Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam sejarah kemanusiaan, konservasi alam bukanlah hal yang
baru.Misalnya pada 252 SM Raja Asoka dari India secara resmi mengumumkan
perlindungan satwa, ikan dan hutan. Peristiwa ini mungkin merupakan contoh
awal yang tercatat dari apa yang sekarang kita sebut kawasan yang dilindungi.
Pada sekitar 624-634 Masehi, Nabi Muhammad SAW juga membuat kawasan
konservasi yang dikenal dengan Hima di Madinah. Sedangkan pada tahun 1084
Masehi, Raja William I dari Inggris mememerintahkan penyiapan The
Doomesday Book, yaitu suatu inventarisasi tanah, hutan, daerah penangkapan
ikan, areal pertanian, taman buru, dan sumberdaya produktif milik kerajaan yang
digunakan sebagai daerah untuk membuat perencanaan rasional bagi pengelolaan
pembangunan negaranya(Mangunjaya, 2007)
Jadi sudah jelas jika konservasi sebenarnya merupakan kepentingan fitrah
manusia di bumi yang dari masa kemasa terus mengalami perkembangan
disebabkan kesadaran kita guna mendapatkan kehidupan yang layak dan mampu
memikirkan kelangsungan hidup generasi kini maupun yang akan datang.
Namun dalam kenyataannya, lingkungan alam yang ada sekarang kurang
dijaga kelestariannya.Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya angka illegal
logging yang terjadi di Indonesia. Tidak hanya illegal logging, ternyata
masyarakat Indonesia masih kurang sadar akan tanggung jawabnya dalam
melestarikan lingkungan. Salah satu contoh sederhana yang sering kita temui
adalah banyaknya masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan,
membuang limbah industri tanpa mengolahnya lebih dahulu, dan membuat
pencemaran-pencemaran lainnya.
Dengan masalah-masalah seperti itulah maka kelompok kami akan
mencoba untuk membahas berbagai masalah yang telah diutarakan di atas agar

masyarakat atau para pembaca sadar untuk melestarikan lingkungan. Masalahmasalah tersebut akan kami rangkum menjadi satu pokok bahasan, yakni
Konservasi lingkungan menurut Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi konservasi lingkungan?
1.2.2 Apa pandangan Islam terhadap konservasi lingkungan?
1.2.3 Apa hukum pencemaran lingkungan?
1.2.4 Apa penyebab kerusakan lingkungan?
1.2.5 Apa definisi illegal logging?
1.2.6 Apa hukum melakukan illegal logging?
1.2.7 Apa dampak dari illegal logging?
1.2.8 Bagaimana batasan-batasan dari ekspoitasi sumber daya alam?
1.2.9 Bagaimana hukum merokok ditinjau dari segi hukum Indonesia dan
dari hukum Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Diharapkan mahasiswa mampu memahami definisi konservasi
1.3.2

lingkungan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami pandangan Islam

1.3.3

terhadap konservasi lingkungan


Diharapkan mahasiswa mampu memahami hukum pencemaran

1.3.4

lingkungan
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penyebab kerusakan

1.3.5
1.3.6

lingkungan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami definisi illegal logging
Diharapkan mahasiswa mampu memahami hukum melakukakan

1.3.7

illegal logging
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dampak dari illegal

1.3.8

logging
Diharapkan mahasiswa mampu memahami batasan-batasan dari

1.3.9

eksploitasi sumber daya alam


Diharapkan mahasiswa mampu memahami hukum merokok
ditinjau dari segi hukum Indonesia dan dari hukum Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi konservasi lingkungan


2.1.1 Definisi konservasi lingkungan menurut KBBI
2

Konservasi adalah pemeliharaan dan pelindungan sesuatu secara


teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan melalui proses
pelestarian (Depdiknas, 2001). Konservasi merupakan pemanfaatan
sumber daya alam secara bijaksana melalui pengelolaan terencana sumber
daya alam sehingga terjadi keberlanjutan serta keseimbangan alami suatu
lingkungan.Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan
sesuai dengan kondisi dan situasi local maupun upaya pengembangan
untuk pemanfaatan lebih lanjut. Lingkungan adalah kombinasi antara
kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti: tanah, air,
energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah
maupun di dalam lautan.(Hanafi dkk, 2014)
2.1.2

Definisi konservasi lingkungan menurut Islam


Dalam pandangan Islam, konservasi adalah amanah dari Allah

untuk manusia.Manusia sebagai wakil Allah di muka bumi (khalifatullah


fil ard) harus memahami hubungan antara dirinya dengan Allah dan
lingkungan. Konservasi yang dilakukan manusia melalui pemeliharaan,
pemanfaatan secara wajar, dan rehabilitasi akan memberikan efek positif
terhadap lingkungan. Selain itu, argumen-argumen yang dibuat untuk
melestarikan lingkungan akan bermanfaat bagi lingkungan hidup. Fiqih
ekologi merupakan konservasi lingkungan berbasis syariah.Konservasi
lingkungan sebagai tujuan tertinggi syariat bukan hanya bermotif
penyelamatan dan penyelenggaraan secara syari.(Nursalim, 2013)

2.2 Pandangan Islam terhadap konservasi lingkungan


Islam merupakan agama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi
Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT(hablun minallah), mengatur dirinya sendiri, mengatur hubungan antar
manusia (hablun minannas) dan mengatur hubungan dengan alam (hablun
minal alam)
Berkaitan dengan ajaran Islam yang mengatur hubungan manusia dengan
alam, hal ini menjadi dasar bagi tegaknya keseluruhan peradaban Islam,

termasuk penataan lingkungan. Perspektif ini dibangun dari konsep tauhid dan
ibadah. Konsep tauhid memberikan cara pandang bahwa manusia, alam dan
kehidupan diciptakan Allah SWT dengan tujuan tertentu. Allah menciptakan
Manusia, alam, dan kehidupan dalam suatu keseimbangan yang sinkron dan
dinamis. Allah berfirman dalam al-Quran :
Q.S. Al Baqarah:30

Dalam kaitannya dengan penataan lingkungan, islam memandang bahwa


sumber daya alam adalah suatu karunia besar yang tidak hanya dapat
dimanfaatkan tetapi juga harus dilestarikan agar dapat dimanfaatkan oleh
generasi sekarang dan generasi yang akan dating. Dalam kajian hokum Islam,
menghuni bumi dan mengelola kehidupan di bumi membutuhkan tiga muatan
hokum.
Pertama, hukum rukun syariat yaitu ketentuan-ketentuan Allah SWT dan
Rasul yang secara jelas tertulis dalam Al-Quran dan hadis.
Kedua, rukun hukum fiqih yaitu hukum-hukum hasil pemahaman manusia
terhadap al-Quran dan hadis
Ketiga adalah at-tadbir (pengaturan). Bagaimana pengaturan lingkungan
hidup, bagaimana meletarikan lingkungan.
Berkaitan dengan hukum fiqih,terdapat sejumlah ayat al-Quran dan hadist
yang terkait dengan lingkungan, misalnya tentang air, tanah, binatang dan
tumbuh-tumbuhan, diantaranya terdapat dalam :
1. Q.S. Al-Hajj 65 :

2. Q.S. Al-Anam:10
3. Q.S. Al-Nur:43

2.3 Hukum pencemaran lingkungan


Secara ideal, agama Islam sebagai suprastruktur ideologis masyarakat
muslim,diyakini memiliki nilai-nilai yang cukup intens dalam hal permasalahan
lingkungan.Cukup banyak ayat-ayat Al-Quran maupun hadist Rasulullah SAW
yang berbicaramengenai lingkungan.Baik dengan ungkapan langsung, tidak
langsung, ataupun denganpenceritaan kasus yang bermuatan ekologis. Namun
kenyataannya, secara faktual tampilanperilaku ekologis di permukaan masyarakat
muslim tampak masih beragam. Ada yangcukup tinggi, sedang dan rendah.
Bahkan, yang disebut terakhirlah justru yang banyak mewarnai mayoritas
kehidupan komunitas muslim.
Menurut Abdillah (2005) fenomena ini dapat dilihat dari tingginya volume
produk limbah buangan domestik (rumah tangga), tingginya kerentanan
terhadapberjangkitnya penyakit menular, meluasnya lahan pertanian tepi dan
menipisnya areal perhutanan, serta masih bertahannya pola hidup tidak sehat di
lingkungan masyarakat Islam. Kondisi seperti ini, dapat diduga, disebabkan oleh
rendahnya tingkat pengetahuan,kesadaran, dan kearifan masyarakat dalam
menyikapi permasalahan lingkungan.Wawasan lingkungan hidup dititahkan dalam
bentuk perbuatan ihsan dan larangan melakukan kerusakan di muka
bumi.Sebagaimana syariah mengatur hubungan vertical dan horizontal, yaitu
ibadah dan muamalah.Ibadah diwujudkan dalam bentuk hubungan antara manusia
dengan Rabb nya, yang bermakna kesalehan pribadi yang membutuhkan disiplin
pribadi yang tinggi.Muamalah merupakan bentuk hubungan antara manusia
dengan sesamanya, serta alam semesta di sekitarnya, yang mana membutuhkan
kesalehan sosial dalam disiplin pribadi dan solidaritas sosial yang kuat.
Solidaritas sosial dan kedisiplinan yang tinggi perlu ditanamkan dan
dikembangkan

