Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN
Dari anamnesis pasien mengeluhkan nyeri bahu sebelah kiri setelah terpeleset lantai rumah 8 hari
yang lalu. Pasien terjatuh kearah belakang dengan pundak sebelah kiri membentur lantai terlebih
dahulu. Pasien juga merasakan lengan kirinya menjadi kaku dan sulit digerakkan. Pasien juga
merasakan nyeri hebat dan menetap pada daerah bahu beberapa jam kemudian. Dari pemeriksaan
fisik pada bahu (klavikula) sebelah kiri, ditemukan deformitas (+),memar (+), local tenderness
(+), krepitasi (+), teraba hangat (+), penonjolan tulang (+). Range of Motion (ROM) terbatas
dikarenakan nyeri pada lengan kiri.
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total maupun
sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur lengkap atau tidak lengkap
ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan tulang, serta jaringan lunak di sekitar
tulang.5 Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai fraktur
terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur tertutup adalah fraktur dimana
kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan/dunia luar. Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar. Fraktur
dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi seperti malunion, delayed
union, nounion dan infeksi tulang.6
Menurut teori dalam mendiagnosis fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh atau trauma lainnya. Pasien juga merasakan sakit pada bahu dan diperparah setiap gerakan
lengan. Pada pemeriksaan fisik akan terasa nyeri bila dokter menekan pada daerah fraktur,
terkadang juga ditemukan krepitasi pada setiap gerakan. Terlihat juga kulit yang menonjol akibat
desakan fragmen patah tulang. Pembengkakan local akan terlihat disertai perubahan warna local
pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.7
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien untuk memastikan letak dan jenis
fraktur adalah dengan foto rontgen anteroposterior pada klavikula sebelah kiri. Menurut teori,
Evaluasi pada fraktur clavicula yang standar berupa proyeksi anteroposterior (AP) yang
dipusatkan pada bagian tengah clavicula. Pencitraan yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa

menilai juga kedua AC joint dan SC joint. Bisa juga digunakan posisi oblique dengan arah dan
penempatan yang baik. Proyeksi AP 20-60 dengan cephalic terbukti cukup baik karena bisa
meminimalisir struktur toraks yang bisa mengganggu pembacaan. Karena bentuk dari clavicula
yang berbentuk S, maka fraktur menunjukkan deformitas multiplanar, yang menyebabkan
susahnya menilai dengan menggunakan radiograph biasa. CT scan, khususnya dengan 3 dimensi
meningkatkan akurasi pembacaan.7
Mekanisme aksi terjadinya fraktur klavikula yaitu, karena mekanisme kompressi atau penekanan,
paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari
lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan
bermotor. Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus akan menarik
fragmen medial keatas sedangkan beban lengannya akan menarik fragmen lateral ke bawah. Jika
fraktur terdapat pada ligament korako-klavikula maka ujung medial klavikula sedikit bergeser
karena ditahan ligament ini. Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung
luar mungkin tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingga membentuk benjolan dibawah
kulit.
Berdasarkan letak fraktur dari pasien, pasien mengalami fraktur tertutup pada 1/3 mid-klavikula
kiri. Menurut teori yang ada, klasifikasinya fraktur klavikula dibagi menjadi 3 bagian yaitu
fraktur mid klavikula ( Fraktur 1/3 tengah klavikula) ; dimana paling banyak ditemui, terjadi
medial ligament korako-klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral), mekanisme trauma berupa
trauma langsung atau tak langsung ( dari lateral bahu). Yang kedua adalah fraktur lateral
klavikula ( Fraktur 1/3 lateral klavikula) yang mana fraktur klavikula lateral dan ligament
korako-kiavikula, yang dapat dibagi lagi menjadi; type 1: undisplaced jika ligament intak, type 2
displaced jika ligamen korako-kiavikula rupture, type 3 : fraktur yang mengenai sendi
akromioklavikularis. Mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari bahu. Yang
ketiga adalah fraktur medial klavikula ( Fraktur 1/3 medial klavikula ) dimana insidensinya
jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula. Mekanisme trauma dapat berupa trauma
langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke
sternum . Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi. Dibagi menjadi 5 tipe yaitu type
1 (Minimal displacement), type 2 (displaced), type 3 (Intraarticular), type 4 (Epiphyseal
separation), type 5 (cominutif).

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun 1967 dan
dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3
kelompok. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian
75-80%). Pada daerah ini tulang lemah dan tipis. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%) Terbagi menjadi 3 tipe
berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni(yakni, conoid dan trapezoid); tipe 1. Patah
tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanyaperpindahan tulang maupun ganguan
ligament coracoclevicular, Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligamentcoracoclavicular masih melekat pada fragmen. Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament.
Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya. Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal
clavikula yang melibatkanAC joint. Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum,
sedangkan fragmenproksimal berpindah keatas. Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi
beberapa fragmen dan yang terakhir Kelompok 3 dimana patah tulang klavikula pada sepertiga
proksimal (5%). Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
Pengobatan untuk fraktur klavikula dapat dibagi menjadi 2 yaitu non-operatif dan operatif. Pada
pasien dilakukan tindakan operatif yaitu dengan Reduction Internal Fixation (ORIF) dimana
kemungkinan terjadi displacement > 2 cm dan terjadi shortening > 2 cm yang mana alasan
tersebut menjadi indikasi dilakukan tindakan operatif. Setelah pasien dipersiapkan untuk operasi,
pasien dipasang jalur intravena untuk terapi cairan dan memasukkan obat. Pasien juga diberikan
pengobatan antibiotic ceftriaxone sebanyak 2 gram 30 menit sebelum dilakukannya operasi.
Diberikannya antibiotic tersebut adalah sebagai tindakan profilaksis dimana pemasangan plat
nantinya berpotensi untuk terjadi komplikasi seperti infeksi atau iritasi pasca operasi.
Setelah diruang operasi, pasien akan dibaringkan dengan posisi supine. Insisi langsung melewati
bagian medial dari klavikula dengan garis insisi sepanjang 5-6 cm. dilakukan diseksi dengan sangat hatihati dikarenakan terdapatnya nervus dan menjaga struktur tulang klavikula bagian posterior. Pada saat
letak fraktur diidentifikasi, daerah fraktur dibersihkan dengan larutan normal salin. Selanjutnya fraktur
tersebut dikurangi secara anatomis dengan forceps. Inter-frgamentary lag screw digukanan untuk
memfiksasi dan diletakkan di bagian klavikula yang fraktur. Plat diletakkan secara antero-superior dimana
cara ini paling banyak dilakukan pada operasi fraktur klavikula. Keuntungannya yaitu, memudahkan
dokter bedah untuk meletakkan plat keaarah medial atau lateral dari klavikula dan juga memberikan

pandangan yang jelas pada pemeriksaan radiografis. Unicortical locking screws digunakan untuk
menguatkan serta menstabilkan plat dengan baik. Luka ditutup dengan jahitan.
Tatalaksana post-operatif yaitu dengan melakukan mobilisasi dengan bantuan seorang fisioterapis yang
terlatih. Sesaat setelah operasi selesai. Pasien langsung menggunakan arm-sling untuk alasan kenyamaan
pasien. Gerakan ringan sudah dapat dilakukan setelah 2 hari pasca-operasi dan pasien diminta untuk
kembali control 114 hari kemudian. Pada control di klinik, luka diperiksa dan pemeriksaan radiografi
kembali dilakukan. Sling dapat dilepaskan, dan latihan gerakan lengan sudah dapat dilakukan tetapi tidak
boleh terlalu kuat. Pada minggu ke 6 pasca operasi, pemeriksaan radiografi kembali dilakukan untuk
memastikan tulang union. Jika tidak ada masalah, pasien diperbolehkan untuk melakukan aktivitas
kembali. Jika terdapat delayed union pasien diminta untuk menghindari aktivitas yang berat. Pasien juga
diminta untuk menghindari kegiatan olahraga yang bertabrakan dengan tubuh (hoki, rugby, sepakbola)
12 minggu pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai