HUBUNGI KAMI
KARIR
BERLANGGANAN
Search
Show option
NASIONAL
Kolom
MONDIAL
EKONOMI
PROPERTI
TELKO
OTOMOTIF
OLAHRAGA
KOLOM
RONA
MEGAPOLITAN
VIDEO
KUPAS
EDISI WEEKEND
Perada
Populer
Terbaru
Views
Views
Views
Views
Views
Foto : istimewa
AA
A Pengaturan Font
Kisahnya berawal dari pemuda bernama Subardjo, tokoh utama, yang mendadak nyaleg. Ketertarikan juragan
telur asin ini menjadi salah satu caleg DPRD dari Partai Peduli Amat hanya karena terprovokasi Rudy (hal 34).
Setelah bertemu Mas Parno, salah satu pengurus partai dan dicekoki soal politik, parpol, caleg, masa depan
bangsa, dan pemimpin, Jojo panggilan keren Subardjo yang sangat buta hal-hal gituan akhirnya mantap nyaleg
(hal 54).
Ia juga tak keberatan saat disuruh memilih paket hemat atau istimewa. Paket istimewa, caleg kursi DPR daerah
pilihan yang berpeluang besar mendulang suara dan mendapat nomor-nomor kecil. Paket hemat kebalikannya.
Tentu harga yang harus disumbangkan berbeda. Dengan uang semua bisa diatur, tandas Mas Parno (hal 64-65).
Views
Setelah nyaleg Jojo yang gaptik alias gagap politik berubah. Ia jadi gemar mengikuti berita seputar politik dan
pemilu. Sementara, Rudy yang ternyata jebolan jurusan komunikasi diangkat menjadi penasihat politik sekaligus
manajernya. Meskipun amatiran, semua yang dikatakan Rudy relevan dengan kebutuhan pasar politik sekarang.
Salah satunya masalah pencitraan (hal148).
Rudy memanfaatkan momen bencana demi menjaring suara konstituen dan membangun citra (hal160).
Bersama Rudy, Jojo rajin mendatangi lokasi bencana di Brebes, dapil Jojo. Sembari membagi-bagikan sembako,
tak henti-hentinya Rudy mengingatkan bahwa bantuan berasal dari Subardjo alias Jojo, caleg Partai Peduli Amat
dengan nomor urut enam (hal170-171).
Jojo sempat tidak nyaman dengan cara ini tapi Rudy selalu berhasil menyakinkan bahwa kehadiran caleg di
daerah-daerah bencana mahapenting. Mereka butuh uang untuk melanjutkan hidup. Caleg butuh suara mereka.
Dua kepentingan itu bertemu menjelang pemilu. Ini sebuah realita dan logika politik cantik, nasihat Rudy (hal
207).
Sementara di rumah, ibu dan bapak Jojo juga kewalahan menghadapi antrean warga, utusan lembaga, sampai
oknum desa yang menodong sumbangan dengan seribu alas an (hal 167). Bila tak dikasih mereka akan
mengancam tak memilih Jojo (hal 196).
Ternyata Jojo dan Rudy tak sendiri. Di salah satu lokasi bencana Jojo bertemu salah satu caleg untuk DPR dari
Partai Amatlah Rasional bernama John Arbyn. Mereka lalu bekerja sama mengubah setiap musibah menjadi
berkah. Kerja sama berdua kurang disukai Rudy.
Tiba saat kampaye terbuka Jojo masih juga gaptik. Biar pun kegiatan membaca koran dan menonton berita politik
diperbanyak tapi ternyata tidak berpengaruh banyak. Untuk menutupi kelemahan ini Rudy memakai taktik
simbiosis mutualisme. Ia memaksa Jojo gantian nebeng John Arbyn. Jagat politik tidak ada kawan atau lawan
abadi. Yng ada kepentingan abadi (hal 202).
Sayang taktik ini tidak membantu. Dalam kampanye dialogis, Jojo tetap tidak bisa menjawab pertanyaan dengan
baik. John kian berkibar, Jojo kian terpuruk. Beginilah nasib caleg jadi-jadian (hal 213).
Hasil bisa ditebak, Jojo gagal jadi DPRD Jateng. Semua terluka. Ibunya yang paling berduka karena tanpa
sepengetahuan Jojo, dia mengeluarkan 20 juta untuk mahar seutas kalung sakti dan secarik jimat potongan
kertas. Bagi ibu, kegagalan Jojo bukan karena apa-apa tapi lebih kecerobohannya menghilangkan kalung sakti
dan jimat itu (hal 222-229).
Novel ini memperlihatkan kehidupan politik dan masyarakat di wilayah abu-abu, tidak jelas yang benar dan
keliru. Semua mengabur dalam kepentingan sesaat, hingga orang superbaik dan kuat yang masuk ke dalam
sistem ini tidak akan bisa berbuat banyak. Dia harus diam di tempat atau ikut dalam permainan.
Tags
buku
Namaku Subardjo
perada
Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya
Bisa Dipastikan
Penerimaan Negara Akan
Terganggu