sedini

mungkin,

yaitu

latihan

untuk

melestarikan

lingkungan.Dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, kiranya hadits Nabi


SAW perlu dikaji dan dikembangkan lebih jauh.Sebuah hadits yang berasal dari
Abu Hurairah dapat menjadi salah satu contoh pentingnya menjaga dan
memelihara lingkungan. Rasululah SAW bersabda:

Takutlah kamu kepada dua hal yang dilaknati, Mereka bertanya, apa
yang duahal itu? Rasulullah SAW menjawab: Orang yang membuang hajat
di jalanan atau tempat perteduhan.
Bahkan menurut riwayat Abu Daud ada 3 tempat yang sangat terkutuk
untuk buang air, yaitu : buang air di sumber air / mata air, buang air di tengah
jalan, dan membuang air di tempat-tempat perteduhan.
Dalam riwayat lain, Imam Nasa`i dalam sunannya memuat juga tentang
larangan membuang air di lubang. Tentang hadits ini, Al-Sindi menjelaskan bahwa
pelarangan dimaksud karena lubang tersebut menjadi tempat tinggal jin, ular,
ataupun makhluk lainnya.
Begitu pula, terdapat larangan buang air pada air yang tergenang dan air
yangmengalir.Tentang perteduhan ini, Al-Khithabi menyebutkan bahwa yang
dimaksudkan dengan perteduhan adalah perteduhan yang dijadikan orang sebagai
tempat berteduh dan persinggahan, dan tidak semua perteduhan dilarang secara
mutlak.
Hadits-hadits di atas menyiratkan bahwa Islam telah mempelopori prinsip
menjagakesehatan dan kebersihan lingkungan, sekaligus sebagai upaya preventif
dari penyakit-penyakit menular yang dapat mewabah dikarenakan tidak
terjaminnya kesehatan lingkungan.Dengan demikian, terlihat bahwa kerangka
pendidikan lingkungan hidup dalam perspektif hadist memiliki karakteristik yang
khas, yaitu dengan memasukkan pendekatan keagaamaan.Hal ini dapat terlihat
dari adanya ancaman ataupun janji balasan bagi perbuatan-perbuatan tertentu.Visi
pendidikan lingkungan hidup dalam perspektif Islam didasari oleh visi lingkungan
yang utuh menyeluruh, holistik integralistik. Visi lingkungan yang holistik
integralistik

diproyeksikan

akan

mampu

menjadi

garda

depan

dalam

pengembangan kesadaran lingkungan guna melestarikan keseimbangan ekosistem.


Sebab seluruh komponen dalam ekosistem diperhatikan kepentingannya secara
proporsional, tidak ada yang lebih dipentingkan dan tidak ada pula yang
diterlantarkan oleh visi lingkungan Islam yang holistik integralistik. (Chandra,
2013)

2.4 Penyebab Kerusakan Lingkungan


Ada dua factor penyebab kerusakan longkngan yaitu factor
manusia dan proses alam. Faktor manusia merupakan peyebab
utama kerusakan yang terjadi di bumi, sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. Ar-Rum: 41.

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).
2.4.1 Faktor Manusia
Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia
jauh lebih besar dibandingkan dengan kerusakan lingkungan
yang disebabkan oleh proses alam. Kerusakan lingkungan yang
disebabkan kegiatan manusia terjadi dalam berbagai bentuk,
seperti: pencemaran, pengerukan, dan penebangan hutan.
Allah melarang manusia untuk merusak lingkungan,
meskipun manusia sebagai khalifah di beri kuasa untuk
mengelola dan memelihara alam. Kedudukan manusia dan alam
semesta adalah setara di hadapan Allah (Shihab, 1995:233-234).
Q.S Al-Araaf:56 menyebutkan

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,


sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan), sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang yang berbuat baik.
Beberapa bentuk kerusakan yang disebabkan oleh factor
manusia, antara lain: kerusakan lingkungan akibat limbah,
penebangan hutan, dan penambangan.
Beragam jenis limbah yang dibuang oleh manusia dapat
berupa limbah cair maupun padat. Bila jumlah limbah disebuah
lingkungan telah melibihi ambang batas, maka akan
7

menimbulkan kerusakan pada lingkungan, termasuk pengaruh


buruk pada manusia. Salah satu contoh kasus pencemaran
terhadap air adalah Kasus Teluk Minamata di Jepang. Ratusan
orang meninggal karena memakan hasil laut yang ditangkap dari
Teluk Minamata yang telah tercemar unsure merkuri (air raksa).
Penebangan hutan untuk keperluan industry, lahan
pertanian, dan kebutuhan lainnya telah menimbulkan kerusakan
lingkungan kehidupan yang luar biasa. Kerusakan lingkungan
kehidupan yang terjadi menyebabkan timbulnya lahan kritis,
ancaman terhadap kehidupan flora, fauna dan menyebabkan
kekeringan. Penebangan hutan secara liar ini juga dapat
mengubah permukaan bumi.
Pengerukan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
pertambangan, seperti: pertambangan batu bara, timah, bijih
besi, dan lain-lain telah menimbulkan lubang-lubang dan
cekungan yang besar dipermukaan tanah sehingga lahan
tersebut tidak dapat digunakan lagi sebelum direklamasi.
Kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan dapat pula
mengubah permukaan bumi. Beberapa dampak negatife akibat
pertambangan yang tidak terkendali antara lain: kerusakan lahan
bekas tambang, lahan perkebunan dan pertanian, kerusakan
tambak dan terumbu karang di pesisir, banjir, longsor, lenyapnya
sebagian keanekaragaman hayati, kerusakan ekosistem dan
sumber daya pesisir dan laut (Anonim, 2011).
2.4.2 Fakor Alam
Kerusakan lingkungan yang disebabkan factor alam pada
umumnya merupakan bencana alam seperti letusan gunung
berapi, banjir, angin putting beliung, gempa bumi, tsunami, dan
sebagainya. Ada beberapa factor lain penyebab kerusakan
lingkungan, antara lain (a) pertambahan penduduk yang pesat,
sehingga memacu timbulnya eksploitasi terhadap sumber daya
alam hayati yang berlebihan, (b) perkembangan teknologi yang
pesat, sehingga mempermudah eksploitasi keanekaragaman
hayati, (c) kebijakan dan pengelolaan keanekaragaman hayati
yang sangat sentralistik, bersifat kapitalis, dan tidak tepat guna,
dan (d) perubahan sistem nilai budaya masyarakat dalam
memperlakukan keanekaragaman hayati disekitarnya. Oleh
karena itu, pengelolaan keanekaragaman hayati yang holistik,
berkelanjutan, dan berkeadilan sosial bagi segenap warga

masyarakat, sungguh diperlukan untuk mempertahankan


kelestarian keanekaragaman hayati (Iskandar, 2011)
2.5 Definisi Illegal Logging
Illegal Logging berdasarkan terminologi berasal dari 2 (dua) suku kata,
yaitu illegal berarti perbuatan yang tidak sah (melanggar), sedangkan logging
berarti kegiatan pembalakan kayu sehingga illegal logging diartikan sebagai
perbuatan atau kegiatan pembalakan kayu yang tidak sah.

