Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang kompleks dan dinamis, segala hal semuanya sudah
diatur sedemikian rupa salah satu aturan dalam islam tersebut termaktub dalam ilmu
fiqih muamalah. Didalamnya mencakup seluruh sisi kehidupan individu dan
masyarakat, baik perekonomian, sosial kemasyarakatan, politik bernegara, serta
lainnya. Aspek-aspek yang dikaji dalam pemikiran Islam, salah satunya
adalah aspek ibadah dan muamalah. Aspek ibadah dalam Islam
menjadi suatu hal yang penting, ia sebagai sarana interaksi antara
hamba dengan sang pencipta (Hablumminallah), meskipun pada
praktiknya hanya berupa gerakan-gerakan atau perbuatan dengan
manusia lainnya, namun ada sentuhan nilai Tuhan didalamnya, baik
ibadah itu berupa kewajiban ataupun sunnah. Aspek ini merupakan
pendidikan jasmani yang bertujuan sebagai pengembangan dayadaya rohaniseseorang. Sedangkan aspek muamalah merupakan
aspek pemikiran Islam yang berorientasi pada interaksi sesama
manusia (Hablumminannas). Baik interaksi itu berupa jual beli, tukarmenukar barang, penggadaian, masalah riba dan lain-lain.Meskipun
kedua aspek tersebut masih dalam batas-batas koridor yang tidak
bertentangan dengan Al-Quran dan Sunah Nabi.
Para ulama mujtahid dari kalangan para sahabat, tabiin, dan yang setelah mereka
tidak henti-hentinya mempelajari semua yang dihadapi kehidupan manusia dari
fenomena dan permasalahan tersebut di atas dasar ushul syariat dan kaidah-kaidahnya.
Yang bertujuan untuk menjelaskan dan menjawab hukum-hukum permasalahan tersebut
supaya dapat dimanfaatkan pada masa-masanya dan setelahnya, ketika lemahnya
negara islam dan kaum muslimin dalam seluruh urusannya, termasuk juga masalah
fiqih seperti sekarang ini.
Muamalah secara harfiayah berarti pergaulan atau hubungan antar manusia.
Dalam harfiyah yang bersifat umum ini, muamalah berarti perbuatan atau pergaulan
diluar ibadah. Muamalah merupakan perbuatan manusia dalam menjalin hubungan atau
pergaulan antar sesama manusia.
1

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana untuk belajar tentang
muamalah yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu juga
bertujuan sebagai bahan presentasi mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muamalah ?
2. Apa saja ruang lingkup muamalah ?
3. Bagaimana kedudukan muamalah dalam islam ?

BAB II
PEMBAHASAN
MUAMALAH
A. Makna Muamalah
Kata muamalah merupakan istilah yang berasal dari akar kata amala yuamilu
yang berarti berurusan (berdagang). Secara terminoligi muamalah merupakan aturanaturan Allah yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan
keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial
kemasyarakatan. Sebagai bagian integral dari syariah, muamalah pada hakikatnya
adalah ibadah dalam arti luas yang merupakan bagian dari kajian ilmu fiqh. Jika ibadah
merupakan bagian dari kajian fiqh nabawi, yaitu fiqh atau hukum islam yang diperoleh
dari pemahaman ulama secara langsung dari Al-Quran maupun Sunnah, maka
muamalah merupakan bagian dari fiqh ijtihad, yaitu fiqh atau hukum islam yang
diperoleh dari ijtihad ulama.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan
dapat pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian
muamalah, yaitu :
1. Menurut Louis Maluf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang
berkaitan dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli,
perdagangan, dan lain sebagainya.
2. Menurut Ahmad Ibrahim Bek, menyatakan muamalah adalah peraturanperaturan mengenai tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti
perdagangan dan semua mengenai kebendaan, pernikahan, thalak, sanksi-sanksi,
peradilan dan yang berhubungan dengan manajemen perkantoran, baik umum
ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar dasarnya secara umum atau global
dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia dalam bertukar manfaat di
antara mereka.
3. Arti sempit muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian atau akad yang
dilakukan oleh manusia dalam hal tukar menukar manfaat.

