Anda di halaman 1dari 5

CALVIN MAULANA

Jangan lupakan pahlawanmu!

Pendahuluan

Peringatan hari pahlawan yang jatuh pada 10 November menjadi hari yang sakral
bagi bangsa dan masyarakat Indonesia. Pada hari itulah perlawanan rakyat Indonesia
terhadap penjajahan kala itu berkobar dan membuat rakyat bersatu melawan
penindasan. Perlawanan rakyat 74 tahun silam dilandaskan oleh lamanya bangsa
Indonesia dijajah yaitu 3,5 abad oleh belanda yang jika kita ibaratkan satu generasi
hidup selama 50 tahun, maka sebanyak 7 generasi Indonesia ditindas dan dijajah serta
dijajah oleh jepang selama 3,5 tahun yang membuat rakyat Indonesia semakin tersiksa.
Memang memaknai nilai-nilai kepahlawanan saat ini tidak harus dengan mengangkat
senjata dan tidak harus turun di medan perang. Namun, dengan menjaga negara
Indonesia tetap utuh pun salah satu bentuk menghargai atas hasil perjuangan pahlawan.

Nilai kepahlawanan ini dikemukakan oleh Hook (1997), seseorang yang


menemukan masalah atau dihadapkan oleh peristiwa yang memiliki konsekuensi yang
mendalam jika ia tidak bertindak sesuai dengan apa yang dilakukannya. Perbedaan
seorang pahlawan sebagai seseorang yang penting dalam sejarah, dan sebagai seseorang
yang membuat sejarah kemudian dikemukakan oleh Thomas Carlyle (1899) manusia
dapat menjadi seorang pahlawan atau orang-orang besar dan seorang pahlawan yang
dipuja oleh rakyatnya karena jasanya dalam tindakannya terhadap membela kebenaran.

Kemudian terdapat beberapa pahlawan yang terkenal dan diakui secara nasional
seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Jenderal Sudirman, Teuku Umar, Imam Bonjol,
Cut Nyak Dien, R.A Kartini, Dewi Sartika, Otto Iskandardinata dan di tingkat lokal
seperti Mohammad Toha, Mohammad Ramdan, Sersan Bajuri, Kapten Abdul Hamid.
Mereka semasa hidupnya secara tulus memperjuangkan Indonesia lepas dari
Kolonialisme dan Imperialisme Barat hingga Indonesia Merdeka. Maka tidak hanya
dalam peringatan 10 November kita harus memaknai hari pahlawan, namun di hari yang
lain pun kita harus menghargai jasa para pahlawan kita dengan cara kita sendiri.
Isi

Memaknai Nilai Kepahlawanan di Era Milenial Era milenial ini tantangannya


berbeda dengan era sebelum kemerdekaan yaitu era milenial tidak lagi berjuang secara
fisik untuk melepaskan diri dari Penjajahan Belanda. Namun tantangannya adalah
menjaga keutuhan NKRI yang mulai menjadi sebuah ancaman jika kita sebagai warga
negara Indonesia tidak saling menjaga. Berbagai isu yaitu hoax, ujaran kebencian,
SARA terutama menjelang konstetasi pemilu ini isu-isu tersebut banyak berseliweran di
sosial media sehingga jika terus dibiarkan seperti itu akan terciptanya perpecahan antar
bangsa. Bagaimana kita memaknainya?

Dalam nilai kepahlawanan dikutip dari (Hook, 1999; Kartono, 2010; Hasan, 2008,
dalam Suryana, 2012) terdapat nilai yang terkandung yaitu:

1. Rela Berkorban Dalam setiap tindak kepahlawanan terdapat kesediaan


berkorban. Kesediaan berkorban adalah dasar kepahlawanan yang harus
dikembangkan dalam pendidikan sejarah. kesediaan berkorban adalah suatu
kualitas manusia yang harus dimiliki setiap orang untuk menjadi pahlawan.
Peristiwa-peristiwa sejarah dapat memberikan pelajaran yang berarti dalam
pengorbanan dan tindakan kepahlawanan tersebut.
2. Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu atribut nilai dan sikap
kepahlawanan. Seorang pahlawan senantiasa berinisiatif melakukan perubahan
serta mampu mengajak dan memimpin komunitas atau bangsanya untuk
melakukan perubahan menuju masa depan yang lebih baik. sikap tersebut
muncul bukan saja statusnya sebagai penguasa, raja atau pemimpin formal
lainnya, namun juga muncul dari orang-orang di luar status itu yang memiliki
jiwa kepemimpinan.
3. Tanggung Jawab Pahlawan adalah orang-orang yang terpanggil jiwa dan
tindakannya untuk memikul tanggung jawab dari upaya-upaya menuju
kehidupan yang lebih baik dalam masyarakatnya. Perwujudan dari rasa
tanggung jawab itulah yang sering membuat pahlawan masuk dalam penderitaan
yang menjadi resiko perjuangannya.
4. Keberanian Sikap keberanian ini dalam bagain dari nilai kepahlawanan karena
seorang pahlawan secara berani mengambil keputusan untuk menentukan sikap
dan respon terhadap sesuatu tantangan/masalah. Nilai-nilai keberanian tersebut
tentunya dengan kesadaran akan resiko yang akan dihadapi sebagai dampak dari
sikapnya tersebut. namun dengan nilai keberanian, seorang pahlawan tetap teguh
membela prinsip yang ia tersebut.

Berdasarkan dari keempat nilai diatas dapat menjadi modal bagi kita untuk
memaknai Nilai Kepahlawanan di era milenial. Karena untuk menghadapi tantangan di
era milenial ini kita perlu belajar mengenai perjuangan yang telah dilakukan oleh para
pendahulu kita sebagai referensi untuk menjaga warisan yang telah didapatkannya
dengan susah payah. Maka salah satu bentuk nyata dalam memaknai hari pahlawan ini
adalah untuk tidak saling menyebarkan berita bohong (hoax), melakukan ujaran
kebencian dan menyebarkan hal-hal yang dapat mengancam keutuhan NKRI.

Dari kegiatan yang sudah dilaksanakan pada tanggal 9-10 November 2019 membuat
saya sebagai generasi pemuda zaman sekarang menjadi sangat prihatin dengan attitude
pemuda saat ini. Hal ini sejalan dengan sesi tanya jawab talk show yang dilaksanakan
pada tanggal 9 November di gedung Markas Legion Veteran Republik Indonesia
(LVRI) daerah Riau. Pada kesempatan itu Bapak H. Syamsul Ja'far S. H selaku Ketua
Markas Legion Veteran Republik Indonesia deerah Riau menyatakan pemuda saat ini
cenderung memiliki sikap egois yang tinggi, disuatu kondisi misalkan banyak dari
pemuda menggunakan smartphone yang berlebihan sehingga membuat pemuda tersebut
tidak mengamati lingkungan sekitar dan bersikap acuh dan seakan tidak peduli dengan
apa yang terjadi disekitarnya. Pernyataan ini membuat saya menjadi tersadar betapa
lemahnya pemuda Indonesia saat ini, lemah karena perkembangan zaman dan teknologi
saat ini. Namun tidak semua dri pemuda Indonesia seperti demikian, banyak juga yang
menjadi creator sebuah inovasi yang bisa membuat bangsa Indonesia dapat bersaing
dengan bangsa-bangsa lainnya.

Kegiatan ini menjadi tempat bagi saya dan teman-teman mendapat informasi tentang
kejadian atau peristiwa pada saat 10 November 1945 khususnya daerah Riau, dimana
saat itu rakyat Riau juga tergerak dalam untuk mengusir para penjajah yang dinamakan
dengan napak tilas. Peristiwa tersebut dilakukan dari markas LVRI menuju hotel mon
(tempat para penjajah) yang kala itu menjadi saksi bisu peristiwa perobekan bendara
belanda (biru) dan pengibaran bendera negara Indonsia. Hal ini dilakukan dan dimotori
pada waktu itu oleh para pemuda dan pejuang di Surabaya yang dipimpin oleh Bung
Tomo, sehingga membuat seluruh lapisan masyarakat tergerak untuk melakukan
perjuangan.

Tanggal 10 November 2019 agenda dilanjutkan dengan berziarah ke makam


pahlawan Provinsi Riau yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dalam
kegiatan ini saya dan teman-teman datang untuk memberikan do’a dan mengenang jasa
para pahlawan yang gugur saat berjuang untuk memerdekakan bangsa Indonesia.
Setelah selesai kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi sharing tentang nilai juang
yang seharusnya selalu dimiliki oleh para pemuda Indonesia saat ini agar bangsa ini
tidak menjadi bangsa yang terjajah oleh penguasanya sendiri.

Kesimpulan

Menjadi seorang pemuda haruslah memiliki prinsip yang teguh dan kokoh pada
pendirian. Hal ini menjadi acuan dari suatu bangsa dimasa yang akan datang, yang
terletak ditangan para pemudanya pada saat ini sebuah harapan untuk membuat bangsa
tersebut menjadi lebih baik lagi. Nilai perjuangan yang seharusnya pemuda Indonesia
miliki akan menjadi pematik api semangat perjuangan untuk membuat Indonesia yang
tangguh.

Dengan demikian dihari pahlawan ini sama-sama kita mendo’akan para pahlawan
yang telah berjasa memperjuangkan hak rakyat Indonesia dan melanjutkan cita-cita
mereka dengan membuat Indonesia menjadi negara yang adil, tentram, damai dan
sejahtera.
Daftar Pustaka

Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan Pembelajaran.
Bandung: Rizqi Press.

Hook, S. (1999). The Hero in History. Boston: Beacon Press.

Anda mungkin juga menyukai