Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stroke

a. Defenisi

Stroke dikenal dengan istilah bencana atau gangguan peredaran

darah di otak. Dalam bahasa inggrisnya dinamai juga sebagai Cerebro-

Vaskuler Accident atau Jaringan otak mengalami kematian secara

mendadak dimana penyebabnya adalah kekurangan oksigen akibat dari

darah yang dipasokan kedalam otak terganggu (Stroke : bencana

perdarahan otak, 2013).

Stroke juga disebut dengan kematian jaringan otak. Matinya

jaringan otak disebabkan karena aliran darah tersumbat atau berkurang di

dalam arteri yang memperdarahi daerah otak disebut dengan stroke

iskemik, sedangkan kematian jaringan otak yang terjadi karena

perdarahan di dalam dan disekitar otak yang menimbulkan kompresi dan

cedera jaringan disebut stroke hemoragik (Kowalk, Welsh, & Mayer,

2011).

b. Klasifikasi Stroke

Stroke diklasifikasikan menjadi 2 (Stroke : bencana peredaran

darah,2013):

1) Stroke iskemik

Stroke iskemik (non hemoragik ) terjadi karena tersumbatnya

pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian

besar atau secara keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh


aterosklerosis yaitu adanya penumpukan kolestrol pada pembuluh

darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah

ke otak. Penyumbatan terjadi biasanya disepanjang jalur pembuluh

darah arteri menuju otak. Stroke iskemik terbagi lagi menjadi 3

klasifikasi yaitu :

a) Stroke Trombotik: Proses terbentuknya trombus yang membuat

pengumpalan.

b) Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

c) Hipoperfusion sistemik: Berkurangnya aliran darah keseluruh

bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. Stroke

iskemik biasanya berkembang dalam beberapa menit dan dapat

didahului oleh serangan singkat defisit fokal reversible yang

dikenal dengan transient ischemic attacks(serangan iskemik sesaat)

Stroke iskemik sebagian besar terjadi akibat degenerasi pembuluh

darah, yang secara patologis dijelaskan sebagai lipohialinosi, yang

disebabkan oleh hipertensi kronik dan mudah mengalami oklusi.

Pembuluh darah yang sering terkena adalah arteri-arteri

lentikulostriata, yang berasal dari arteria cerebri media proximalis

dan mendarahi basal dan capsula.

2) Stroke Hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak sehingga menghambat aliran darah yang normal

dan mengakibatkan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan

merusaknya. Stroke hemoragik terbagi atas dua jenis yaitu:


a) Hemoragic intraserebral: Perdarahan yang terjadi di dalam jaringan

otak.Biasanya karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke

dalam jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan

intrakranial terjadi cepat, mengakibatkan kematian mendadak

karena herniasi otak.Perdarahan intraserebral yang disebabkan

karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus,

pons, dan sereblum. (Siti Rohani, 2000)

b) Hemoragik subaraknoid: Perdarahan yang terjadi pada ruang

subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan

jaringan yang menutupi otak).Perdarah berasal dari pecahnya

aneurisma. Aneurisma yang pecah berasal dari pembuluh darah

sirkulasi williasi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar

parenkim otak. Arteri yang pecah kemudian keluarnya keruang

subaraknoid mengabitkan adanya tekanan intracranial meningkat

secara mendadak.Meregangnya struktur peka nyeri, sehingga

timbulnya nyeri kepala hebat dan vasospasme pembuluh darah

serebral mengakibatkan disfungsi otak global(sakit kepala,

penurunan kesadaran ) maupun vokal (hemiparese, gangguan hemi

sensorik, afasia, dll). (Simposium Nasional Keperawatan

Perhimpunan Perawat Bedah Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000)

c. Etiologi

Penyebab umum stroke yaitu semua keadaan yang bisa menyumbat

atau merobek pembuluh darah arteri otak bisa memutuskan aliran darah

dan menyebabkan stroke.


1) Trombosis serebral.

Dikatakan trombosis karena darah mengalami pembekuan pada

pembuluh darah arteri otak yang mengalami oklusi karena

pengumpulan zat lemak sehingga menyebabkan iskemia jaringan.

Sering kali tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah

mengalami thrombosis (Muttaqin 2011).

Keadaan yang dapat menyebabkan trombosis pada otak:

a) Aterosklerosis adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah

mengeras dan kelenturan atau elastisitas pembuluh darah

berkurang. Mengeresnya pembuluh darah ini dikarenakan adanya

penumpukan lemak darah, kolesterol, dan kalsium pada bagian

dinding arteri. Arteri memiliki lumen, dan lumen mengalami

penyempitan yang mengakibatkan aliran darah menjadi berkurang.

Kemudian terjadinya oklusi mendadak pada pembuluh darah

karena thrombosis,setelah itu terjadinya peristiwa pelepasan

kepingan trombus (embolus ), ketika trombus lepas dinding arteri

menjadi lemah sehingga terjadinya anerisma, kemudian robek, dan

terjadinya perdarahan (Muttaqin, 2011 ).

b) Hiperkoagulasi pada pilisitemia

Hiperkoagulasi pada pilisitemia yang mengakibatkan darah

bertambah kental, viskositas atau hematokrid yang meningkat dapat

mengakibatkan aliran darah serebri mengalami perlambatan

(Muttaqin, 2011 )
c) Emboli serebral

Penyumbatan pembuluh darah diakibatkan oleh adanya bekuan

darah, lemak, atau udara mengakibatkan emboli serebral Emboli

biasanya berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan

menyumbat sistem arteri serebral. Emboli berlangsung cepat dan

gejala timbul kurang dari 10-30 detik ( Muttaqin, 2011)

d) Hemoragik Serebral.

Menurut Smaltzer dan Bare (2001), hemoragi serebral terbagi

menjadi 4 :

1) Hemoragik ekstradural adalah kedaruratan bedah neuro yang

memerlukan perawatan segera. Keadan darurat ini biasanya

mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau

arteri meningitis lain. Agar pasien dapat bertahan hidup maka

diperlukan waktu dalam hitungan jam untuk diatasi segera.

2) Hemoragik Subdural pada dasarnya sama dengan hemoragic

epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya sebagai

jembatan vena robek, sehingga periode pembentukan hematoma

lebih lama (interval jelas lebih lama) dan menyebabkan adanya

tekanan pada otak.

3) Hemoragik subaraknoid terjadi sebagai akibat troma, atau

hipertensi, tetapi penyebab yang paling sering adalah kebocoran

aneurisma pada area sirkulus williasi dan malformasi arteri vena

kongenital pada otak.


4) Hemoragik intraserebral adalah perdarahan di substansi dalam

otak paling umum pada pasien hipertensi dan aterosklerosis

serebral, karena perubahan degenerative karena penyakit ini

biasanya menyebabkan rupture pada pembuluh darah.

