Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Penyakit tiroid adalah terutama umum pada wanita-wanita. Sebagai akibatnya,
adalah tidak mengherankan bahwa penyakit tiroid mungkin merumitkan perjalanan
kehamilan. Diperkirakan bahwa 2.5% dari semua wanita-wanita hamil mempunyai
beberapa derajat dari hypothyroidism. Frekuensinya bervariasi diantara populasipopulasi yang berbeda dan negara-negara yang berbeda.
Iodin dari sumber makanan penting dalam proses sintesis pembentukan hormon
tiroid. Dalam beberapa dekade terakhir disebutkan bahwa kelompok risiko tertinggi
kurangnya asupan iodin adalah wanita hamil dan menyusui, serta anak usia kurang
dari 2 tahun yang tidak terimplementasi oleh strategi iodisasi garam universal.
Gangguan fungsi tiroid selama periode reproduksi lebih banyak terjadi pada
wanita, sehingga tidak mengejutkan jika banyak gangguan tiroid ditemukan pada
wanita hamil. (Krasass, dkk. 2010)
Pada kehamilan, penyakit tiroid memiliki karakteristik tersendiri dan
penanganannya

lebih

kompleks

pada

kondisi

tertentu.

Kehamilan

dapat

mempengaruhi perjalanan gangguan tiroid dan sebaliknya penyakit tiroid dapat pula
mempengaruhi kehamilan. (Abalovich, dkk. 2007)
Seorang klinisi hendaknya memahami perubahan-perubahan fisiologis masa
kehamilan dan patofi siologi penyakit tiroid, dapat mengobati secara aman sekaligus
menghindari pengobatan yang tidak perlu selama kehamilan. (Girling J. 2008)
Penyakit tiroid sering terjadi pada usia reproduktif termasuk saat kehamilan.
Kadar hormon tiroid abnormal, baik kurang maupun berlebih, dapat berdampak
buruk bagi ibu hamil dan juga janinnya. Kondisi hipotiroid pada ibu hamil harus
dikoreksi, sedapat mungkin sebelum kehamilan, dengan suplementasi dan asupan
makanan karena merupakan penyebab kerusakan neurologis utama di seluruh dunia.
Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid
itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan
hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam
darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan
sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
1

Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing


hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan
thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal
ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari
yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon
tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada
hipertiroid.Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rumusan Masalah
Apa definisi hipotiroid dan hipertiroid?
Apa etiologi dari hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Bagaimana patofisiologi hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Apa manifestasi klinis hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Apa saja pemeriksaan diagnostic hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Bagaimana penatalaksanaan hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
Apa komplikasi yang mungkin muncul pada hipotiroid dan hipertiroid selama

kehamilan?
8. Bagaimana pathway hipotiroid dan hipertiroid selama kehamilan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipotiroid dan hipertiroid
selama kehamilan?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan umum :
Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami konsep
teori dan asuhan keperawatan hipotiroid pada ibu hamil.
1.3.2. Tujuan khusus :.
1. Mengetahui dan memahami definisi hipotiroid dan hipertiroid.
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari hipotiroid dan hipertiroid selama
kehamilan.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipotiroid dan hipertiroid selama
kehamilan.
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipotiroid dan hipertiroid selama
kehamilan.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic hipotiroid dan hipertiroid
selama kehamilan.

6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipotiroid dan hipertiroid selama


kehamilan.
7. Mengetahui dan memahami komplikasi yang mungkin muncul pada hipotiroid
dan hipertiroid selama kehamilan.
8. Mengetahui dan memahami web of caution hipotiroid dan hipertiroid pada
kehamilan
9. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipotiroid
dan hipertiroid selama kehamilan.

BAB II
HIPOTIROID
2.1.

Fisiologi hormon tiroid pada kehamilan


Pada janin iodin disuplai melalui plasenta. Saat awal gestasi, janin bergantung
sepenuhnya pada hormon tiroid (tiroksin) ibu yang melewati plasenta karena fungsi
tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-14 minggu kehamilan. Tiroksin dari ibu
terikat pada reseptor sel-sel otak janin, kemudian diubah secara intraseluler menjadi
fT3 yang merupakan proses penting bagi perkembangan otak janin bahkan setelah
produksi hormon tiroid janin, janin masih bergantung pada hormon-hormon tiroid

ibu, asalkan asupan iodin ibu adekuat (Henrich J. 2010).


Empat perubahan penting selama kehamilan (Girling J. 2008) :
1. Waktu paruh tiroksin yang terikat globulin bertambah dari 15 menit menjadi 3
hari dan konsentrasinya menjadi 3 kali lipat saat usia gestasi 20 minggu akibat
glikosilasi estrogen.
2. Hormon hCG dan TSH memiliki reseptor dan subunit alpha yang sama. Pada
trimester pertama, sindrom kelebihan hormon bisa muncul, hCG menstimulasi
reseptor TSH dan memberi gambaran biomekanik hipertiroid. Hal ini sering
terjadi pada kehamilan multipel, penyakit trofoblastik dan hiperemesis
gravidarum, dimana konsentrasi hCG total dan subtipe tirotropik meningkat.
3. Peningkatan laju filtrasi glomerulus dan peningkatan uptake iodin ke dalam
kelenjar tiroid yang dikendalikan oleh peningkatan konsentrasi tiroksin total
dapat menyebabkan atau memperburuk keadaan defi siensi iodin.
4. Tiga hormon deiodinase mengontrol metabolisme T4 menjadi fT3 yang lebih
aktif dan pemecahannya menjadi komponen inaktif. Konsentrasi deiodinase III
meningkat di plasenta dengan adanya kehamilan, melepaskan iodin jika perlu
untuk transport ke janin, dan jika mungkin berperan dalam penurunan transfer
tiroksin.

2.2.

Definisi hipotiroid
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan
oleh kehilangan hormon tiroid (Baradero,2009).
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid, dengan akibat terjadinya defisiensi
hormon tiroid dalam darah, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon
tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidisme adalah defisiensi aktivitas tiroid. Pada orang dewasa, paling
sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolik basal,
kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila
tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema
hipotiroidisme

hebat

menimbulkan

kretinisme.Pada

nyata. Pada bayi,

remaja,

manifestasinya

merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang
hebat dan hanya gejala ringan bentuk dewasa (Kamus Kedokteran Dorland).
2.3.

Etiologi
a. Hashimotos Tiroiditis
Adalah penyakit autoimun dimana system imun tubuh secara tidak
memadai menyerang jaringan tiroid. Sebagian kondisi ini diperkirakan
mempunyai suatu basis genetik.
b. Lymphoctic Thiroiditis ( yang mungkin terjadi setelah hipertiroid )
Thyiroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan
disebabkan suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu
lymphocyte, kondisinya di rujuk sebagai lymphoctic thiroiditis.
c. Kekurangan Hormon Tiroid
Kebutuhan yodium bagi tubuh relatife sangat kecil, namun tetap harus
terpenuhi. Kelenjar gondok ( tiroidea ) menghasilkan hormon tiroid yang
prosesnya memerlukan unsure yodium. Sealin itu hormon tiroid, kelenjar
gondok menghasilkan hormon pertumbuhan, sebagai pengatur metabolisme
protein, lemak dan masih banyak fungsinya.
Pada ibu hamil jumlah yodium adalah 200 g. dalam keaadan dimana
ibu hamil sudah mengalami gangguan tiroid sebelumnya akibat kekurangan
yodium, maka kehamilan ini berakibat memperberat penyakit gangguan kelenjar
tiroid tersebut.
d. Terapi Radiasi
Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker kepala dan leher dapat
mempengeruhi kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroid.

2.4.

Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid di
awali Hipotalamus membuat thyrotropin releasing hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (thyroid
stimulating hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid
mensintesis hormone tiroid (triiodothyronin = T3 dan tetraiodothyronin = T4 =
thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi : konsumsi
oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat,
lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Penyakit lokal dari kelenjar tiroid yang menghasilkan produksi hormon tiroid
menurun adalah penyebab paling umum dari hipotiroidisme. Dalam keadaan
normal, tiroid melepaskan 100-125 nmol tiroksin (T4) sebanyak kebutuhan harian
dan hanya sedikit triiodothyronine (T3). Waktu paruh T4 adalah sekitar 7-10 hari.
T4, prohormon, diubah menjadi T3, bentuk aktif dari hormon tiroid, di jaringan
perifer oleh 5-deiodination.
Pada awal proses penyakit, mekanisme kompensasi mempertahankan tingkat T3.
Penurunan produksi T4 penyebab peningkatan sekresi TSH oleh kelenjar pituitari.
TSH merangsang hipertrofi dan hiperplasia kelenjar tiroid dan tiroid T4-5deiodinase aktivitas. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan tiroid untuk melepaskan
lebih banyak T3. Karena semua sel yang aktif secara metabolik memerlukan hormon
tiroid, kekurangan hormon memiliki berbagai efek. Efek sistemik adalah karena baik
derangements dalam proses metabolisme atau efek langsung oleh infiltrasi
myxedematous yaitu, akumulasi glucosaminoglycans dalam jaringan.
Perubahan myxedematous dalam hasil jantung pada kontraktilitas menurun,
pembesaran jantung, efusi perikardial, penurunan nadi, dan penurunan cardiac
output. Dalam saluran pencernaan, achlorhydria dan penurunan transit di usus
dengan lambung dapat terjadi stasis. Pubertas tertunda, anovulasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan infertilitas yang umum. Penurunan tiroid efek hormon dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan low-density lipoprotein (LDL)
kolesterol dan kemungkinan perubahan dalam high-density lipoprotein (HDL)
kolesterol yang disebabkan oleh perubahan dalam izin metabolik. Selain itu,
hipotiroidisme dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin.

2.5.

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada ibu :
a. Cepat lelah,
b. Suara serak,
c. Warna kulit menjadi kekuringan terutama daerah periorbital, kulit rasa kering
d. Rambut rontok,
e. Gangguan tidur,
f. Lamban bicara,
g. Mudah lupa,
h. Obstipasi
i. Metabolisme rendah menyebabkan: bradikardia, tak tahan dingin, berat badan
meningkat, & anoreksia.
j. Psikologis: depresi.
k. Reproduksi: oligomenorea, infertil.
Keadaan klinis yang dapat ditentukan adalah gerakan janin yang jarang
yaitu secara subyektif kurang dari 7 x per 20 menit atau secara obyektif dengan
KTG kurang dari 10 x per 20 menit.
Riwayat dan gejala pada bayi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

Fontanella mayor yang lebar dan fontanella posterior yang terbuka.


Suhu rektal < 35,5C dalam 0-45 jam pasca lahir.
Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu.
Suara besar dan parau.
Hernia umbilikalis.
Riwayat ikterus lebih dari 3 hari.
Miksedema.
Makroglosi.
Riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari).
Kulit kering, dingin, dan motling (berbercak-bercak)
Letargi tampak lemah
Sukar minum.
Bradikardia denyut jantung melambat kurang dari 100/menit.
Otot menjadi lemah
Denyut nadi melambat
Berat badan turun
Gemetar
Lelah

Gejala pada anak besar :


a.
b.
c.
d.

Dengan goiter maupun tanpa goiter.


Gangguan pertumbuhan (kerdil).
Gangguan perkembangan motorik, mental, gigi, tulang, dan pubertas.
Ganguan perkembangan mental permanen terutama bila onset terjadi sebelum

umur 3 tahun.
e. Aktivitas berkurang, lambat.

f.
g.
h.
i.

Kulit kering.
Miksedema.
Tekanan darah rendah, metabolisme rendah.
Intoleransi terhadap dingin.

2.6.

Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya pemeriksaan hipotiroid, umumnya didapatkan benjolan
(goiter). Hal-hal yang dinilai adalah:
a. Jumlah nodul
: soliter atau multipel
b. Konsistensi
: lunak, kistik, keras, sangat keras
c. Nyeri pada penekanan
: ada/tidak
d. Pembesaran kelnjar getah bening di sekitar tiroid : ada/tidak.
Diagnosa pasti didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium TSHs & T4.
Bila memungkinkan dapat pula dengan T3.
Didapatkan refleks tendon yang menurun. Pada pemeriksaan fisik kulit
terasa kasar, kering, dan dingin. Suara agak serak, lidah tebal, tekanan darah
agak tinggi, kadang-kadang terdengar ronkhi. Refleks fisiologis, daya pikir dan
bicara agak lambat. Sering dijumpai retensi cairan pada jaringan longgar. Pada
kondisi yang berat dapat timbul hipotermi, hipoventilasi, bradikardi, amenorea
dan depresi.
2. Laboratorium
Karakteristik pemeriksaan laboratorium pada hipotiroid adalah :
a. Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar T4
b.

rendah.
Hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH dan T4 bebas yang
tinggi,T3 dalam batas normal.
Untuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak maka

perlu dilakukan skrining laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan


TSHs dan anti TPO.
2.7.

Penatalaksanaan
Levotiroksin adalah terapi pilihan jika status nutrisi iodin tidak adekuat. Wanita
hamil hipotiroid memerlukan dosis tiroksin lebih besar, dan wanita yang sudah
menerima terapi tiroksin sebelum hamil memerlukan peningkatan dosis harian,
biasanya 30-50% di atas dosis sebelum konsepsi. Pengobatan sebaiknya dimulai
dengan dosis 100-150 mikrogram per hari atau 1,7-2,0 mikrogram per kg beratbadan
saat tidak hamil, dengan peningkatan dosis hingga 2,0-2,4 mikrogram per kg
8

beratbadan saat hamil. Kadar serum fT4 dan TSH sebaiknya diukur 1 bulan setelah
mulai terapi. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan kadar fT4 dan
TSH normal selama kehamilan.
Pengukuran TSH dianjurkan pada wanita dengan faktor risiko gangguan fungsi
tiroid, antara lain (Cunningham, 2010):
a. Riwayat hipo atau hipertiroid, PPT (post partum tiroiditis), atau lobektomi tiroid
b. Riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
c. Wanita dengan goiter
d. Memiliki antibodi tiroid
e. Terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada kekurangan dan kelebihan
f.
g.
h.
i.
j.
2.8.

hormone tiroid
Diabetes melitus tipe I
Penyakit autoimun lain
Infertilitas
Riwayat radiasi pada kepala dan leher
Riwayat keguguran atau melahirkan premature
Komplikasi
Wanita hamil yang menderita hipotiroid berpotensi mengalami komplikasi pada

kandungannya seperti kematian janin dalam kandungan, bayi lahir prematur, hipertensi
pada saat hamil, kerusakan plasenta, dan masalah pada bayi yang dilahirkannya. Pada
umumnya, bayi dari wanita hipotiroid terlihat sehat tanpa gangguan fungsi tiroid,
namun pada beberapa penelitian diketahui bahwa bayi yang lahir dari ibu hipotiroid
mempunyai risiko kematian setelah kelahiran yang lebih tinggi. Bayi dari ibu hipotiroid
juga berisiko tinggi mengalami cacat bawaan, memiliki berat badan rendah dan
berkurangnya fungsi intelektual jangka panjang (Norwitz Errol R & Schorge John O.
2008).

10

2.9.

Pathway Hipotiroid

Virus hasimoto

malfungsi hipotalamus

malfungsi hipofisis

Tiroiditis

TRH dan TSH

TRH dan TSH

Disfungsi kelenjar

Hormon tiroid

Hormon tiroid

Tiroid

TRH dan TSH

Hormone tiroid

Hipotiroid

TSH merangsang

terapi penggantian

Kelenjar tiroid

hormone tiroid

Untuk mengekskresi

Kelenjar tiroid

laju BMR lambat

kardiovaskuler

gang. Metabolism
lemak

merangsang
Kurang
pengetahua
n

achlorhydria

motilitas usus

hipotalamus

kontraktilitas
Jantung

fungsi GI

kolesterol dan
gliserida

hipertermi
11

membesar
arteriosklerosis
menekan struktur

disfagia

leher dan dada

kekurangan vit.B12

konstipasi

cardiac output

dan asam folat

oklusi pembuluh

intake nutrisi
gangguan respirasi

depresi ventilasi

Pola nafas
tidak
efektif

inadekuat

Ketidak
seimbanga
n nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh

darah
pembentukan eritrosit

perfusi

tidak optimal

jaringan

suplai darah ke
jaringan

produksi SDM

anemia

kelelahan

Penurunan
curah
jantung

hipoksia

Perbahan
pola
berfikir

Intolerans
i aktifitas

12

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
IBU HAMIL DENGAN HIPOTIROID
3.1.
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, status perkawinan, status
pendidikan.
2. Keluhan Utama
Biasanya ibu hamil datang ke rumah sakit dengan keluhan: cepat lelah, suara serak,
sesak nafas, nyeri dada, gangguan tidur, obstipasi, anoreksia, demam, sakit kepala,
oligomenorea.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah ada keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit. Sejak kapan
klien menderita penyakit tersebut. Apakah dulu pernah kena penyakit yang sama
atau tidak, atau penyakit lainnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan klien dan keluarga.apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau tidak.
d. Riwayat psiko-sosio
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan
aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
4. Riwayat Ginekologi
a. Karakteristik menstruasi : siklus teratur
b. Menarche: 10-15 tahun
c. Perdarahan tengah siklus
d. Kontrasepsi: IUD/Pil/Injeksi/Implant
e. Penyakit menular seksual
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan auskultasi :
a. Sistem integument, seperti : kulit dingin dan panas, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut
rontok dan pertumbuhannya rontok.
b. Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia, RR >
20x/menit, penggunaan otot bantu nafas
13

c. Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,


toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi (TD < 100/70 mmHg), distensi
vena jugularis, takikardia.
d. Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, peningkatan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
e. Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, edema ekstremitas, kontraksi dan
relaksasi otot yang melambat.
f. Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran,
penurunan refleks tendon.
g. Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi
abdomen, sariawan pada rongga mulut, berat badan turun 20% dari BBI
h. Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang
percaya diri, dan bahkan maniak.
Analisa Data
NO.
1
DS:
Pasien

DATA
mengeluh

sesak

nafas, cepat lelah, suara


serak dan nyeri dada.
DO:
-

Pasien

tampak

(dispnea)
Pasien

sesak
tampak

menggunakan
-

nafas

cuping hidung dan bahu


RR: > 20x/menit

nafas,
sedikit

mengeluk
cepat

lelah,

darah

(oligomenorea)
DO:

MASALAH
Ketidakefektifan

hormone tiroid

tsh merangsang kelenjar

Pola Nafas

tiroid untuk mensekresi

kelenjar tiroid membesar

menekan struktur di leher

gangguan respirasi

depresi ventilasi

ketidakefektifan pola nafas


penekanan produksi

DS:
Pasien

ETIOLOGI
penekanan produksi

sesak
dan
haid

hormone tiroid

bradikardi

penurunan volume sekuncup

penurunan curah jantung

Penurunan

Curah

Jantung

14

- Pasien tampak dispnea dan


letih
- Pasien tampak edema pada
ekstremitas
- Bradikardi (N < 60x/menit)
- Hipotensi (TD < 100/70
mmHg)
- Distensi vena jugularis.
3
DS:

penekanan produksi hormon

Pasien mengeluh cepat lelah,


demam, dan sakit kepala
DO:

Palpasi:

tubuh

pasien

teraba panas
Takikardi
Kulit tampak

bersisik dan menebal


Kuku tampak menebal
Rambut tampak kering,

kering,

kasar, dan rontok


- Suhu 380C/axilla
DS:
Pasien mengatakan tidak ada
nafsu

makan

(anoreksia),

Hipertermi

tiroid

laju bmr lambat

nutrisi tubuh kurang

merangsang hipotalamus

suhu tubuh meningkat

hipertermi

penekanan produksi hormon

Ketidakseimbangan

tiroid

laju bmr lambat

Nutrisi: Kurang dari


Kebutuhan Tubuh

cepat lelah, nyeri abdomen.


DO:
- Kulit

teraba

dingin

dan

terlihat pucat
- Palpasi: nyeri tekan pada
abdomen
- Tampak sariawan

nutrisi tubuh kurang

ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh

pada

rongga mulut pasien


- Berat badan pasien turun
20% dari BBI
5

DS:
Pasien

penekanan produksi hormon


mengeluh

sesak

nafas, cepat lelah, nyeri

Intoleransi Aktivitas

tiroid

15

dada, sakit kepala dan nyeri

laju bmr lambat

nutrisi tubuh kurang

energi tidak terbentuk

kelemahan

intoleransi aktivitas

otot.
DO:
-

Pasien tampak letih/lelah


Bradikardia
Pasien tampak pucat
Palpasi: Nyeri tekan
pada otot betis

- RR > 20x/menit
DS:

penekanan produksi hormon

Pasien mengatakan fesesnya


keras

dan

pasien

juga

mengeluh nyeri pada bagian


perut.
DO:
-

Fesesnya tampak keras


Palpasi: nyeri tekan pada

tiroid

laju bmr lambat

akloridia

penurunan motilitas usus

penurunan fungsi GI

daerah abdomen
3.2.

Konstipasi

konstipasi

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi ventilasi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup
akibat brakikardi
3. Hipertermi berhubungan dengan penurunan laju BMR
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
disfagia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal (peristaltik)

3.3.

Intervensi

No

Diagnosa

NOC

NIC

.
1.

Ketidakefektifan
pola

napas

depresi ventilasi

Tujuan :

b.d Setelah

1. Monitor
dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

1x24

jam

respirasi

status O2
2. Identifikasi
memasang

dan

perlunya
alat

bantu

16

diharapkan pola napas


efektif

napas
3. Monitor
frekuensi

dan

irama

Tidak ada sianosis

memaksimalkan ventilasi
dispneu 5. Auskultasi suara napas,

dan

catat adanya
6. Monitor TTV
dengan mudah)
7. Monitor adanya sianosis
Menunjukkan jalan
8. Kolaborasi
pemberian
napas yang paten
obat
(hipnotik
dan
(
irama
napas,
sedatif) dengan hati-hati
frekuensi
napas
(mampu

napas,

pernapasan
4. Posiskan pasien untuk

Kriteria Hasil:
-

pola

bernafas

normal, tidak ada


suara
-

2.

Penurunan
jantung

napas

tambahan)
TTV DBN
TD: 110-120/70-80

mmHg
RR : 16-20x/m
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
curah Tujuan:
b.d Setelah

dilakukan

perubahan volume tindakan

keperawatan

sekuncup

1x24

brakikardi

akibat selama
diharapkan

jantung efektif
Kriteria hasil:
-

jam
pompa

1. Monitor TTV sebelum,


selam,
aktivitas
2. Monitor

dan

setelah
status

kardiovaskuler
3. Monitor bunyi jantung
4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5. Monitor suhu, warna,

dan kelembapan kulit


TTV DBN
6. Anjurkan
untuk
TD: 110-120/70-80
menurunkan stress
mmHg
7. Atur periode latihan dan
RR : 16-20x/m
istirahat
untuk
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
menghindari kelemahan
Dapat mentoleransi
8. Kolaborasi
dalam:

17

aktivitas,
3.

pemeriksaan serial ECG,

kelelahan
Tidak ada edema

Hipertermi

b.d Tujuan :

penurunan

laju Setelah

BMR

tidak

foto thorax, pemberian


obat-obatan

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

1x24

disritmia.
1. Monitor TTV
2. Monitor warna dan suhu
kulit
3. Ajarkan pada pasien cara

jam

diharapakan suhu tubuh


kembali normal

mencegah

nutrisi

dari

tentang
pengaturan

Kriteria hasil:

suhu dan efek negative

dari kedinginan
Selimuti pasien
Tingkatkan intake cairan

Ketidakseimbanga

keletihan

akibat demam
4. Diskusikan
pentingnya

4.

anti

TTV DBN
TD: 110-120/70-80 5.
6.
mmHg
RR : 16-20x/m
7.
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
Tidak pusing
8.

