BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Obat-obat antibiotik ditujukan untuk mencegah dan mengobati
penyebab
tidak
kuatnya
Pemilihan antibiotik ditentukan oleh keadaan klinis pasien, kumankuman yang berperan dan sifat obat antibiotik itu sendiri. Faktor yang
perlu diperhatikan pada pemberian antibiotik dari segi keadaan klinis
pasien adalah kegawatan atau bukan kegawatan, usia pasien, insufisiensi
ginjal, gangguan fungsi hati, keadaan granulositopenia dan gangguan
pembekuan darah.
Terdapat beberapa kriteria untuk dapat dikatakan suatu pemberian
obat sudah rasional atau tidak. Prinsip dari pemberian obat yang rasional
adalah terpenuhinya enam tepat, yaitu tepat pasien, indikasi, obat,
dosis,
dengan
kemungkinan
efek
1.2
Permasalahan
Belum diketahuinya pola peresepan dan kerasionalan penggunaan
Tujuan Penelitian
Memperoleh gambaran mengenai pola peresepan dan kerasionalan
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada
tenaga kerja farmasi dan dokter mengenai pola peresepan dan kerasionalan
pengggunaan antibiotik pada pasien balita di Puskesmas OPI Palembang
dari segi dosis dan indikas. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan bisa
menjadi
masukan
penggunaan
pada dokter
antibiotik
pada
balita
sehingga
diperoleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Klasifikasi antibiotik terdiri dari tujuh jenis. Penggunaan antibiotik
kotrimoksazol
(golongan
sulfonamide,
Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antibiotik paling banyak digunakan saat ini.
Masyarakat awam banyak membeli obat ini di toko obat atau apotek tanpa
resep dokter.
Amoxicillin adalah senyawa penisilina semisintetik dengan aktivitas
antibakteri spektrum luas dan bersifat bakterisid (membunuh bakteri),
efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram
negatip yang patogen. Seperti golongan beta laktam lainya, obat ini bekerja
dengan cara mencegah bakteri membentuk dinding sel.
Indikasi
Infeksi saluran pernafasan : faringitis, langritis, bronkitis, pneumoni.
Infeksi saluran kemih : gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis,
pielonefritis.
Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi lain: otitis, septikemia, endokarditis.
Obat ini tidak digunakan untuk pengobatan meningitis atau infeksi
pada tulang/sendi karena amoxicillin oral tidak menembus ke dalam cairan
cerebrospinal atau sinovial.
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap Penicillin dan turunannya.
Bayi baru lahir dimana ibunya hipersensitif terhadap Penicillin atau
turunannya. Hati - hati pemberian pada wanita menyusui karena diduga
dapat menyebabkan sensitifitas pada bayi
Pemakaian pada wanita hamil belum diketahui keamanannya dengan
pasti.
Pengobatan dengan Amoxicillin dan jangka waktu yang lama harus
disertai dengan pemeriksaan terhadap fungsi ginjal, hati dan darah.
Efek samping
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti
urticaria, ruam kulit, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare,
mual, muntah, glositis dan stomatitis. Kemungkinan reaksi anafilaksi.
Metronidazole
Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat
nitroimidazol yang mempunyai aktifitas bakterisid, ameobisid dan
trikomonosid. Metronidazole memiliki aktivitas yang tinggi terhadap
bakteri anaerob dan protozoa. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
sintesa asam nukleat.
Indikasi
Metronidazole efektif untuk pengobatan trikomoniasis, seperti
vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Ameobiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang
disebabkan oleh E. histolytica.
Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.
Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi.
Kontra indikasi
Diketahui
sensitif
terhadap
metronidazole
atau
turunan
nitroimidazole.
Penggunaan bersama dengan ethyl alcohol.
Penderita dengan sejarah penyakit neurologi serius, kegagalan ginjal
yang berat, kehamilan trimester pertama.
Tidak disarankan penggunaan doss tinggi pada wanita hamil dan
menyusui
Efek samping
Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, lidah berselaput, dan
rasa tidak enak seperti metal.
Pusing, nyeri kepala, seperti mengantuk, mialgia, arthralgia, hepatitis,
dan gangguan fungsi hati.
Pruritus, urtikaria, angioedem, anafilaktik, eritema multiforme.
Ciprofloxacin
Ciprofloxacin merupakan antibiotik sintetik golongan kinolon,
bekerja dengan cara menghambat sintesis asam nukleat (menghambat
DNA-girase). Bersifat bakterisid dan mempunyai spektrum yang luas.
Siprofloksasin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.
Efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibiotika lain misalnya
aminoglikosida, penisilin, sefalosporin dan tetrasiklin. Obat ini berpenetrasi
ke jaringan dengan baik dan toksisitasnya relatif rendah.
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi pada saluran kemih, uretritis dan servisitis
gonore, infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan lunak, tulang dan
sendi, otitis eksterna.
Infeksi saluran pencernaan termasuk demam tifoid dan paratifoid,
kolera, shigelosis, dan salmonelosis.
Kontra indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap Ciprofloxacin atau antibiotika
derivat quinolone lainnya.
Wanita hamil dan menyusui.
Anak-anak dibawah usia 18 tahun, karena diduga menyebabkan
arthropathy pada sendi-sendi besar penopang berat tubuh pada anak dan
remaja yang sedang tumbuh. Namun pada kondisi tertentu penggunaan
ciprofloxacin pada anak dapat dilakukan dalam jangka yang pendek.
Ciprofloxacin harus diberikan dengan hati-hati pada penderita usia
lanjut, pasien epilepsi dan pasien yang pernah mengalami gangguan
susunan syaraf pusat.
Efek samping
Gangguan pada saluran cerna, mual, muntah, dispepsia, nyeri perut
dan diare.Sakit kepala, pusing, gangguan tidur, tremor.
Ruam dan gatal, vaskulitis, eritema nodosum, jarang terjadi sindroma
steven-johnson.
Fotosensitif,
reaksi
hipesensitif
termasuk
demam,
urtikaria,
adalah
bakterisid
yang
merupakan
kombinasi
10
11
12
kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai,
POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang
efektif.
13
14
terapi dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga
harus terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis
yang paling mudah didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga
seharusnya jumlahnya seminimal mungkin.
3. Tepat indikasi
Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter.
Misalnya Antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti terkena
penyakit akibat bakteri.
4. Tepat pasien
Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu
yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti
kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil,
laktasi, balita, dan lansia harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat.
Misalnya Pemberian obat golongan Aminoglikosida pada pasien dengan
gagal ginjal akan meningkatkan resiko nefrotoksik sehingga harus dihindari.
5. Tepat dosis
Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat
mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang
akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis
juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan,
maupun kelainan tertentu.
6. Tepat cara dan lama pemberian
Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan
keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk
sediaan dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu
menelan tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup.
Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai
karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan
kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek terapi. Contohnya
penggunaan antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam penggunaannya
15
diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen
yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi
dan lama pemberian harus tepat.
7. Tepat harga
Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama
sekali tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat
membebani pasien, termasuk peresepan obat yang mahal. Contoh
Pemberian antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non
spesifik yang sebenarnya tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan
serta dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki.l
8. Tepat informasi
Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan
pasien akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan
pengobatan. Misalnya pada peresepan Rifampisin harus diberi informasi
bahwa urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak
akan berhenti minum obat walaupun urinnya berwarna merah.
9. Waspada efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.
Contohnya Penggunaan Teofilin menyebabkan jantung berdebar.
Prinsip 8 Tepat dan 1 Waspada diharapkan dapat menjadi indikator
untuk menganalisis rasionalitas dalam penggunaan Obat. Kampanye POR
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat dan
mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga
terjangkau. POR juga dapat mencegah dampak penggunaan obat yang
tidak tepat sehingga menjaga keselamatan pasien. Pada akhirnya, POR
akan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu
pelayanan kesehatan.
16
17
: Silaberanti
: Kelurahan 8 Ulu
Luas Wilayah Kerja Puskesmas OPI 1.200 Ha. Puskesmas OPI
18
: 3 Unit
b. Posyandu
: 12 Unit
c. Poskeskel
: 1 Unit
d. Anggaran/Dana
- Retribusi
- Askes
- Jamkesmas
- Jamsoskes Sosial Sumsel Semesta
19
2. Tenaga
Adapun sumber daya manusia yang ada di Puskesmas OPI meliputi:
medis, paramedis, dan non kesehatan yang masing-masing bertanggung
jawab terhadap tugas pokok atau tugas integrasi dan fungsinya.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1.Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
- Ibu hamil, nifas, menyusui
- KB
- Bayi dan Balita sakit (MTBS Terpadu)
2.Pengobatan
- Emergensi
- Pengobatan umum
- Pengobatan gigi
- Rujukan
3.Penyuluhan Kesehatan
- Penyuluhan di Puskesmas
- Penyuluhan di Posyandu
- Penyuluhan di SD / SLTP / SMU
- Penyuluhan di Kelurahan / Kecamatan
4.Pelayanan Laboratorium
- Pemeriksaan urin rutin
- Pemeriksaan darah (asam urat, kolesterol, gula darah)
- Tes kehamilan (PT)
5.Klinik Sehat Gilingan Mas
a. Pelayanan Gizi
-
20
b.Pelayanan Imunisasi
-
BCG
Polio
DPT
Hepatitis
Campak
TT calon pengantin
c.Pelayanan Sanitasi
- Memberikan konsultasi / penyuluhan kebersihan lingkungan,
PHBS
- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll
6.Lain-lain
a.Pelayanan pengobatan TBCdengan paket DOTS
b.Pelayanan kesehatan lansia 1 bulan sekali
c.Upaya kesehatan sekolah screening murid kelas 1 SD 1 tahun sekali
d.Pelaksanaan BIAS dilakukan 1 tahun sekali pada murid kelas 1 dan
kelas 3 SD
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Rasionalitas
penggunaan
antibiotik
Variabel terikat:
Kerasionalan penggunaan antibiotik.
Variabel bebas :
Dosis dan indikasi antibiotik.
3.2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan
menggunakan desain deskriptif.
Pengambilan data secara retrospektif pada Sepember 2014
melalui pengambilan data sekunder, yaitu dari rekam medis dan
resep pasien balita di Puskesmas OPI Palembang.
22
3.3
Populasi penelitian
Populasi penelitian ini diambil dari catatan medik pasien rawat
jalan di
Poli MTBS Puskesmas OPI Palembang.
3.4.2
Sampel penelitian
Catatan medik yang memuat antibiotik dari pasien rawat jalan
Poli MTBS Puskesmas OPI Palembang.
3.4.3
Kriteria inklusi :
1.
Definisi operasional
Jenis
antibiotik
adalah
jenis
antibiotik
yang
digunakan
23
antibiotik
lain,
antara
lain
golongan
(R):
bila
dosis
antibiotik
sesuai
dengan
penyakit
infeksi
karena
bakteri
pengobatan
penyakit
infeksi
karena
bakteri
24
untuk
pengobatan
penyakit
infeksi
bakteri
Obat
Indonesia
2008.
Penilaian
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, peneliti melakukan identifikasi kerasionalan
melalui pengamatan data resep dan rekam medis pasien balita di
Puskesmas OPI kurang lebih selama satu bulan. Pengamatan resep
dilakukan di kamar obat dimana peneliti memisahkan resep pasien balita
yang brasal dari poli MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dari resepresep yang berasal dari poli lain. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara total sampling. Data semua obat per oral baik racikan maupun sirup
dan topikal dicatat. Sedangkan data rekam medis pasien balita diambil di
ruang poli MTBS. Dari rekam medis tersebut, peneliti mendapatkan data
berat badan, usia pasien, dan diagnosa penyakit.
Penilaian kerasionalan dilakukan dengan melihat pendekatan dari
obat ke penyakit. Untuk menilai kerasionalan penggunaan antibiotik pada
pasien balita berasal dari Formularium Spesialistik
Ilmu Kesehatan
26
Jenis Antibiotik
Amoksisilin
Kotrimoksazol
Cefadroksil
Metronidazol
Frekuensi (n)
71
20
2
1
Presentase (%)
75.53
21.27
2.13
1.07
pada
antibiotik
ini,
sehingga
penggunaannya
GE Akut
(7,45%), Hasil
Tabel 4.2. Frekuensi jenis penyakit yang diderita pasien balita yang
mendapat antibiotik
Diagnosa
ISPA
GE Akut
Obs. Febris
Tonsilitis
Faringitis
Varicella
Abses
OMSK
Selulitis
Disentri
Frekuensi (n)
51
16
7
6
5
5
1
1
1
1
Persentase (%)
54,25
17,02
6,38
5,31
7,45
5,31
1,07
1,07
1,07
1,07
Keterangan:
ISPA di
Keterangan:
Total penderita GE akut : 127 pasien
Total penderita GE akut balita : 30 pasien
Total penderita GE akut balita yang mendapat terapi antibiotik : 16 pasien
4.3. Pola Peresepan Antibiotik
Kotrimoksazol
Cefadroksil
Metronidazol
Diagnosa
ISPA
Obs. Febris
Tonsilitis
Faringitis
Varicella
Abses
OMSK
Selulitis
ISPA
GE Akut
Disentri
ISPA
Disentri
Frekuensi
(n)
46
7
6
5
5
1
1
1
3
16
1
2
1
Persentase
(%)
48,93
7,44
6,38
5,31
5,31
1,06
1,06
1,06
3,19
17,01
1,06
2,12
1,06
terhadap bakteri gram negatif, namun tetap saja peresepan kedua obat
tersebut dianggap tidak rasiona karena menurut panduan klinik, pada
disentri tidak dianjurkan kombinasi antibiotik karena dapat berakibat
negatif dan meningkatkan resiko tingginya resistensi.
4.4. Kerasionalan Dosis Antibiotik
Dari penelitian ini, dosis antibiotik sekitar 75,53% masuk dalam
kategori rasional. Dosis yang diberikan pada pasien masih dalam dosis
antara dosis lazim dengan dosis maksimumnya. Pada frekuensi pemberian
terdapat beberapa antibiotik
yang tidak
sesuai
dengan
pedoman
Frekuensi (n)
R
TR
52
19
16
4
2
0
1
0
71
23
Amoksisilin
Kotrimoksazol
Cefadroksil
Metronidazol
Total
Keterangan : R
TR
Dosis
pnggunaan
antibiotik
Presentase (%)
R
TR
73,24
26,76
80,00
20,00
100
0
100
0
75,53
24,47
= rasional
= tidak rasional
yang
berlebih
pada
balita dikhawatirkan
akan
menimbulkan efek toksik. Pada usia ini terdapat perbedaan respons yang
terutama disebabkan belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik
tubuh, yakni fungsi biotransformasi hati yang kurang, fungsi eksresi
ginjal yang hanya 60-70% dari fungsi ginjal dewasa, kapasitas ikatan
protein plasma yang rendah, dan sawar darah otak serta sawar kulit yang
belum
sempurna.
Dosis
yang
tinggi
juga
dapat
meningkatkan
pengamatan
Frekuensi (n)
R
TR
14
57
4
16
2
0
1
0
21
73
= rasional
Presentase (%)
R
TR
19,72
80,28
20,00
80,00
100
0
100
0
22,34
77,66
TR = tidak rasional
Penggunaan tidak rasional terjadi bila indikasi penggunaan
antibiotik tidak sesuai untuk pengobatan penyakit infeksi berdasarkan
pedoman pengobatan yang diacu. Dari hasil penelitian, ditemukan
adanya 16 penggunaan antibiotik kotrimoksazol dalam pengobatan
diare akut dan 51 penggunaan antibiotik baik amoksisilin,
kotrimoksazol ataupun cefadroksil dalam pengobatan ISPA.
karena sistem
imunitas anak yang belum berfungsi secara sempurna, kedua, akibat pola
tingkah laku anak yang lebih banyak berisiko terpapar bakteri, dan
ketiga, karena beberapa antibiotik yang cocok digunakan pada dewasa
belum tentu tepat jika diberikan kepada anak karena absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat termasuk antibiotik pada anak berbeda
dengan dewasa, serta
jangka
waktu
yang
tidak merugikan.
4.6. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:
a. Adanya keterbatasan informasi pada rekam medis pasien balita
mengenai diagnosa dan terapi yang diberikan. Tidak semua
rekam medis menjelaskan secara rinci tentang keadaan pasien
saat konsultasi dengan dokter.
b. Adanya kesulitan menentukan kerasionalan lama penggunaan
pada antibiotik yang diberikan. Hal ini dikarenakan tidak
terdapatnya data lama penggunaan dalam
resep
ataupun
rekam medis.
c. Adanya kesulitan untuk menilai kerasionalan indikasi antibiotik
pada penyakit yang bersifat simtomatis seperti demam, batuk,
pilek dan muntah. Simtomatis yang terdapat di rekam medis
kurang menjelaskan apakah penyakit diakibatkan infeksi bakteri
atau lainnya.
d. Peneliti
tidak
melihat
tingkat
keparahan
pasien
yang
penelitian
ini
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
yang
yang
5.2 Saran
1. Penilaian kerasionalan sebaiknya tidak hanya dilakukan berdasarkan
catatan di rekam medis yang sangat terbatas.
2. Perlunya kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan penggunaan
antibiotik secara rasional dengan berbagai pertimbangan mengenai
keterkaitan dengan indikasi, dosis dan lama penggunaan antibiotik
terkait kondisi penyakit pasien yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian
Nama
Jenis
Kelamin
Usia
(bln)
BB
(kg)
Penyakit
Antibiotik
Dosis
Rasionalitas
dosis
Rasionalitas
indikasi
1.
Imelda
48
16
Tonsilitis
Amoksisilin
3dd1cth
2.
Anggun
18
10
ISPA
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
3.
Viki
13
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
4.
M. Akbar
16
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
5.
Nurhayati
24
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2 cth
TR
TR
6.
Ayu K.
11
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2 cth
TR
7.
M.Kurniawan
23
11
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
8.
Dara Seftiani
24
Varicella
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
9.
Al Barik
11
10
Faringitis
Amoksisilin
3dd1cth
TR
10.
Pita Aulia
8,5
Obs.Febris
Amoksisilin
3dd1/2 cth
TR
11.
M. Zaidar
24
15
Varicella
Amoksisilin
3dd1cth
TR
12.
M. Faeza
24
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
13.
M. Rizki
44
15
Varicella
Amoksisilin
3dd1cth
TR
14.
Aleksandra
24
7,5
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
15.
Rizki
48
16
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
16.
Indah
42
12
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
17.
Denis
21
10
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
18.
Dona
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2cth
TR
19.
Ramadhan
48
14
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2 cth
TR
TR
20.
M.Fadil
48
15
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
21.
Anisa Azahra
13
10
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
22.
Asrilio
19
10
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
23.
M. Gali
36
13
Obs.Febris
Amoksisilin
3dd1cth
TR
24.
Nasya Asifa
36
12
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
25.
Oritama
11
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
26.
Fatur
30
11
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
27.
Nuraini
36
15
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
28.
Aini Salsabila
28
11
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
29.
Nico
Disentri
Kotrimoksazol
Metronidazol
2dd1/2
3dd1/4
TR
30.
Azahra
23
10
ISPA
Amoksisilin
3dd3/4cth
TR
31.
Wiwik
48
20
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
32.
Dira
11
7,5
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
33.
Aisyah
36
11
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
34.
Jainudin
39
11
Obs.Febris
Amoksisilin
3dd1cth
TR
35.
Fiki
48
12
Tonsilitis
Amoksisilin
3dd1cth
36.
Rangga
31
13
Faringitis
Amoksisilin
3dd1cth
37.
Ridho
26
11
Varicella
Amoksisilin
3dd1cth
TR
38.
Melinda
22
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
39.
Dahlia
33
11
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
40.
Zaki
27
11
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
41.
Wiki
48
12
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
42.
Nazwa
54
14
Faringitis
Amoksisilin
3dd1cth
43.
Ulfa
48
12
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
44.
Lifki
12
10
ISPA
Amoksisilin
3dd2cth
TR
TR
45.
Fadina
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
46.
Airah
48
12
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2
TR
TR
47.
Khalifah
24
ISPA
Cefadroksil
2dd1cth
TR
48.
Hardar
60
22
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2cth
TR
TR
49.
Arda
36
13
ISPA
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
50.
Dhino Ilham
55
18
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
51.
M. Ramadhan
48
14
ISPA
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
52.
M. Riza
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2cth
TR
53.
Azizah
54
16
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
54.
M. Irfan
31
15
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
55.
Sadira
11
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2cth
TR
56.
Qonny
15
Abses
Brachii
Sinistra
Amoksisilin
3dd1cth
TR
57.
Solira
54
14
Tonsilitis
Amoksisilin
3dd1cth
58.
Riva
48
13
Varicella
Amoksisilin
3dd1
TR
59.
Gilang
48
13
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1/2cth
TR
TR
60.
Hamka
12
Faringitis
Amoksisilin
3dd1/2cth
61.
Zet Vizil
58
15
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
62.
Aliya
24
10
Obs. Febris
Amoksisilin
3dd1cth
TR
63.
Ragil
14
16
Obs. Febris
Amoksisilin
3dd1cth
TR
64.
Aslina
10
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1/2cth
TR
TR
65.
Azam
48
18
TFA+stoma
titis
Amoksisilin
3dd1cth
66.
Nurhayati
24
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
67.
M. Justin
36
14
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
68.
Ayu
36
13
Faringitis
Amoksisilin
3dd1cth
69.
Rizki
51
20
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
70.
M. Bazuki
42
18
Tonsilitis
Amoksisilin
3dd1cth
71.
Nuraini
36
14
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
72.
M. Dava
60
20
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
73.
Vita
48
15
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
74.
Leni
31
14
Obs. Febris
Amoksisilin
3dd1cth
TR
75.
Fatih
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2 cth
TR
76.
Kanza
24
11
ISPA
Cefadroxil
2dd1cth
TR
77.
Yasmin
10
Obs. Rash
Amoksisilin
3dd1/2cth
TR
78.
Annisa
7,5
GE
Kotrimoksazol
2dd1/2cth
TR
TR
79.
Annisa
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1/2cth
TR
TR
80.
Amelia
36
14
OMSK
Amoksisilin
3dd1cth
81.
Safira
13
7,5
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd3/4cth
TR
82.
Arshandi
21
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
83.
Widya
ISPA
Amoksisilin
3dd3/4cth
TR
84.
Wiwin
42
17
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
85.
Aulia
48
15
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
86.
Rava
28
13
GE Akut
Kotrimoksazol
2dd1cth
TR
87.
Shifa
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2 cth
TR
88.
Ade Maru
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
TR
89.
Melda
48
16
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
90.
Zahra
45
12
Tonsilitis
Amoksisilin
3dd1cth
91.
Alif
33
18
ISPA
Amoksisilin
3dd1cth
TR
92.
M. Yusuf
11
8,5
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2cth
TR
93.
Izzah
26
10
ISPA
Amoksisilin
3dd1/2cth
TR
TR
94.
Iqbal
36
10
Selulitis
Amoksisilin
3dd1/2
TR