2.6 Hukum Melakukan Illegal Logging


Pengertian illegal logging dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2004 dan
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (selanjutnya disebut UU
Kehutanan) tidak didefinisikan secara jelas mengenaiillegal logging dan hanya
menjabarkan tindakan-tindakan illegal logging. Kategori illegal logging menurut
Pasal 50, antara lain: mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki
kawasan hutan secara tidak sah (illegal), merambah kawasan hutan, melakukan
penebangan pohon dalam kawasan hutan, membakar hutan,dll. Dapat dikatakan
bahwa pengertian illegal logging walau tidak dijelaskan secara eksklusif dalm
UU,namun pengertiannya bukan hanya menyangkut pembalakan kayu melainkan
lebih luasnya, yaitu perusakan hutan.
Dapat disimpulkan unsur-unsur yang dapat dijadikan dasar hukum
untukpenegakan hukum pidana terhadap kejahatan illegal loggingantara
sebagaiberikut:
(1) Setiap orang pribadi maupun badan hukum dan atau badan usaha
(2) Melakukan perbuatan yang dilarang baik karena sengaja maupun karena
kealpaannya
(3) Menimbulkan kerusakan hutan, dengan cara-cara yakni :
a. Merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan
b. Kegiatan yang keluar dari ketentuan perizinan sehingga merusak
hutan.
c. Melanggar batas-batas tepi sungai, jurang, dan pantai yang
ditentukan Undang undang.
d. Menebang pohon tanpa izin.

e. Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima


titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau
patut diduga sebagai hasil hutan illegal.
f. Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan tanpa SKSHH.
g. Membawa alat berat dan alat-alat lain pengelolaan hasil hutan
tanpa izin.
Jadi, dapat disimpulkan illegal logging adalah suatu tindakan yang
dilakukan pribadi ataupun badan hukum dan atau badan usaha baik secara sengaja
atau karena kealpaannya yang mengakibatkan rusaknya hutan.
2.7 Dampak Illegal Logging
Illegal logging menyebabkan berbagai macam dampak negatif, antara lain:
1. Illegal logging mengancam kelangsungan hidup satwa langka
Illegal logging merupakan suatu aktivitas penebangan liar yang
telah berkembang pesat sejak tahun 1970an. Illegal logging terjadi
terutama untuk industri perkayuan, namun pengembangan produksi kayu
ini justru mengarah pada munculnya praktik illegal logging yang
mengakibatkan terjadinya degradasi hutan yang serius.
2. Illegal logging menyebabkan degradasi hutan
Degradasi hutan merupakan penurunan kekayaan hutan.Degradasi
hutan biasanya terjadi akibat maraknya illegal logging dan praktik-praktik
lainnya.
3. Illegal Logging menyebabkan tanah longsor
Tidak adanya lagi akar-akar pohon yang berfungsi sebagai penahan
dari air hujan maka hal tersebut menyebabkan mudah terjadi tanah
longsor.
4. Illegal logging menyebabkan banjir
Tidak adanya tempat peresapan air saat terjadi hujan yang terdapat
pada pohon-pohon yang menyebabkan tidak adanya tempat penampungan
air dan akhirnya meluap dan terjadi banjir
5. Illegal logging menyebabkan kekeringan
Dikarenakan tidak terdapat lagi tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai
penghasil oksigen dan tanah yang menjadi tandus disebabkan humus tanah
hilang.
2.8 Batasan-batasan dalam Ekspoitasi Sumber Daya Alam

10

Kekayaan alam yang dapat dilakukan eksploitasi sebagaimana diatur


dalam UU No.1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia adalah mineral
dan sumber tak bernyawa lainnya , di dasar laut dan/ atau di dalam lapisan tanah
di bawahnya bersama-sama dengan organisme hidup yang termasuk dalam jenis
silindir , yaitu organisme yang pada masa perkembangannya tidak bergerak baik
di atasmaupun dasar laut atau tak dapat bergerak, kecuali dengan cara selalu
menempel pada dasar laut atau lapisan tanah di bawahnya.
Aspek hukum yang terdapat dalam pengelolaan SDA dimungkinkan terjadi
pelanggaran. Pelanggaran atas ketentuan yang telah dikeluarkan pemerintah
Indonesia akan mendapatkan ganjaran berupa :
a. Diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 6(enam) tahun ,
dan/atau
b. Denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)

2.9 Hukum merokok Ditinjau dari Segi Hukum Indonesia dan SegiHukum
Islam
Di tengah masyarakat kita telah tersebar dan terbentuk opini bahwa hukum
rokok adalah makruh.Keyakinan ini membuat para perokok seakan mendapat
justifikasi dari agama bahwa perokok diperbolehkan oleh Islam (bukan haram).
Kita telah mengetahui bahwa mayoritas penduduk kita adalah muslim. Tentunya
kaum musliminlah yan paling banyak merokok.
Kemudian ketika dikatakan kepada para perokok dalam agama Islam
adalah haram dengan mengacu kepada dalil-dalil yang ada, banyak diantara
mereka yang kaget dan heran.Kondisi masyarakat di Negara kita lebih parah
dalam masalah rokok jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat di sebagian
Negara yang para ulamanya telah member fatwa dengan terang-terangan bahwa
merokok itu haram.

11

Hukum merokok ditinjau dari sisi agama Islam :

Dan menghalalkan yang baik bagi mereka serta mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk. (Al-Quran Surat Al-Araf:157)
Siapapun yang berakal dan mau jujur jika ditanya apakah rokok termasuk
sesuatu yang baik atau tidak, pasti mereka menjawab: Tidak!,bahkan rokok
adalah sesuatu yang buruk.

Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (Al-Quran


Surat Al-Baqarah:195).
Ahli-ahli kesehatan telah sepakat semuanya bahwa merokok berbahaya
bagi kesehatan (membawa kebinasaan, seperti penyakit kanker, paruparu opsruktif
kronik, cacat janin bagi wanita hamil yang merokok).
Hukum Merokok Haram dilihat dari segi sosial
1. Buruknya rokok bisa dilihat dari adanya larangan rokok disana-sini , seperti di
tempat umum, gedung pertemuan,masjid-masjid sekolahan apa lagi ditempattempat yang harus terbebas dari sesuatu yang mengganggu seperti di rumah sakit
2. Keburukan rokok terbukti dengan pernyataan pabrik rokok sendiri yang
menyatakan dalam iklan maupun bungkus rokoknya.

12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah di atas adalah:
1. Menurut KBBI, konservasi merupakan pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana melalui pengelolaan terencana sumber daya alam
sehingga terjadi keberlanjutan serta keseimbangan alami suatu lingkungan
2. Menurut sudut pandang agama Islam, yang dimaksud dengan konservasi
lingkungan adalah kegiatan yang dilakukan manusia melalui
pemeliharaan, pemanfaatan secara wajar, dan rehabilitasi akan
memberikan efek positif terhadap lingkungan
3. Sebagai manusia, sebagai umat Islam khusunya maka harus senantiasa
menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini juga dimaksudkan sebagai upaya
preventif dari penyakit-penyakit menular
4. Illegal logging diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan pembalakan kayu
yang tidak sah.
13

5. Illegal logging adalah suatu tindakan yang dilakukan pribadi ataupun


badan hukum dan atau badan usaha baik secara sengaja atau karena
kealpaannya yang mengakibatkan rusaknya hutan.
6. Beberapa dampak negatif akibat illegal logging antara lain :
a) mengancam kelangsungan hidup satwa langka
b) menyebabkan degradasi hutan
c) menyebabkan tanah longsor
d) menyebabkan banjir
e) menyebabkan kekeringan
7. Kekayaan alam yang dapat dilakukan eksploitasi sebagaimana diatur
dalam UU No.1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia adalah
mineral dan sumber tak bernyawa lainnya , di dasar laut dan/ atau di dalam
lapisan tanah di bawahnya bersama-sama dengan organisme hidupyang
termasuk dalam jenis silindir , yaitu organisme yang pada masa
perkembangannya tidak bergerak baik di atasmaupun dasar laut atau tak
dapat bergerak, kecuali dengan cara selalu menempel pada dasar laut atau
lapisan tanah di bawahnya

8. Hukuman dari pelanggaran dalam eksploitasi SDA adalah :


a. Diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 6(enam) tahun ,
dan/atau
b. Denda setinggi-tingginya Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
9. Di tengah masyarakat kita telah tersebar dan terbentuk opini bahwa hukum
rokok adalah makruh
10. Hukum merokok haram dilihat dari segi sosial

3.2 Saran
a) Sebaiknya semua umat manusia turut berpartisipasi dalam menjaga
kelestarian lingkungan. Seperti halnya pepatah kebersihan sebagian dari
iman maka hendaknya kita semua sadar akan tugas dan tanggung jawab
kita dalam upaya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan
b) Sebaiknya masyarakat semakin sadar akan bahaya merokok, sehingga
tidak ada lagi masyarakat yang merokok karena dengan tidak merokok
maka akan mengurangi polusi udara dan juga mengurangi resiko terkena
suatu penyakit dalam tubuh

14

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Buku Saku Plastik. Cilegon: PT.Tri Polyta Indonesia.
Abdillah, Mujiyono. 2005. Fiqih Lingkungan: panduan spiritual hidup
berwawasan lingkungan. Yogyakarta: Unit Penerbit Percetakan(UPP).
Chandra, Edy. 2013. Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Perspektif
Hadist. Bogor: BBP.
Depdiknas. 2001. Konservasi Lingkungan. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat
SLTP.
Hanafi, Yunus, dkk (Tim Dosen PAI Universitas Negeri Malang). 2014.
Pendidikan Islam Tranformatif: Membentuk Pribadi Berkarakter. Malang:
LP3 Universitas Negeri Malang dan Penerbit Dream Litera.
Iskandar, Johan. 2011. Faktor Penyebab Kerusakan Lingkungan (dalam buku
Pendididikan Islam Transformatif: Membentuk Pribadi Berkarakter.)

15

Juju.

2012.

Usaha

Konservasi

Lingkungan

Hidup.

(http://jujubandung.wordpress.com) diakses tanggal 27 Oktober 2014.


Mangunjaya. 2007. Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi dan Gerakan
Lingkungan Hidup. Jakarta: Paci Cita Insani.
Nursalim. 2013. Agama Sebagai Pilar Dasar Konservasi Lingkungan (dalam
buku Pendididikan Islam Transformatif: Membentuk Pribadi Berkarakter.)
OKP,

Ganespa.

2010.

Arti

Konservasi

Lingkungan

Hidup.

(http://okpganespa.blogspot.com) diakses tanggal 27 Oktober 2014.


Shihab, Muhammad Quraish. 1995. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan.
Undang-Undang No. 19 tahun 2004 tentang Kehutanan.
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Undang-Undang No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
LAMPIRAN

Tanggapan:
Akhlis Hidayat : materi kurang, tidak ada fiqih ekologi Islam
Pertanyaan:
1. Elmi : bagaimana cara kalian sebagai mahasiswa untuk menanggulangi hal
kecil yang dapat menyebabkan kerusakan? Melalui hal hal kecil seperti
membuang sampah di tempatnya, mendaur ulang barang. Melalui contohcontoh kecil seperti itu diharapkan orang-orang juga akan menirukan apa
yang kita lakukan. Tidak lupa pula untuk selalu berdzikir untuk mengingat
Allah agar sadar bahwa merusak lingkungan merupakan dosa besar. Juga
dapat dilakukan dengan mengikuti UKM pecinta alam. (Penjawab: Medha
Estu dan dibantu dengan A.Komsun sebagai peserta diskusi)

16

2. Yualita : menurut Islam, ruang lingkup konservasi lingkungan apa saja?


Ada hadist yang mengatakan bahwa Sesungguhnya Allah Swt itu MahaIndah dan menyekai keindahan Jadi ruang lingkup konservasi
lingkungan menurut Islam adalah segala hal yang menyangkut tentang
keindahan.(Penjawab: M. Ainur Rohman/peserta diskusi)
3. Komsun : apa upaya ormas Islam untuk ikut melestarikan lingkungan?
Suatu organisasi Islam mempunyai arti penting dalam melestarikan
lingkungan , karena organisasi dapat membantu/mengajak masyarakat
untuk lebih aktif dalam lingkungan & kehidupannya, organisasi bisa
sebagai pendukung proses sosialisasi yang berjalan di sebuah lingkungan
bermasyrakat ,yang paling utama organisasi merupakan tempat /wadah
aspirasi dari sekelompok individu yang berbeda beda (Penjawab: Eki)
4. Ayu Retno : cara untuk menumbuhkan kesadaran sebagai kholifah untuk
melestarikan lingkungan? Ilmu agama yang ditanamkan sejak dini adalah
yang terpenting agar kelak orang tersebut dapat mengetahui mana yang
baik dan mana yang buruk. Seperti halnya merusak lingkungan adalah hal
yang buruk. (Penjawab : Farida dan Gevin)

MEDH
FARID

LARIZ

GEVIN

EK
I

17

Anda mungkin juga menyukai