Anda di halaman 1dari 26

KARSINOMA NASOFARING

DIAH AYU ARYANI


012075468

ANATOMI & FISIOLOGI

Batas nasofaring:
Superior

: basis kranii, diliputi oleh mukosa dan fascia


Inferior : bidang horizontal yang ditarik dari palatum
durum ke posterior, bersifat subjektif karena
tergantung dari palatum durum.
Anterior : choane, oleh os vomer dibagi atas choane
kanan dan kiri.
Posterior : - vertebra cervicalis I dan II
-Fascia space = rongga yang berisi jaringan
longgar
-Mukosa lanjutan dari mukosa atas
Lateral : - mukosa lanjutan dari mukosa atas dan
belakang
-Muara tuba eustachii
-Fossa rosenmulleri

BANGUNAN DI NASOFARING
Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari
tuba auditiva
Torus tubarius
Plica salpingopalatina
Plica salpingopharingea
Recessus Pharingeus disebut juga fossa
rossenmuller
Tonsila pharingea
Tonsila tuba
Isthmus pharingeus
Musculus constrictor pharingeus

FUNGSI
Fungsi nasofaring :
Sebagai jalan udara pada respirasi
Jalan udara ke tuba eustachii
Resonator
Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani
dan hidung

HISTOLOGI
Mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel bersilia
repiratory type. Setelah 10 tahun kehidupan, epitel
secara lambat laun bertransformasi menjadi epitel
nonkeratinizing squamous, kecuali pada beberapa
area (transition zone).
Mukosa mengalami invaginasi membentuk kripta.
Stroma kaya akan jaringan limfoid dan terkadang
dijumpai jaringan limfoid yang reaktif.
Epitel permukaan dan kripta sering diinfiltrasi
dengan sel radang limfosit dan terkadang merusak
epitel membentuk reticulated pattern.
Kelenjar seromucinous dapat juga dijumpai tetapi
tidak sebanyak yang terdapat pada rongga hidung.

DEFINISI
KARSINOMA NASOFARING MERUPAKAN TUMOR GANAS YANG TIMBUL PADA
EPITHELIAL PELAPIS RUANGAN DIBELAKANG HIDUNG (NASOFARING).

ETIOLOGI
Dijumpainya Epstein-Barr Virus (EBV), pada
hampir semua kasus KNF non keratinisasi
Faktor predisposisi

Merokok

& konsumsi alkohol


Kebiasaan makan tertentu (ikan asin)
Pajanan formaldehid, debu kayu & asap kayu bakar

GEJALA

Gejala Telinga
Oklusi

Tuba Eustachius
Pada umumnya bermula pada fossa Rossenmuller.
Pertumbuhan tumor dapat menekan tuba eustachius
hingga terjadi oklusi pada muara tuba. Hal ini akan
mengakibatkan gejala berupa mendengung
(Tinnitus) pada pasien. Gejala ini merupakan tanda
awal pada KNF.
Oklusi Tuba Eustachius dapat berkembang hingga
terjadi Otitis Media.
Sering kali pasien datang sudah dalam kondisi
pendengaran menurun, dan dengan tes rinne dan
webber, biasanya akan ditemukan tuli konduktif

Gejala Hidung
Epistaksis;

dinding tumor biasanya dipenuhi


pembuluh darah yang dindingnya rapuh, sehingga
iritasi ringan pun dapat menyebabkan dinding
pembuluh darah tersebut pecah.
Terjadinya penyumbatan pada hidung akibat
pertumbuhan tumor dalam nasofaring dan menutupi
koana. Gejala menyerupai rinitis kronis.

Gejala Mata
Pada penderita KNF seringkali ditemukan
adanya diplopia (penglihatan ganda) akibat
perkembangan tumor melalui foramen
laseratum dan menimbulkan gangguan N. IV
dan N. VI. Bila terkena chiasma opticus akan
menimbulkan kebutaan.
Tumor sign :
Pembesaran kelenjar limfa pada leher,
merupakan tanda penyebaran atau metastase
dekat secara limfogen dari karsinoma
nasofaring.

Cranial sign :
Gejala cranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak
dan mencapai saraf-saraf kranialis.
Gejalanya antara lain :
Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini
merupakan metastase secara hematogen.
Sensitibilitas derah pipi dan hidung berkurang.
Kesukaran pada waktu menelan
Afoni
Sindrom Jugular Jackson atau sindroma
reptroparotidean mengenai N. IX, N. X, N. XI, N. XII.
Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada:
Lidah
Palatum
Faring atau laring
M. sternocleidomastoideus
M. trapezeus

Pada penderita KNF, sering ditemukan adanya tuli


konduktif bersamaan dengan elevasi dan
imobilitas dari palatum lunak serta adanya rasa
nyeri pada wajah dan bagian lateral dari leher
(akibat gangguan pada nervus trigeminal).
Ketiga gejala ini jika ditemukan bersamaan,
maka disebut Trotters Triad.

PATOGENESIS
Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat
utama yaitu sel epitel kelenjar saliva dan sel
limfosit.
EBV pada limfosit B dengan cara berikatan
dengan reseptor virus, yaitu komponen
komplemen C3d (CD21 atau CR2).
EBV berikatan dengan 2 reseptor virus yaitu
CR2 dan PIGR (Polimeric Immunogloblin
Receptor).

Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr dapat


menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu :
sel

menjadi mati bila terinfeksi dengan virus epsteinbarr dan virus mengadakan replikasi, atau virus
epstein- barr yang menginfeksi sel dapat
mengakibatkan kematian virus sehingga sel kembali
menjadi normal atau dapat terjadi transformasi sel
yaitu interaksi antara sel dan virus sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat sel
sehingga terjadi transformsi sel menjadi ganas
sehingga terbentuk sel kanker.

DIAGNOSIS
Anamnesis berdasarkan keluhan pasien(tanda
& gejala KNF)
Pemeriksaan fisik rinoskopi posterior

Jika

ditemukan tumor berupa massa yang menonjol


pada mukosa dan memiliki permukaan halus,
berrnodul dengan atau tanpa ulserasi pada
permukaan atau massa yang menggantung dan
infiltratif

FORMULA DIGSBY
Gejala

Nilai

Massa terlihat pada Nasofaring

25

Gejala khas di hidung

15

Gejala khas pendengaran

15

Sakit kepala unilateral atau bilateral

Gangguan neurologik saraf kranial

Eksoftalmus

Limfadenopati leher

25

Bila jumlah nilai mencapai 50, diagnosa


klinik karsinoma nasofaring dapat
dipertangungjawabkan

Biopsi nasofaring ada 2 cara :


Melalui

hidung Cunam biopsy dimasukan melalui


rongga hidung menyelusuri konka media ke
nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral
Melalui mulut memakai bantuan kateter nelaton
yang dimasukan melalui hidung dan ujung kateter
yang berada dalam mulut ditarik keluar dan diklem
bersama-sama ujung kateter yang dihidung.
Kemudian dengan kacalaring dilihat daerah
nasofaring. biopsy dilakukan dengan melihat tumor
melalui kaca tersebut

Sitologi & histopatologi


Klasifikasi

nasofaring

WHO tahun 1978 untuk karsinoma

(1) Keratinizing squamous cell carcinoma ditandai dengan


adanya keratin atau intercellular bridge atau keduanya.
(2) Non keratinizing squamous cell carcinoma yang ditandai
dengan batas sel yang jelas (pavement cell pattern).
(3) Undifferentiated carcinoma ditandai oleh pola
pertumbuhan syncitial, sel-sel poligonal berukuran besar
atau sel dengan bentuk spindel,anak inti yang menonjol
dan stroma dengan infiltrasi sel-sel radang limfosit.

RADIOLOGI

MRI

CT-Scan

Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan serologi IgA anti EA (early antigen) dan
igA anti VCA (capsid antigen)

Stadium

Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat


ditentukan :
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II: T2 N0 M0
Stadium III
: T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1 M0
Stadium IV
: T4 N0,N1 M0
Tiap T, N2,N3 M0
Tiap T, Tiap N, M1

KOMPLIKASI

Petrosphenoid sindrom
Neuralgia

trigeminus ( N. V ) nyeri pada wajah sesisi yang


ditandai dengan rasa seperti terkena aliran listrik yang terbatas
pada daerah distribusi dari nervus trigeminus.
Ptosis palpebra ( N. III )
Ophthalmoplegia ( N. III, N. IV, N. VI )

Retroparidean sindrom
N.

IX : kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor


superior serta gangguan pengecapan pada sepertiga belakang lidah
N. X : hiper / hipoanestesi mukosa palatum mole, faring dan laring
disertai gangguan respirasi dan saliva
N XI : kelumpuhan / atrofi oto trapezius , otot SCM serta
hemiparese palatum mole
N. XII : hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah.
Sindrom horner : kelumpuhan N. simpaticus servicalis, berupa
penyempitan fisura palpebralis, onoftalmus dan miosis.

Metastasis ke tulang, hati, dan paru

PENATALAKSANAAN
Radioterapi

Rantai ganda DNA pecah


Perubahan cross-linkage dalam rantai DNA
Perubahan base yang menyebabkan
degenerasi atau kematian sel.

PROGNOSIS
Ditemukan bahwa karsinoma nasofaring tipe 1
(karsinoma sel skuamosa) memiliki prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan
karsinoma nasofaring tipe 2 dan 3. Hal ini
terjadi karena pada karsinoma nasofaring tipe 1,
mestastasis lebih mudah terjadi. Secara
keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun
adalah 45 %.

Anda mungkin juga menyukai