Anda di halaman 1dari 13

Retensio Plasenta

Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

PENGERTIAN RETENSIO PLASENTA

Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lahir setengah jam setelah bayi lahir (Hanifa
Wiknjosastro, 1999).

Pada keadaan yang normal, dalam waktu 15 menit setelah bayi lahir, plasenta biasanya sudah
terlepas dari tempat implantasinya. Apabila dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir tetapi
plasenta belum lahir maka keadaan ini disebut dengan Retensio Plasenta.

Etiologi Retensio Plasenta (baca selengkapnya)

ETIOLOGI RETENSIO PLASENTA

1. Kelainan Uterus

a. Kelainan His

Ketidakefektifan his seperti inersia uteri, atonia uteri dan tetania uteri yang dapat menghambat
pelepasan plasenta.

b. Constriction Ring

Pembentukan lingkaran kontriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala
III, yang akan menghalangi keluarnya plasenta

1 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

c. Uterus bicornus dan subseptus

Kelainan uterus ini dapat menyebabkan retensio plasenta karena bentuk uterus yang tidak
sempurna maka miometrium tidak berfungsi dengan baik yang menyebabkan kemungkinan
terjadinya gangguan his sehingga akan menghambat plasenta untuk keluar dari tempat
implantasinya.

2. Kelainan Plasenta

Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium. Kelainan
plasenta yang dimaksud yaitu :

a. Plasenta Akreta

Villi korialis dari plasenta menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim tapi belum menembus
serosa.

b. Plasenta Inkreta

Villi korialis tumbuh lebih dalam dan menembus lapisan desidua sampai ke miometrium.

c. Plasenta Perkreta

Villi korialis menembus lapisan miometrium dan mencapai / menembus lapisan serosa atau
peritoneum dinding rahim.

2 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

3. Kesalahan Manajemen Aktif Kala III

Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta dapat menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya juga akan dapat
menyebabkan serviks berkontraksi dan menahan plasenta. Selain itu pemberian anestesi yang
dapat melemahkan kontraksi uterus juga akan menghambat pelepasan plasenta.

4. Penyebab Lain

a. Kandung Kemih Penuh

Kandung kemih akan memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi terjadinya kontraksi
uterus yang efisien.

b. Persalinan Preterm

Hal ini terjadi terutama jika persalinan preterm tersebut dilakukan atas indikasi medis bukan
karena kelainan dari alat kandungannya.

PEMBAHASAN
Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan pasca persalinan adalah ketika plasenta
lepas dan segera setelah itu. Untuk itu, langkah-langkah pada penatalaksanaan kala III perlu
dikuasai penolong/bidan tanpa membedakan persalinan risiko rendah dan tinggi

Sebagian besar kematian maternal terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan dan

3 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

merupakan akibat dari masalah yang timbul selama persalinan kala III. Perdarahan kala III
adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah persalinan kala III. Namun, dalam prakteknya
sulit untuk mengukur kehilangan darah dengan tepat dan jumlahnya sering diperkirakan terlalu
rendah. Pemantauan melekat pada ibu pasca persalinan serta mempersiapkan diri akan
adanya kejadian perdarahan post partum merupakan tindakan yang sangat penting. Seorang
ibu dengan perdarahan hebat akan cepat meninggal bila tidak mendapatkan perawatan medis
yang sesuai. Jadi, sangat penting untuk melakukan pendeteksian mengenai penyebab
perdarahan tersebut agar dapat ditangani dengan tepat. Cara mendeteksi perdarahan kala III
dapat dilakukan dengan cara palpasi uterus, pemeriksaan plasenta dan selaput ketuban,
pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan pembekuan darah sederhana.

v MEKANISME LAHIRNYA PLASENTA

Kontraksi rahim akan mengurangi area plasenta, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya
bertambah tebal beberapa cm. Kontraksi tadi menyebabkan bagian yang longgar dan lemah
dari plasenta pada dinding rahim terlepas, mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan
tinggal bebas dalam kavum uteri. Namun, terkadang ada sebagian kecil plasenta yang masih
melekat pada dinding rahim. Proses pelepasan plasenta ini biasanya setahap demi setahap
dan pengumpulan darah di belakang plasenta akan membantu pelepasan plasenta. Selaput
ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu keluarnya plasenta.
Ditempat-tempat yang lepas, terjadi perdarahan antara plasenta dan desidua basalis yang
disebut retroplasenter haematoma. Bila pelepasan plasenta sudah komplit, maka kontraksi
rahim mendorong plasenta yang sudah lepas ke segmen bawah rahim, lalu ke vagina dan
dilahirkan.

Pengamatan terhadap persalinan kala III dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi


secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala III persalinan. Kala III
yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta,
namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.

4 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari
ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).

3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari


dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan
plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan
otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat
melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.

Pelepasan plasenta ada 2 macam :

a. Secara Schultze : pelepasan dimulai pada bagian tengah seperti kita menutup payung,
tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir.

b. Secara Duncan : pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah akan mengalir keluar
antara selaput ketuban.

4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun,
daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga
rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan
akibat, bukan sebab. Lama kala III pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase
kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala III, 89% plasenta lepas dalam waktu
satu menit dari tempat implantasinya.

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

1. Ada pancaran darah yang mendadak.

2. Uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat.

5 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

3. Uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke
vagina.

4. Tali pusat yang keluar lebih panjang.

Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan
plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan
persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi
uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.

v KRITERIA DIAGNOSIS RETENSIO PLASENTA

1. Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.

2. Uterus berkontraksi dengan baik.

3. Kadang disertai putusnya tali pusat akibat traksi yang berlebihan.

4. Perdarahan segera dari jalan lahir, tetapi kadang ada yang tanpa disertai perdarahan.

6 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

v PENANGANAN RETENSIO PLASENTA

1. Perhatikan keadaan umum ibu (apakah ibu anemis, jumlah perdarahannya, tanda-tanda
vitalnya, kontraksi dan tinggi fundus uteri).

2. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

3. Kenali etiologi dari retensio plasenta, apakah karena kelainan uterus, kelainan plasenta,
kesalahan manajemen aktif kala III atau karena ada faktor-faktor penyebab yang lain.

4. Perhatikan keaktifan perdarahan

a. Jika perdarahan aktif :

Langsung lakukan manual plasenta.

b. Jika tidak ada perdarahan :

Setelah menentukan keadaan umum pasien dan sudah diberi infus, rujuk pasien ke pelayanan
kesehatan yang fasilitasnya lebih lengkap.

Pertimbangan merujuk pasien dengan retensio plasenta tanpa perdarahan adalah karena ada
kemungkinan :

Darah pasien yang hilang terlalu banyak.

7 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

Adanya keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi.

Implantasi plasenta terlalu dalam, ini kemungkinan karena kelainan plasenta tadi,
sehingga jika implantasinya parsial maka masih bisa diusahakan manual plasenta tetapi jika
implantasinya total maka terapi terbaik adalah histerektomi. Karena jika dicoba untuk manual
plasenta akan menyebabkan perforasi yang malah akan membahayakan jiwa ibu. Untuk itulah
pasien tersebut harus dirujuk untuk menyelamatkan jiwa ibu yang terancam.

v INDIKASI MANUAL PLASENTA

Perdarahan kala III kurang lebih 400 cc.

Retensio plasenta setelah 30 menit bayi lahir.

Setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir.

Tali pusat putus.

v TEKNIK MANUAL PLASENTA

8 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

1. Infus sudah terpasang sebelum tindakan untuk memperbaiki keadaan umum ibu.

2. Siapkan alat, siapkan diri dan siapkan ibu pada posisi litotomi.

3. Cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, keringkan.

4. Berikan sedative (Diazepam 10 mg) dan analgetik (Pethidin 1-2 mg/kg BB) dengan spuit
yang telah disediakan melalui karet infuse.

5. Pakai sarung tangan steril panjang, lakukan kateterisasi kandung kemih.

6. Jepit tali pusat dengan kocher, kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai.

7. Masukkan salah satu tangan secara obstetric (ujung-ujung jari tangan saling merapat
dan bertemu, punggung tangan berada di bawah) kedalam vagina dengan menelusuri bagian
bawah pusat masuk kedalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
Tangan penolong yang sebelah lagi menahan fundus uteri sekaligus untuk mencegah inversion
uteri.

8. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari
telunjuk).

9. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. Bila berada
dibelakang, tali pusat tetap di sebelah atas, bila dibagian depan, punggung tangan pada dinding
kavum uteri, tali pusat berada di bawah telapak tangan.

10. Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan
jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus dengan punggung tangan

9 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

menghadap ke dinding dalam uterus.

11. Kemudian gerakan tangan ke kiri dan ke kanan sambil bergeser ke arah cranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

12. Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu, lakukan penanganan yang sesuai
jika terjadi penyulit dan pastikan plasenta telah lepas seluruhnya.

13. Lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak adanya bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus.

14. Pindahkan tangan luar ke supra simpisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan.
Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.

15. Letakkan plasenta ke tempat yang telah disediakan, periksa apakah plasenta lengkap atau
tidak. Bila tidak lengkap, lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri. Bila sudah lengkap, lakukan
sedikit pendorongan uterus dengan tangan luar ke dorso cranial setelah plasenta lahir.

16. Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.

17. Beri oksitosin 10 iu secara iv kedalam cairan infuse 60 tts/mnt. Jika perdarahan masih
banyak, beri metergin 0,2 mg secara im.

18. Periksa dan perbaiki robekan serviks, vagina dan episiotomi.

10 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

19. Dekontaminasi alat pasca tindakan dan selalu cuci tangan pasca tindakan.

v PERAWATAN PASCA TINDAKAN

1. Observasi TTV, kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam, segera lakukan tindakan
bila masih diperlukan.

2. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan di lembaran yang tersedia.

3. Beritahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan
perawatan

KESIMPULAN

Perdarahan kala III adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah persalinan kala III.
Pemantauan ketat pada ibu pasca persalinan serta mempersiapkan diri bila terjadi perdarahan
post partum merupakan tindakan yang sangat penting.

Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lahir setengah jam setelah bayi lahir. Etiologi
Retensio Plasenta yaitu kelainan uterus, kelainan plasenta, kesalahan manajemen aktif kala III
dan factor lain yang dapat menyebabkan terjadinya retensio plasenta.

Kriteria diagnosis retensio plasenta yaitu plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi dengan baik, kadang disertai putusnya tali pusat akibat traksi yang berlebihan dan
perdarahan segera dari jalan lahir, tetapi kadang ada yang tanpa disertai perdarahan.

11 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

Penanganan retensio plasenta bila perdarahan aktif langsung lakukan manual plasenta. Jika
tidak ada perdarahan, setelah menentukan keadaan umum pasien dan sudah diberi infus, rujuk
pasien ke pelayanan kesehatan yang fasilitasnya lebih lengkap.

Indikasi manual plasenta yaitu perdarahan kala III kurang lebih 400 cc, retensio plasenta
setelah 30 menit bayi lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang menolong persalinan harus memahami dan trampil
dalam menangani kejadian perdarahan pasca persalinan, salah satunya akibat retensio
plasenta.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH., Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal
, Jakarta : YBP-SP &
JNPKKR-POGI, 2001;

Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH., Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal
, Jakarta : YBP-SP &
JNPKKR-POGI, 2002;

Amida S. Sarbini, SST., Panduan Praktikum Asuhan Kebidanan II Persalinan, Bandung, 2005;

12 / 13

Retensio Plasenta
Written by Administrator
Tuesday, 27 January 2009 15:34 - Last Updated Wednesday, 22 April 2009 23:33

Chalik TMA, Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : Widya Medika, 1997;

Depkes RI, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JNPK-KR, 2004;

Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBP-SP, 1999;

Herman A. et al. Dynamic Ultarsonografic Imaging Of The Third Stage of Labor, Am. J. Obstetri
Gynecology,
Page 1496-1499, 1993;

Pribakti B., Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Persalinan Akibat Retensio Plasenta, RSU
Damanhuri Barabai, Kalimantan Selatan;

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH., Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta : EGC, 1998;

Sri Ayu Arianti, SST., Hand Out Asuhan Kebidanan II, 2007.

13 / 13

Anda mungkin juga menyukai