Anda di halaman 1dari 13

Beranda

PURE IT! Teknologi Terbaharu - Mudahkan Akses Sumber Air Bersih


Air adalah sumber kehidupan. Tanpanya kita tidak akan bisa hidup di dunia ini. Sebagian besar,
wilayah di permukaan Indonesia-pun didominasi oleh perairan, yaitu luasnya sekitar 3,1 juta
meter persegi dan sisanya adalah luas daratan sekitar 1,9 juta meter persegi. Hal ini
menyebabkan Indonesia menduduki peringkat ke-lima di dunia dalam ketersediaan air per kapita.
Namun ironisnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses sumber air
bersih bagi kehidupannya. Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari
dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan dapat diminum (dikonsumsi) apabila dimasak. Adapun syarat-syarat
air yang dapat dikatakan bersih dan baik dalam berbagai aspek, diantaranya:
1. Syarat fisik:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 9,2
3. Syarat mikrobiologi:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen
penyebab penyakit.
Meledaknya jumlah penduduk dengan tidak diimbangi keahlian Sumber Daya Manusia-pun
sangat mempengaruhi pemanfaatan Sumber Daya Air yang telah tersedia, khususnya di

Indonesia. Diperkirakan sekitar 1535% per kapita, Indonesia akan mengalami kerusakan
potensi ketersediaan air per tahunnya. Data statistik WHO (World Healt Organization)
menjelaskan bahwa setiap harinya terdapat 6.000 anak di dunia meninggal akibat kekurangan
sumber air bersih. Karena tidak adanya akses sumber air bersih, mereka terpaksa makan, minum
dan mencuci dari air kotor yang menyebabkan mereka dijangkiti penyakit-penyakit kulit maupun
pencernaan.
United States Agency for International Developmen (USAID) dalam laporannya (2007),
menyebutkan, penelitian di berbagai kota di Indonesia menunjukkan hampir seratus persen
sumber air minum di Indonesia tercemar oleh bakteri E Coli dan Coliform. Faktanya, WHO
menetapkan jumlah minimun air bersih yang harus tersedia untuk hidup sehat adalah 2000 m3
per orang per tahun. Namun, lagi-lagi Indonesia mendapati peringkat terendah dalam Millennium
Development Goals (MDGs) perihal pengelolaan sumber daya air.
Air di bumi ini ternyata didominasi oleh air laut, sisanya yaitu dua persen air tawar dan sepersen
air yang layak untuk dikonsumsi. World Water Assesment Programme (WWAP), bentukan United
Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco)

melangsir pada tahun 2025

sebanyak 1,8 miliar orang akan berada pada wilayah langka air.
Sehingga upaya-upaya dalam mencegah krisis air yang bisa dilakukan oleh Pemerintah dan
masyarakat, diantaranya:
1. Penghutanan kembali hutan yang gundul
2. Pengalokasikan anggaran untuk membangun waduk penampungan hujan (bendungan)
3. Memperluas daerah tangkapan hujan
4. Konservasi air dan lahan
5. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan, seperti tidak membuang sampah
di sungai

Dan berbagai cara seseorang untuk melindungi keluarganya perihal akses sumber air bersih di
Indonesia, yaitu:
1. Memasak air tanah atau air pam. Biasanya cara ini dilakukan oleh orang pedesaan.
Namun cara ini sangat tidak efisien. Selain menghabiskan waktu dan tenaga, secara tidak
langsung cara ini juga terbilang cukup mahal dengan biaya kompor gas-nya. Belum lagi
jika Anda terlebih dahulu mengendapkan air tanah untuk kemudian dimasak dengan
tujuan kuman akan hilang. Namun, cara itu tidak praktis di zaman modern ini. Banyaknya
aktivitas industri menyebabkan limbah bahan kimia seperti logam berat dan pestisida
tetap terkandung dalam minuman bersih kita. Belum tentu juga hasil masakan air tanah
kita menyegarkan! Banyak dari mereka yang mengaku rasanya kurang enak, masih
berbau, dan faktanya masih mengandung kotoran.
2. Mengisi ulang air galon yang kosong. Cara ini juga cukup tidak efesien. Kita tidak tahu
sumber air bersih tersebut diperoleh dari mana dan bagaimana proses kebersihannya. Kita
juga akan kebingungan jika suatu waktu air tersebut kehabisan. Dan tidak efisiennya, kita
akan bolak-balik membeli air galon isi ulang dengan kebutuhan hidup yang semakin hari
semakin tinggi. Cara ini biasa dilakukan oleh masyarakat kelas menengah ke atas.
3. Membeli air galon bermerk. Kebiasaan ini banyak dilakukan oleh orang-orang yang
hidup kota. Namun, yakinkah Anda jika air galon bermerk setelah keluar dari pabriknya,
mendapati tangan-tangan kotor atau penuh kuman sebelum Anda gunakan untuk minum.
Banyak galon yang kotor dan tergores, yang kita belum tahu benarkah cara pembersihan
semua kuman-kuman tersebut, agar air konsumsi yang mahal dapat memberikan
perlindungan bagi keluarga kita. Selain harganya yang mahal, air galon bermerk ini
sebenarnya cukup mengkhawatirkan, di saat tak terduga air tersebut akan mengalami
keterlambatan pasokan.
4. PURE IT. Teknologi canggih terbaru jenis pemurni air yang menjamin perlindungan
menyeluruh dari segala kuman yang tak terlihat sekalipun penyebab penyakit-penyakit
diare, kolera atau gatal-gatal. Cara ini terbilang sangat praktis dan efisien, tidak perlu gas
ataupun listrik, cukup hanya dengan menuangkan air PAM atau tanah ke dalam alat

canggih ini untuk dimurnikan. Cara yang semacam ini sangat ampuh dalam memudahkan
akses air bersih di Indonesia. solusi yang terbaik baik kita semua. Sebuah produk
kembangan Unilever yang membuat kita tidak perlu mengkhawatirkan akses sumber air
bersih jika suatu hari adanya keterlambatan pasokan air bersih.

Pure It Praktis

PURE IT memiliki empat tahap pemurnian air tanah atau PAM yang disebut dengan teknologi
pembunuh kuman yang berfungsi untuk menghilangkan partikel kholrin, virus serta bakteri. Alat
ini menawarkan harga yang cukup terjangkau dengan kualitas air yang dihasilkan tidak berbau
dan terasa alami kesegarannya.

Tahapan PURE IT

CARA KERJA PURE IT


Setelah menuangkan air pam atau tanah yang belum dimasak dari atas melalui bejana, air akan
melalui 4 tahapan dalam penjernian atau pemurnian air, yaitu sbb:

1. Air mengalir melalui saringan serat mikro yang menghilangkan semua kotoran yg terlihat

1. serat mikro
2.
3. Melalui filter karbon aktif yang menghilangkan semua parasit dan pestisida berbahaya

2. karbon

4. Prosesor pembunuh kuman yang teknologi pembunuh kuman terprogram yang


membunuh semua bakteri dan virus berbahaya.

3. prosesor pembunuh kuman

5.
6. Penjernih yang tidak berbau dengan rasa alami.
Setelah air dimurnikan kemudian air secara otomatis akan terisi pada wadah transparan
yang dapat dilihat oleh mata. Kapasitas secara keseluruhan PURE IT hanya dapat
digunakan untuk memurnikan air sebanyak 1500 Liter atau sama dengan 80 galon.
Sedangkan kapasitas sehari-hari PURE IT yaitu pada wadah atas dapat bervolmekan 9
Liter dan pada wadah transparan juga mencapai volume 9 Liter pula. Usai memurnikan
air yang bertahan hingga sekitar 6-8 bulan (1500 L), komponen yang berada dalam kotak
berbingkai hijau, biru dan oren pun perlu penggantian komponen baru secara
bersamaan, agar kita dapat mengkonsumsi air yang bersih. Komponen tersebutpun sudah
tersedia dalam satu paket perangkat pembunuh kuman atau biasa disebut Germkill
Kit (GKK). Anda cukup menghubungi suara kosumen PURE IT setelah mengetahui

indikator-indikator alat tidak bekerja secara maksimal.

komponen Pure It yang harus diganti

Berikut indikator yang menunjukkan komponen harus diganti!

Indikator PURE IT
1. Jika indikator menunjukkan warna putih, maka PURE IT bekerja maksimal dan Anda
mendapat perlindungan air yang aman.
2. Jika indikator menunjukkan warna setengah putih dan setengah merah, maka sudah
saatnya Anda membeli paket perangkat pembunuh kuman yang baru. Namun, sebenarnya
PURE IT tetap bekerja dalam melindungi Anda.
Jika indikator menunjukkan warna merah, maka komponen tersebut sudah harus diganti dengan
perangkat pembunuh kuman yang baru Anda beli. Jika Anda tidak menggantinya, maka secara
otomatis alat akan berhenti bekerja dengan sendirinya atau PURE IT tidak akan mengeluarkan
air pemurni yang aman untuk dikonsumsi.

Jadi, PURE IT benar-benar sangat terjamin keamanannya. Tiap tetes airnya adalah perlindungan
menyeluruh bagi keluarga Anda. Hal ini dapat dibuktikan dari tahapan-tahapan proses pemurnian
air yang membunuh kuman yang tak terlihat. Selain itu, PURE IT memenuhi kriteria
pembunuhan kuman dari lembaga pengaturan terketat di Amerika Serikat (Environmental
Protection Agency). Dokter terkemuka di dunia-pun juga mempercayai produk PURE IT yang
dikembangkan oleh UNILEVER, perusahaan terkemuka di dunia yang memproduksi Pepsodent,
Blue Band, Sunsilk, dan Lifbouy. Produk ini sangat unik dan menarik serta manfaat yang besar
bagi kehidupan masa depan. Diharapkan dengan munculnya produk PURE IT ini, UNILEVER
dapat membantu Indonesia dalam mengatasi masalah kelangkaan air di wilayah yang penuh
dengan sumber daya alam laut yang sungguh melimpah ini. Ayo pesan segera di rumah Anda!
PURE IT! Bergaransi satu tahun! Cukup menelpon suara konsumen Unilever, maka seorang

teknisi akan hadir ke rumah untuk memasang alat canggih masa kini tersebut. Perawatannyapun
tidak rewel, cara membersihkannya cukup mudah apalagi dengan dilengkapi komponen plastik
yang sudah teruji aman bagi kesehatan jika digunakan selama bertahun-tahun.
Benar-benar sangat menguntungkan menggunakan produk PURE IT dari UNILEVER ini. Coba
kita hitung-hitung, dengan memori sebelumnya mengenai cara-cara melindungi keluarga dengan
air bersih melalui segi penghematan pengeluaran keluarga:

Dengan menggunakan PURE IT, Water Purification yang bertahan hingga 6-8 bulan
pasti sangat praktis ketimbang cara-cara yang lain. Kita hanya mengganti GKK (Germkill
Kit) setelah PURE IT sudah digunakan untuk 1500 Liter. Harga satu paket perangkat
pembunuh kuman sebesar Rp150.000,00 yang jika diasumsikan per-liternya cukup dengan
membayar Rp100,00. Namun jika kita bandingkan dengan membeli GALON BERMERK
yang volumenya hanya 19 Liter dengan akumulasi harga Rp10.000,00 per-galonnya, maka
asumsi per-liternya Rp.526,00 . Sedangkan pada GALON ISI ULANG yang per-19 Liternya
berharga Rp3500,00, maka dapat kita asumsikan Rp184,00 per-Liternya. Dan jika
MEMASAK AIR TANAH kita akumulasikan dengan gas 3 kg yang berharga Rp12.000,00
selama dua minggu bisa menghasilkan 112 liter, maka bisa didapat asumsi sebesar
Rp107,00. Jika dianalisa kembali, kita bisa temukan penghematan yang luar biasa jika

kita menggunakan fasilitas PURE IT yang sudah disediakan oleh UNILEVER. Berikut
kesimpulan penghematan dari penggunaan PURE IT :

GALON BERMERK hemat 5 kali lipat

GALON ISI ULANG hemat 2 kali lipat

MEMASAK AIR TANAH hemat waktu dan tenaga

Jika dalam satu minggu menggunakan dua galon yang bervolumekan 38 Liter, maka dapat
disimpulkan penghematan jika memakai PURE IT selama satu tahun:

GALON BERMERK = 2 galon X 10.000,00 X 52 minggu (38 liter X 52 minggu Rp


100,00) = (1.040.000,00 197.600,00) = Rp 843.000,00

GALON ISI ULANG = 2 galon X 3.500,00 X 52 minggu (38 liter X 52 minggu Rp 100,00)
= (364.000,00 197.600,00) = Rp 166.400,00

MEMASAK AIR TANAH = 52/2 X 12.000,00 (112 liter X 26 minggu X Rp 100,00) =


(312.000 ,00 291.200,00) = Rp 20.800,00

Setelah kita hitung bersama, benar-benar LUAR BIASA kan pakai PURE IT? Sangat
menguntungkan! Pas di kantong - nyaman di celengan! :D Ayo buka mata kita semua! Mulai dari
mata hati, mata fisik, dan mata pikiran! Rubah gaya hidup sehat kita semua melalui
Perlindungan Menyeluruh dari Kuman yang tak Terlihat, PURE IT. Untuk kesehatan diri
sendiri, untuk orang lain, untuk orang yang ada di sekitar kit dan untuk keluarga kita sendiri serta
bangsa kita, INDONESIA... Mari lestarikan sumber Air untuk Air sehat yang layak konsumsi!

KETERSEDIAAN dan akses terhadap air bersih menjadi salah satu persoalan yang
dihadapi pemerintah dan masyarakat di Tanah Air. Bahkan, dari delapan target yang
ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia masih kesulitan
untuk mencapai target peningkatan akses terhadap air bersih dan kualitas sanitasi.
Persoalan ini menjadi perhatian serius dari salah satulembaga Perserikatan Bangs
Bangsa (PBB) yakni Unicef yang gencar mengkampanyekan ketersediaan air yang
memadahi. Dikuti dari Unicef, bagian-bagian utama dari kegiatan dan program
Unicef di Indonesia mencakup penanganan kualitas air yang tidak memadai,
cakupan sanitasi yang rendah dan kebersihan yang kurang.
Bidang itu menjadi tantangan-tantangan karena memiliki dampak pada kesehatan,
gizi, pencapaian pendidikan anak dan keluarga.
Beberapa daerah di Indonesia masih kekurangan ketersediaan dan akses air bersih.
Di Kalimantan misalnya, Kota Banjarmasin, Banjar, Kapuas, Palangkaraya, Pontianak
dan Balikpapan masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan dan akses air bersih.
Sementara di Nusa Tenggara Timur, tercatat Kabupaten Kupang, Ende, Sikka, Flores

Timur, Belu, dan Sumba Timur mengalami krisis air bersih.


Bagian utama dari kegiatan Unicef di Indonesia adalah penanganan cakupan
sanitasi yang rendah dan kebersihan yang kurang. Unicef bekerja dengan
pemerintah daerah dan komunitas setempat untuk mengembangkan model praktek
terbaik untuk program sanitasi masyarakat, berbagi keahlian dan mengembangkan
kapasitas untuk melaksanakan lima pilar dan kemudian membantu masyarakat
untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengalaman mereka dan menyebarluaskan
pengalaman tersebut dengan masyarakat lainnya.
Unicef juga memberikan bantuan teknis kepada pemerintah untuk mengembangkan
kebijakan air dan sanitasi yang lebih baik di daerah perkotaan, di mana jumlah
penduduk yang meningkat dan sumber daya pemerintah yang semakin terbagi
membuat tertekannya penempatan sumber daya pada sarana dan prasarana.
Mengetahui bahwa anak dapat berperan sangat efektif dalam mengubah perilaku
masyarakat mereka yang lebih luas, Unicef juga mendukung prakarsa kebersihan
dan sanitasi berbasis sekolah melalui pemberian panduan tentang bagaimana
meningkatkan fasilitas dan sarana sanitasi di sekolah, dan mengembangkan serta
melaksanakan promosi kebersihan yang efektif di kelas-kelas.
Ini tidak hanya membantu mempromosikan kebersihan yang baik dan arti penting
sanitasi yang tepat di suatu komunitas, namun juga meningkatkan lingkungan fisik
pembelajaran sehingga anak didorong untuk bersekolah dan berprestasi lebih baik
di sekolah.
Apalagi hampir satu dari enam anak di Indonesia masih tidak memiliki akses ke air
minum yang aman, kunci tingginya faktor yang berkontribusi pada diare dan
kematian anak terkait. Diare yang sering disebabkan oleh air yang tidak bersih
maupun oleh praktek-praktek sanitasi dan kebersihan yang buruk tetap menjadi
salah satu pembunuh terbesar anak-anak balita di Indonesia.
Unicef dan WHO memperkirakan, Indonesia adalah salah satu kelompok dari 10
negara yang hampir dua pertiga dari populasi tidak mempunyai akses ke sumber air

minum. Mereka adalah : China (108 juta ) , India (99 juta) , Nigeria (63 juta) ,
Ethiopia (43 juta) , Indonesia (39 juta) , Republik Demokratik Kongo (37 juta)
,Bangladesh (26 juta) ; Inggris Republik Tanzania (22 juta) , Kenya (16 juta) dan
Pakistan (16 juta).
Adanya kesenjangan sosial antara penduduk di kota dan desa juga menjadi
penyebab mengapa kualitas sanitasi dan air bersih di Indonesia masih kurang
terjaga dengan baik, kesenjangan sosial menentukan perilaku masyarakat
khususnya masyarakat kurang mampu.
Banyak masyarakat kurang mampu yang masih menerapkan perilaku Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) sehingga merusak lingkungan, selain itu masih banyak
masyarakat di daerah yang mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih
bahkan sampai menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dampaknya adalah berkurangnya kualitas hidup dari setiap komponen hidup
manusia khususnya. Ketika kualitas hidup masyarakatnya tidak baik maka akan
berpengaruh pula pada perkembangan suatu negara dalam berbagai aspek.
World Bank Water Sanitation Program (WSP) pada 2013 lalu menyebutkan,
Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melansir data bahwa 63 juta penduduk Indonesia
tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut,
atau di permukaan tanah.
Pada 2010 cakupan pelayanan air minum di Indonesia baru mencapai 46 persen.
Padahal, target MDGs di 2015, Indonesia harus sudah mencapai 68,87 persen.
Sementara itu, target pemenuhan akses sanitasi layak harus mencapai 62,41
persen.
Pemerintah sendiri memprerkirakan Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp56
triliun setiap tahu yang diakibatkan buruknya kondisi air minum dan sanitasi.
Jumlah ini setara dengan 2,3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Angka tersebut juga setara dengan 25 persen anggaran pendidikan nasional yang
dianggarkan per tahun dan setara dengan biaya untuk menyediakan 12-15 juta
toilet yang layak. Sanitasi yang buruk juga menyebabkan diare dan gizi buruk pada
anak. Sebanyak 1,4 juta anak meninggal akibat diare yang diakibatkan buruknya
sanitasi dan air minum.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pekerjaan Umum
2013, capaian penduduk yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi layak baru
mencapai 57,35 persen dari 62,41 persen yang ditargetkan.
Pencapaian untuk penyediaan pelayanan air minum baru mencapai 58,05 persen
dari target 68,87 persen. Hal ini masih terdapat selisih 33 juta jiwa agar target
tersebut terpenuhi.
Saat ini pengelolaan air limbah atau sewerage di Indonesia baru 1 persen. Hal ini
menjadi yang terendah di Asia Tenggara.
Sementara, pengelolaan air limbah di Singapura sudah mencapai 100 persen,
Malaysia 95 persen, dan Vietnam yang baru merdeka saja pengelolaan air limbah
sudah mencapai 65 persen.
Berbagai permasalahan air kerap muncul di Indonesia. Seperti terjadinya banjir
apabila musim hujan dan terjadinya kekeringan ketika musim kemarau, kurangnya
ketersediaan air bersih bagi sebagian masyarakat indonesia, masih kurangnya
sanitasi yang memadai serta banyaknya limbah cair maupun padat yang
mencemari wilayah perairan di Indonesia seperti sungai, laut, waduk, dan danau.
Dalam rangka penyediaan air bersih, pemerintah telah memiliki program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dengan
dukungan Bank Dunia. Program ini dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran
kota. Program Pamsimas bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga
masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di
wilayah perdesaan dan peri-urban.
Dengan Pamsimas, diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan

sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih


dan sehat. Penerapan program ini dalam rangka mendukung pencapaian target
MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui pengarusutamaan dan perluasan
pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
Data yang dirilis Pokja Air Minum dan Penehatan Lingkungan (AMPL) Program
Pamsimas I dilaksanakan pada tahun 2008 sampai tahun 2012 di 110
Kabupaten/Kota dari 15 Provinsi. Pamsimas I berhasil diterapkan pada 6.845 (enam
ribu delapan ratus empat puluh lima) desa, terdiri dari 6.262 (enam ribu dua ratus
enam puluh dua) desa reguler dan sekitar 593 (lima ratus sembilan puluh tiga) desa
replikasi.
Program Pamsimas II dilaksanakan pada tahun 2013 sampai dengan 2016. Program
Pamsimas II ditargetkan akan dilaksanakan di sekitar 5000 desa di 32 provinsi di
220 Kab/Kota.
Namun segala upaya tersebut akan sia-sia tanpa dukungan aktif dari masyarakat.
Masyarakat perlu memainkan peran penting dalam mengembangkan dan
mengelola sanitasi total berbasis masyarakat. Yakni ketika lima pilar utama sanitasi
ditangani dan dicermati secara memadai, penghentian buang air besar secara
sembarangan, promosi cuci tangan pakai sabun, peningkatan pengolahan air rumah
tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan limbah cair dan saluran
pembuangan secara tepat.

source: http://nasional.sindonews.com/read/862939/18/indonesia-butuh-air-bersih1399907826

Anda mungkin juga menyukai