PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggal 1-7 Agustus tiap tahunnya ditetapkan sebagai pekan ASI (Air
Susu Ibu) sedunia. Pekan ASI ini menggambarkan betapa pentingnya
pemberian ASI sehingga menarik perhatian dunia. Pekan ASI ini digunakan
sebagai salah satu cara untuk mempromosikan ASI (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014 ).
Air Susu Ibu adalah makanan terbaik untuk bayi disebabkan kandungan
gizi yang terkandung dalam ASI tersebut, sesuai dengan kebutuhan bayi yang
diperlukan
untuk
masa
pertumbuhannya.
ASI
sangat
efektif
utuk
Kesehatan
melalui
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah Apakah terdapat hubungan antara faktor usia ibu, tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, jumlah paritas, dukungan
keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di
Puskesmes Perawatan Sungai Kupang ?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, Kelumpang Hulu,
Kalimantan Selatan dan Mengetahui penyebab tidak tercapainya cakupan
ASI eksklusif di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hubungan faktor usia terhadap pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Perawatan Sei Kupang, Klumpang Hulu.
b. Mengidentifikasi hubungan faktor paritas ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Perawatan Sei Kupang, Klumpang Hulu.
c. Mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Perawatan Sei Kupang,
Klumpang Hulu.
d. Mengidentifikasi hubungan faktor pendidikan terhadap pemberian ASI
eksklusif pada di Puskesmas Perawatan Sei Kupang, Klumpang Hulu.
e. Mengidentifikasi hubungan faktor pekerjaan terhadap pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Perawatan Sei Kupang, Klumpang Hulu.
3
Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan atau perbandingan serta sumber informasi bagi penelitian
berikutnya dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan khususnya gizi-ASI Eksklusif.
b.
Peneliti
Penulis dapat memahami lebih dalam mengenai hubungan faktor
usia, paritas, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, dukungan keluarga,
dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, Kecamatan Kelumpang Hulu,
Kalimantan Selatan.
2. Manfaat Praktis
a. Puskesmas
II.
TINJAUAN PUSTAKA
rangsang saraf. Selain itu kandungan ini juga berfungsi sebagai pengendali
prilaku, meningkatkan konsentrasi, serta emosi.
2. Lemak dan Asam Lemak
Lemak dan asam lemak dibutuhkan untuk energi dan pertumbuhan sel-sel
otak. Ada beberapa jenis lemak dan asam lemak yang terkandung dalam
ASI yang berguna untuk ketajaman penglihatan dan kecerdasan otak.
Sphyngomyelin yang berfungsi untuk kecepatan hantar rangsang saraf
(kecepatan berpikir dan kecerdasan), Sialic acid untuk kecepatan belajar
daya ingat, dan gangliosida sebagai pemproses dan penyimpanan
informasi.
3. Karbohidrat
Karbohidrat membantu penyerapan kalsium dan mempertahankan faktor
lobidus di usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang
berbahaya). Selain itu Fructo Oligi Sacharida (FOS) berguna sebagai
sumber energi sel-sel otak dan prebiotik sebagai aktivitas sel.
4. Mineral
Meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi, namun mencukupi kebutuhan
bayi. Zat besi berguna untuk pembentukan myelin yang berfungsi untuk
kecepatan hantas saraf untuk kecepatan, pemprosesan informasi dan
kecerdasan. Zat besi dan kalsium pada ASI merupakan mineral yang
sangat stabil dan mudah diserap.
5. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap dan dapat mencukupi kebutuhan
bayi hingga berusia 6 bulan. Vitamin juga dibutuhkan untuk pertumbuhan
sel-sel otak.
Air Susu Ibu mempunyai kandungan bahan larut yang rendah. Salah satu
fungsi air adalah menurunkan kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni.
Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga bulan,
mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga
keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung
sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak
atau orang dewasa (Academy for Educational Development, 2002).
