Anda di halaman 1dari 4

Mengukuhkan Gelar Pahlawan Nasional KH Ahmad Hanafiah

Selasa, 22 Desember 2015 01:50 WIB

ilustrasi

GEMURUH Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tahun 1945 di Jakarta telah
membangkitkan semangat patriotisme dan heroisme segenap warga bangsa menjemput jembatan emas
kemerdekaan yang terbentang luas, merebut peluang melaksanakan cita-cita membangun bangsa dan negara
yang penuh hambatan dan tantangan yang wajib diperjuangkan anak bangsa dengan mempertaruhkan
segenap potensi diri sampai titik darah penghabisan.
Perjuangan, pemikiran, dan berbagai tindakan konkret segenap anak bangsa yang dipelopori para pemudanya
yang berjuang mendarmabaktikan diri dan berjasa besar sangat pantas dan layak untuk dihargai pemerintah
atas nama bangsa dan negara, terlebih bagi mereka yang memiliki integritas moral, keteladan, dan menjadi
komandan perang melawan penjajah di masa revolusi dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
khususnya di Lampung.
Status pahlawan nasional diartikan suatu pengakuan terhadap kedudukan dan peran aktif serta gelar yang
diberikan presiden atas nama Pemerintah Republik Indonesia kepada seseorang yang semasa hidupnya
melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara.
Berdasar pemikiran itu, dari perspektif tinjauan sejarah kritis, sejarah pahlawan seharusnya dikaji dan diteliti
secara objektif agar diakui dan dikukuhkan menjadi pahlawan nasional. Kongkretnya yaitu melakukan
penelitian sejarah dan menemukan bukti-bukti kongkret atas jasa-jasa kejuangan dan kepahlawanan
seseorang yang akan diusulkan jadi pahlawan atau mendapat penghargaan.

Hal itu tentunya didasarkan pada Peraturan Presiden No. 33 Tahun 1964 Pasal 1 yang menyebutkan,
Pahlawan sebagai warga Negara Republik Indonesia yang gugur atau tewas atau meninggal dunia karena
akibat tindak kepahlawanannya yang cukup mempunyai mutu dan nilai jasa perjuangan dalam suatu tugas
perjuangan untuk membela negara dan bangsa.
Jika ditelusuri lebih lanjut, secara lebih tegas dinyatakan dalam Peraturan Presiden tersebut bahwa pahlawan
itu terdiri dari warga Negara Indonesia yang masih diridai dalam keadaan hidup sesudah melakukan tindak
kepahlawanannya yang cukup membuktikan jasa pengorbanan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela
negara dan bangsa dan dalam riwayat hidup selanjutnya tidak ternoda tindak atau perbuatan yang
menyebabkan menjadi cacat nilai perjuangan dan kepahlawanannnya.
Perspektif konseptual dipahami, pahlawan nasional diakui sebagai gelar yang diberikan kepada warga negara
Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajah yang gugur atau meninggal dunia demi membela
bangsa dan negara. Gelar itu bisa juga diberikan untuk seseorang yang semasa hidupnya melakukan tindakan
kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan
bangsa.
Secara faktual diperoleh kejelasan, nama lengkap pejuang dan pahlawan yang diusulkan untuk dikukuhkan
menjadi pahlawan nasional dari Provinsi Lampung pada tahun 2015 ini yaitu Kiai Haji Ahmad Hanafiah
(Alfiah) bin Kiai Haji Muhammad Nur yang lahir di Sukadana pada tahun 1905, di Kecamatan Sukadana,
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Riwayat Perjuangan
Berikutnya perlu dijelaskan riwayat perjuangan secara singkat, yaitu pada bulan Ramadan tahun 1947 Agresi
Pertama, beliau memimpin satu Batalion Fi-Sabilillah dari Lampung ke front pertempuran di perbatasan
Lampung-Palembang dan tertawan serta terbunuh oleh tentara kolonial Belanda dalam pertempuran di Front
Kemarung, Sepancar, dan Kemelak/Baturaja yang sampai saat ini beliau belum dapat ditemukan makamnya.
Kajian akademik mendapatkan beberapa pengakuan berdasarkan Rekomendasi Bupati Lampung Timur,
dengan suratnya No. 460/319/09/SK/2015, tertanggal 24 Maret 2015 yang didasarkan usul dan Surat Dinas
Sosial Provinsi Lampung No. 465/057/III.04/B.III/2015 tanggal 13 Januari 2015, perihal prosedur pemberian
gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan; dan surat dari keluarga besar Kiai Haji Ahmad Hanafiah perihal
permohonan rekomendasi usulan pahlawan nasional, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sesuai tugas
pokok dan fungsi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lampung Timur.
Lebih lanjut fakta itu ditegaskan pernyataan dalam surat usulan pemberian gelar pahlawan nasional oleh
Markas Cabang Legiun Veteran RI Kabupaten Lampung Timur atas nama KH Ahmad Hanafiah No.
B/04/IV/2015, tanggal 11 Maret 2015, yang ditegaskan, ... bahwa benar alm Ahmad Hanafiah adalah seorang
pejuang yang gugur sebagai putra bangsa untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di perbatasan Lampung-Palembang. Beliau tertawan dan dibunuh tentara kolonial Belanda dalam
pertempuran di Front Kemarung, Sepancar, dan Kemelak/Baturaja yang sampai saat ini beliau belum dapat
ditemukan makamnya. Atas dasar tersebut, diusulkan dapatnya diberikan gelar pahlawan nasional kepada
KH Ahmad Hanafiah.
Kemudian pernyataan itu dipertegas lagi oleh Kiai Haji Arief Mahya yang diakui masyarakat Lampung sebagai
ulama, tokoh masyarakat, dan pejuang yang kini telah berusia lebih dari 90 tahun dan masih dalam keadaan
sehat; beliau seorang sahabat dan rekan seperjuangan almarhum Kiai Haji Ahmad Hanafiah sejak muda, dan