Akad atau perikatan atau perjanjian adalah sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang
berdasarkan keinginannya sendiri. Secara khusus akad diartikan sebagai ikatan yang

ditetapkan dengan ijab-qobul berdasarkan ketentuan syara yang berdampak pada


objeknya.
Rukun akad adalah :
1. Orang yang akad (aqid)
2. Sesuatu yang diakadkan (maqud alaih)
3. Shighat, yaitu ijab dan qobul

Akad dapat berakhir dengan pembatalan, meninggal dunia, atau tanpa adanya izin
dalam akad mauquf (ditangguhkan)
B. Ruang Lingkup Muamalah
1. Pernikahan
Muamalah secara harfiayah berarti pergaulan atau hubungan antar
manusia. Dalam harfiyah yang bersifat umum ini, muamalah berarti perbuatan atau
pergaulan diluar ibadah. Muamalah merupakan perbuatan manusia dalam menjalin
hubungan atau pergaulan antar sesama manusia.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan, bahwa muamalah adalah hubungan
antara orang satu dengan orang lain, antara individu satu dengan individu lain, yang
sering kita kenal dengan sebutan hablum minan anas, begitu pula dalam pernikahan
yaitu hubungna antara wanita dengan pria, individu satu dengan yang lainnya, maka
dari sinilah kita akan mengetahui bahwa sahya pernikahan juga memuat aspek
muamalah. Karena didalam pernikahan termuat pula unsur kerjasama dan saling
berbagi.
Agama Islam mengajarkan seorang manusia yang sempurna, diciptakan dari
gabungan unsur rahani, jasmani, dan ekonomi yang harus dipertimbangkan ketika
hak-hak manusia disusun. Itulah sebabnya tak ada manusia yang dapat menyusun
dan mengumpulkan hak-hak yang sebenarnya dan yang asli bagi suatu masyarakat,
tak satu pun kecuali Allah yang Maha Tinggi.
Pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang pria dan wanita
untuk membentuk keluarga bahagia. Dari sini sudah jelas bahwa sanya pernikahan
adalah suatu perjanjian. Sebagai perjanjian, ia mengandung adanya kemauan bebas
antara dua pihak yang saling berjanji berdasarkan prinsip suka sama suka. Jadi, ia
jauh sekali dari segala yang dapat diartikan sebagai mengandung sesuatu paksaan.
Oleh karena itu baik pihak pria atau wanita yang mengikat janji dalam pernikahan
mempunyai kebebasan penuh untuk menyatakan, apakah mereka bersedia atau
4

tidak. Perjanjian itu dinyatakan dalam bentuk ijab dan Kabul yang harus diucapkan
dalam satu majelis, baik langsung oleh mereka yang bersangkutan, yakni calon
suami dan calon isteri, jika keduanya sepenuhnya berhak atas dirinya menurut
hukum atau oleh mereka yang dikuasakan untuk itu. Kalau tidak demikian,
misalnya dalam keadaan tidak waras atau masih dibawah umur, untuk mereka dapat
bertindak wali-wali mereka yang sah.
Pernikahan merupakan akad yang memberikan faedah hukum kebolehan
mengadakan hubungna keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan
mengadakan tolong menolong dan member batas hak bagi pemiliknya serta
pemenuhan kewajiban bagi masing-masing. Dari pengertian ini pernikahan
mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan pernikahan ialah saling
mendapat hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang
dilandasi tolong menolong.
Dari sudut pandang hukum pernikahan merupakan sebuah akad kontrak,
oleh karenanya ia tidak dilangsungkan tanpa persetujuan dari kedua belah pihak.
Pernikahan merupakan muamalah karena dalam pernikahan terdapat akad dimana
akad tersebut akan mengikat antara satu pihak dan pihak lain, dari sinilah
pernikahan juga termasuk dalam muamalah yaitu hubungan antara manusia satu
dengan manusia lain (hablum minannas).
2. Waris
Ilmu Waris Islam merupakan bagian dari ilmu Fiqh. Ilmu Waris bersumber
dari sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah. yang diperkuat
oleh Ijma ulama. Al-Quran sebagai sumber pertama menjelaskan secara jelas hakhak penerimaan warisan dari harta warisan yang ditinggalkan, seperti yang
dijelaskan dalam berbagai ayat, seperti ayat 7, 11, 12 dan 176 dari surat al-Nisa.
Disamping itu ilmu Mawaris Islam bersumber dari al-Hadist, seperti hadist yang
diriwayatkan al-Dairamiy:
Nabi bersabda: Berikanlah harta pusaka kepada orang-orang yang berhak
Sesudah itu, sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama
Sedangkan pengertian harta itu sendiri adalah segala sesuatu yang dapat
diambil, disimpan, dan dapat dimanfaatkan. Harta memiliki dua unsur :
a. Harta dapat dikuasai dan dipelihara
b. Harta dimanfaatkan menurut kebiasaan

Muamalah dalam waris yaitu aturan-aturan yang berkaitan dengan


pengurusan harta waris, jenisnya, pembagian nyadan pihak-pihak
yang berhak atasnya.

3. Pidana Jinayat
Secara bahasa kata jinayat adalah bentuk jama dari kata jinaayah yang
berasal dari janaa dzahaba yajnihijinaayatan yang berarti melalukan dosa. Sekalipun
isim mashbar (kata dasar), kata jinaayah dijamakan karena ia mencakup banyak
jenis perbuatan dosa.
Menurut istilah syariat kata jinayah berarti menganiaya badan sehingga
pelakunya wajib dijatuhi hukuman qishash atau membayar diat. (Manarus Sabil
II:315)
Muamalah dalam jinayah yaitu hal-hal yang mengatur tentang tata cara
beracara didepan pengadilan. Muhasanat (murafaat) ini memberikan panduan
penyelenggaraan persidangan terhadap sebuah kasus pidana maupun perdata. Yakni
ditinjau dari segi cara tukar-menukar benda yang bersumber dari panca indera
manusia, yang unsur penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban. seperti
jujur, hasud, dengki, dendam, dan lain sebagainya atau dengan kata lain, dari aspek
ini fiqh muamalah mengatur tentang batasan-batasan yang seharusnya dilakukan
atau tidak oleh manusia terhadap benda.
Muamalah dalam jinayah berisi aturan-aturan Allah yang wajib diikuti
dilihat dari segi subjeknya. Hal ini, berkisar pada keridhaan kedua belah pihak, ijab
kabul, dusta, menipu, dan yang lainnya. Dengan demikian, muamalah ini
memberikan panduan bagi perilaku manusia untuk melakukan tindakan hukum
terhadap sebuah benda. Maka dari perspektif ini, dalam pandangan fiqh muamalah
semua perilaku manusia harus memenuhi prasyarat etis-normatif agar perilaku
tersebut dipandang layak untuk dilakukan.
4. Ekonomi Bisnis
Dalam ajaran Islam, ekonomi haruslah berlandaskan tawhid (keesaan
Allah). Keesaan Allah adalah prinsip pertama Islam. Oleh karena itu manusia itu
adalah khalifah Allah, maka setiap kegiatan termasuk ekonominya harus
berlandaskan tawhid. Setiap ikatan atau hubungan antara seseorang dengan orang
lain dan penghasilan yang diperolehnya yang tidak sesuai dengan ajaran tawhid
adalah ikatan atau hubungan yang Islami dengan demikian realitas dari adanya hak
6

milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam,sebab hal ini berarti mengingkari
tawhid (Komaruddin Hidayat,2000:128).
Dalam fiqih muamalah hukum ekonomi dan harta kekayaan termasuk
dalam pengertian sempit, yakni ruang lingkupnya dibagi menjadi dua( Yazid
Afandi,2009:9) :
Salah satu kegiatan penting dalam muamalah yang paling banyak dilakukan
oleh manusia setiap saat adalah kegiatan bisnis. Dalam kamus bahasa Indonesia
bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha komirsial didunia perdagangan dan
bidang usaha. Bisnis dapat didefinisikan sebagai pertukaran barang, jasa atau uang
yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Ada yang mengartikan bisnis
sebagai suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan didistribusi atau
penjualan barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh
profit (keuntungan). Barang yang dimaksud adalah suatu produk yang secara fisik
memiliki wujud (dapat diindra) sedang jasa adalah aktifitas-aktifitas yang memberi
manfaat kepada konsumen atau pelaku bisnis lainnya (Muh. Ismail Yusanto dan
Muh. Karbet Widjajakusuma, 2002:15).
Dari pengertian bisnis tersebut, dapat dipahami bahwa setiap pelaku bisnis
akan melakukan aktivitas bisnisnya dalam bentuk; pertama, memproduksi dan atau
mendistribusikan barang dan atau jasa, kedua, mencari profit (keuntungan dan
ketiga, mencoba memuaskan keinginan konsumen (Muh. Ismail Yusanto dan Muh.
Karbet Widjajakusuma, 2002:16).
Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya mempunyai tanggungan untuk
bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia
mencari nafkah (rezeki). Allah melapangkan bumi dan seisinya dengan berbagai
fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencari rezki, antara lain
dalam firman Allah SWT:
Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebagian rezki-Nya (QS. Al-Mulk:15).
Sesungguhnya, kami telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan kami adakan
kamu di muka bumi itu (sumber-sumber) penghidupan (QS. Al-Araf:10).
Dia (Allah) telah menciptakan kamu sekalian dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya (QS Hud:61).
Diantara sumber-sumber daya alam yang diserahkan kepada manusia untuk
dimanfaatkan, antara lain; Hewan (QS An-Nahl:5, 66, 68-69), tumbuh-tumbuhan
(QS An-Nahl:67), kekayaan laut (QS An-Nahl:14), kekayaan alam tambang (QS.AlHadid:25, QS Al-Kahfi:96-97).
7

Di samping anjuran untuk mencari rezeki, Islam sangat menekankan atau


mewajibkan aspek kehalalan, baik dari segi perolehan maupun pendayagunaannya
(pengolahannya dan pembelanjaan). Sebagaimana hadist Nabi SAW disebutkan :
Kedua telapak kaki anak Adam di hari Kiamat masih belum beranjak sebelum
ditanya kepadanya lima perkara; tentang umurnya; apa yang dilakukannya, tentang
masa mudanya, apa yang dilakukannya, tentang hartanya, dari mana diperolehnya
dan untuk apa dibelanjakannya dan tentang ilmunya; apa yang dia kerjakan dengan
ilmunya (HR.Ahmad).
Dari paparan di atas, bisnis Islam dapat diartikan sebagai serangkaian
aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya (yang tidak dibatasi), namun dibatasi
dalam cara perolehan dan pendayaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Dalam
arti pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan syariah (aturan-aturan
dalam al-Quran dan Al-Hadits). Dengan kata lain syariah merupakan nilai utama
yang menjadi payung strategis maupun taktis bagi pelaku kegiatan ekonomi
(bisnis).
Dengan kendali syariah, bisnis dalam Islam bertujuan untuk mencapai
empat hal utama :
a. Target hasil; profit materi dan benefit-non materi
Tujuan bisnis tidak harus untuk mencari profit (qimah maddiyah atau
nilai materi) tetapi harus dapat memperoleh dan memberikan benefit
(keuntungan atau manfaat) non materi bagi si pelaku bisnis itu sendiri maupun
pada lingkungan yang lebih luas, seperti terciptanya suasana persaudaraan,
kepedulian sosial dan sebagainya.
Di samping untuk mencari qimah maddiyah juga masih ada dua orientasi
lainnya, yaitu qimah khuluqiyah dan ruhiyah. Qimah khuluqiyah yaitu nilainilai akhlakul karimah menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam
kegiatan bisnis, sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang Islami baik
antara majikan dengan buruh maupun antara penjual dengan pembeli (bukan
hanya sekedar hubungan fungsional maupun profesional semata).
Sedangkan qimah ruhiyah berarti perbuatan tersebut dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Dengan kata lain, ketika melakukan suatu
aktifitas bisnis harus disertai dengan kesadaran hubungannya dengan Allah.
Inilah yang dimaksud bahwa setiap perbuatan muslim adalah ibadah. Amal
perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran akan hubungannya dengan
Allah ketika melakukan bisnis dinamakan ruhnya
b. Pertumbuhan
8

Jika profit materi dan benefit non materi telah diraih, diupayakan
pertumbuhan atau kenaikan terus menerus setiap tahunnya dari profit dan
benefit tersebut. Upaya pertumbuhan ini tentu dalam koridor syariah.
Misalnya, dalam meningkatkan jumlah produksi seiring dengan perluasan
pasar, peningkatan inovasi sehingga bisa menghasilkan produk baru dan
sebagainya.
c. Keberlangsungan
Pencapaian

target

hasil

dan

pertumbuhan

terus

diupayakan

keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama dan dalam menjaga
keberlangsungan itu dalam koridor syariah.
d. Keberkahan
Faktor keberkahan atau upaya menggapai ridho Allah merupakan puncak
kebahagiaan hidup manusia muslim. Para pengelola bisnis harus mematok
orientasi keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam
kegiatan bisnis selalu berada dalam kendali syariah dan diraihnya keridhoan
Allah
5. Pendidikan
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan Yang Mneciptakan. Diatelah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan islam. Dia mengajar
kepada manusai apa yang tidak diketahuinya (Q.S. Alalaq 1-5)
Bermuamalah dalam bidang berpendidikan yang dilakukan hamba Allah
yang ikhlas adalah memurnikan niat dan tujua dalam peroses belajar menuntut ilmu,
hanya untuk mencari keridhoaan Allah, sesuai denga firman Allah surah Alalaq,
Hamba Allah yang menuntut ilmu, harus memastikan bahwa ilmu yang dituntut
benar-benar memperkuat keimananny kepada Allah, penghambaannya kepada
Allah, rasa syukurnya kepada Allah, dan ketaqwaannya pada Sang Maha Pencipta
Alam Semesta. Bukan sebaliknya, malah membuat seorang hamba makin
sombong, menafikan beredaan Allah, mengangungkan materialisme, anti agama,
anti risalah, menghamba dunia, hingga menolak keberadaan Allah AWT.
Secara bahasa ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu
yang dapat dipelajari oleh indera manusia seperti penglihatan, pendengaran,
perasaan, penciuman dan pengecap. Melalui akal dan proses berfikir, memahami,
menganalisis, hingga menyimpulkan sampai menjadi pengetahuan yang dirumuskan
secara sistematis yang disebut ilmu pengetahuan.

Sedangkan bagi umat muslim ilmu itu tidak sebatas ilmu pengetahuan saja,
sebab mereka memiliki sumber dari segala sumber pengetahuan, yaitu AL-Quran
dan AS-Sunnah. Hamba yang ikhlas meyakini ilmu Allah itu meliputi segala ilmu
tentang alam semesta dan manusia sendiri. Mulai galaksi-galaksi, planet-planet,
keseimbangan-keseimbangan di dalamnya, daya tarik-menarik dalam struktur alam,
spesies-spesies yang jumlahnya tak terhitung, cara spesies itu hidup, bakat-bakat
yang mengagumkan di dalamnya, sebuah tatanan sempurna yang tak mungkin
terwujud dengan sendirinya, tetapi pasti memiliki seorang pencipta. Siapa lagi yang
Maha Pencipta alam semesta ini selain Allah SWT. Jadi muamalah pendidikan
hamba

Allah

yang

ikhlas,

akan

semakin

memperkuat

keimanan

dan

penghambaannya kepada penciptanya (Allah).


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah) melainkan Dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus(makhluk-Nya). Tidak mengantuk, dan tidak tidur,
kepunyaannya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di
sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan
dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendakinya. Kursi (kekuasaan) Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar. (QS. AL-Baqarah : 255)
Muamalah memberikan arti penting dalam pendidikan, diantaranya :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh
kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan
pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup
didunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
10

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari lingkungannya atau


dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan
fungsional.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di
bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
6. Politik
Bidang muamalah dalam fiqih Islam secara umum mencakup bidang
pergaulan dan interaksi sesama manusia di dalam aspek-aspek kehidupan umum,
seperti aspek adat istiadat dan kebiasaan, sosial dan kemasyarakatan, budaya,
kesenian dan hiburan, ekonomi dan perdagangan, pendidikan dan pengajaran,
politik dan pengelolaan pemerintahan, dan lain-lain.
Muamalah sosial politik hamba Allah yang ikhlas adalah memurnikan niat
dan tujuan dalam melakukan aktivitas bermasyarakat, berpolitik, berdemokrasi,
mengelola kekuasaan, hingga memimpin rakyat, semata-mata hanya untuk mencari
keridhoan Allah SWT. Hamba Allah yang ikhlas akan selalu menegakkan nilai-nilai
kebenaran Ilahi, bersikap adil, beramal saleh, menyerukan pada kebaikan,
perdamaian, mencegah perbuatan jahat, keji dan merusak.
Karena Islam adalah agama yang diridhoi Allah, dan nilai-nilainya akan
membawa umat manusia pada kemaslahatan mereka di Dunia dan di Akhirat.
Karena itu nilai-nilai yang di perintahkan Allah yang Ikhlas dalam muamalah sosial
politiknya. Jika ia seorang pemimpin rakyat, maka ia harus memimpin dengan jujur,
adil, peduli, memperhatikan rakyat miskin, memperkuat persatuan umat,
menjalankan amanah rakyat dengan baik, dan tidak menghianati kepercayaan yang
telah diberikan.
Dunia muamalah sosial politik zaman sekarang, tidak terlepas dari sistem
politik demokrasi, hampir sebagian besar negara-negara di Dunia menggunakan
konsep ini. Demokrasi di adopsi dari Negara adidaya non-muslim, dan mulai di
jadikan sistem tandingan untuk memastikan sistem politik masyarakat muslim.
Sejauh mana AL-Quran bicara tentang sistem politik, karena Allah SWT tidak
pernah bicara model sistem politik dalam firmannya, tapi yang ia bicarakan dalam
firmannya adalah tujuan sistem politik tersebut. Sesuai yang di jelaskan dalam QS.
AL-Maidah ayat 8-9, dan QS. Ali-Imran ayat 104, tujuan sistem sosial politik yang
11

diridhoi Allah adalah sistem politik yang arah tujuannya menegakkan hukumhukum Allah, menegakkan keadilan, menyerukan kebajikan, mengajukan yang
maruf, dan mencegah kemungkaran. Sedangkan persoalan kemasyarakatan, dia
perintahkan hambanya untuk mengembalikan pada aturan-aturan Allah dan
Rosulnya, juga bermusyawarah. Sesuai firmannya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonlah
ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
(Ali-Imran : 159)
C. Kedudukan Muamalah dalam Islam
1. Dasar Hukum
Masalah muamalah tidak dapat dilepaskan dari masalah ibadah karena
keduanya harus dilakukan secara serasi dan seimbang, sebagaimana dinyatakan
dalam berbagai firman Allah, diantaranya adalah :
Mereka akan menderita kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia
Dalam pengurusan yang lebih kepada kehidupan sosial Allah berfirman :
Ia menyuruh mengerjakan yang maruf dan melarang mereka dari mengerjakan
yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk
Ayat-ayat tersebut menyatakan bahwa peraturan masalah muamalah
terbukanya pinti ijtihad untuk menjabarkan lebih lanjut.
2. Kaidah
Kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang muamalah menunjukkan bahwa bidang
ini merupakan kajian ijtihad :
a. Prinsip muamalah adalah dibenarkan, selama tidak ada ketentuan yang
melarangnya
b. Asal segala sesuatu, adat, dan muamalah adalah boleh, selama tidak ada
ketentuan yang membatalkannya
c. Perubahan hukum dapat terjadi karena perubahan zaman
Dengan demikian, yang harus menjadi pegangan bersama adalah bahwa
ketentuan halal dan haram adalah hak Allah semata.

12

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muamalah merupakan aturan-aturan Allah yang ditujukan untuk mengatur
kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan
urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
Hukum Islam bukan saja peraturan - aturan yang sifatnya ilahiah namun juga
perturan peraturan dalam hukum Islam meliputi banyak ruang lingkup terutama
dalam bidang muamalah yang mengatur dalam kehidupan manusia sehari hari,mungkin walaupun telah diatur dalam Undang - Undang Nasional barangkali
masih banyak peraturan hukum Islam yang masih dijadikan referensi untuk kajian
hukum baik oleh para hakim/pemutus perkara masih sering menggunakan acuan
hukum Islam dan tak kecuali keadilan dan persamaan dalam kehidupan manusia
yang dinamis selalu mengkuti zamannya begitu pula dengan hukum Islam yang
sangat strategis penggunaannya.

13

14

Anda mungkin juga menyukai