Hipohiper Fix
Hipohiper Fix
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit tiroid adalah terutama umum pada wanita-wanita. Sebagai akibatnya,
adalah tidak mengherankan bahwa penyakit tiroid mungkin merumitkan perjalanan
kehamilan. Diperkirakan bahwa 2.5% dari semua wanita-wanita hamil mempunyai
beberapa derajat dari hypothyroidism. Frekuensinya bervariasi diantara populasipopulasi yang berbeda dan negara-negara yang berbeda.
Iodin dari sumber makanan penting dalam proses sintesis pembentukan hormon
tiroid. Dalam beberapa dekade terakhir disebutkan bahwa kelompok risiko tertinggi
kurangnya asupan iodin adalah wanita hamil dan menyusui, serta anak usia kurang
dari 2 tahun yang tidak terimplementasi oleh strategi iodisasi garam universal.
Gangguan fungsi tiroid selama periode reproduksi lebih banyak terjadi pada
wanita, sehingga tidak mengejutkan jika banyak gangguan tiroid ditemukan pada
wanita hamil. (Krasass, dkk. 2010)
Pada kehamilan, penyakit tiroid memiliki karakteristik tersendiri dan
penanganannya
lebih
kompleks
pada
kondisi
tertentu.
Kehamilan
dapat
mempengaruhi perjalanan gangguan tiroid dan sebaliknya penyakit tiroid dapat pula
mempengaruhi kehamilan. (Abalovich, dkk. 2007)
Seorang klinisi hendaknya memahami perubahan-perubahan fisiologis masa
kehamilan dan patofi siologi penyakit tiroid, dapat mengobati secara aman sekaligus
menghindari pengobatan yang tidak perlu selama kehamilan. (Girling J. 2008)
Penyakit tiroid sering terjadi pada usia reproduktif termasuk saat kehamilan.
Kadar hormon tiroid abnormal, baik kurang maupun berlebih, dapat berdampak
buruk bagi ibu hamil dan juga janinnya. Kondisi hipotiroid pada ibu hamil harus
dikoreksi, sedapat mungkin sebelum kehamilan, dengan suplementasi dan asupan
makanan karena merupakan penyebab kerusakan neurologis utama di seluruh dunia.
Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid
itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan
hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam
darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan
sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
1
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rumusan Masalah
Apa definisi hipotiroid dan hipertiroid?
Apa etiologi dari hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Bagaimana patofisiologi hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Apa manifestasi klinis hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Apa saja pemeriksaan diagnostic hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Bagaimana penatalaksanaan hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Apa komplikasi yang mungkin muncul pada hipotiroid dan hipertiroid selama
kehamilan?
8. Bagaimana pathway hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipotiroid dan hipertiroid
selama kehamilan?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan umum :
Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami konsep
teori dan asuhan keperawatan hipotiroid pada ibu hamil.
1.3.2. Tujuan khusus :.
1. Mengetahui dan memahami definisi hipotiroid dan hipertiroid.
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari hipotiroid dan hipertiroid selama
kehamilan.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipotiroid dan hipertiroid selama
kehamilan.
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipotiroid dan hipertiroid selama
kehamilan.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic hipotiroid dan hipertiroid
selama kehamilan.
BAB II
HIPOTIROID
2.1.
2.2.
Definisi hipotiroid
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan
oleh kehilangan hormon tiroid (Baradero,2009).
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid, dengan akibat terjadinya defisiensi
hormon tiroid dalam darah, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon
tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidisme adalah defisiensi aktivitas tiroid. Pada orang dewasa, paling
sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolik basal,
kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila
tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema
hipotiroidisme
hebat
menimbulkan
kretinisme.Pada
remaja,
manifestasinya
merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang
hebat dan hanya gejala ringan bentuk dewasa (Kamus Kedokteran Dorland).
2.3.