pada

aksila dan lipatan paha


Kolaborasi
pemberian

obat antipiretik
1. Kaji kemampuan pasien

Tujuan:

kurang Setelah

kebutuhan tindakan

dan nutrisi
Kompres hangat

dilakukan

untuk

mendapatkan

keperawatan

nutrisi yang dibutuhkan


2. BB pasien DBN
tubuh berhubungan selama
1x24
jam
3. Monitor kalori dan intake
dengan disfagia
diharapakan
intake
nutrisi
nutrisi adekuat
4. Berikan
informasi
tentang kebutuhan nutrisi
5. Berikan makanan yang

Kriteria hasil:
-

terpilih (sudah konsultasi

Mampu
mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan

fungsi

dengan ahli gizi)


6. Monitor
mual
muntah
7. Anjurkan

Klien

dan
untuk

diet tinggi kalori, tinggi


protein.
8. Kolaborasi dengan ahli
18

pengecapan
-

menelan
Tidak

dari

gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan nutrisi

terjadi

yang dibutuhkan pasien

penurunan BB yang
berarti

5.

Intoleransi aktivitas Setelah


b.d kelelahan

dilakukan 1. Bantu

klien

tindakan

keperawatan

mengidentifikasi

selama

1x24

aktivitas yang mampu

jam

diharapakan kebutuhan
ADL terpenuhi

dilakukan
2. Bantu

klien

memenuhi
Kriteria hasil:
-

untuk

kebutuhan

aktivitas sehari-hari

Mampu melakukan 3. Bantu

klien

aktivitas sehari-hari

melakukan

(ADLs)

sesuai

secara

tindakan
dengan

mandiri

kemampuan

TTV DBN
TD: 110-120/70-80

klien

mmHg
RR : 16-20x/m
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
-

Sirkulasi status baik

Berpartisipasi aktif

untuk

kondisi

4. Evaluasi perkembangan
kemampuan

klien

melakukan aktivitas

dalam aktivitas fisik


tanpa

disertai

peningkatan
6.

RR, Nadi
b.d Setelah
dilakukan 1. Monitor bising usus

Konstipasi
penurunan

TD,

fungsi tindakan

keperawatan 2. Monitor feses: frekuensi,

gastrointestinal

selama

(peristaltik)

diharapakan
normal

1x24

jam

konsistensi, dan volume

BAB 3. Jelaskan

etiologi

rasionalisasi

dan

tindakan
19

terhadap pasien
Kriteria hasil:
-

Bebas

4. Dukung intake cairan


dari 5. Anjurkan

pasien

dan

ketidaknyamanan

keluarga mencatat warna,

dari konstipasi
Feses lunak
Bising usus normal

volume, frekuensi, dan

5-12x/menit

konsistensi feses
6. Anjurkan keluarga dan
pasien diet tinggi serat
7. Anjurkan keluarga dan
pasien pada penggunaan
yang

tepat

dari

obat

pencahar
8. Kolaborasi

pemberian

laksatif

BAB IV
HIPERTIROID
4.1.

Definisi
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu
aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium
radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi
intensitas fungsinya).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang
beredar dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang

20

disebabkan oleh suatu kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja.
Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari
hormon-hormon tiroid atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan
oleh kelenjar tiroid.
Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka
diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher,
dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea)
dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua
sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling
penting adalah thyroxine (T4) triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari
masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi
(contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali
dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah
ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.

4.2.

Etiologi
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan
merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya
adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran
darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
b. Toxic Nodular Goiter

21

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu
tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan
hingga timbul efek samping.
d. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
f. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid.
4.3.

Patofisiologi
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon peptid yang
bertanggung jawab untuk produksi progesteron dalam konsentrasi yang adekuat
pada awal kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta
yang sedang berkembang. Konsentrasi hCG meningkat secara dramatis selama
trimester pertama kehamilan dan menurun secara bertahap setelahnya. Secara
struktural, peptide hCG terdiri atas dua rantai, sebuah rantai dan rantai ,
dimana rantai dari hCG identik dengan struktur yang membentuk TSH.
Struktur yang homolog ini menjadikan hCG mampu merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid, namun tidak sekuat TSH.
b. Ekskresi Iodin Selama Kehamilan
Konsentrasi iodine plasma mengalami penurunan selama kehamilan,
akibat peningkatan filtrasi glomerulus (GFR). Peningkatan GFR menyebabkan
meningkatnya pengeluaran iodine lewat ginjal yang berlangsung pada awal
kehamilan. Ini merupakan faktor penyebab turunnya konsentrasi iodine dalam

22

plasma selama kehamilan. Kompensasi dari kelenjar tiroid dengan pembesaran


dan peningkatan klirens iodin plasma menghasilkan hormon tiroid yang cukup
untuk mempertahankan keadaan eutioroid. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa pembesaran kelenjar tiroid adalah hal yang fisiologis, merupakan
kompensasi adaptasi terhadap peningkatan kebutuhan iodin yang berhubungan
dengan kehamilan.
c. Thyroxine Binding Globulin
Peningkatan TBG menyebabkan peningkatan ikatan tiroksin, yang
merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi fungsi tiroid selama kehamilan.
Hormon tiroid dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu thyroxine binding
globulin (TBG), albumin, dan thyroxine binding prealbumin (TBPA) atau
transtiretin. Dari ketiga protein tersebut, TBG memiliki afinitas yang lebih
tinggi terhadap tiroksin. Pada pasien tidak hamil, sekitar 2/3 dari hormon
tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan normal, terjadi peningkatan dari
konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal selama kehamilan sampai 612 bulan setelah bersalin. Hal ini menggambarkan peningkatan kadar hormon
tiroksin total (TT4) pada semua wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4)
dan indeks tiroksin total (FTI) normal. Untuk menjamin kestabilan kadar
hormon bebas, mekanisme umpan balik merangsang pelepasan TSH yang
bekerja untuk meningkatkan pengeluaran hormon dan menjaga kestabilan
hemostasis kadar hormon bebas. Peningkatan konsentrasi TBG merupakan efek
langsung dari meningkatnya kadar estrogen selama kehamilan.
Estrogen merangsang peningkatan sintesis TBG, memperpanjang waktu
paruh dalam sirkulasi, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi TBG serum.
Estrogen juga merangsang hati untuk mensintesis TBG dan menyebabkan
penurunan kapasitas TBPA. Pada akhirnya, proporsi hormon tiroksin dalam
sirkulasi yang berikatan dengan TBG meningkat selama kehamilan, dan dapat
mencapai 75%. Kadangkala perubahan hormonal ini dapat membuat
pemeriksaan fungsi tiroid selama kehamilan sulit diinterpretasikan.
4.4.

Manifestasi klinis
1. Gangguan kardiopulmoner seperti:
a. Berdebar-debar
b. Tekanan nadi meningkat
c. Kadang-kadang disertai sesak nafas
2. Gangguan gastrointestinal
23

a. Selera makan semakin bertambah


b. Berat badan mulai menurun
c. Kerap buang air besar/diare
d. Sering berpeluh/berkeringat karena metabolisme meningkat
3. Gangguan saraf dan neuromuskular oleh kelebihan tiroksin
a. Emosi labil
b. Rasa gelisah
c. Susah tidur
d. Mata melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan otot dan
jaringan lemak di sekitar mata.
4. Kelainan kulit
a. Biasanya kulit menjadi hangat, lembab dan terdapat hiperpigmentasi
b. Gangguan tulang, sering ditemukan fraktur terutama pada pasien lansia oleh
karena reabsorpsi
4.5.

kalsium usus menurun dan resorpsi tulang meningkat.

Komplikasi
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar

tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :


a. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
b. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
c. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
d. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal. (aritmia) dan syok. Badal
tiroid biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang
tidak adekuat, dan bisa dipicu oleh :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.6.

Infeksi
Pembedahan
Stress
Diabetes yang kurang terkendali
Ketakutan
Kehamilan atau persalinan

Pemeriksaan diagnostic hipertiroid


1. T 4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan
teknik radio immune assay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam
serum yang normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150
nmol/L). T4 Terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih

24

longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah


protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4
2. T 3 Serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total,
dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4 .
Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara
bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk
menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih
besar daripada kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220
mg/dl (1,15 hingga 3,10nmol/L)
3. Tes T3 Ambilan Resin
Tes T3 ambilan resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara
tidak langsung kaar TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan
jumlah hormone tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan
yang ada.Pemeriksaan ini, menghasilkan indeks jumlah hormone tiroid yang
sudah ada dalam sirkulasi darah pasien. Normalnya, TBG tidak sepenuhnya
jenuh dengan hormone tiroid dan masih terdapat tempat-tempat kosong untuk
mengikat T3 berlabel-radioiodium, yang ditambahkan ke dalam specimen darah
pasien. Nilai ambilan T3 yang normal adalah 25% hingga 35% yang
menunjukan bahwa kurang lebih seper tiga dari tempat yang ada paa TBG
sudah ditempati oleh hormone tiroid.
Jika jumlah tempat kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme, maka a
mbilan T3 lebih besar dari 35%
4. Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
Sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormone stimulasi
tiroid (TSH atau tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior. Pengukuran
konsentrasi TSH serum sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis
serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang
disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang
disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau hipotalamus. Kadar TSH dapat
diukur dengan assay radio imunometrik, nilai normal dengan assay generasi
ketiga, berkisar dari 0,02 hingga 5,0 U/ml.
Kadar TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid.
Kadar akan berada dibawah normal pada pasien dengan peningkatan autonom pada fungsi
tiroid (penyakit graves, hiperfungsi nodul tiroid).

25

5. Tes Thyrotropin Releasing Hormone


Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan
TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak
dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit
sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil
untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus
diingatka bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan
kemerahan pada wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk
buang air kecil
6. Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya
dalam serum dengan hasil yang bisa diandalkan melalui pemeriksaaan radioimmuno assay.
Faktor-faktor yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas kelenjar tiroid dan
sekresi T3 serta T4 memiliki efek yang serupa terhadap sintesis dan sekresi
tiroglobulin.

Kadar

tiroglobulin

meningkat

pada

karsinoma

tiroid,

hipertiroidisme dan tiroiditis subakut. Kadar tiroglobulin juga dapat akan


meningkat pada keadaan fisiologik normal seperti kehamilan.
7. Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk

mengukur

kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan a


tau radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid
dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan
mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil
penguraian dalam kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes
ambilan

iodium-radioaktif

merupakan

pemeriksaan

sederhana

dan

memberikanhasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan


mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada
sebagian pasien).
8. Pemindai Radio atau Pemindai Skintilasi Tiroid
Serupa dengan tes ambilan iodium radioaktif dalam pemindaian tiroid
digunakan alat detector skintilasi dengan focus kuat yang digerakkan maju
mundur dalam suatu rangkaian jalur parallel dan secara progresif kemudian

26

digerakkan kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat pencetak merekam suatu
tanda ketika telah tercapai suatu jumlah hitungan yang ditentukan sebelumnya.
Teknik ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukan lokasi
radioaktivitas di daerah yang dipindai. Meskipun I 131 merupakan isotop yang
paling sering digunakan, beberapa isotop iodium lainnya yang mencakup Tc9m
(sodium pertechnetate) dan isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum)
digunakan dibeberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya
memungkinkan untuk pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk
dan fungsi anatomic kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak
substernal atau berukuran besar.
Identifikasi daerah yang mengalami peningkatan fungsi (hot area) atau
penurunan fungsi (cold area) dapat membantu dalam menegakkan diagnosis
Meskipun sebagian besar daerah yang mengalami penurunan fungsi tidak
menunjukkan kelainan malignitas, defisiensi fungsi akan meningkatnya
kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya terdapat satu daerah
yang tidak berfungsi. Pemindaian terhadap keseluruhan tubuh (whole body CT
scan) yang diperlukan untuk memperoleh profil seluruh tubuh dapat dilakukan
untuk mencari metastasis malignitas pada kelenjar tiroid yang masih berfungsi.
9. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid
padatiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan
kelainankistik. Tetapi kelainan kistik pun dapat disebabkan keganasan
meskipun kemungkinannya lebih kecil.
Pemeriksaan radiologik di daerah leher Karsinoma tiroid kadang-kadang
disertai perkapuran. Ini sebagai tanda yangboleh dipegang.
4.7. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalamigejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai
berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 600 mg/hari, dosis maksimal
2.000 mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
27

6) Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi
gejala-gejala hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien
muda dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid
2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b. Tiroidektomi
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar
4.8.

Terapi
1. Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil
tio urasil (PTU), karbimazol.
2. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau
pasien yang hipertiroid-nya kambuh setelah operasi.
3. Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak
bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil
(trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium
radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam
waktu 1 tahun.

28

4.9.

Pathway

Tiroiditis

Penyakit graves,
reseptor TSH
merangsang
aktivasi tiroid

Nodul tiroid
toksik

Sekresi hormone
tiroid berlebihan

Peningkatan
nafsu makan

Hipertirodis
me

Hipermetabolis
me
Merangsang
hipotalamus
Penurunan BB

Pembengka
kan pada
leher

Menekan
syaraf di
area leher
Peningkatan
suhu tubuh
Merangsang
keluarnya
mediator
Mengenai
MK: Nyeri
kimia
reseptor
akut
nyeri

Aktivitas
simpatik yang
berlebih

Perubahan
konduksi listrik

Beban kerja
jantung
29
menurun
MK:
Aritmia,
Penurunan
takikardi

MK :
Ketidakseim
bangan
Nutrisi
Kurang dari

MK:
Hipertermi

BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL HIPERTIROID
5.1.
Pengkajian.
1. Identitas
Nama, tempat tanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, status perkawinan, status
pendidikan
2. Keluhan Utama
Pasien hipertiroidisme biasanya mengeluh hilangnya konsentrasi, lemas, cemas,
dan emosi yang labil, tremor, intoleransi panas, keringat berlebih, palpitasi, dan
defekasi berlebihan
3. Riwayat Kesehatan
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal: nyeri pada leher karena pembesaran pada leher
Timbulnya Gejala: nyeri timbul sewaktu-waktu, biasanya lebih nyeri saat
digunakan beraktifitas
1. Riwayat Obsetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche usia: 13 tahun

siklus: 30 hari

Banyaknya: 2-3 pembalut per hari

lamanya: 7 hari

Keluhan : disminore pada hari pertama

HPHT: 9 / 7 / 2010

Kontrasepsi: Pil/IUD/Injeksi/Implant

30

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: lemah
b. Kesadaran: Composmentis
c. TTV:
TD > 120/80mmHg,
HR:> 80 x/menit,
RR : > 20x/menit,
S : >37,5C
d. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Insomnia, sensitivitas meningkat ; Otot lemah, gangguan koordinasi ;
Kelelahan berat
Tanda : Atrofi Otot
e. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada ( angina )
Tanda : Disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop, murmur ; Peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ; Sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis )
f. Integritas Ego
Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda : Emosi labil ( euforia sedang sampai delirium ), depresi
3. Pemeriksaan Per Sistem
a. Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan
meningkat,dipneu,dipsneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali,
leher membesar
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak sentak,
hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
rasa lemah, kelelahan
31

Analisa Data
NO
1

DATA
DS :
Klien mengatakan lemas

ETIOLOGI
PROBLEM
Aktivitas simpatik Penurunan curah
yang berlebih

jantung

Perubahan

DO :

konduksi listrik

-pasein tampak gelisah dan sulit


untuk bersikap duduk tenang
-TTV
TD > 120/80mmHg,

Beban kerja
jantung menurun
Aritmia,
takikardi

Penurunan curah

HR:> 80 x/menit,

jantung

RR : > 20x/menit,
S : >37,5C
Pasien terlihat selalu berkeringat

DS :
Pasien mengatakan nyeri di leher
anterior
DO:
Tampak adanya pembesaran leher
TTV
TD > 120/80mmHg,

Pembengkakan
pada leher

Menekan syaraf di
area leher

Merangsang

HR:> 80 x/menit,

keluarnya

RR : > 20x/menit,

mediator kimia

S : >37,5C

Nyeri akut

32

Mengenai reseptor
nyeri

DS : pasien mengeluh demam

Nyeri akut
Hipermetabolisme Hipertermi

DO :

-TTV

Merangsang

S : >37,5 C,

hipotalamus

RR : >20x/mnt,

HR : >80 x/mnt

Peningkatan suhu

Kulit terasa hangat

Kulit bewarna kemerahan

tubuh

DS:

Ketidakseimbangan

- pasien mengatakan pasien

nutrisi kurang dari

mengalami mual muntah

kebutuhan tubuh

- pasien mengatakan sering


makan dan banyak
-pasien mengatakan sering haus
- pasien mengatakan BB turun
DO :
- BB : 20% kurang dari normal

Peningkatan nafsu
makan

Hipermetabolisme

Penurunan BB

Peningakatan T3 dan T4
Membrane mukosa pucat

5.2.
1)
2)
3)
4)

Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja jantung
Nyeri akut b.d pembengkakan pada leher
Hipertermi b.d Hipermetabolisme
Ketidakseimbangan nutirsi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme

33

5.3.

Intervensi Keperawatan

Dx
Penurunan
jantung

NOC
curah Tujuan:
b.d Setelah

NIC
9. Monitor
dilakukan

TTV

sebelum,

tindakan

selama, dan setelah aktivitas


10. Monitor status kardiovaskuler
peningkatan beban keperawatan selama 1x24 jam
11. Monitor bunyi jantung
kerja jantung
diharapkan pompa jantung 12. Monitor frekuensi dan irama
efektif
Kriteria hasil:
-

pernapasan
13. Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
14. Anjurkan untuk menurunkan

TTV DBN
stress
TD: 110-120/70-80 mmHg
15. Atur periode latihan dan
RR : 16-20x/m
istirahat untuk menghindari
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C
kelemahan
Dapat
mentoleransi
16. Kolaborasi
dalam:
aktivitas, tidak kelelahan
pemeriksaan serial ECG, foto
Tidak ada edema
thorax,
pemberian
obatobatan anti disritmia.