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul dan dialami noleh penderita stroke

(Nanda Nic-Noc 2016):

1) Tiba–tiba mengalami kelemahan dan bahkan kelumpuhan separo

badan. Kelemahan anggota gerak ialah suatu tanda dan gejala yang

sangat lazim di rasakan oleh penderita stroke. Kelemahan ini biasanya

timbul pada salah satu sisi. Penyebab dari kelemahan ini adalah

adanya gangguan peredaran darah otak kanan maka akan

menyebabkan kelemahan anggota gerak sebelah kiri, dan sebaliknya

penyebab dari kelemahan anggota gerak kiri disebabkan oleh adanya

gangguan peredaran darah otak otak sebeleh kanan.

2) Gangguan bahasa dan berbicara atau bicara cadar dan pelo. Penderita

biasanyan menunjukkan gejala berbicara tidak jelas (pelo )atau bahkan

lebih buruk yaitu tidak dapat berbicara sama sekali (afasia). Penyebab

dari gangguan ini adalah adanya masalah dan kelumpuhan pada saraf

otak 12 atau lobus frontalis-temporalis di otak. Afasia terjadi karena

adanya lesi pada bagian mekanisme bahasa di sistem saraf pusat,

umum nya di hemisfer dominan.

3) Nyeri kepala atau vertigo hebat. Keluhan utama yang sering

ditemukan adalah nyeri kepala. Berbeda dengan sifat nyeri kepala


lainnya, nyeri kepala akibat stroke biasanya datang secara mendadak

dengan skala intensitas nyeri yang sangat tinggi.

4) Kesadaran menurun. Pada pasien stroke hemoragic penurunan

kesadaran akan sering ditemukan. Pasien tampak mengantuk berat

(samnolen) hanya terbangun dengan adanya rangsangan suara yang

cukup tinggi, atau kesadaran stupor (terbangun karena diberikan

rangsangan nyeri) atau lebih buruk yaitu jatuh dalam keadaan koma

(tidak berespon walaupun sudah diberikan rangsangan nyeri).

ARAS atau kepanjangan dari Assending Raticular Activating system

merupakan kesadaran manusia yang dipertanggungjawabkan oleh sebuah

sistem di otak. Tanda dan gejala untuk stroke non hemoragik (iskemik),

gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak atau

subakut, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran

biasanya tidak menurun.

Sedangkan pada stroke non haemoragik gejala utamanya adalah

timbulnya deficit neurologis secara mendadak atau subakut, didahului

dengan gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan

kesadaran biasanya tak menurun, kecuali disertai dengan embolus yang

cukup besar (Mansjoer, 2000).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Internasional

Statistic Classification Of Disease And Related Health Problem 10 th

Revision, stroke dapat dibagi atas beberapa dengan tanda dan gejala yang

berbeda pula:
1) Perdarahan Intraserebral (PIS). Stroke akibat PIS mempunyai gejala

prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala, saat aktivitas, atau

emosi/ marah. Sifat nyeri kepala sangat hebat sekali. Mual dan

mungtah sering kali terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran

menurun cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam,

23% antara setengah ampai dengan dua jam, dan 12 % terjadi setelah

2 jam.

2) Perdarahan subarachnoid (PSA). Pada pasien dengan PSA didapatkan

gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran

sering terganggu dan bervariasi. Ada gejala atau tanda meningeal.

Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena

pecahnya anuerisma pada arteri komunikans anterior atau arteri

karotis interna. Gejala yang timbul tergantung pada berat atau ringan

nya gangguan pembuluh darah dan likasinya. Gejala yang timbul

dapat berupa kelumpuhan wajah dan anggita badan yang timbul

mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan,

perubahan mendadak status mental, afasia, ataksia anggota badan

vertigo, mual, dan muntah.

e. Patofisiologi

Otak merupakan jaringan lunak yang fungsinya sangat vital.

Karena jaringan otak tersebut lunak maka otak sangatlah sensitif. Ada dua

mekanisme perlindungan tubuh dalam melindungi otak, yaitu adanya

mekanisme anatomosis (berhubungan dengan suplay darah ke otak yang

bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan glukosa.


Otak sangat bergantung kepada oksigen dan tidak mempunyai cadangan

oksigen. kekurangan oksigen dalam satu menit dapat mengakibatkan

penurunan kesadaran sementara yang dapat pulih kembali. Sedangkan

kekurangan oksigen dalam rentang waktu yang lama akan menyebabkan

nekrosis mikrokopis neuron-neuron. Mekanisme ke dua adalah

mekanisme autoregulasi (mekanisme otak itu sendiri dalam melakukan

suatu usaha agar tetap dalam keadaan yang seimbang). Stroke yang

disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak dan perdarahan pada otak

akan mengakibatkan ketidakefektifan suplai oksigen dan glukosa. Jika

oksigen berkurang maka karbon dioksida akan meningkat sehingga

pembuluh darah akan terangsang untuk melakukan dilatasi sebagai bentuk

perlawanan tubuh agar aliran darah tetap lebih banyak. Keadaan ini akan

menyebabkan vasodilatasi sehingga menyebabkan efek peningkatan

intracranial (Tarwoto dkk, 2007).

Setiap keadaan yang mengubah perfusi darah pada otak akan

menyebabkan keadaan hipoksia. Apabila hipoksia ini berlangsung dalam

cakupan waktu yang cukup lama, keadaan inilah yang mengakibatkan

iskemik pada otak. Apabila iskemik dalam waktu yang singkat (10-15

menit) maka akan mengakibatkan defisit sementara. Sedangkan apabila

iskemik berlangsung dalam rentang waktu yang lama, maka akan

mengakibatkan sel mati secara permanen dan merujuk pada keadaan yang

sangat darurat yaitu infark serebral (Baticaca, 2011). Infark serebral

adalah keadaan yang menggambarkan berkurangnya suplai darah ke area

tertentu di otak. Gangguan peredaran darah pada otak akan berefek pula
pada gangguan metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron

tersebut tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan dari

metabolisme bergantung dari oksigen dan glukosa dan oksigen yang

terdapat dari arteri-arteri yang menuju otak.

Pembuluh darah yang sangat sering mengalami iskemik adalah

arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Perdarahan pada otak

diakibatkan oleh ruptur arterioslerotik dan hipertensi pembuluh darah.

Hipertensi mengakibatkan pembuluh darah menjadi degenerative dan

penebalan yang berefek rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan

akan menyebar dengan cepat (Baticaca 2011). Pembentukan trombus oleh

fibrin trombosit dan adanya tekanan jaringan biasanya mampu

menhentikan perdarahan. Kemudian pengabsobrsian darah dimulai

kembali setelah 3 minggu. Apabila terjadi ruptur yang menulang sekitar

waktu 7-10 hari setelah terjadinya perdarahan pertama. Apabila rupture

nulangan ini terjadi maka aliran darah terhenti ke bagian tertentu, dan

mengakibatkan iskemik fokal, dan infark jaringan otak. Hal ini

mengakibatkan kehilangan kesadaran. Peningkatan cairan serebrospinal

(CSS), mengakibatkan gesekan otak . Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi

vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan intrakranial yang

mengancam keselamatan jiwa. Apabila peningkatan intrakranial ini tidak

di atasi segera maka berefek pada herniasi serebellum. Selain itu juga

mengakibatkan bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan

(Baticaca 2011).
f. Faktor resiko Stroke

Siapa saja dapat terserang stroke. Stroke tidak mengenal gender,

usia, ataupun kondisi sosial seseorang. Jika faktor resiko pemicu stroke

dimiliki oleh seseorang, maka suatu saat stroke dapat terjadi pada orang

bersangkutan.Secara garis besar, faktor resiko stroke dibagi menjadi dua,

yaitu faktor tidak terkendali atau faktor yang bersifat menetap dan faktor

yang dapat dikendalikan atau disebut dengan faktor tidak tetap (Widian

Nur Indriyani, 2014).

1) Faktor tidak terkendali

Faktor tidak terkendali adalah faktor yang tidak dapat diubah,

terdiri dari faktor genetik(ras), usia, gender, serta riwayat penyakit

yang dialami oleh orang tua atau saudara kandung.

a). Faktor Genetik. Gen tertentu memiliki kecendrungan yang tinggi

terhadap stroke. Masyarakat berkulit hitam memiliki sifat genetik

yang tinggi mengalami stroke.

b). Cacat bawaan. Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh

darahnya (cadasil) berisiko tinggi terhadap stroke dibandingkan

individu normal.

c). Usia. Stroke mempengaruhi orang-orang dari segala usia, tapi

semakin bertambahnya usia, maka semakin besar resiko terkena

stroke(American Stroke Association,2015). Semakin bertambah

usia seseorang, maka semakin tinggi resiko individu tersebut akan

mengalami stroke. Hal ini berhubungan dengan melemahnya fungsi

tubuh secara menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitis


pembuluh darah karena pembuluh darah banyak ditimbun oleh

plak. Penimbunan plak yang berlebih akan mengakibatkan

berkurangnya aliran darah ke tubuh, termasuk otak (Arum, 2015).

d). Gender. Pria lebih beresiko terhadap kejadian stroke dibandingkan

wanita. Beberapa faktor turut mempengaruhi mengapa hal tersebut

dapat terjadi. Kebiasaan merokok yang lebih banyak dilakukan

oleh pria. Resiko hipertensi, hiperurisemia, dan hipertrigeridmia

yang tinggi pada pria juga turut berpengaruh terhadap kejadian

stroke. Secara umum, resiko stroke pada kaum pria satu perempat

kali lebih tinggi dibandingkan kaum wanita.

e). Riwayat Penyakit dalam Keluarga. Orang dengan riwayat keluarga

stroke atau memiliki keturunan stroke lebih besar resiko nya

terkena stroke dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki

riwayat stroke. Faktor yang dapat dikendalikan yaitu sebagian dari

kejadian stroke terjadi karena faktor yang sebenarnya dapat

dikendalikan. Artinya jika faktor-faktor tersebut dieliminasi maka

resiko stroke menjadi rendah atau bahkan dapat ditiadakan. Faktor-

faktor yang bisa dikendalikan ini terdiri atas gaya hidup tidak sehat

yang memicu terjadinya penyakit-penyakit tertentu yang

mendorong serangan stroke.

2) Faktor resiko yang dapat dikendalikan yaitu :

a). Obesitas (kegemukan)

Orang dengan postur tubuh gemuk sangat beresiko terkena

berbagai penyakit termasuk stroke. Secara langsung, obesitas


mampu menurunkan kemampuan tubuh dalam melakukan sirkulasi

darah ke otak. Obesitas mendorong melemahnya kemampuan

tubuh dalam melakukan sejumlah proses biologis sejalan dengan

bertambahnya timbunan lemak di dalam tubuh. Ginjal, paru-paru,

jamtung hati, harusbekerja lebih keras ketika lemak mulai

menumpuk di jaringan adiposa. Kondisi buruk seperti ini

menyebabkan organ tubuh mengalami kelelahan sehingga pasokan

darah ke otak yang membawa oksigen dan nutrisi pun akhirnya

terhambat.

b). Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama terjadinya stroke.

Hipertensi mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri

dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos

sehingga mempercepat proses aterosklerosis. Peran hipertensi

dalam aterosklerosis melalui adanya efek penekanan pada sel

endotel atau lapisan dalam dinding arteri yang berakibat

pembentukan plak pembuluh darah semakin lebih cepat. Plak yang

menebal tersebut mengalami degenerasi kemudian pecah dan

menimbulkan perdarahan.

c). Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kadar

lemak dalam darah, baik berupa kolestrol trigliserida. Jika kadar

kolestrol yang tinggi disebut hipertigliseriseridemia. Kondisi ini


kedua-duanya sama membahayakan terhadap kesehatan

kardiovaskuler (Junaidi, 2011).

d). Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan

tingginya kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang

tinggi berdampak sangat luas terhadap kesehatan kardiovaskuler.

Hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner (PJK) sangat erat

kaitannya dengan hiperurisemia (Muttaqin, 2011)

e). Penyakit Jantung

Pasokan darah ke otak sangat erat hubungannya dengan

kinerja jantung. Aktifitas jantung lancar karena pasokan darah

terpenuhi, sebaliknya jika pasokan darah terhambat maka kinerja

jantung pun melemah. Jika fungsi jantung tidak normal karena sakit

jantung, akibatnya resiko terhadap stroke semakin meningkat.

Stroke banyak dialami oleh penderita atrial fibrillation yaitu

prnyakit jantung yang ditandai dengan denyut jantung yang tidak

teratur dibilik kiri jantung.

f). Diabetes

Penderita diabetes yang berusia 50-60 tahun memiliki resiko

stroke 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bukan penderita

stroke. Pengendalian kadar gula darah pada kisaran normal menjadi

kunci yang sangat penting untuk menjauhkan resiko stroke bagi

penderita diabetes. Pada penderita diabetes akan mengalami


penyakit vaskuler, sehingga terjadi mikrovaskularisasi dan terjadi

aterosklerosis, terjadinya aterosklerosis dapat mengakibatkan

emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi iskemia, iskemia

menyebabkan perfusi otak menurun dan pada akhirnya terjadi

stroke.

g). Kebiasaan merokok.

Rokok tegas mengatakan dapat meningkatkan kejadian

stroke. Rokok mengandung lebih dari 4.000 macam zat,600 zat

diantaranya merupakan zat beracun (toksin) yang sangat berbahaya

bagi sel tubuh. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh

darah oleh nikotin sehingga memungkinkan penumpukan

aterosklerosis dan kemudian berakibat pada stroke.

h). Konsumsi alkohol

Dalam beberapa jurnal kedokteran mengatakan konsumsi

alkohol turut meningkatkan kadar HDL serta menurunkan

peradangan pada arteri. Pada alkoholik dapat menyebabkan

hipertensi, penurunan aliran darah sehingga terjadi emboli serebral.

i) Kadar hematokrit tinggi

Semakin tinggi kadar hematokrit menyebabkan darah

semakin kental. Kadar hematokrit yang tinggi memicu terjadinya

kejadian stroke. Kadar hematokrit merupakan tes wajib yang harus

dilakukan oleh mereka yang berpotensi mengalami stroke,

mengalami TIA, dan pasca stroke.


j) Kadar fibrinogen tinggi

Seseorang dengan kadar fibrinogen tinggi memiliki darah

yang kental.Fibrinogen ialah faktor pengumpulan darah. Darah

yang kental hanya mengandung sedikit oksigen. Sehngga oksigen

yang masuk ke dalam sel, maupun sel otak hanya sedikit. Itulah

alasannya seseorang dengan kadar fibrinogen tinggi harus waspada

terhadap kejadian stoke.

k) Stres Emosional

Ilmu kedokteran telah membuktikan bahwa stress dan

kecemasan yang mendalam akan memicu terjadinya peningkatan

tekanan darah. Stres ditambah dengan adanya faktor kegemukanm

kurangnya berolahraga, kolestrol tinggi, beresiko sekali

menyebabkan serangan jantung dan stroke tiga kali lipat

dibandingkam dengan kondisi normal.

g. Akibat Stroke

Dalam rehabilitasi medis akibat dari stroke ialah adanya gangguan

fungsi merujuk pada kemampuan atau keterampilan seseorang untuk

melakukan aktifitas sehari-hari, aktifitas hiburan atau hobi, pekerjaan,

inetraksi sosial, dan perilaku lain yang dibutuhkan. Selain itu stroke juga

mengakibatkan beberapa masalah baru menurut (Buku-buku penyakit-

penyakit mematikan 2013) :

1) Impairment (Gangguan organ atau fungsi organ )

Impairment merupakan efek akibat langsung dari

patologi,merujuk pada pengertian hilangnya atau terganggunya


struktur fungsi anatomis, fisiologis, atau psikologis tubuh. Contoh

impairment ialah hemiparesis, apraksia, afasia, disatria, disfagia, dan

depresi.

a) Hemiparesis adalah keadaaan otot yang melemah atau kelumpuhan

parsial pada satu sisi tubuh yang dapat mempengaruhi lengan, kaki,

dan otot wajah.

b) Afasia adalah kehilangan bicara yang terutama ekspresif atau

reseptif.

c) Disatria adalah Kesulitan bicara, ditandai dengan orang normal

yang sulit memahami pembicaraan dari pasien pasca stroke,

penyebab utamanya adalah paralisis otot yang bertanggung jawab

untuk menghasilkan bicara.

d) Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang

dipelajari sebelumnya. Seperti ketika pasien mengambil gelas

berisi air dan berusaha untuk meminum.

2) Disability (ketidakmampuan)

Disability didefenisikan sebagai kehilangan kemampuan atau

keterbatasan untuk melakukan aktifitas yang umum yang dapat

dilakukan oleh orang lain yang normal. Stroke adalah penyakit motor

neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap

gerakan motorik.

3) Gangguan Persepsi

Persepsi adalah ketidakmampuan pasien pasca stroke dalam

menginterpretasikan sensasi. Gangguan persepsi yang diakibatkan

oleh stroke adalah :


a) Disfungsi persepsi visual : karena adanya gangguan sensori

primer diantara nata dan korteks visual. Mengakibatkan

pasien kehilangan setengah lapang pandang.

b) Gangguan hubungan visual-spasial : kesulitan atau bahkan

ketidakmampuan pasien dalam mencocok pakaian ke anggota

tubuhnya sehingga diperlukan bantuan care giver.

4) Kerusakan fungsi kognitif

Stroke mengakibatkan kerusakan pada lobus frontal, atau

kerusakan memori fungsi intelektual. Hal ini mengakibatkan

pasien kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan bahkan kurang

motivasi. Pada kondisi buruk pasien akan mengalami

ketidakstabilan emosi seperti bermusuhan, frustasi, dendam, dan

kurangnya kerja sama.

h. Pasca Stroke

Keadaan pasien stroke dalam perjalanan sangat bervariasi mulai

dari sembuh dengan cacat ringan, sedang berat, bahkan sembuh

sempurna tanpa kecacatan. Untuk menilai tingkat kecacatan paska

stroke dengan menggunakan skala rankin yang dimodifikasi (The

Relatif Rankin Scale) dengan skala beriku (Junaidi, 2011).Semakin

tinggi angka kecacatan maka semakin tinggi tingkat ketergantungan

pasien terhadap orang lain dalam pemenuhan kebutuhan dan aktifitas

sehari-hari terhadap care giver dirumah sakit atau keluarga dirumah.


1) Kecacatan derajat 0: Tidak mengalami gangguan fungsi

2) Kecacatan derajat 1: Tidak ada gangguan fungsi aktifitas sehari-hari

yang signifikan serta pasien mampu melakukan tugas dan kewajiban

sehari-hari.

3) Kecacatan derajat 2: Disebut dengan derajat ringan, ketidakmampuan

pasien untuk melakukan beberapa aktifitas seperti sebelumnya, tetapi

tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

4) Kecacatan derajat 3: Disebut dengan derajat sedang, pasien

memerlukan bantuan orang lain, tetapi masih mampu untuk berjalan

sendiri tanpa bantuan orang lain.

5) Kecacatan derajat 4: kecacatan derajat cukup parah, pasien tidak

mampu berjalan tanpa bantuan orang lain dan memerlukan bantuan

orang lain dalam menyelesaikan sebagian aktifitas diri sendiri seperti

mandi, dan toileting.

6) Kecacatan derajat 5: kecacatan derajat berat, pasien hanya berbaring

ditempat tidur, mengalami inkontenensia, dan tidak bisa lepas dari

perawatan dan perhatian.

i. Komplikasi

Menurut Laila (dalam Henderson, 2002:212) pada stroke berbaring

lama dapat menyebabkan masalah emosional dan fisik, diantaranya :

1) Bekuan Darah

Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan

penimbunan cairan, pembengkakan selain itu juga menyebabkan


embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu

arteri yang mengalirkan darah ke paru.

2) Dekubitus

Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat,

sendi kaki, dan tumit. Bila memar ini tidak dapat dirawat dapat

menjadi infeksi.

3) Pneumonia.

Pasien stroke tidak dapat batuk dan menelan dengan

sempurna, hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan

selanjutnya menimbulkan pneumonia.

4) Atrofi atau kekakuan sendi.

Hal ini disebabkan karena pasien stroke mengalami mobilisasi.

j. Pemeriksaan Penunjang

1) Computerized Tomografi Scaning (CT-Scan)

Pemeriksaan ini lebih dominan untuk mengetahui secara detail area mana

yang mengalami infark, edema, hematoma, struktur dan sistem

ventrikel otak, ditambah dengan sistem kerja tanpa kontras pada CT-

Scan mampu membedakan stroke hemoragik dan stroke iskemik

(Junaidi, 2011).

2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Menggunakan gelombang magnetic yang dominan yang

menentukan daera serta besar atau luas terjadinya perdarahan

otak.Hasil MRI biasanya menunjukkan area yang mengalami lesi

dan infark akibat Hemoragik (Muttaqin, 2011)


3) Elektro Encephalografi (EEG)

Mengetahui masalah dari gelombang otak dan juga

menunjukkan daerah lesi yang lebih spesifik (Muttaqin, 2011)

4) Angiografi serebral

Membantu menetukan penyebab dari stroke secara jelas,

apakah itu oleh pendarahan, obstruksi arteri , atau ruptur (Muttaqin,

2011)

5) Fungsi lumbal

Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkat

dan mengandung darah menunjukkan hemoragik subaraknoi atau

perdarahan intrakranial. Kontraindikasi pada peningkatan tekanan

intrakranial (Muttaqin, 2011).

k. Penatalaksanaan Stroke

Penatalaksanaan stroke terbagi atas stadium

1) Stadium Hiperakut

Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi gawat

darurat, dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal

dimana tujuannyanadalah kerusakan otak tidak meluas. Pada fase ini

pasien diberikan oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid /koloid.

Pada fase hiperakut ini lakukan pemeriksan CT scan otak,

elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah

trombosit, glukosa darah, kimia darah . Jika pasien hipoksia lakukan

analisis gas darah . Tindakan lain yang dilakukan oleh perawat

adalah memberikan dukungan mental emosional kepada keluarga

agar tetap tenang dan tidak panik (Nanda nic-noc, 2015).


2) Stadium akut

Pada fase ini fokus penanganan adalah faktor-faktor etiologic

maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik , okupasi,

wicara, dan psikologis untuk membantu pemulihan pasien .

Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien masih dilanjutkan,

serta diskusikan tata cara perwatan pasien yang dapat dilakukan

dirumah (Nanda nic-noc, 2015)

1. Kualitas Hidup

a. Defenisi

Kualitas hidup atau Quality of Life ( QoL) merupakan suatu

persepsi tentang keadaan, kondisi yang mempengaruhi kesehatan

seseorang secara umum dalam pelaksanaan peran serta fungsi fisik serta

keadaan tubuh (Raudatussalamah & Fitri, 2012). Menurut Center for

Disease and Prevantion (2016) kualitas hidup ialah sebuah konsep yang

multidimensional yang artinya dalam artian yang luas yang mencakup

evaluasi subjektif dari aspek positif dan negative kehidupan seseorang.

Kualitas hidup merupakan sebuah ukuran konseptual tingkatan,

yang dirangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status

psikologis tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan spiritual

kepada karakteristik lingkungannya (Lombu, 2015). Kualitas hidup

menjadi istilah yang umum untuk menyatakan setatus kesehatan,

kendati istilah ini juga memiliki makna khusus yang memungkinkan

penentuan rangking penduduk menurut aspek objektif maupun subjektif

pada status kesehatan.Kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan


Health-related Quality of Life (HQL) mencakup keterbatasan

fungsional yang bersifat fisik maupun mental, dan ekspresi positif

kesejahtraan fisik, mental, serta spiritual. HQL dapat digunakan sebagai

sebuah ukuran integrative yang menyatukan mortalitas dan morbidilitas,

serta merupakan indeks berbagai unsur yang meliputi kematian,

morbidilitas, keterbatasan fungsional, serta keadaan sehat sejahtra

(well-being) Micheal (dalam J.Gibney, 2009).

Menurut De Haan et al. (dalam Rahmi, 2011) kualitas hidup

terkait kesehatan harus mencakup dimensi yang diantaranya sebagai

berikut :

1) Dimensi fisik merujuk pada gejala-gejala yang terkait penyakit dan

pengobatan yang dijalani.

2) Dimensi fungsional terdiri dari perawatan diri, mobilitas, serta level

aktivitas fisik seperti kapasitas untuk dapat berperan dalam

kehidupan keluarga maupun pekerjaan.

3) Dimensi psikologis meliputi fungsi kognitif, status emosi, serta

persepsi terhadap kesehatan, kepuasan hidup, serta kebahagiaan.

4) Dimensi sosial meliputi penilaian aspek kontak dan interaksi sosial

secara kualitatif maupun kuantitatif.

b. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Berbagai penelitian mengenai kualitas hidup menemukan

beberapa faktor -faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup. Berikut

beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu :


1) Usia

Hubungan antara kulitas hidup dengan usia merupakan suatu

kesatuan yang kompleks.Apabila seseorang semakin berusia lanjut

maka sudah dipastikan fungsi tubuhnya juga akan semakin

menurun. Pada pasien pasca stroke dengan usia < 50 tahun akan

lebih baik dari pada pasien stroke dengan usia > 50 tahun. (Larsen

2005, Kwon 2006,& Mollaoglu, 2013)

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko yang tidak

dapat dielakkan dan tidak dapat diubah. Laki-laki lebih tinggi

resiko terkena stroke satu seperempat kali dibandingkan dengan

perempuan. Hal ini pemicu nya adalah kebiasaan dari laki-laki

yang sering merokok, dan meminum alkohol dibandingkan

dengan perempuan. Masalah kesehatan tersebut sangat besar

efeknya dalam pengaruhan kualitas hidup seseorang(Karunia,

2016)

3) Pendidikan

Pada penelitian Singhpoo (2012) mengatakan tingkat

pendidikan pada klien stroke sangat berpengaruh terhadap kualitas

hidup seseorang , dibuktikan dengan tingkat kualitas hidup klien

yang berpendidikan tinggi lebih baik dibandingkan dengan klien

yang berpendidikan rendah.


4) Penurunan fungsi motorik

Klien pasca stroke mengalami kecacatan dan kelumpuhan

sehingga menghambat klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari

dan dalam melakukan mobilisasi sebagaimana mestinya (Larsen

2005, Kwon 2006,&Dharma, 2018).

5) Depresi

Banyak dari pasien pasca stroke mengalami depresi. Sudah

dipastikan depresi dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Pasien pasca stroke dengan depresi tentu saja juga dapat

mempengaruhu fungsi kognitif.(Larsen 2005, Kwon 2006,&

Alajbegovic, dkk 2014).

6) Komorditas

Pasien pasca sroke sering juga mengalami penyakit penyerta.

Beberapa penyakit tersebut antara lain hipertensi, diabetes,

penyakit jantung, kolestrol, dan depresi (Larsen 2005, Kwon 2006,

Mollaoglu, 2013).

7) Ekonomi rendah

Di dalam rumah tangga semakin rendah pendapatan dan

pemasukan yang di dapatkan, maka semakin rendah kualitas hidup

anggota keluarga tersebut. (Larsen 2005, Kwon 2006, &

Mollaogulu, 2013).

c. Domain Kualitas Hidup.

World Health Organization Quality of Life-BREF (dalam

Lombu, 2015) membagi kualitas hidup dalam empat domain, yaitu:


1) Domain I : Physical Health (Fisik).

Domain fisik terdiri dari tiga bagian:

a) Pain and Discomfort ( Nyeri dan ketidaknyamanan)

Menilai pengalaman dari suatu sensasi fisik yang tidak

menyenangkan yang dialami oleh pasien sampai dengan sejauh

mana rasa ketidaknyamanan akibat dari nyeri tersebut dapat

mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.

b) Energy and Fatique (Tenaga dan kelelahan)

Aspek ini untuk melihat sejauh mana ketertarikan individu

dengan penampakan yang nyata yaitu energy yang dikeluarkan

oleh individu itu sendiri untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

Namun, kelelahan tidak dapat membuat individu tersebut

mencapai energy yang penuh. Kelelahan dapat berupa efek yang

ditimbulkan oleh suatu keadaan seperti sakit, depresi, atau

tuntutan pekerjaan yang berat.

c) Sleep and Rest (tidur dan istirahat)

Aspek ini fokus kepada seberapa banyak pemenuhan tidur

dan istirahat seseorang yang dicapai. Bangun tidur tengah malam,

kesulitan untuk memulai tidur, bangun tidur dengan kondisi tubuh

yang tidak segar merupakan suatu gangguan dari pemenuhan

kebutuhan tidur dan istirahat individu.

2) Domai II.-Physicological Health (psikologis)

Domain psikologis terdiri dari lima bagian, yaitu :


a) Positive affect (pengaruh postif)

Digambarkan dengan perasaan bahagia, penuh harapan,

kedamaian, kenikmatan terhadap hal-hal yang menyenangkan

tentang hidup dan masa depannya.

b) Thinking, Learning, Memory, and Concentration (berfikir,belajar,

mengingat, dan berkonsentrasi). Aspek ini menjelaskan pandangan

individu tentang fikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi serta

kemampuannya dalam membuat suatu keputusan.

c) Self Esteem (Harga diri)

Aspek ini menerangkan bagaimana individu mengharga

dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh dan kompleks. Dilihat dari

penampilan tubuh apakah positif atau negatif.

d) Body image and Apperance (citra tubuh dan penampilan)

Aspek ini berfokus terhadap kepuasan individu dengan

gambaran bentuk tubuhnya. Apabila bagian tubuh yang cacat

individu tersebut dapat menghargai dirinya sebagai satu kesatuan

yang utuh dengan cara mengkoreksi bagian yang cacat dengan cara

berdandan, berpakaian, bahkan menggunakan organ buatan bantuan

lainnya.

e) Negatife Affect (pengaruh negatif )

Aspek ini fokus kepada pada seberapa banyak pengalaman

perasaan negative individu, termasuk patah semangat, perasaan

berdosa kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan

perasaan kurang bahagia dalam hidup.


3) Domain III- Social Relationship (Hubungan sosial)

Domain hubungan sosial terdiri dari 3 yaitu :

a) Personal Relationship(Hubungan perorangan)

Menilai seberapa jauh hubungan pertemanan, cinta, dukungan,

yang diharapkan dan diperoleh dalam menjalin hubungan intim

baik secara emosional maupun fisik.

b) Sosial Suport (Dukungan sosial)

Aspek ini mengkaji apa yang individu rasakan pada tanggung

jawab, dukungan, dan ketersediaan bantuan dari keluarga atau

teman.

c) Sexual Activity (Aktifitas seksual )

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat sexs, dan

tingkatan dimana individu dapat mengekspresikan dan senang

dengan hasrat seksual yang tepat.

4) Domain IV-Environment (Lingkungan )

Domain lingkungan terdiri daridelapan bagian yaitu :

a) Physical Safety and Security(Kesalamatan fisik dan keamanan)

b) Home Environment (Lingkungan rumah)

c) Financial Resources ( Sumber penghasilan)

d) Health and Sosial Care (Kesehatan dan kehidupan sosial)

e) Participation in and Opurtunities for Reacreations/ leisure .

f) Physical Environment(lingkungan fisik)

g) Transportation (kendaraan)

h) Oppurtunities for Acquiring New Information and Skills


Domain kualitas hidup juga dapat dinilai dari beberapa aspek,

yaitu:

a) Fungsi Ektremitas

Klien pasca stroke dengan keadaan kelemahan ekstremitas

dipastikan mengalami kesusahan dalam beraktifitas sehingga

bergantung pada care giver atau keluarga dalam melakukan

aktivitas (William, 1999 & Dharma, 2018)

b) Produktifitas

Pasien pasca stroke mengalami kehilangan kemampuan

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan oleh penelitian

yang dilakukan oleh Masniah (2017) yang menyatakan bahwa

klien pasca stroke merasa dirinya ketergantungan kepada keluarga

dan mengatakan dirinya tidak sekuat sebelum dirinya mengalami

stroke (William, 1999 & Masniah, 2017).

c) Mobilitas.

Klien pasca stroke dapat mengalami kelemahan, kecacatan

sehingga menghalangi untuk melakukan mobilisasi (Dharma,

2018)

d) Energi

Kelemahan yang diakibatkan oleh stroke dapat membatasi

klien dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya.

Dampak kemampuan dalam beraktivitas ini meliputi berjalan,

berpakaian, melakukan perawatan diri, dan kemampuan aktivitas

lainnya (William, 1999& Masniah, 2017).


e) Suasana hati.

Penelitian yang dilakukan oleh Masniah (2017) membuktikan

bahwa klien pasca stroke mengalami kesedihan yang mendalam

akibat dari efek yang mereka alami pasca stroke (William,1999 &

Masniah, 2017).

f) Peran sosial

Pasien pasca stroke cenderung menarik diri dari lingkungan

dan sosialnya akibat dari keterbatasan atau kelemahan yang dialami.

Penarikan diri terhadap lingkungan dan sosialnya disebabkan oleh

rasa malu yang dialami oleh pasien pasca stroke (William, 1999 &

Masniah, 2017).

g) Peran keluarga

Keluarga ialah unit yang memiliki peran yang penting dalam

membantu klien untuk melakukan perawatan diri dan memberikan

support pada klien pasca stroke (William, 1999 & Masniah, 2017).

h) Kemampuan komunikasi

Salah satu dampak yang jelas dilihat dari pasien stroke adalah

kesulitan dalam berkomunikasi, sehingga pasien pasca stroke sulit

bahkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik (William, 1999 &

Dharma, 2018 ).

d. Pengukuran kualitas hidup

Pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan seseorang dapat

menggunakan kuesioner yang berisi faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup. Menurut Hermaini (2006), terdapat tiga alat ukur untuk

menentukan kualitas hidup seseorang, yaitu:


1) Alat ukur spesifik

Merupakan alat ukur yang spesifik untuk mengukur penyakit-

penyakit tertentu, biasanya berisi pertayaan-pertayaan khusus yang

sering terjadi pada penyakit yang diderita oleh klien. Kelebihan alat

ukur ini yaitu dapat memberikan hasil yang lebih tepat yang terkait

keluhan atau hal khususyang berperan dalam suatu penyakit tertentu.

Kelemahan pada alat ukur ini tidak dapat digunakan pada

pengukuran penyakit laian dan biasanya pertanyaan-pertanyaanya

sulit untuk dimengerti oleh kliyen. Contoh alat ukur ini Kidney

Desease Quality of Life – Short From (KDQOL-SF).

2) Alat ukur utility

Merupakan suatu pengembangan alat ukur, biasanya generik.

Pengembangan dari penilaian kualitas hidup menjadi parameter,

sehingga dapat memiliki manfaat yang berbeda. Contoh alat ukur ini

European Quality of Life – 5 Dimension (EQ-5D) yang telah

dikonfersi menjadi Time Trede – Off (TTO) yang dapat berguna

dalam bidang ekonomi, yaitu dapat digunakan untuk menganalisa

biaya kesehatan dan perencanaan keuangan kesehatan Negara.

2. Konsep Dukungan Keluarga

a. Defenisi

Keluarga ialah terdiri dari 2 individu atau lebih kemudian di

satukan dan hidup bersama memiliki kedekatan emosional serta

mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Defenisi

keluarga juga mengacu pada sebagai kelompok individu yang hidup

bersama dengan ada atau tidak ada hubungan darah, pernikahan,


adopsi dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah

tangga (Friedman,2010).

Keluarga ialah dua orang atau lebih yang memiliki kedekatan

dan kebersamaan dalam hubungan emosional serta mampu mengenali

dirinya sebagai bagian yang utuh (Friedman,Bowden, & Jones, 2010).

Menurut Lestari (2012), dukungan keluarga merupakan sebuah

hubungan atau adanya interaksi yang setiap harinya dikembangkan.

b. Tipe-tipe keluarga

Menurut Friedman dkk, (2010), terdapat 3 tipe keluarga yaitu:

1) Keluarga inti (terkait pernikahan)

adalah keluarga yang terbentuk karena adanya hubungan

pernikahan, peran sebagai orang tua atas kelahiran terdiri dari

suami, istri, dan anak-anak mereka baik lahir secara biologis atau

adopsi.

2) Keluarga orientasi (keluarga asal)

adalah unit keluarga tempat seseorang dilahirkan.

3) Extended family, keluarga inti dan individu terkait lainnya (oleh

hubungan darah) merupakan anggota keluarga awal dari salah

satu pasangan keluarga inti. Sanak saudara juga termasuk

kedalam tipe keluarga extanded. Sanak saudara dapat mencakup

nenek, kakek, bibi, paman, dan sepupu.

c. Fungsi keluarga

Menurut Friedman dkk (2010), fungsi keluarga menjadi 5

bagian :
1) Fungsi Afektif

Fungsi Afektif ialah fungsi mempertahankan kepribadian

merupakan pondasi sebagai keberlangsungan unit keluarga itu

sendiri sehingga fungsi afektif keluarga difokuskan terhadap

pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti kasih sayang dan

pengertian.

2) Fungsi sosialisasi dan status sosial

Memfasilitasi sosialisasi anak dimana tujuan utamanya adalah

menyiapkan anak sebagai bagian dari masyarakat yang produktif.

Sosialisa merujuk kepada pengertian banyak nya pengalaman belajar

yang didapatkan dan diberikan oleh anggota keluarga yang

fungsinya adalah mendidik anak-anak tentang cara menjalankan

fungsi sehingga mampu berbaur dalam kehidupan masyarakat.

3) Fungsi Reproduksi

Tujuan dari fungsi ini adalah menambah keturunan dan

penerus keluarga, menambah sumber daya manusia di dalam

lingkungan keluarga ataupun lingkungan masyarakat.

4) Fungsi Ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang stabil, dan cukup bagi

anggota keluarga merupakan fungsi keluarga bagian fungsi ekonomi.

5) Perawatan Keluarga.

Penyediaan makanan, tempat tinggal, pakaian, perawatan

kesehatan, perlindungan diri terhadap bahaya merupakan suatu

bentruk fungsi keluarga dalam perawatan keluarga.


d. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap atau tindakan penerimaan

suatu keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk

hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada

yang memperhatikan dan mendukungnya dalam kehidupannya

(Friedman, 2010).

Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010),

terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu:

1) Dukungan Emosional

Keluarga adalah tempat yang aman dan damai untuk

beristirahat dan juga menenangkan pikiran. Individu yang

menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu jika ada

keluarga yang memperhatikan dan membantu dalam penyelesaian

masalah yang sedang dihadapinya. Selama dalam keadaan stroke

pasien merasa sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Dukungan

dalam bentuk emosional yang diterima oleh pasien dari anggota

keluarga berupa sikap peduli, empati, kehangatan, dan perhatian

dimana seseorang tersebut merasa diperhatikan.

2) Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai penengah dalam penyelesaian

masalah dan juga sebagai orang yang memfasilitasi dalam


pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan

perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif

yang diberikan kepada individu.

3) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pengawasan dalam

kebutuhan individu. Keluarga turut mencari dan memberi solusi

yang dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan sehari-

hari. Dukungan instrumental dapat juga mencakup pemenuhan

materi, tenaga serta pelayanan. Selain itu dukungan instrumental

juga meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti pelayanan

yang berbentuk nyata(instrumental support material support)

e. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi yang baik dan

benar.Selain itu memberikan nasehat, pengarahan,saran, atau umpan

balik tentang apa yang dilakukan seseorang termasuk kedalam

dukungan keluarga dalam bentuk dukungan informatif. Dalam hal ini

juga diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat

digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah yang sedang

dihadapi.

Sedangkan menurut Caplan (1976), dalam friedman, Bowden, &

Jones, 2010) mengkategorikan 4 dasar dari bentuk dukungan keluarga

yang dapat diterima oleh individu antara lain :

1) Dukungan sosial.

Keluarga berusaha sebagai pencari dan penyebar informasi

mengenai dunia dan kesehatan merupakan salah satu bentuk


dukungan sosial yang dapat dirasakan oleh individu dari keluarga.

Dukungan sosial keluarga memiliki perbedaan tipe dan sifet yang

berbeda selama proses kehidupan berlanjut. Misalnya pada tipe

dukungan keluarga yang baru menikah dan belum memiliki anak

sangat berbeda drastis dengan tipe dukungan sosial keluarga yang

sedang menjalani proses kehidupan yang terakhir. Walaupun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan sosial

keluarga berfungsi dengan penuh kompetensi dan sumber. Hal ini

berdampak pada adaptasi dan kesehatan keluarga. Menurut

Friedman,dkk.2010. Dukungan sosial disebut juga dengan

dukungan informasional ini mencakup pemberian nasehat,

petunjuk, sebuah saran, usulan, informasi, atau umpan balik.

2) Dukungan Emosional

Mendengarkan dan didengarkan dan menyakan tentang

perasaan anggota keluarga yang sedang sakit, memberikan

kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. Dari beberapa

hasil penelitian 64% keluarga memberikan dukungan emosional

kepada penderita stroke. Bentuk dukungan emosional yang

diberikan keluarga adalah keluarga sebagai wadah yang aman dan

nyaman bagi penderita, tempat yang aman dan nyaman untuk

beristirahat dan pemulihan penyakit serta membantu dalam

pengontrolan emosional. Bentuk dari dukungan keluarga ini

seperti didengarkan, mendengarkan, kepercayaan, dan perhatian

(Friedman, 1999 dalam Suriyandi, 2010).


3) Dukungan Tambahan

Bentuk dari dukungan tambahan adalah penyediaan

finansial, merawat anak dan lansia, melakukan pekerjaan rumah

tangga, merawat anak atau anggota keluarga yang sedang sakit

dengan menggunakan peralatan yang mampu digunakan

(Friedman, dkk, 2010).

4) Dukungan penilaian

Keluarga dapat bertindak sebagai sistem pembimbing,

membimbing dan mengenali pemecahan masalah dan sebagai

sumber dan validator identitas dari anggota keluarganya. Anggota

keluarga yang sakit madapatkan dorongan untuk dapat

mengkomunikasikan dengan baik dalam kesulitan yang

dialaminya (Friedman, Bowdden, & Jones Pengukuran Dukungan

Keluarga

Menurut Schwarzer and Leppin, 1990 dalam Smet, 1994;

dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang

sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu

(perceived support) dan sebagai kognisi individu yang mengacu pada

persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).

Baron (dalam Aprianti, 2012) mendefinisikan dukungan

sosial sebagai kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh

teman-teman dan anggota keluarganya. Dukungan sosial sendiri

terdapat 2 konstruk, yaitu received social dan perceived social (Haber,

dkk., 2007). Pengertian dari received social support adalah perilaku

membantu yang muncul dan diberikan secara alamiah, sedangkan


perceived social support diartikan sebagai keyakinan bahwa perilaku

membantu akan tersedia ketika diperlukan. Oleh karena itu secara

singkat dapat dikatakan bahwa received support adalah perilaku

membantu yang memang benar-benar terjadi dan perceived support

adalah perilaku membantu yang mungkin akan terjadi (Norris dan

Kaniasty, 1996). Dan pengukuran terhadap received social support

dibuat untuk menilai aksi suportif yang signifikan yang diberikan

kepada penerima oleh jaringan sosialnya, sedangkan pengukuran

terhadap perceived social support dilakukakan untuk menilai presepsi

penerima mengenai keberadaan dukungan yang diberikan dan di dapat

(Sarason, 1983).

e. Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial

yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau

diadakan untuk keluarga. Dukungan sosial keluarga berupa dukungan

sosial keluarga internal, seperti dukungan dari saudara kandung atau

dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

f. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis kehidupan. Namun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga. (Friedman, 1998).


A. Skema 1

Peta Konsep

Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke.

Variabe

1. Independen 2. Variabel dependen

Kualitas Hidup
Dukungan Keluarga
Stroke Specific quality of life
1Tinggi (SSQOL) (1999) terdiri dari 12
2.Sedang domain.
3. Rendah
1.Energi

2. peran Keluarga
Kualitas Hidup
3. Bahasa
Penderita stroke :
4. Mobilitas
-Skor pengukuran kualitas hidup
(SSQOL) pada stroke 5. Suasana Hati

6. Kepribadian

7. Perawatan diri

8.Peran sosial

9.Fikiran

10.Fungsi ekstremitas atas

11. Penglihatan

12. Pekerjaan atau produktifitas

B. Hipotesa

Menurut Notoadmojo (2010) hipotesis adalah jawaban sementara dari

suatu penelitian atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian. Setelah melakukan pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis


dapat benar atau salah, dapat gagal menolak atau ditolak. Hipotesa penelitian ini

adalah :

1. Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien pasca stroke.

2. Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pasien pasca stroke.


DAFTAR PUSTAKA

Arum. 2015. Stroke, kenali, cegah dan obati. Yogyakarta : Notebook

Baticaca, F. B. 2011. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Fallowfield, L. 2009. What is quality of life? Series second edition, health


economic. Penerbit. Volume. Halaman.

Friedman, M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, dan praktek ,
Edisi ke-5. Jakarta: EGC

Indriyani, W.N. 2009. Deteksi dini kolesterol, hipertensi & stroke. Jakarta:
Milestone

Junaidi, Iskandar, 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta :ANDL

Kowalk, J. P.,Welsh, W., Mayer, B. 2011. Buku ajar patofisiologi. Ahli bahasa
oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC

Kreitler, Ben. 2004 . Quality of life in children. New York: Jhon Wiley n Sons.

Lumbantobing, S.M. 2013. Stroke: Bencana peredaran darah di otak. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mutaqin, Arif. 2011. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Nofitri. 2009. Kualitas hidup penduduk dewasa di Jakarta. Jakarta

Smaltzer, S. C., Bare, B. G. 2001. Buku ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner


&Suddarth . vol. 2. Edisi 8. Jakarta: EGC

Tarwoto, Wartonah, Suryati, 2007. Keperawatan medikal bedah gangguan sistem


persyarafan. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai