Anda di halaman 1dari 4

Peta Konsep

17 Senin Des 2012


Posted by Didik Cahyono in Pendidikan
2 Komentar
A. Pengertian
Menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989) belajar dapat diklasikfikasikan ke dalam dua dimensi.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa,
melalui penerimaan atau penemuan. Di-mensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta,
konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada
tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk
belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam ben-tuk final, maupun dengan bentuk
belajar penemuan yang mengharuskan siswa me-nemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang
akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain- lain) yang telah dimilikinya.
Menurut Ausubel (dalam Parno, 2007:7) Berdasarkan terhubung atau tidak terhubungkannya antar
konsep yang sedang dipelajari, belajar meliputi dua jenis, yaitu belajar secara hafalan dan belajar
bermakna.
Selanjutnya Parno (2007:7) memberikan pernyataan sebagai berikut.
Belajar secara hafalan terjadi jika mahasiswa mempelajari konsep-konsep baru secara sembarangan,
tanpa mau menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang relevan yang telah diketahuinya.
Sedangkan belajar bermakna adalah pengetahuan atau konsep baru yang diperoleh segera dikaitkan
dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif mahasiswa. Hasil paduan ini ada-lah
informasi atau konsep baru. Hasil belajar bermakna adalah informasi yang te-lah dipelajari akan
relatif bertahan lebih lama dalam ingatan.
Peta konsep adalah suatu alat yang digunakan untuk menyatakan hubu-ngan yang bermakna antara
konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Pro-posisi-proposisi merupakan dua atau lebih
konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Dahar, 1989:122).
Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang
dihubung-kan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Dalam peta konsep
dapat diamati bagaimana konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang lain. Menurut Ausubel
(1968) dalam Dahar (1989:123) belajar bermakna lebih mudah berlangsung apabila konsep baru
yang lebih khusus dikaitkan dengan kon-sep lama yang lebih umum yang sudah ada dalam struktur
kognitif siswa.
Dalam peta konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa
konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain. Konsep yang paling inklusif (konsep
fokus atau konsep utama) terletak di puncak dan memberikan identitas peta konsep yang
bersangkutan. Makin ke bawah konsep-konsep menjadi lebih khusus. Ada kalanya konsep-konsep
yang sama, oleh orang lain menghasilkan peta konsep yang berbeda, sebab untuk orang itu kaitan

konsep yang demikinlah yang bermakna. Setiap peta konsep memperli-hatkan kaitan-kaitan konsep
yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Di si-nilah kita lihat perbedaan-perbedaan
individual yang ada pada mahasiswa. De-ngan kata lain hubungan antara konsep-konsep bagi
seseorang itu adalah idiosin-kratik. Ini berarti bahwa kebermaknaan konsep-konsep itu khas bagi
setiap orang (Dahar. RW:1989), sehingga peta konsep yang dibuat oleh masing- masing orang akan
berbeda.

B. Fungsi Peta Konsep


Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan. Menurut Dahar (1989:129)
menyatakan bahwa berdasarkan tujuannya, fungsi peta konsep ada empat.
1. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.
Sebelumnya telah diketahui bahwa belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh
dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang
telah mereka miliki.Untuk memperlancar proses ini, baik dosen dan mahasiswa perlu mengetahui
konsep-konsep apa yang telah dimiliki mahasiswa ketika pelajaran baru akan dimulai, sedangkan
maha-siswa diharapkan dapat menunjukkan di mana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang
telah mereka miliki.dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep dosen
dapat melaksankan apa yang telah dikemukakan di atas, dan dengan demikian mahasiswa
diharapkan akan mengalami belajar ber-makna. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dosen
untuk maksud ini ialah dengan memilih satu konsep utama dari pokok bahasan yang akan dibahas,
kemu-dian menyuruh mahasiswa untuk menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsepkonsep itu. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan
konsep-konsep itu hingga mambentuk proposisi yang ber-makna. Dari peta konsep-peta konsep
yang dihasilkan oleh mahasiswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa
tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.
2. Mempelajari Cara Belajar
Bila seseorang dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran , ia tidak akan begitu saja memahami
apa yang dibacanya.Dengan diminta untuk menyusun peta konsep dari isi bab itu , ia akan berusaha
untuk mengeluarkan konsep-konsep dari apa yang dibacanya, meletakkan konsep yang paling
inklusif pada puncak pe-ta konsep yang dibuatnya, kemudian mengurutkan konsep-konsep yang
lain yang kurang inklusif pada konsep yang paling inklusif, demikian seterusnya.
3. Mengungkapkan konsepsi salah
Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkn di atas, peta konsep dapat pula mengungkapkan
konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada mahasis-wa. Konsep salah biasanya timbul
karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.
4. Alat Evaluasi
Penerapan peta konsep dalam pendidikan yang terakhir dibahas adalah peta konsep sebagai alat
evaluasi. Selama ini alat-alat evaluasi yang digunakan guru adalah tes obyektif atau tes esai.
Walaupun cara evaluasi ini akan terus me-megang peranan dalam dunia pendidikan, teknik-teknik

evaluasi baru perlu dipi-kirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang kita hadapi
selama ini.
Menurut Susilo dalam Parno (2007:8) fungsi peta konsep dalam pembel-ajaran adalah (1)
merencanakan kuliah, (2) merencanakan dan evaluasi kurikulum, (3) mengembangkan
pembelajaran dengan bertitik tolak pada identifikasi miskon-sepsi mahasiswa dari peta konsep, (4)
mendiskusikan peta konsep dalam kelas, (5) peta konsep yang menghubungkan teori dasar dan
prosedur eksperimen dalam praktikum mahasiswa, (6) mempelajari buku teks, (7) meminta
mahasiswa mem-buat peta konsep dari soal tes, dan (8) menganalisis miskonsepsi mahasiswa.
Dalam penelitian ini peta konsep yang dibuat oleh mahasiswa bersumber pada pengetahuannya
tentang materi fisika sekolah yang sudah didapatkannya dari matakuliah yang ditempuhnya selama
empat semester sebelumnya. Peta konsep yang telah dibuat oleh mahasiswa digunakan untuk
menemukan miskonsepsi ten-tang dasar-dasar fisika sekolah. Selanjutnya sejumlah miskonsepsi
tersebut akan diperbaiki dengan pembelajaran pemecahan masalah dalam matakuliah KSFS.

C. Cara Membuat Peta Konsep


Dalam membuat peta konsep ada enam langkah yang harus diikuti (Da-har, 1989:126). Keenam
langkah tersebut adalah (1) menentukan bahan bacaan, (2) menentukan konsep-konsep yang
relevan, (3) mengurutkan konsep-konsep itu, mulai dari yang paling inklusif sampai yang paling
tidak inklusif atau contoh- contoh, (4) menyusun konsep- konsep itu di atas kertas, mulai dengan
konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif (5) menghu-bungkan
konsep yang berkaitan dengan garis-garis penghubung dan memberi kata penghubung pada setiap
garis penghubung itu, dan (6) mengembangkan peta kon-sep tersebut, misalnya dengan
menambahkan dua atau lebih konsep yang baru ke setiap konsep yang sudah ada dalam peta
konsep.

D. Keunggulan dan Kelemahan Peta Konsep


a)

Keunggulan Peta Konsep

Novak dan Gowin (dalam Haris, 2005:18) mengemukakan kelebihan peta konsep bagi guru dan
siswa. Kelebihan peta konsep bagi guru adalah sebagai berikut.
Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat pe-ngalaman belajar
secara keseluruhan yang akan disajikan
Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pel-ajaran, hal ini
disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa,
karena siswa dengan mudah me-lihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan
Pemetaan konsep menolong guru memilh aturan pengajaran berdasar-kan kerangka kerja
yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pe-lajaran yang disajikan dalam urutan yang
acak
Peta konsep membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pe-ngajaran.
Sedangkan kelebihan peta konsep bagi siswa adalah sebagai berikut.

Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan pro-ses belajar yang
bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman sis-wa dan daya ingat belajarnya,
Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berfikir siswa, yang pada gilirannya akan
menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pa-da siswa
Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang akan memudahkan
belajar
Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam
setiap komponen konsep- konsep dan mengenali miskonsepsi.
b)

Kelemahan Peta Konsep

Beberapa kelemahan atau hambatan yang mungkin dialami mahasiswa da-lam menyusun peta
konsep antara lain: (1) Perlunya waktu yang cukup lama un-tuk menyusun peta konsep, sedangkan
waktu yang tersedia terbatas, (2) Sulit me-nentukan konsep-konsep yang terdapat pada materi yang
dipelajari, (3) Sulit me-nentukan kata-kata untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsp
yang lain (Haris, 2005:20).
Jadi hambatan yang kemungkinan dialami mahasiswa akan dapat diatasi dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut: (1) Mahasiswa diminta untuk membu-at peta konsep di rumah dan pada pertemuan
selanjutnya dibahas di kelas, (2) Ma-hasiswa diharapkan dapat membaca kembali materi dan
memahaminya, agar da-pat mengenali konsep-konsep yang ada dalam bacaan sehingga dapat
mengaitkan konsep-konsep tersebut dalam peta konsep (Haris, 2005:21).

SUMBER:
Sanjaya, Sailendra Srihadi. 2008. Peningkatan Prestasi Belajar Kapita Selekta Fisika Sekolah
dengan Menggunakan Peta Konsep dan Pemecahan Masalah Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Semester Gasal Tahun Akademik 2007/2008.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai