Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR MEDIK

1. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C.
Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang
Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Kuman
TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
2. KLASIFIKASI
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
1) Berdasarkan organ yang terinvasi
a. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak,
TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau
1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru
menunjukan gambaran TB aktif.
TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif
dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB
aktif.TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan
yakni kerusakan luas dianggap berat.
b. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB
tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
2) Berdasarkan tipe penderita

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.


Ada beberapa tipe penderita :
a. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari
satu bulan.
b. Kambuh (relaps)adalah penderita TB yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali
berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif.
c. Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat
pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke
kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah.
d. Kasus berobat setelah lalai(default/drop out) adalah penderita yang
sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
3. ETIOLOGI
Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis :
a. Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkansecara genetik.
b. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian
dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
c. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
d. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat.
e. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit,
kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
f. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
g. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi
lebihmudah.
h. Nutrisi ; status nutrisi kurang
i. Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
j. Tidak mematuhi aturan pengobatan.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak

bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar.
2001):
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
b. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
c. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

5. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang

terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin,


yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya
sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri
dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari
paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal
sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular
dan tersebar ke organ-organ tubuh.
6. KOMPLIKASI
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, diantaranya :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
b. Komplikasi lanjut :

Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca


Tubercolosis)
Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, ARDS.
7. PENATALAKSANAAN
a. Meningkatkan / mempertahankan ventilasi / oksigenasi adekuat.
b. Mencegah penyebaran infeksi.
c. Mendukung perilaku / tugas mempertahankan kesehatan.
d. Meningkatkan strategi koping efektif.
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
f. Pencegahan : pengisolasian untuk pencegahan penularan melalui udara
bila diperlukan
g. Nutrisi adekuat : tinggi protein, tinggi karbohidrat
h. Analgesik
i. Pembedahan : drainage abses paru, dilakukan bila terapi tidak berhasil
j. Terapi lanjut pada keluarga dan orang orang yang dekat dengan
penderita setelah pulang
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kultur sputum
Positif untuk Mycobacterium Tuberculosis
b. Darah
Peningkatan jumlah limfosit saat Tuberculosis aktif
c. Tes tuberculin
(PPD, mantaux, potongan valmer) Reaksi postif (area indurasi 10 mm atau
lebih terjadi 48-72 jam setelah infeksi intradermal antigen) menunjukkan
infeksi aktif.
d. Foto thorax
Dapat menunjukkan infiltrasi lebih awal pada area paru atas simpanan
kalsium lesi sembuh primer atau iffusi cairan.Perubahan menunjukkan luar
TB dapat termsuk rongga, area fibrosa.
e. Hematology atau kultur jaringan
(Termasuk bersihan gaster, urine, dan cairan serebrospinal, biopsi kulit)
positif untuk granuloma TB adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
f. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kapasitas vital peningkatan ruang mati, peningkatan residu dan
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap
infiltrasi parenkim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural
(TB kronis luas pada paru).

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dengan TB Paru pada klien dewasa, meliputi :
1. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
3. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Keluhan respiratoris, meliputi:
Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah
Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa
bloodstreak, berupa garis, atau bercak-bercak darah
Sesak napas
Nyeri dada
Tabrani Rab (1998) mengklasifikasikan batuk darah berdasarkan
jumlah darah yang dikeluarkan:
Batuk darah masif, darah yang dikeluarkan lebih dari 600 cc/24
jam.
Batuk darah sedang, darah yang dikeluarkan 250-600 cc/24 jam.
Batuk darah ringan. Darah yang dikeluarkan kurang dari 250 cc/24
jam.
b) Keluhan sistematis, meliputi:
Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza,
hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek
Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan, dan malaise.
4. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat
dalam melengkapi pengkajian.
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab
sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?
Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam
melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan?
Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahanlahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus
atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat

gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut pertama kali
timbul (onset).
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil,
tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain
yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus. Tanyakan mengenai
obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan,
obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.Catat adanya efek samping
yang terjai di masa lalu.Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan
berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien
dengan TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit
serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum
OAT.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental /
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental,
tebal, dan edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan
pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret,
penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif,

berhubungkan dengan sekret kental /


sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal
dapat ditandai dengan:

Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal.


Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor.
Dispnoe.

Rencana jangka pendek :

Membersihkan nafas pasien.

Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Rencana jangka panjang : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki /


mempertahankan bersihan jalan nafas.
Rencana keperawatan

a.

Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk
latihan nafas dalam.
b. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan
keperluan.
c. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis.
d. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
Rasionalisasi

a.

2.

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan


upaya pernafasan, ventilasi meksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk
dikeluarkan.
b. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal ( misalnya ; efek infeksi dan
atau tidak adekuat hydrasi ) sputum berdarah kental atau darah cerah
diakibatkan oleh kerusakan ( kapitasi ) paru atau luka bronkial, dan
dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
c. Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila
pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
d. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi,
menunjukan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan nafas yang dapat menimbulkan pengguanaan otot aksesori
pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental,
tebal, dan edema bronchial.
Rencana jangka pendek : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
Rencana jangka panjang : Bebas dari gejala distres pernafasan.
Rencana tindakan
a. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan
diri sesuai dengan keperluan.
b. Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.

c.

Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas,


peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada &
kelemahan.
d. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau
perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasionalisasi

a.

3.

Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan


pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
b. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps /
penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara
melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas pendek.
c. TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronchopneomonia sampai inflamasi difus luas, necrosis, effusi pleural
dan fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari ringan sampai diespnoe
berat sampai diestres pernafasan.
d. Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu
oksigenisasi organ vital dan jaringan.
Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan
pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret,
penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi, malnutrisi, kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.
Tujuan jangka pendek : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /
menurunkan resiko penyebaran infeksi.
Tujuan jangka panjang : Menunjukan tehnik / melakukan perubahan pola
hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Rencana tindakan
a. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue &
menghindari meludah di tempat umum serta tehnik mencuci tangan
yang tepat.
b. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui
bronchus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem
limfatik ) dan potensial penyebaran melalui droplet udara selama
batuk, bersin, meludah,bicara, dll.
c. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota,
sahabat karib / teman.
Rasionalisasi

a.

Perilaku yng diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi dapat


membantu menurunkan rasa terisolir pasien & membuang stigma
sosial sehubungan dengan penyakit menular.

b.

Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program


pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang / komplikasi.
pemahaman begaiman penyakit disebarkan & kesadaran kemungkinan
tranmisi membantu pasien / orang terdekat mengambil langkah untuk
mencegah infeksi ke orang lain.
c. Orang orang yang terpajan ini perlu program therapy obat untuk
mencegah penyebaran infeksi.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
Tujuan jangka pendek
: Mengidentifikasi intervensi untuk menurunkan
suhu tubuh.
Tujuan jangka panjang : Meminimalisir proses peradangan untuk
meningkatkan kenyamanan.
Rencana tindakan :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan
pemasangan infus
b. Monitoring perubahan suhu tubuh
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna
mengurangi proses peradangan (inflamasi)
d. Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal
sehingga metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancer
Rasionalisasi :
a. Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis
(keseimbangan) tubuh. Apabila suhu tubuh meningkat maka tubuh
akan kehilangan cairan lebih banyak.
b. Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui
perkembangan dan kemajuan dari pasien.
c. Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan
(inflamasi)
d. Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat
kekebalan/ sistem imun bisa melawan semua benda asing (antigen)
yang masuk.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi
keperrawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk
mencapai obyektif, efisien, dan efektif, serta untuk mengetahui dampak dari

suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan


satu atau beberapa aspek program perencanaan yang akan datang.
F. REFERENSI
a. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC
b. Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik
Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
c. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
d. Doengoes Marilynn E (2000),Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC,
Jakarta.
e. Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anda mungkin juga menyukai