E. Manfaat ASI
10
Bagian luar terdiri dari sepasang buah dada yang terletak di dada, areola
mamae, puting susu. Bagian dalam terdiri dari 4 jaringan utama, yaitu aleoli
mammary yang merupakan pabrik susu, sinus lactiferous berfungsi
menampung ASI terletak dibawah areola mamae, ductuc lactiferous
mengalirkan ASI dari aleoli mammary ke sinus lactiferous, serta jaringan ikat
dan sel lemak yang melindungi.
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Pada payudara terutama pada puting susu terdapat banyak ujung saraf
sensoris. Perangsangan pada payudara akibat hisapan bayi saat menyusui akan
menimbulkan implus yang menuju hipotalamus, salah satu organ dalam otak,
implus dari hipotalamus selanjutnya akan diteruskan ke hipofisis anterior yang
mengeluarkan hormon prolaktin dan ke hipofisis posterior yang berfungsi
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon prolaktin dialirkan oleh darah ke
kelenjar payudara, maka terjadilah refleks pembentukan ASI.
Air Susu Ibu diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin
menghasilkan ASI dalam alveolar dan kerja prolaktin ini dipengaruhi oleh
lama dan frekuensi penghisapan. Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar
pituaria sebagai respon adanya isapan yang menstimulasi mioepitel untuk
mengeluarkan ASI atau refleks milk ejection yaitu mengalirkan ASI dari
simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting
susu (Roesli, 2004).
H. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
1. Usia ibu
Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui bayinya
dengan ASI cukup sehingga terdapat hubungan bermakna antara umur
dengan pemberian ASI eksklusif.
11
2. Pendidikan ibu
Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ibu mempunyai
hubungan dengan pola pemberian ASI eksklusif.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih cepat
memberikan Prelaktal dan MP-ASI (makanan pendaping ASI) lebih dini
dibandingkan subyek dengan tingkat pendidikan lebih rendah yang
memberikan MP-ASI kepada bayinya setelah bayi berumur 4 bulan.
Tingkat pendidikan yang semakin tinggi namun tidak disertai dengan
pengetahuan tentang praktik ASI eksklusif dapat mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif.
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan
tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah.
3. Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu berhubungan dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif yang mana semakin tinggi pengetahuan ibu semakin tinggi
prilaku pemberian ASI eksklusif.
Tingkat pengetahuan subyek tentang ASI hanya sebatas pernah
mendengar, yang mana subyek dapat menjelaskan tentang manfaat ASI
berdasar informasi dari tenaga kesehatan, namun tidak dapat melakukan
ASI eksklusif (Saleh, 2011).
Pengetahuan tentang ASI eksklusif serta motivasi pemberian ASI
eksklusif yang kurang, mempengaruhi prilaku atau sikap ibu yang
diakibatkan oleh masih melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang
pemberian makan pada bayi.
4. Pekerjaan ibu
Subrata menyatakan bahwa kelompok ibu yang bekerja mempunyai
peluang 7.9 kali untuk tidak menyusui bayi secara eksklusif dibandingan
dengan kelompok ibu yang tidak bekerja. Hal serupa juga disampaikan
oleh Marini yang menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja, lebih
12
menyatakan
dalam
penelitiannya
bahwa
prevalensi
13
14
Variabel antara
Variabel yang diteliti
J. Kerangka Konsep
Faktor internal:
Usia ibu
Pendidikan ibu
Pekerjaan
Pengetahuan
Jumlah paritas
Faktor eksternal
Dukungan Keluarga
Dukungan tenaga kesehatan
Kupang.
15
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan rancangan mixed methodology. Data
dikumpulkan dari data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dilakukan
dengan metode analitik-non eksperimental dengan pendekatan cross-sectional.
Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukuran/observasi data variabel hanya satu waktu, pada satu saat.
Alat pengumpulan data yang adalah wawancara dan pengisian kuesioner. Data
kualitatif dilakuan dengan indepth interview.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
a. Populasi Target Penelitian
Populasi target yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini
adalah seluruh wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas
Perawatan Sungai Kupang.
b. Populasi Terjangkau Penelitian
Populasi terjangkau yang digunakan untuk pengumpulan data
penelitian ini adalah seluruh wanita hamil dan menyusui di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil secara acak dengan menggunakan acak
sederhana (simple random sampling). Semua sampel yang didapat dan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian hingga jumlah
sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
Kriteria Inklusi :
a. Wanita yang bersedia mengisi kuesioner
b. Wanita yang mempunyai anak usia 6 bulan-5 tahun
Kriteria Eksklusi :
a. Wanita menolak untuk dijadikan sampel
16
= jumlah sampel
=3.84 x 0.286x0.714
dikehendaki
(0.1)2
78,8
D. Definisi Operasional
Definisi operasional masing-masing variabel dijelaskan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1. Definisi Operasional
No
1.
Variabel
ASI Eksklusif
Definisi Operasional
Skala
Ibu yang memberikan hanya Air Nominal
17
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10.
11.
12
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
18
Kesehatan
E. Pengumpulan Data
1. Data penelitian
Data penelitian yang dipakai yaitu data primer yag diperoleh dari hasil
tanya jawab kuesioner, wawancara mendalam, dan data sekunder dari
profil puskemas.
2. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan buku profil
tahunan.
3. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab mengenai karakteristik
subyek, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif ibu di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Sungai Kupang, serta
komponen masukan, proses, dan keluaran yang mempengaruhi program
pemberian ASI eksklusif.
F. Tata Urutan Kerja
1. Persiapan Penelitian
Penyusunan rencana penelitian meliputi data mengenai ASI eksklusif di
Puskesmas, penetapan variabel, jumlah sampel, definisi operasional, dan
penyusunan rencana analisis hasil penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Melakukan informed concent pada subyek penelitian
b. Membagikan kuesioner
3. Tahap Penyelesaian
Melakukan pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian
dengan cara :
a. Editing, yaitu memeriksa adanya kesalahan atau ketidaklengkapan data
b. Coding, yaitu memindahkan data ke dalam kartu kode
c. Entry, yaitu memindahkan data ke dalam komputer
d. Cleaning, yaitu memeriksa adanya kesalahan waktu melakukan coding
dan entry
e. Analisis, yaitu menganalisis data yang ada
G. Analisis Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat pola distribusi frekuensi
pada variabel independen dan dependen. Analisa univariat dilakukan
dengan melihat frekuensi kejadian dalam bentuk persentase ataupun
19
20
IV.
21
No
Desa
Jumlah
Penduduk
KK
Balita
Bayi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sungai Kupang
Sidomulyo
Mangkirana
Cantung Kiri Hilir
Banua Lawas
Karang Payau
Karang Liwar
Bangkalaan Melayu
Bangkalaan Dayak
Laboran
JUMLAH
4921
1023
256
861
925
1163
774
2242
1601
565
14331
1.363
303
70
251
258
330
230
650
542
128
4125
439
91
57
77
77
103
61
207
141
52
1305
97
20
11
17
17
23
14
46
31
11
287
Luas
wilayah
( Km2 )
52,68
25,16
29,59
52,68
40,55
43,21
47,94
81,09
164,26
51,79
533,44
dampak
kepada
peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Perawatan Sungai
Kupang, jumlah tenaga yang ada sebanyak 34 orang yang terdiri dari
32 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang Pegawai Tidak
Tetap (PTT). Untuk melihat jenis tenaga dapat dilihat pada tabel 3
dibawah ini.
Tabel 3. Data Jumlah Tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Perawatan Sungai Kupang Tahun 2014
Status
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Ketenagaan
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana
Kes.Masyarakat
Apoteker
Asisten Apoteker
Perawat ( D3)/SPK
D3 Bidan
PNS
2
1
2
1
1
11
7
1
PTT
1
1
Jumlah
2
1
2
1
1
12
8
1
22
9
10
11
12
13
D3 Kesling
Perawat Gigi
Tenaga Labolatorium
Pekarya Kesehatan
D3 Gizi
SPPH
Jumlah
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
35
b. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan sebagai salah satu sumber daya kesehatan
dewasa ini terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, hal ini
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Adapun sarana kesehatan di Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah Puskesmas Pembantu, Poliklinik Desa, dan Pos Pelayanan
Terpadu Tahun 2014
NO
JUMLAH
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Polindes
Posyandu
16
Karakteristik
Usia Ibu
Usia Anak
Jumlah
(n)
81
81
Rata-rata
Minimum
Maksimum
26,85 tahun
20.31 bulan
17 tahun
7 bulan
43 tahun
57 bulan
23
dan tertua adalah 43 tahun. Usia anak yang dijadikan responden adalah berusia
rerata 20.31 bulan dengan usia bayi termuda 7 bulan dan tertua 57 bulan.
Tabel 6. Hasil Data Univariat Karakteristik Responden
Kategorikal
Tingkat Usia
18 Tahun
19-34 Tahun
35 Tahun
Tingkat Pendidikan
< 9 Tahun
9-12Tahun
> 12 Tahun
Tingkat Pengetahuan
Kurang
Cukup
Tinggi
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Pekerja
Pendapatan
< 2juta
2 juta
Jumlah Paritas
2 anak
> 2 anak
Dukungan Keluarga
Mendukung
Tidak mendukung
Dukungan Tenaga Kesehatan
Mendukung
Tidak mendukung
ASI Eksklusif
Ya
Tidak
Frekuensi
Persentase (%)
7
64
10
8.6
79
12.3
29
41
11
35.8
50.6
13.6
11
30
40
13.6
37
49.4
64
17
79
21
28
53
34.6
65.4
68
13
84
16
71
10
87.7
12.3
65
15
81.5
18.5
39
42
48.1
51.9
Tingkat Usia
25
Eksklusif
Kurang
Cukup
Ya
0
34
Tidak
7
30
Total
7
64
Pearson Chi Square 0.028
Koefisien Kontiensi 0.028
Tinggi
5
5
10
Total
39
42
81
Total
39
42
81
27
bekerja
mencari
nafkah
untuk
menompang
ekonomi
28
Tabel 9. Hasil Data Bivariat Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif
Tingkat Pengetahuan
ASI
Eksklusif
Kurang
Cukup
Tinggi
Ya
5
13
21
Tidak
6
17
19
Total
11
30
40
Pearson Chi Square 0.736
Total
39
42
81
payudara
untuk
mempelancar
ASI.
Handerson
(2005)
30
Tabel 10. Hasil Data Bivariat Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemberian
ASI Eksklusif
Pekerjaan
ASI
Eksklusif
IRT
Pekerja
Ya
31
8
Tidak
33
9
Total
11
30
Pearson Chi Square 0.919
Total
39
42
81
31
tinggi, serta adanya stress. Pada penelitian ini ibu yang bekerja ada yang
dapat memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 8 orang.
5. Pendapatan
Berikut adalah hasil data analisis hubungan anatara pendapatan
dengan pemberian ASI eksklusif.
Tabel 11. Hasil Data Analisis Bivariat Hubungan antara Pendapatan dengan
Pemberian ASI Eksklusif
Pendapatan
ASI
Eksklusif
< 2 juta
2 juta
Ya
13
26
Tidak
15
27
Total
28
53
Pearson Chi Square 0.822
Total
39
42
81
32
6. Jumlah Paritas
Berikut adalah tabel hasil analisis hubungan antara jumlah paritas
dengan pemberian ASI eksklusif
Tabel 12. Hasil Data Bivariat Hubungan antara Jumlah Paritas dengan Pemberian
ASI Eksklusif
Jumlah Paritas
ASI
Eksklusif
2
>2
Ya
34
5
Tidak
34
8
Total
68
53
Pearson Chi Square 0.446
Total
39
42
81
33
Total
39
42
81
34
Ya
Tidak
Total
36
3
30
12
66
15
Pearson Chi Square 0.016
39
42
81
35
36
V. RENCANA KEGIATAN
A. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah didapatkan dari hasil penelitian, data sekunder, dan
wawancara informan. Masalah program atau kegiatan pemberian ASI
eksklusif dapat diidentifikasi berdasar komponen input, komponen proses, dan
komponen output.
1. Komponen Input
Komponen input yang dilihat adalah jumlah sumber daya manusia
(SDM) program ASI eksklusif, keikutsertaan pelatihan, lama berkerja
sebagai petugas ASI eksklusif, tugas rangkap, serta pendanaan.
Karakteristik personil yang terlibat dalam program ASI eksklusif,
yaitu, jumlah tenaga kerja yang bertanggung jawab memegang program
ASI eksklusif berjumlah 1 orang. Petugas tersebut merangkap program
gizi keseluruhan, yang mana didalamnya ada program ASI eksklusif.
Petugas telah menjabat tugas ini selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010.
Pelatihan mengenai ASI eksklusif yang diikuti terakhir pada tahun 2014.
Selama menjabat, petugas telah melakukan pelatihan selama 6 kali.
Rahmawati (2007) menyatakan bahwa SDM sangat penting untuk
dikaji dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien. SDM berhubungan dengan hasil kegiatan ASI eksklusif sehingga
dapat berdaya guna dan berhasil guna sesuai keterbatasan sumber daya
yang ada di puskesmas. Berdasar wawancara didapatkan bahwa petugas
yang bertanggung jawab mengenai ASI eksklusif juga merangkap
pekerjaan lainnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya yang
ada.
Pelatihan sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai.
37
38
39
40
C. Plan of Action
Berdasar evaluasi singkat program ASI dan hasil penelitan factor yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Perawatan Sungai
Kupang, peneliti berencana melakukan kegiatan guna meningkatkan cakupan
ASI eksklusif. Rencana kegiatan berupa
1. Penyuluhan dan Konseling
Penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman ibu menyusui. Pada hasil identifikasi dan analisis masalah
didapatkan pengetahuan ibu tidak mempunyai hubungan dengan
pemberian ASI eksklusif. Namun rerata ibu tersebut mempunyai
pengetahuan sedang, hal ini mencerminkan bahwa selain pengetahuan
terdapat faktor kemauan atau motivasi yang kurang dalam pemberian ASI
eksklusif. Oleh sebab itu, peneliti melakukan penyuluhan dan konseling.
Penyuluhan telah dilakukan di setiap desa tiap tahunnya, namun
keberhasilan belum maksimal tercapai. Kegiatan penyuluhan ditambahkan
dengan konseling ASI bertujuan untuk berusaha mengulang kembali
pemahaman tentang ASI serta meningkatkan pengetahuna. Konseling
bermaksud untuk mengetahui alasan serta memotivasi ibu untuk
menyusui.
Setelah dilakukan penyuluhan dilakukan konseling bagi ibu yang
menyusui.
Tempat
Waktu
: 20 Mei 2015
Materi
Sasaran
Alur kegiatan
41
: 20 Mei 2015
Materi
: Perawatan Payudara
Sasaran
42
Instansi Terkait
a. Melaksanakan upaya promotif terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi ASI eksklusif dengan cara, seperti kelompok
pendukung ASI.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
45
46
47
Lampiran 1
Kuesioner Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
1. Nama ibu
:
2. Umur ibu
:
3. Alamat tempat tinggal
:
4. Pendidikan terakhir ibu :
a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD
d. SMA
b. SD
e. Perguruan Tinggi
c. SMP
5. Pekerjaan
:
a. Ibu rumah tangga
b. Ibu pekerja ()
6. Pendidikan terakhir suami :
a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
7. Pendapatan rumah tangga perbulan
a. Rp. 100.000-500.000
b. Rp 600.000-1.000.000
8. Berapa jumlah anak kandung?
a. 1
b. 2
9. Apakah kepanjangan ASI
a. Air Susu Ibu
d. Tamat SMA
e. Perguruan Tinggi
:
c. Rp 1.000.000- 2.000.000
d. > Rp. 2.000.000
c. 3
d. lebih dari 3
b. Anak Sayang Ibu
48
a.
13. Berapa lama bayi ibu mendapatkan ASI eksklusif (tanpa bubur, air putih,
madu, atau makanan lainnya)?
a. 0-1 bulan
c. 0-6 bulan
b. 0-4 bulan
d. 2-4 bulan
14. Jika ibu tidak memberikan ASI eksklusif (ASI saja) selama 6 bulan alasannya
apa?
a. Bekerja
b. Produksi ASI sedikit atau tidak ada sama
sekali
c. Gaya hidup
d. Lain-lain
15. Apakah bayi ibu mendapatkan susu yang pertama kali keluar (kolustrum) ?
Ya
b. Tidak
16. Jika tidak, apa alasannya?
----------------------------------------------------------------------------------------------17. Apakah yang mempengaruhi produksi ASI?
a. Kekuatan isapan bayi, pola makan ibu, keadaan psikologis
b. Tidak tahu
a.
a.
18. Apakah ibu melakukan perawatan khusus pada payudara ibu untuk
memperlancar ASI
Ya
b. Tidak
19. Bila jawaban ya, dengan cara apa ibu melakukannya
Pemijatan payudara
b.Perawatan tradisional
c. Obat-obatan, suplemen
20. Apakah selama kehamilan anda rutin melakukan pemeriksaan kehamilan?
a. Ya
b. Tidak
21. Jika iya, dimana?
a. Di bidan, dokter, atau Puskesmas
b. Dukun
22. Darimanakah ibu mengetahui informasi mengenai ASI eksklusif?
a. Keluarga
b. Televisi, surat kabar, dan majalah
c. Dokter, bidan atau tenaga kesehatan
23. Apakah keluarga anda mendukung pemberian ASI?
a. Ya
b. Tidak
24. Jika tidak, apa alasannya?
a. Ya
b. Tidak
27. Apakah bayi Ibu menderita sakit tertentu?
a. Ya
b.Tidak
28. Jarak antara rumah anda dengan pelayanan kesehatan terdekat?
a. Terjangkau
b. tidak terjangkau
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Umur
Alamat
No.Telp
berjudul
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Rendahnya
April 2015
()
50
Lampiran 3
Dokumentasi kegiatan
51
52
melahirkan hingga periode pemberian ASI selesai (anak berusia 2 tahun); melakukan
Inisiasi Menyusi Dini (IMD)
53
segera setelah ibu melahirkan; dan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya.
3. Tahap monev (monitoring dan evaluasi), pada tahap ini upaya yang harus
dilakukan adalah melakukan pengawasan terhadap produsen atau distributor susu
formula bayi dan/atau produk lainnya yang melakukan kegiatan pengiklanan di media
massa baik itu cetak maupun elektronik dan media luar ruang; dan melakukan
monitoring dan evaluasi (monev) pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif.
Pada tahap persiapan. sosialisasi dan advokasi program pemberian ASI eksklusif pada
SKPD telah dilakukan sebanyak tiga kali pada 24 Juni 2013, 17 September 2013, dan
pada tanggal 5 dan t anggal 8 Desember 2013oleh Dinas Kesehatan. Sosialisasi dan
advokasi pada sarana kesehatan dan tenaga kesehata juga telah dilakukan melalui
evaluasi program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan Pelatihan Peningkatan
Penggunaan ASI bagi petugas kesehatan yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret
2012 di Aula Dinas kesehatan. Terkait dengan sosialisasi dan advokasi program
pemberian ASI eksklusif pada tempat kerja dan sarana umum juga telah dilakukan
oleh Dinas Kesehatan. Beberapa tempat kerja yang telah mendapatkan sosialisasi dan
advokasi ialah Bapermas Perempuan, KB, dan Ketahahan Pangan; PLN; PT Daya
Manunggal (Damatex), PT. Unza Vitalis, PT. Kievit, PT. Agric Amarga Jaya, Bank
BPD, Bank BRI, dan Bank BCA. Sedangkan sosialisasi dan advokasi untuk tempat
umum, Dinas Kesehatan hanya mengundang SKPD pengelolanya bersamaan pada
saat sosialisasi dan advokasi untuk SKPD. Namun sosialisasi dan advokasi terhadap
sarana umum yang telah dilakukan masih sebatas sarana umum milik pemerintah
dengan mengundang SKPD pengelolanya, untuk sarana umum milik swasta belum
dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Sosialisasi dan advokasi pada masyarakat juga telah
dilakukan melalui PKK tingkat Kelurahan, PKK tingkat kecamatan, dan PKK tingkat
Kota, Kader Kelsi (Kelurahan Siaga), maupun Dharma Wanita. Selain Dinas
Kesehatan, Puskesmas juga telah melakukan sosialisasi dan advokasi kepada
masyarakat melalui posyandu.
Walaupun sosialisasi dan advokasi telah dilakukan beberapa kali, sayangnya
pelaksanaan sosialisasi dan advokasi tersebut belum berjalan secara efektif. Hal ini
terbukti dari masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Salatiga
sehingga Dinas Kesehatan belum dapat mencapai target pemberian ASI eksklusif
yang ditetapkan oleh Dinas Keseharan sendiri
Upaya selanjutnya yang harus dilakukan ialah memberikan pelatihan teknis konseling
menyusui kepada konselor ASI pada sarana kesehatan dan sarana umum. Sejauh ini
Dinas Kesehatan telah melaksanakan pelatihan teknis konseling menyusui pada 42
orang konselor ASI di Kota Salatiga, namun sebarannya belum merata pada seluruh
sarana kesehatan. Konselor ASI terbanyak berada di Dinas Kesehatan Kota Salatiga
yaitu sebanyak 21,43 %, sedangkan Puskesmas Tegalrejo hanya memiliki satu orang
konselor ASI atau hanya 2,38% dari total konselor ASI yang ada, padahal sarana
kesehatan yang langsung berinteraksi dengan masyarakat membutuhkan lebih banyak
konselor. Selain itu, belum terdapat konselor ASI bagi sarana umum.
54
55
Sayangnya hampir seluruh informan tidak mengetahui dengan tepat tujuan adanya
program pemberian ASI eksklusif. Disamping itu, jika dilihat dari sisi ketercapaian
tujuan program ini, tujuan pertama yaitu menjamin pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI eksklusif belum sepenuhnya tercapai. Hal ini nampak dari
rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Salatiga yaitu sebesar 46,60%
dari total bayi berusia 0-6 bulan pada tahun 2013.
Tujuan kedua program ini ialah untuk memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sampai sejauh ini sebenarnya sudah
terdapat upaya untuk melindungi ibu dalam pemberian ASI eksklusif, hal ini
dibuktikan dengan adanya beberapa regulasi yang berkaitan dengan pemberian ASI
eksklusif salah satunya ialah adanya Peraturan Bersama Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri
Kesehatan Nomor 48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008, dan
1177/MENKES/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama
Waktu Kerja di Tempat Kerja. Sayangnya, sanksi bagi yang melanggar segala
ketentuan dalam regulasi tentang ASI eksklusif belum diterapkan di Kota Salatiga
sehingga perlindungan bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif belum maksimal.
Tujuan terkahir yaitu untuk meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,
dan pemerintah daerahpun sudah ada meskipun untuk masyarakat yang belum
mengetahui mengenai pemberian ASI eksklusif cenderung kurang mendukung
program ini.
56