dalam surat yang ditulis dengan tangannya sendiri beliau menyatakan permohonan kepada Bapak Presiden
Republik Indonesia, yang intinya permohonan ketika Presiden hendak memberikan gelar pahlawan nasional
kepada warga Lampung mendatang, mohon prioritas diberikan lebih dahulu kepada Mr Gele Harun dan KH A
Hanafiah.
Selanjutnya ditegaskan dalam surat beliau tertanggal 20 November 2014, yang menyatakan, ...ketika
revolusi fisik mempertahankan eksistensi kemerdekaan bangsa dan Negara Kesatuan RI pada tahun 1947
dan 1949 melawan agresi militer Belanda dahulu itu. Bahwa pada hemat saya jasa kedua beliau tersebut
sangat besar konkret dan faktual serta telah teruji ketika berjuang mempertahankan harkat dan martabat
bangsa dan Negara RI ketika itu. Kini saya telah berumur 89 tahun, saya hawatir ke depan akan tidak ada yang
menggugah kedua kepahlawanan dua tokoh pejuang tersebut. Saya telah merintiskan jalan, maka
dipersilakan masing-masing keluarga/kerabat dua tokoh ini menidak lanjuti segala urusan hingga keduanya
dengan SK presiden bergelar pahlawan nasional Indonesia.
Kemudian berdasarkan penelusuran sejarah perjuangan agresi militer Belanda pertama dinyatakan dalam
buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Agresi Militer Belanda 1; yang ditulis oleh Dr AH Nasution, jilid
5, cetakan keenam, tahun 1994, pada halaman 282284, dijelaskan, Pelbagai usaha dilakukan untuk
merebut kembali atau mengacaukan kota-kota yang terpenting. Antara lain dari jurusan Lampung terhadap
Baturaja aksi rakyat di bawah pimpinan Kiai Ratu Penghulu, Patih Nawawi, dan Kiai Hanafiah dari Sukadana,
dan beberapa pemimpin rakyat yang lain, yang bertahan di Martapura. Kiai Hanafiah tertawan dan kemudian
dibunuh musuh.
Pernyataan Jenderal Dr AH Nasution dalam buku jilid 5 tersebut dan beberapa kutipan lainnya itu
mempertegas adanya fakta sejarah perjuangan Kiai Haji Ahmad Hanafiah sebagai seorang pemimpin, ulama,
komandan perang Laskar Golok/Fi Sabilillah benar-benar terjadi, beliau mendarmabaktikan diri dan berjasa
besar dalam membangkitkan semangat kepahlawanan, kepatriotan, dan kejuangan untuk mempertahankan
kedaulatan negara dan bangsa yang berdaulat sampai titik darah penghabisan.
Peristiwa historis yang terjadi itu, banyak penulis dan saksi sejarah yang menyatakan, Beliau bukan saja
dikenal sangat pemberani, tapi juga ditakuti lawan. Dia punya ilmu kebal peluru.
Selain fakta historis itu, lebih lajut dapat dijelaskan beliau diakui juga sebagai tokoh, pejuang, pemimpin,
ulama, birokrat, politisi, dan komandan perang (pemimpin Laskar Hizbullah) yang lebih dikenal sebagai Laskar
Bergolok, karena pada umumnya mereka bersenjatakan golok ciomas yang dianggap ampuh.
Regulasi dan kebijakan pemerintah yang didasarkan ketentuan dan persyaratan seseorang calon dapat
disulkan menjadi pahlawan nasional itu jelas, sebagaimana dikemukakan sejarawan Asvi Marwan Adam yang
menyatakan, Berarti seseorang yang akan diberi gelar pahlawan seharusnya tidak memiliki catatan sejarah
kehidupan buruk yang menyebabkan haknya untuk mendapatkan gelar pahlawan gugur secara otomatis.
Berikutnya dapat dipahami, mengenai syarat khusus yang harus dipenuhi calon pahlawan adalah selama masa
hidupnya, dia pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata, perjuangan politik, atau perjuangan
dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan, serta mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, dia pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa
dan negara serta pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas
atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Memang sebenarnya gelar pahlawan nasional itu diusulkan Menteri Sosial dan diangkat Presiden. Namun,

perlu dipertegas, beberapa waktu lalu Kiai Haji Ahmad Hanafiah telah diakui dan dinyatakan sebagai
pahlawan daerah Lampung.
Kemudian nama beliau telah digunakan sebagai nama jalan di Kota Metro. Sungguh layak kiranya beliau
diakui dan dikukuhkan pemerintah untuk mendapat tanda jasa atau tanda kehormatan sebagai pahlawan
nasional.
Kehadiran tulisan ini dijadikan dasar yang argumentatif untuk pembuktian sejarah pahlawan diantara sekian
bukti keseriusan peneliti dan akademisi yang secara substantif mampu menegaskan fakta sejarah dapat
dijadikan dasar pengajuan usul dan pengukuhan gelar pahawan nasional bagi Kiai Haji Ahmad Hanafiah.
Terutama dengan mempertahankan prinsip-prinsip objektivitas, kebenaran (bukan pembenaran) dan
kejujuran ilmiah, yang telah berproses sejak lama dan diakui banyak pihak, baik dari kalangan akademisi,
ulama, kiai, jurnalis, Markas Cabang Legiun Veteran RI Kabupaten Lampung Timur; dan rekomendasi bupati
kepala daerah Kabupaten Lampung Timur, terbukti.
Kiai Haji Ahmad Hanafiah diakui sebagai pahlawan daerah Lampung, sehingga pada tahap berikutnya dapat
dikukuhkan menjadi pahlawan nasional. Sebab, beliau memang benar-benar pejuang dan pemimpin perang
gerilya pada agresi pertama dan wafat di medan pertempuran (mati syahid), berjuang jihad fi sabilillah untuk
membela negara dan bangsa Indonesia.
Akhirnya, kajian ilmiah ini dapat dijadikan bukti dan perlu ditegaskan lamon mak kham sapa lagi, lamon mak
ganta kapan lagi untuk mengakui dan mengukuhkan Kiai Haji Ahmad Hanafiah sebagai Pahlawan Nasional.
Semoga bernilai guna dan bermanfaat. Amin.
Penulis : Fauzie Nurdin, Guru Besar Fakultas Ushuluddin/Dosen Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung
Editor

: Ricky Marly

dibaca

: 1084 Kali

Suka

Bagikan

29

0
Tweet

Bagikan

0komentar
UrutBerdasarkan PalingLama

TambahkanKomentar...

FacebookCommentsPlugin

OPINI

Menakar KPK Jilid IV (http://lampost.co/berita/menakar-kpk-jilid-iv)

Anda mungkin juga menyukai