Nyeri

akut

b.d Tujuan:

pembengkakan pada Setelah dilakukan tidakan


leher

keperawatan 1x24 jam


diharapkan :
- nyeri berkurang/hilang
- peningkatan kenyamanan
Kriteria hasil :

1.Kaji nyeri dengan PQRST


2.Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam
3.Kontrol lingkungan yang dapat
menyebabkan nyeri.
4.Observasi TTV
5.Berikan obat analgesik sesuai
indikasi

- Mampu mengontrol nyeri


- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang menggunakan
manajemen nyeri
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
- TTV DBN
- S : (N 36,5-37,5 C)
- N : (N 60-80 x/mnt)

34

RR : (N 16-20 x/mnt)
TD : (N 110/70 - 120/80
mmhg)

Hipertermi

b.d Tujuan :

Hipermetabolisme

9. Monitor TTV
10. Monitor warna dan suhu kulit
Setelah dilakukan tindakan
11. Ajarkan pada pasien cara
keperawatan selama 1x24 jam
mencegah keletihan akibat
diharapakan
suhu
tubuh
demam
kembali normal
12. Diskusikan
tentang
pentingnya pengaturan suhu
Kriteria hasil:

dan

TTV DBN
TD: 110-120/70-80 mmHg
RR : 16-20x/m
Nadi : 60-80x/m
Suhu : 36,5-37,5 C

efek

negative

dari

kedinginan
13. Selimuti pasien
14. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
15. Kompres hangat pada aksila
dan lipatan paha
16. Kolaborasi pemberian obat
antipiretik

Ketidakseimbangan

Tujuan:

nutirsi kurang dari Setelah

9. Kaji
dilakukan

tindakan

untuk

kemampuan

pasien

mendapatkan

nutrisi

kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama 1x24 jam


hipermetabolisme

diharapakan

intake

yang dibutuhkan
10. BB pasien DBN
nutrisi
11. Monitor kalori dan intake

adekuat

nutrisi
12. Berikan

Kriteria hasil:
-

Mampu

kebutuhan nutrisi
Tidak
ada
tanda-tanda

malnutrisi
Menunjukkan
fungsi
menelan

mengidentifikasi

peningkatan

pengecapan

dari

informasi

tentang

kebutuhan nutrisi
13. Berikan
makanan
terpilih

(sudah

yang

konsultasi

dengan ahli gizi)


14. Monitor mual dan muntah
15. Anjurkan Klien untuk diet
tinggi kalori, tinggi protein.
16. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk

menentukan

jumlah
35

Tidak terjadi penurunan BB

kalori

dan

nutrisi

yang berarti

dibutuhkan pasien

BAB VI
PENUTUP
6.1.

Kesimpulan
Hipotiroidisme pada kehamilan berkaitan erat dengan perkembangan otak janin.
Hal ini karena sebelum dilahirkan bayi sangat bergantung pada hormon tiroid dari
ibunya sebelum kelenjar tiroid bayi dapat berfungsi. Karenanya kehamilan dengan
hipotiroid dapat berakibat terjadinya retardasi mental. Pada ibu sendiri, hipotiroid
meningkatkan kerja kelenjar tiroid. Sementara suplai yodium tidak mencukupi,
maka terjadi hiperplasia kelenjar berulang. Akibatnya dapat timbul goiter atau
struma nodulus dengan manifestasi berupa benjolan pada daerah leher (gondok).
Manifestasi klinis dari hipotiroidisme seperti metabolisme menurun, obstipasi, lesu,

36

yang

anoreksia, BB meningkat, dapat berisiko terjadinya abortus, peningkatan tekanan


darah & prematuritas.
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat
dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal
708).
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular
toksik. Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu
defek genatik dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis
antibody terhadap antigen tiroid (Dorland, 2005).
Sedangkan goiter nodular toksik yaitu Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon
tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi
misalnya pubertas atau kehamilan. ( Elizabeth J. Corwin, 2009 )
Tanda gejala yang mungkin muncul Berdebar-debar tekanan nadi meningkat,
kadang-kadang disertai sesak nafas, selera makan semakin bertambah, berat badan
mulai menurun, kerap buang air besar/diare, sering berpeluh/berkeringat karena
metabolisme meningkat, emosi labil, rasa gelisah, susah tidur.

6.2.

Saran
Melihat dari kasus kelainan hipotiroid pada ibu hamil, maka diharapkan para
tenaga medis dan perawat harus lebih professional dan berpengalaman dalam
mengkaji seluruh sistem metabolism yang mungkin terganggu karena adanya
kelainan pada kelenjar tiroid. Karena penanganan dan pengkajian yang tepat akan
menentukan penatalaksanaan pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan
kelenjar tiroid.

37

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EKG
FKUI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Abalovich M, Amino N, Barbour LA, Cobin RH, Leslie J, Glinoer D, et al. 2007.
Management of Thyroid Dysfunction during Pregnancy and Postpartum. J.
Endocrinol. Metabolism.; 92(8): S1-S47
J, Girling. 2008. Thyroid Disease in Pregnancy. Royal College of Obstetrician and
Gynecologist.;10:237-243.
Haldiman M, Alt A, Blanc A, Blondeau K. 2004. Iodine Content of Food
Groups:descriptive statistics and analysis variance. Swiss Federal Offi ce of
Pubic Health.
Colborn T. 2004. Neurodevelopmental and Endocrine Disruption. Environmental
Health Perspective.;112:944-949
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD, eds.
Williams Obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p.1126-1135.
Levine RJ, Vatten LJ, Horowitz GL, Qian C, Romundstad PR, Yu KF, et al. 2009. Preeclampsia, soluble fms-like tyrosine kinase 1, and the risk of reduced thyroid
function: nested case-control and population based study. BMJ. 339:b4336
Norwitz Errol R & Schorge John O. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi
ke-2
Nurarif,Amin H.dkk.2013. Panduan Penyusunan Askep Profesional : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:
Mediaction
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit II.
Ed. 6, Cet. 1 : Jil. II Jakarta: EGC.
Barbara, C. Long.2006. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran:
Bandung

38

Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta


Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3
jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
http://www.scribd.com/doc/64809543/ASKEP-HIPERTIROID

39

40

Anda mungkin juga menyukai