1. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C.
Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang
Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Kuman
TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
2. KLASIFIKASI
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1) Berdasarkan organ yang terinvasi
a. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak,
TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau
1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru
menunjukan gambaran TB aktif.
TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif
dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB
aktif.TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan
yakni kerusakan luas dianggap berat.
b. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB
tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
2) Berdasarkan tipe penderita
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar.
2001):
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
b. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
c. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
5. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dengan TB Paru pada klien dewasa, meliputi :
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
3. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Keluhan respiratoris, meliputi:
Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah
Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa
bloodstreak, berupa garis, atau bercak-bercak darah
Sesak napas
Nyeri dada
Tabrani Rab (1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan
jumlah darah yang dikeluarkan:
Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih dari 600 cc/24
jam.
Batuk darah sedang, darah yang dikeluarkan 250-600 cc/24 jam.
Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan kurang dari 250 cc/24
jam.
b) Keluhan sistematis, meliputi:
Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza,
hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan, dan malaise.
4. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat
dalam melengkapi pengkajian.
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab
sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?
Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam
melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan?
Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahanlahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus
atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat
gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali
timbul (onset).
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil,
tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain
yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus. Tanyakan mengenai
obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan,
obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.Catat adanya efek samping
yang terjai di masa lalu.Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan
berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien
dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit
serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum
OAT.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental /
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental,
tebal, dan edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan
pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret,
penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif,
a.
Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk
latihan nafas dalam.
b. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan
keperluan.
c. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis.
d. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
Rasionalisasi
a.
2.
c.
a.
3.
a.
b.