Etiologi
a. Hashimotos Tiroiditis
Adalah penyakit autoimun dimana system imun tubuh secara tidak
memadai menyerang jaringan tiroid. Sebagian kondisi ini diperkirakan
mempunyai suatu basis genetik.
b. Lymphoctic Thiroiditis ( yang mungkin terjadi setelah hipertiroid )
Thyiroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan
disebabkan suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu
lymphocyte, kondisinya di rujuk sebagai lymphoctic thiroiditis.
c. Kekurangan Hormon Tiroid
Kebutuhan yodium bagi tubuh relatife sangat kecil, namun tetap harus
terpenuhi. Kelenjar gondok ( tiroidea ) menghasilkan hormon tiroid yang
prosesnya memerlukan unsure yodium. Sealin itu hormon tiroid, kelenjar
gondok menghasilkan hormon pertumbuhan, sebagai pengatur metabolisme
protein, lemak dan masih banyak fungsinya.
Pada ibu hamil jumlah yodium adalah 200 g. dalam keaadan dimana
ibu hamil sudah mengalami gangguan tiroid sebelumnya akibat kekurangan
yodium, maka kehamilan ini berakibat memperberat penyakit gangguan kelenjar
tiroid tersebut.
d. Terapi Radiasi
Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker kepala dan leher dapat
mempengeruhi kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroid.
2.4.
Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid di
awali Hipotalamus membuat thyrotropin releasing hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid
stimulating hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid
mensintesis hormone tiroid (triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin = T4 =
thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi : konsumsi
oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat,
lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan produksi hormon tiroid
menurun adalah penyebab paling umum dari hipotiroidisme. Dalam keadaan
normal, tiroid melepaskan 100-125 nmol tiroksin (T4) sebanyak kebutuhan harian
dan hanya sedikit triiodothyronine (T3). Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari.
T4, prohormon, diubah menjadi T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di jaringan
perifer oleh 5-deiodination.
Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi mempertahankan tingkat T3.
Penurunan produksi T4 penyebab peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar pituitari.
TSH merangsang hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5deiodinase aktivitas. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk melepaskan
lebih banyak T3. Karena semua sel yang aktif secara metabolik memerlukan hormon
tiroid, kekurangan hormon memiliki berbagai efek. Efek sistemik adalah karena baik
derangements dalam proses metabolisme atau efek langsung oleh infiltrasi
myxedematous yaitu, akumulasi glucosaminoglycans dalam jaringan.
Perubahan myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas menurun,
pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan nadi, dan penurunan cardiac
output. Dalam saluran pencernaan, achlorhydria dan penurunan transit di usus
dengan lambung dapat terjadi stasis. Pubertas tertunda, anovulasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan infertilitas yang umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL)
kolesterol dan kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL)
kolesterol yang disebabkan oleh perubahan dalam izin metabolik. Selain itu,
hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin.
2.5.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada ibu :
a. Cepat lelah,
b. Suara serak,
c. Warna kulit menjadi kekuringan terutama daerah periorbital, kulit rasa kering
d. Rambut rontok,
e. Gangguan tidur,
f. Lamban bicara,
g. Mudah lupa,
h. Obstipasi
i. Metabolisme rendah menyebabkan: bradikardia, tak tahan dingin, berat badan
meningkat, & anoreksia.
j. Psikologis: depresi.
k. Reproduksi: oligomenorea, infertil.
Keadaan klinis yang dapat ditentukan adalah gerakan janin yang jarang
yaitu secara subyektif kurang dari 7 x per 20 menit atau secara obyektif dengan
KTG kurang dari 10 x per 20 menit.
Riwayat dan gejala pada bayi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
umur 3 tahun.
e. Aktivitas berkurang, lambat.
f.
g.
h.
i.
Kulit kering.
Miksedema.
Tekanan darah rendah, metabolisme rendah.
Intoleransi terhadap dingin.
2.6.
Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya pemeriksaan hipotiroid, umumnya didapatkan benjolan
(goiter). Hal-hal yang dinilai adalah:
a. Jumlah nodul
: soliter atau multipel
b. Konsistensi
: lunak, kistik, keras, sangat keras
c. Nyeri pada penekanan
: ada/tidak
d. Pembesaran kelnjar getah bening di sekitar tiroid : ada/tidak.
Diagnosa pasti didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium TSHs & T4.
Bila memungkinkan dapat pula dengan T3.
Didapatkan refleks tendon yang menurun. Pada pemeriksaan fisik kulit
terasa kasar, kering, dan dingin. Suara agak serak, lidah tebal, tekanan darah
agak tinggi, kadang-kadang terdengar ronkhi. Refleks fisiologis, daya pikir dan
bicara agak lambat. Sering dijumpai retensi cairan pada jaringan longgar. Pada
kondisi yang berat dapat timbul hipotermi, hipoventilasi, bradikardi, amenorea
dan depresi.
2. Laboratorium
Karakteristik pemeriksaan laboratorium pada hipotiroid adalah :
a. Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar T4
b.
rendah.
Hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH dan T4 bebas yang
tinggi,T3 dalam batas normal.
Untuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak maka
Penatalaksanaan
Levotiroksin adalah terapi pilihan jika status nutrisi iodin tidak adekuat. Wanita
hamil hipotiroid memerlukan dosis tiroksin lebih besar, dan wanita yang sudah
menerima terapi tiroksin sebelum hamil memerlukan peningkatan dosis harian,
biasanya 30-50% di atas dosis sebelum konsepsi. Pengobatan sebaiknya dimulai
dengan dosis 100-150 mikrogram per hari atau 1,7-2,0 mikrogram per kg beratbadan
saat tidak hamil, dengan peningkatan dosis hingga 2,0-2,4 mikrogram per kg
8
beratbadan saat hamil. Kadar serum fT4 dan TSH sebaiknya diukur 1 bulan setelah
mulai terapi. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan kadar fT4 dan
TSH normal selama kehamilan.
Pengukuran TSH dianjurkan pada wanita dengan faktor risiko gangguan fungsi
tiroid, antara lain (Cunningham, 2010):
a. Riwayat hipo atau hipertiroid, PPT (post partum tiroiditis), atau lobektomi tiroid
b. Riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
c. Wanita dengan goiter
d. Memiliki antibodi tiroid
e. Terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada kekurangan dan kelebihan
f.
g.
h.
i.
j.
2.8.
hormone tiroid
Diabetes melitus tipe I
Penyakit autoimun lain
Infertilitas
Riwayat radiasi pada kepala dan leher
Riwayat keguguran atau melahirkan premature
Komplikasi
Wanita hamil yang menderita hipotiroid berpotensi mengalami komplikasi pada
kandungannya seperti kematian janin dalam kandungan, bayi lahir prematur, hipertensi
pada saat hamil, kerusakan plasenta, dan masalah pada bayi yang dilahirkannya. Pada
umumnya, bayi dari wanita hipotiroid terlihat sehat tanpa gangguan fungsi tiroid,
namun pada beberapa penelitian diketahui bahwa bayi yang lahir dari ibu hipotiroid
mempunyai risiko kematian setelah kelahiran yang lebih tinggi. Bayi dari ibu hipotiroid
juga berisiko tinggi mengalami cacat bawaan, memiliki berat badan rendah dan
berkurangnya fungsi intelektual jangka panjang (Norwitz Errol R & Schorge John O.
2008).
10
2.9.
Pathway Hipotiroid
Virus hasimoto
malfungsi hipotalamus
malfungsi hipofisis
Tiroiditis
Disfungsi kelenjar
Hormon tiroid
Hormon tiroid
Tiroid
Hormone tiroid
Hipotiroid
TSH merangsang
terapi penggantian
Kelenjar tiroid
hormone tiroid
Untuk mengekskresi
Kelenjar tiroid
kardiovaskuler
gang. Metabolism
lemak
merangsang
Kurang
pengetahua
n
achlorhydria
motilitas usus
hipotalamus
kontraktilitas
Jantung
fungsi GI
kolesterol dan
gliserida
hipertermi
11
membesar
arteriosklerosis
menekan struktur
disfagia
kekurangan vit.B12
konstipasi
cardiac output
oklusi pembuluh
intake nutrisi
gangguan respirasi
depresi ventilasi
Pola nafas
tidak
efektif
inadekuat
Ketidak
seimbanga
n nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
darah
pembentukan eritrosit
perfusi
tidak optimal
jaringan
suplai darah ke
jaringan
produksi SDM
anemia
kelelahan
Penurunan
curah
jantung
hipoksia
Perbahan
pola
berfikir
Intolerans
i aktifitas
12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
IBU HAMIL DENGAN HIPOTIROID
3.1.
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, status perkawinan, status
pendidikan.
2. Keluhan Utama
Biasanya ibu hamil datang ke rumah sakit dengan keluhan: cepat lelah, suara serak,
sesak nafas, nyeri dada, gangguan tidur, obstipasi, anoreksia, demam, sakit kepala,
oligomenorea.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah ada keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit. Sejak kapan
klien menderita penyakit tersebut. Apakah dulu pernah kena penyakit yang sama
atau tidak, atau penyakit lainnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan klien dan keluarga.apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau tidak.
d. Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan
aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
4. Riwayat Ginekologi
a. Karakteristik menstruasi : siklus teratur
b. Menarche: 10-15 tahun
c. Perdarahan tengah siklus
d. Kontrasepsi: IUD/Pil/Injeksi/Implant
e. Penyakit menular seksual
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan auskultasi :
a. Sistem integument, seperti : kulit dingin dan panas, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut
rontok dan pertumbuhannya rontok.
b. Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia, RR >
20x/menit, penggunaan otot bantu nafas
13
DATA
mengeluh
sesak
Pasien
tampak
(dispnea)
Pasien
sesak
tampak
menggunakan
-
nafas
nafas,
sedikit
mengeluk
cepat
lelah,
darah
(oligomenorea)
DO:
MASALAH
Ketidakefektifan
hormone tiroid
Pola Nafas
gangguan respirasi
depresi ventilasi
DS:
Pasien
ETIOLOGI
penekanan produksi
sesak
dan
haid
hormone tiroid
bradikardi
Penurunan
Curah
Jantung
14
Palpasi:
tubuh
pasien
teraba panas
Takikardi
Kulit tampak
kering,
makan
(anoreksia),
Hipertermi
tiroid
merangsang hipotalamus
hipertermi
Ketidakseimbangan
tiroid
teraba
dingin
dan
terlihat pucat
- Palpasi: nyeri tekan pada
abdomen
- Tampak sariawan
ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh
pada
DS:
Pasien
sesak
Intoleransi Aktivitas
tiroid
15
kelemahan
intoleransi aktivitas
otot.
DO:
-
- RR > 20x/menit
DS:
dan
pasien
juga
tiroid
akloridia
penurunan fungsi GI
daerah abdomen
3.2.
Konstipasi
konstipasi
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi ventilasi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup
akibat brakikardi
3. Hipertermi berhubungan dengan penurunan laju BMR
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfagia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal (peristaltik)
3.3.
Intervensi
No
Diagnosa
NOC
NIC
.
1.
Ketidakefektifan
pola
napas
depresi ventilasi
Tujuan :
b.d Setelah
1. Monitor
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
1x24
jam
respirasi
status O2
2. Identifikasi
memasang
dan
perlunya
alat
bantu
16
napas
3. Monitor
frekuensi
dan
irama
memaksimalkan ventilasi
dispneu 5. Auskultasi suara napas,
dan
catat adanya
6. Monitor TTV
dengan mudah)
7. Monitor adanya sianosis
Menunjukkan jalan
8. Kolaborasi
pemberian
napas yang paten
obat
(hipnotik
dan
(
irama
napas,
sedatif) dengan hati-hati
frekuensi
napas
(mampu
napas,
pernapasan
4. Posiskan pasien untuk
Kriteria Hasil:
-
pola
bernafas
2.
