendapat penyelesaian hukum secara adil.
Pembangunan Indonesia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
sehingga menyebabkan ketidakadilan dan kesenjangan sosial. Bahkan,
antara pusat dan daerah terjadi kesenjangan pembangunan karena sebagian
besar kekayaan daerah disedot ke pusat. Akhirnya, muncul rasa tidak puas di
berbagai daerah, seperti di Aceh dan Papua. Di luar Jawa terjadi
kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan pendatang (transmigran)
yang memperoleh tunjangan pemerintah. Penghasilan yang tidak merata
semakin memperparah kesenjangan sosial.
Pemerintah mengedepankan pendekatan keamanan dalam bidang
sosial dan politik. Pemerintah melarang kritik dan demonstrasi. Oposisi
diharamkan rezim Orde Baru. Kebebasan pers dibatasi dan diwarnai
pemberedelan Koran maupun majalah. Untuk menjaga keamanan atau
mengatasi kelompok separatis, pemerintah memakai kekerasan bersenjata.
Misalnya, program Penembakan Misterius (Petrus) atau Daerah Operasi
Militer (DOM). Kelemahan tersebut mencapai puncak pada tahun 1997-1998.
Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Krisis moneter
dan keuangan yang semula terjadi di Thailand pada bulan Juli 1997
merembet ke Indonesia. Hal ini diperburuk dengan kemarau terburuk dalam
lima puluh tahun terakhir. Dari beberapa negara Asia, Indonesia mengalami
krisis paling parah. Solusi yang disarankan IMF justru memperparah krisis.
IMF memerintahkan penutupan enam belas bank swasta nasional pada 1
November 1997. Hal ini memicu kebangkrutan bank dan negara.
Krisis ekonomi mengakibatkan rakyat menderita. Pengangguran
melimpah dan harga kebutuhan pokok melambung. Pemutusan hubungan
kerja (PHK) terjadi di berbagai daerah. Daya beli masyarakat menurun.
Bahkan, hingga bulan Januari 1998 rupiah menembus angka Rp 17.000,00
per dolar AS. Masyarakat menukarkan rupiah dengan dolar. Pemerintah
mengeluarkan Gerakan Cinta Rupiah, tetapi tidak mampu memperbaiki
keadaan. Krisis moneter tersebut telah berkembang menjadi krisis
multidimensi. Krisis ini ditandai adanya keterpurukan di segala bidang
kehidupan bangsa. Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin
menurun. Pemerintah kurang peka dalam menyelesaikan krisis dan kesulitan
hidup rakyat. Kabinet Pembangunan VII yang disusun Soeharto ternyata
sebagian besar diisi oleh kroni dan tidak berdasarkan keahliannya. Kondisi
itulah yang melatarbelakangi munculnya gerakan reformasi.
Munculnya gerakan reformasi dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis
multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Semula gerakan ini hanya
berupa demonstrasi di kampus-kampus di berbagai daerah. Akan tetapi, para

1)

2)

3)

4)

mahasiswa harus turun ke jalan karena aspirasi mereka tidak mendapatkan


jalan keluar. Gerakan reformasi tahun 1998 mempunyai enam agenda antara
lain suksesi kepemimpinan nasional, amandemen UUD 1945, pemberantasan
KKN, penghapusan dwifungsi ABRI, penegakan supremasi hukum, dan
pelaksanaan otonomi daerah. Agenda utama gerakan reformasi adalah
turunnya Soeharto dari jabatan presiden. Berikut ini kronologi beberapa
peristiwa penting selama gerakan reformasi yang memuncak pada tahun
1998.
Demonstrasi Mahasiswa
Desakan atas pelaksanaan reformasi dalam kehidupan nasional
dilakukan mahasiswa dan kelompok proreformasi. Pada tanggal 7 Mei 1998
terjadi demonstrasi mahasiswa di Universitas Jayabaya, Jakarta. Demonstrasi
ini berakhir bentrok dengan aparat dan mengakibatkan 52 mahasiswa
terluka. Sehari kemudian pada tanggal 8 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa
terjadi di Yogyakarta (UGM dan sekitarnya). Demonstrasi ini juga berakhir
bentrok dengan aparat dan menewaskan seorang mahasiswa bernama
Mozes Gatotkaca. Dalam kondisi ini, Presiden Soeharto berangkat ke Mesir
tanggal 9 Mei 1998 untuk menghadiri sidang G 15.
Peristiwa Trisakti
Tuntutan agar Presiden Soeharto mundur semakin kencang disuarakan
mahasiswa di berbagai tempat. Tidak jarang hal ini mengakibatkan
bentrokan dengan aparat keamanan. Pada tanggal 12 Mei 1998 empat
mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta tewas tertembak peluru aparat
keamanan saat demonstrasi menuntu Soeharto mundur. Mereka adalah
Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.
Peristiwa Trisakti mengundang simpati tokoh reformasi dan mahasiswa
Indonesia.
Kerusuhan Mei 1998
Penembakan aparat di Universitas Trisakti itu menyulut demonstrasi
yang lebih besar. Pada tanggal 13 Mei 1998 terjadi kerusuhan, pembakaran,
dan penjarahan di Jakarta dan Solo. Kondisi ini memaksa Presiden Soeharto
mempercepat kepulangannya dari Mesir. Sementara itu, mulai tanggal 14
Mei 1998 demonstrasi mahasiswa semakin meluas. Bahkan, para
demonstran mulai menduduki gedung-gedung pemerintah di pusat dan
daerah.
Pendudukan Gedung MPR/DPR
Mahasiswa Jakarta menjadikan geudng MPR/DPR sebagai pusat gerakan
yang relative aman. Ratusan ribu mahasiswa menduduki gedung rakyat.
Bahkan, mereka menduduki atap gedung tersebut. Mereka berupaya
menemui pimpinan MPR/DPR agar mengambil sikap yang tegas. Akhirnya,
tanggal 18 Mei 1998 ketua MPR/DPR Harmoko meminta Soeharto turun dari
jabatannya sebagai presiden. Pernyataan Harmoko itu kemudian dibantah
oleh Pangjab Jenderal TNI Wiranto dan mengatakannya sebagai pendapat
pribadi.
Untuk mengatasi keadaan, Presiden Soeharto mengundang beberapa
tokoh masyarakat seperti Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid ke

Istana Negara pada tanggal 19 Mei 1998. Akan tetapi, upaya ini tidak
mendapat sambutan rakyat.
5) Pembatalan Apel Kebangkitan Nasional
Momentum hari Kebangkitan Naisonal 20 Mei 1998 rencananya
digunakan tokoh reformasi Amien Rais untuk mengadakan doa bersama di
sekitar Tugu Monas. Akan tetapi, beliau membatalkan rencana apel dan doa
bersama karena 80.000 tentara bersiaga di kawasan tersebut. Di Yogyakarta,
Surakarta, Medan, dan Bandung ribuan mahasiswa dan rakyat
berdemonstrasi. Ketua MPR/DPR Harmoko kembali meminta Soeharto
mengundurkan diri pada hari Jumat tanggal 22 Mei 1998 atau MPR/DPR akan
terpaksa memilih presiden baru. Bersamaan dengan itu, sebelas menteri
Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri.
6) Pendunduran Diri Presiden Soeharto
Pada dini hari tanggal 21 Mei 1998 Amien Rais selaku Ketua Pengurus
Pusat Muhammadiyah menyatakan, Selamat tinggal pemerintahan lama
dan selamat datang pemerintahan baru. Ini beliau lakukan setelah
mendengar kepastian dari Yuzril Ihza Mahendra. Akhirnya, pada pukul 09.00
WIB Presiden Soeharto membacakan pernyataan pengunduran dirinya.
Itulah beberapa peristiwa penting menyangkut gerakan reformasi
tahun 1998. Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden yang telah
dipegang selama 32 tahun. Beliau kemudian digantikan B.J. Habibie. Sejak
saat itu Indonesia memasuki era reformasi.
2. Perkembangan Politik Pada Masa Reformasi
Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era
reformasi mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang
transparan serta merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum yang akan
diselenggarakan di bawah pemerintahan Presiden Habibie merupakan
pemilihan umum yang telah bersifat demokratis.
Selain itu pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas
mengemukakan pendapatnya di muka umum. Presiden Habibie memberikan
ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat, baik dalam
bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa atau demonstrasi. Namun
khusus demonstrasi, setiap organisasi atau lembaga yang ingin melakukan
demonstrasi hendaknya mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan
menentukan tempat untuk melakukan demonstrasi tersebut.
Setelah reformasi dilaksanakan, peran ABRI di Perwakilan Rakyat DPR
mulai dikurangi secara bertahap yaitu 75 orang menjadi 38 orang. Langkah
ini yang ditempuh adalah ABRI semula terdiri dari empat angkatan yaitu
Angkatan Darat, Laut, dan Udara serta Kepolisian RI, namun mulai tanggal 5
Mei 1999 Polri memisahkan diri dari ABRI dan kemudian berganti nama
menjadi Kepolisian Negara. Istilah ABRI pun berubah menjadi TNI yang terdiri
dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di
bidang hukum. Reformasi hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang
berkembang di masyarakat. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Habibie

untuk mereformasi hukum mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan


masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada
tatanan hukum yang didambakan oleh masyarakat.
Presiden Habibie mencabut lima paket undang-undang tentang politik.
Sebagai gantinya DPR berhasil menetapkan tiga undang-undang politik baru.
Ketiga undang-undang itu disahkan pada tanggal 1 Februari 1999 dan
ditandatangani oleh Presiden Habibie. Ketiga undang-undang itu antara lain
undang-undang partai politik, pemilihan umum, susunan serta kedudukan
MPR, DPR, dan DPRD.
Munculnya undang-undang politik yang baru memberikan semangat
untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan munculnya
undang-undang politik itu partai-partai politik bermunculan dan bahkan tidak
kurang dari 112 partai politik telah berdiri di Indonesia pada masa itu.
Namun dari sekian banyak jumlahnya, hanya 48 partai politik yang berhasil
mengikuti pemilihan umum tahun 1999. Hal ini disebabkan karena aturan
seleksi partai-partai politik diberlakukan cukup ketat. Setalah perhitungan
suara berhasil diselesaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), hasilnya lima
besar partai yang berhasil meraih suara-suara terbanyak di antaranya PDI
Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan pembangunan, Partai
Pembangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional.
Setelah Komisi Pemilihan Umum berhasil menetapkan jumlah anggota
DPR dan MPR segera melaksanakan sidang. Sidnag Umum MPR tahun 1999
diselenggarakan sejak tanggal 1 21 Oktober 1999. Dalam Sidang Umum itu
Amien Rais dikukuhkan menjadi ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi ketua
DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato pertanggung
jawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme voting
dengan 355 suara menolah, 322 menerima, 9 absen dan 4 suara tidak sah.
Akibat penolakan pertanggungjawaban itu, Habibie tidak dapat untuk
mencalonkan diri mejadi Presiden Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan
munculnya tiga calon Presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di
MPR yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan
Yuhsril Ihza MAhendra. Namun tanggal 20 Oktober 1999, Yuhsril Ihza
Mahendra mengundurkna diri. Oleh karena itu, tinggal dua calon Presiden
yang maju dalam pemilihan itu, Abdurrahman Wahid dan Megawati
Soekarnopoutri. Dari hasil pemilihan presiden yang dilaksanakan secara
voting, Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan Wakil Presiden
dengan calonnya Megawati Soekaroputri dan Hamzah Haz. Pemilihan Wakil
Presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri. Kemudian
pada tanggal 25 Oktober 1999 Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil
Presiden Megawati Soekarnoputri berhasil membentuk Kabinet Persatuan
Nasional.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menduduki jabatan sebagai Presiden
Republik Indonesia tidak sampai pada akhir masa jabatannya. Beliau
menduduki jabatan sampai tahun 2001 dikarenakan munculnya
ketidakpercayaan parlemen padanya. DPR/MPR kemudian memilih dan

3.

4.

a.
b.
c.
d.
e.

mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Republik Indonesia


dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden Indonesia. Masa kekuasaan
Megawati berakhir pada tahun 2004.
Pemilihan Umum tahun 2004 merupakan momen yang sangat penting
dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia. Untuk pertama kalinya
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat
Indonesia. Pada pemilihan umum ini Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan Jusuf Kalla sebagai Wakil
Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 2004-2009.
Kondisi Sosial Masyarakat Sejak Reformasi
Sejak krisis moneter yang melanda pada pertengahan tahun 1997,
perusahaan-perusahaan swasta mengalami kerugian yang tidak sedikit,
bahkan pihak perusahaan mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya
untuk membayar gaji dan upah pekerjanya. Keadaan seperti ini menjadi
masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan mengalami
kerugian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja menuntut kenaikan
gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit dipenuhi oleh
pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil tindakan
untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK.
Para pekerja yang diberhentikan itu menambah jumlah pengangguran,
sehingga jumlah pengangguran diperkirakan mencapai 40 juta orang.
Pegangguran dalam jumlah yang sangat besar ini akan menimbulkan
terjadinya masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. Dampak susulan
dari pengangguran adalah makin maraknya tindakan-tindakan criminal yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Langkah yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut adalah
pemerintah dengan serius menangani masalah pengangguran dengan
membuka lapangan kerja baru yang dapat menampung para penganggur
tersebut. Langkah berikutnya, pemerintah berusaha menarik kembali para
investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga dapat
membuka lapangan kerja baru untuk menampung para penganggur
tersebut.
Kondisi Ekonomi Masyarakta Indonesia
Sejak berlangusngnya krisis moneter pertengahan tahun 1997,
ekonomi Indonesia mulai mengalami keterpurukan. Keadaan perekonomian
makin memburuk dan kesejahteraan rakyat makin menurun. Pengangguran
juga semakin luas. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan
Habibie untuk memperbaiki perekonomian Indonesia diantaranya :
Merekapitulasi perbankan
Merekonstruksi perekonomian Indonesia
Melikuidasi beberapa bank bermasalah
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di
bawah Rp 10.000,Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat,
pemerintah juga memperhatikan harga produk pertanian Indonesia, karena

selama masa pemerintahan Orde Baru maupun sejak krisis 1997 tidak
pernah berpihak kepada petani. Apabila pendapatan petani meningkat, maka
permintaan pertanian terhadap barang non pertanian juga meningkat.
Dengan ditetapkannya harga produk pertanian akan member semangat
bangkitnya para pengusaha untuk mengembangkan kegiatan
perusahaannya.
Pihak pemerintah telah berusaha ntuk membawa Indonesia keluar dari
krisis. Tetapi tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh
sebab itu untuk mengatasi krisis, presiden sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan Republik Indonesia, memerlukan penyelesaian secara
bertahap berdasarkan skala prioritas.

Anda mungkin juga menyukai