Penurunan
jantung
napas
tambahan)
TTV DBN
TD: 110-120/70-80
mmHg
RR : 16-20x/m
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
curah Tujuan:
b.d Setelah
dilakukan
keperawatan
sekuncup
1x24
brakikardi
akibat selama
diharapkan
jantung efektif
Kriteria hasil:
-
jam
pompa
dan
setelah
status
kardiovaskuler
3. Monitor bunyi jantung
4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5. Monitor suhu, warna,
17
aktivitas,
3.
kelelahan
Tidak ada edema
Hipertermi
b.d Tujuan :
penurunan
laju Setelah
BMR
tidak
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
1x24
disritmia.
1. Monitor TTV
2. Monitor warna dan suhu
kulit
3. Ajarkan pada pasien cara
jam
mencegah
nutrisi
dari
tentang
pengaturan
Kriteria hasil:
dari kedinginan
Selimuti pasien
Tingkatkan intake cairan
Ketidakseimbanga
keletihan
akibat demam
4. Diskusikan
pentingnya
4.
anti
TTV DBN
TD: 110-120/70-80 5.
6.
mmHg
RR : 16-20x/m
7.
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
Tidak pusing
8.
pada
obat antipiretik
1. Kaji kemampuan pasien
Tujuan:
kurang Setelah
kebutuhan tindakan
dan nutrisi
Kompres hangat
dilakukan
untuk
mendapatkan
keperawatan
Kriteria hasil:
-
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan
fungsi
Klien
dan
untuk
pengecapan
-
menelan
Tidak
dari
terjadi
penurunan BB yang
berarti
5.
dilakukan 1. Bantu
klien
tindakan
keperawatan
mengidentifikasi
selama
1x24
jam
diharapakan kebutuhan
ADL terpenuhi
dilakukan
2. Bantu
klien
memenuhi
Kriteria hasil:
-
untuk
kebutuhan
aktivitas sehari-hari
klien
aktivitas sehari-hari
melakukan
(ADLs)
sesuai
secara
tindakan
dengan
mandiri
kemampuan
TTV DBN
TD: 110-120/70-80
klien
mmHg
RR : 16-20x/m
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
-
Berpartisipasi aktif
untuk
kondisi
4. Evaluasi perkembangan
kemampuan
klien
melakukan aktivitas
disertai
peningkatan
6.
RR, Nadi
b.d Setelah
dilakukan 1. Monitor bising usus
Konstipasi
penurunan
TD,
fungsi tindakan
gastrointestinal
selama
(peristaltik)
diharapakan
normal
1x24
jam
BAB 3. Jelaskan
etiologi
rasionalisasi
dan
tindakan
19
terhadap pasien
Kriteria hasil:
-
Bebas
pasien
dan
ketidaknyamanan
dari konstipasi
Feses lunak
Bising usus normal
5-12x/menit
konsistensi feses
6. Anjurkan keluarga dan
pasien diet tinggi serat
7. Anjurkan keluarga dan
pasien pada penggunaan
yang
tepat
dari
obat
pencahar
8. Kolaborasi
pemberian
laksatif
BAB IV
HIPERTIROID
4.1.
Definisi
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu
aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium
radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi
intensitas fungsinya).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang
beredar dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang
20
disebabkan oleh suatu kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja.
Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari
hormon-hormon tiroid atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan
oleh kelenjar tiroid.
Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka
diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher,
dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea)
dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua
sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling
penting adalah thyroxine (T4) triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari
masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi
(contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali
dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah
ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.
4.2.
Etiologi
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan
merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya
adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran
darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
b. Toxic Nodular Goiter
21
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu
tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan
hingga timbul efek samping.
d. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
f. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.
4.3.
Patofisiologi
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon peptid yang
bertanggung jawab untuk produksi progesteron dalam konsentrasi yang adekuat
pada awal kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta
yang sedang berkembang. Konsentrasi hCG meningkat secara dramatis selama
trimester pertama kehamilan dan menurun secara bertahap setelahnya. Secara
struktural, peptide hCG terdiri atas dua rantai, sebuah rantai dan rantai ,
dimana rantai dari hCG identik dengan struktur yang membentuk TSH.
Struktur yang homolog ini menjadikan hCG mampu merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid, namun tidak sekuat TSH.
b. Ekskresi Iodin Selama Kehamilan
Konsentrasi iodine plasma mengalami penurunan selama kehamilan,
akibat peningkatan filtrasi glomerulus (GFR). Peningkatan GFR menyebabkan
meningkatnya pengeluaran iodine lewat ginjal yang berlangsung pada awal
kehamilan. Ini merupakan faktor penyebab turunnya konsentrasi iodine dalam
22
Manifestasi klinis
1. Gangguan kardiopulmoner seperti:
a. Berdebar-debar
b. Tekanan nadi meningkat
c. Kadang-kadang disertai sesak nafas
2. Gangguan gastrointestinal
23
Komplikasi
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar
Infeksi
Pembedahan
Stress
Diabetes yang kurang terkendali
Ketakutan
Kehamilan atau persalinan
24
25
Kadar
tiroglobulin
meningkat
pada
karsinoma
tiroid,
mengukur
iodium-radioaktif
merupakan
pemeriksaan
sederhana
dan
26
digerakkan kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat pencetak merekam suatu
tanda ketika telah tercapai suatu jumlah hitungan yang ditentukan sebelumnya.
Teknik ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukan lokasi
radioaktivitas di daerah yang dipindai. Meskipun I 131 merupakan isotop yang
paling sering digunakan, beberapa isotop iodium lainnya yang mencakup Tc9m
(sodium pertechnetate) dan isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum)
digunakan dibeberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya
memungkinkan untuk pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk
dan fungsi anatomic kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak
substernal atau berukuran besar.
Identifikasi daerah yang mengalami peningkatan fungsi (hot area) atau
penurunan fungsi (cold area) dapat membantu dalam menegakkan diagnosis
Meskipun sebagian besar daerah yang mengalami penurunan fungsi tidak
menunjukkan kelainan malignitas, defisiensi fungsi akan meningkatnya
kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya terdapat satu daerah
yang tidak berfungsi. Pemindaian terhadap keseluruhan tubuh (whole body CT
scan) yang diperlukan untuk memperoleh profil seluruh tubuh dapat dilakukan
untuk mencari metastasis malignitas pada kelenjar tiroid yang masih berfungsi.
9. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid
padatiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan
kelainankistik. Tetapi kelainan kistik pun dapat disebabkan keganasan
meskipun kemungkinannya lebih kecil.
Pemeriksaan radiologik di daerah leher Karsinoma tiroid kadang-kadang
disertai perkapuran. Ini sebagai tanda yangboleh dipegang.
4.7. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalamigejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai
berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 600 mg/hari, dosis maksimal
2.000 mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
27
6) Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi
gejala-gejala hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid
2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b. Tiroidektomi
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
4.8.
Terapi
1. Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil
tio urasil (PTU), karbimazol.
2. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau
pasien yang hipertiroid-nya kambuh setelah operasi.
3. Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak
bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil
(trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium
radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam
waktu 1 tahun.
28
4.9.
Pathway
Tiroiditis
Penyakit graves,
reseptor TSH
merangsang
aktivasi tiroid
Nodul tiroid
toksik
Sekresi hormone
tiroid berlebihan
Peningkatan
nafsu makan
Hipertirodis
me
Hipermetabolis
me
Merangsang
hipotalamus
Penurunan BB
Pembengka
kan pada
leher
Menekan
syaraf di
area leher
Peningkatan
suhu tubuh
Merangsang
keluarnya
mediator
Mengenai
MK: Nyeri
kimia
reseptor
akut
nyeri
Aktivitas
simpatik yang
berlebih
Perubahan
konduksi listrik
Beban kerja
jantung
29
menurun
MK:
Aritmia,
Penurunan
takikardi
MK :
Ketidakseim
bangan
Nutrisi
Kurang dari
MK:
Hipertermi
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL HIPERTIROID
5.1.
Pengkajian.
1. Identitas
Nama, tempat tanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, status perkawinan, status
pendidikan
2. Keluhan Utama
Pasien hipertiroidisme biasanya mengeluh hilangnya konsentrasi, lemas, cemas,
dan emosi yang labil, tremor, intoleransi panas, keringat berlebih, palpitasi, dan
defekasi berlebihan
3. Riwayat Kesehatan
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal: nyeri pada leher karena pembesaran pada leher
Timbulnya Gejala: nyeri timbul sewaktu-waktu, biasanya lebih nyeri saat
digunakan beraktifitas
1. Riwayat Obsetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche usia: 13 tahun
siklus: 30 hari
lamanya: 7 hari
HPHT: 9 / 7 / 2010
Kontrasepsi: Pil/IUD/Injeksi/Implant
30
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: lemah
b. Kesadaran: Composmentis
c. TTV:
TD > 120/80mmHg,
HR:> 80 x/menit,
RR : > 20x/menit,
S : >37,5C
d. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Insomnia, sensitivitas meningkat ; Otot lemah, gangguan koordinasi ;
Kelelahan berat
Tanda : Atrofi Otot
e. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada ( angina )
Tanda : Disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop, murmur ; Peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ; Sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis )
f. Integritas Ego
Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda : Emosi labil ( euforia sedang sampai delirium ), depresi
3. Pemeriksaan Per Sistem
a. Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan
meningkat,dipneu,dipsneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali,
leher membesar
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak sentak,
hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
rasa lemah, kelelahan
31
Analisa Data
NO
1
DATA
DS :
Klien mengatakan lemas
ETIOLOGI
PROBLEM
Aktivitas simpatik Penurunan curah
yang berlebih
jantung
Perubahan
DO :
konduksi listrik
Beban kerja
jantung menurun
Aritmia,
takikardi
Penurunan curah
HR:> 80 x/menit,
jantung
RR : > 20x/menit,
S : >37,5C
Pasien terlihat selalu berkeringat
DS :
Pasien mengatakan nyeri di leher
anterior
DO:
Tampak adanya pembesaran leher
TTV
TD > 120/80mmHg,
Pembengkakan
pada leher
Menekan syaraf di
area leher
Merangsang
HR:> 80 x/menit,
keluarnya
RR : > 20x/menit,
mediator kimia
S : >37,5C
Nyeri akut
32
Mengenai reseptor
nyeri
Nyeri akut
Hipermetabolisme Hipertermi
DO :
-TTV
Merangsang
S : >37,5 C,
hipotalamus
RR : >20x/mnt,
HR : >80 x/mnt
Peningkatan suhu
tubuh
DS:
Ketidakseimbangan
kebutuhan tubuh
Peningkatan nafsu
makan
Hipermetabolisme
Penurunan BB
Peningakatan T3 dan T4
Membrane mukosa pucat
5.2.
1)
2)
3)
4)
Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja jantung
Nyeri akut b.d pembengkakan pada leher
Hipertermi b.d Hipermetabolisme
Ketidakseimbangan nutirsi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme
33
5.3.
Intervensi Keperawatan
Dx
Penurunan
jantung
NOC
curah Tujuan:
b.d Setelah
NIC
9. Monitor
dilakukan
TTV
sebelum,
tindakan
pernapasan
13. Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
14. Anjurkan untuk menurunkan
TTV DBN
stress
TD: 110-120/70-80 mmHg
15. Atur periode latihan dan
RR : 16-20x/m
istirahat untuk menghindari
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
kelemahan
Dapat
mentoleransi
16. Kolaborasi
dalam:
aktivitas, tidak kelelahan
pemeriksaan serial ECG, foto
Tidak ada edema
thorax,
pemberian
obatobatan anti disritmia.
Nyeri
akut
b.d Tujuan:
34
RR : (N 16-20 x/mnt)
TD : (N 110/70 - 120/80
mmhg)
Hipertermi
b.d Tujuan :
Hipermetabolisme
9. Monitor TTV
10. Monitor warna dan suhu kulit
Setelah dilakukan tindakan
11. Ajarkan pada pasien cara
keperawatan selama 1x24 jam
mencegah keletihan akibat
diharapakan
suhu
tubuh
demam
kembali normal
12. Diskusikan
tentang
pentingnya pengaturan suhu
Kriteria hasil:
dan
TTV DBN
TD: 110-120/70-80 mmHg
RR : 16-20x/m
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
efek
negative
dari
kedinginan
13. Selimuti pasien
14. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
15. Kompres hangat pada aksila
dan lipatan paha
16. Kolaborasi pemberian obat
antipiretik
Ketidakseimbangan
Tujuan:
9. Kaji
dilakukan
tindakan
untuk
kemampuan
pasien
mendapatkan
nutrisi
diharapakan
intake
yang dibutuhkan
10. BB pasien DBN
nutrisi
11. Monitor kalori dan intake
adekuat
nutrisi
12. Berikan
Kriteria hasil:
-
Mampu
kebutuhan nutrisi
Tidak
ada
tanda-tanda
malnutrisi
Menunjukkan
fungsi
menelan
mengidentifikasi
peningkatan
pengecapan
dari
informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
13. Berikan
makanan
terpilih
(sudah
yang
konsultasi
menentukan
jumlah
35
kalori
dan
nutrisi
yang berarti
dibutuhkan pasien
BAB VI
PENUTUP
6.1.
Kesimpulan
Hipotiroidisme pada kehamilan berkaitan erat dengan perkembangan otak janin.
Hal ini karena sebelum dilahirkan bayi sangat bergantung pada hormon tiroid dari
ibunya sebelum kelenjar tiroid bayi dapat berfungsi. Karenanya kehamilan dengan
hipotiroid dapat berakibat terjadinya retardasi mental. Pada ibu sendiri, hipotiroid
meningkatkan kerja kelenjar tiroid. Sementara suplai yodium tidak mencukupi,
maka terjadi hiperplasia kelenjar berulang. Akibatnya dapat timbul goiter atau
struma nodulus dengan manifestasi berupa benjolan pada daerah leher (gondok).
Manifestasi klinis dari hipotiroidisme seperti metabolisme menurun, obstipasi, lesu,
36
yang
6.2.
Saran
Melihat dari kasus kelainan hipotiroid pada ibu hamil, maka diharapkan para
tenaga medis dan perawat harus lebih professional dan berpengalaman dalam
mengkaji seluruh sistem metabolism yang mungkin terganggu karena adanya
kelainan pada kelenjar tiroid. Karena penanganan dan pengkajian yang tepat akan
menentukan penatalaksanaan pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan
kelenjar tiroid.
37
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EKG
FKUI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Abalovich M, Amino N, Barbour LA, Cobin RH, Leslie J, Glinoer D, et al. 2007.
Management of Thyroid Dysfunction during Pregnancy and Postpartum. J.
Endocrinol. Metabolism.; 92(8): S1-S47
J, Girling. 2008. Thyroid Disease in Pregnancy. Royal College of Obstetrician and
Gynecologist.;10:237-243.
Haldiman M, Alt A, Blanc A, Blondeau K. 2004. Iodine Content of Food
Groups:descriptive statistics and analysis variance. Swiss Federal Offi ce of
Pubic Health.
Colborn T. 2004. Neurodevelopmental and Endocrine Disruption. Environmental
Health Perspective.;112:944-949
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD, eds.
Williams Obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p.1126-1135.
Levine RJ, Vatten LJ, Horowitz GL, Qian C, Romundstad PR, Yu KF, et al. 2009. Preeclampsia, soluble fms-like tyrosine kinase 1, and the risk of reduced thyroid
function: nested case-control and population based study. BMJ. 339:b4336
Norwitz Errol R & Schorge John O. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi
ke-2
Nurarif,Amin H.dkk.2013. Panduan Penyusunan Askep Profesional : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:
Mediaction
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit II.
Ed. 6, Cet. 1 : Jil. II Jakarta: EGC.
Barbara, C. Long.2006. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran:
Bandung
38
39
40