Anda di halaman 1dari 74

Pemicu 2B Blok Urogenital

Frudensia Kristiana
405110031

LO 1. FISIOLOGI
BERKEMIH

Kontrol
refleks

Kontrol
volunter

Kandung kemih
terisi

Korteks
serebrum

Reseptor regang
Saraf
parasimpatis
Kandung kemih
Kandung kemih
berkontraksi
Sfingter uretra
interna sec. Mekanik
terbuka sewaktu
kandung kemih
berkontraksi

Sfingter uretra
eksterna
membuka
sewaktu neuron
mootorik
dihambat

Neuron
motorik

Sfingter uretra
eksterna
menutup ketika
neuron motorik
dirangsang

LO 2. BATU SALURAN
KEMIH

Definisi
Batu di dalam saluran kemih
(kalkulus uriner) adalah
massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi.

Epidemiologi
Dikenal sejak zaman mesir
kuno
( 4800 BC ) pada
mumi didapatkan batu
kandung kemih.
Dinegara berkembang
banyak batu buli- buli
( faktor gizi ). Dinegara maju
banyak batu saluran kemih
bagian atas, di Amerika 5
10 % penduduk, Dunia 1
12 % penduduk menderita

Etiologi
Batu bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu / karena air kemih
kekurangan penghambat pembentukan batu
yang normal.
Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk
asam urat, sistin dan mineral struvit.
Batu struvit (campuran dari magnesium,
amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi
karena batu ini hanya terbentuk di dalam air
kemih yang terinfeksi.
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang sampai
yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih.
Batu yang besar disebut kalkulus staghorn.
Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan
pelvis renalis dan kalises renalis.

Klasifikasi
Batu kalsium; batu jenis ini paling sering ditemukan.
Bentuknya besar dengan permukaan yang halus. Batu kalsium
sering dijumpai pada orang yang mempunyai kadar vitamin D
berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang-orang
yang menderita penyakit kanker, penyakit ginjal, atau penyakit
sarkoidosis juga dapat menderita batu kalsium.
Batu kalsium oksalat : berwarna coklat tua, bentuknya
seperti murbei, serta terdiri dari kalsium oksalat
monohidrat (whewelit) atau juga batu keras, mudah
pecah, kuning muda, tajam, yang tertdiri dari kalsium
oksalat dihidrat (weddelit). Batu jenis ini tampak jelas
(sebagai bayangan putih) pada pemeriksaan foto
roentgen.
Batu kalsium fosfat : lunak, agak keputihan, licin, bias
nampak jelas dalam roentgen dan sering bercampur
dengan komponen batu lain.

Klasifikasi
Batu tripelfosfat terdiri dari ammonium
magnesium fosfat, dalam keadaan murni tidak
terlihat pada foto roentgen, tetapi biasanya
tercampur dengan kalsium fosfat sehingga terlihat,
bentuk yang terkenal ialah batu koral atau batu
tanduk rusa, yang terbentuk akibat infeksi oleh
bakteri (batu struvit).
Batu asam urat; permukaannya halus, berwarna
coklat, dan lunak. Batu ini terbentuk akibat kadar
asam urat pada air seni tinggi. Batu asam urat
biasanya menyertai penyakit radang sendi akibat
asam urat (gout arthritis). dan biasanya tidak
tampak pada foto roentgen.

Klasifikasi
Batu struvite; batu ini biasanya
berbentuk tanduk rusa. Timbul akibat
kadar amoniak dalam air seni tinggi.
Amoniak yang tinggi biasanya terjadi
akibat adanya infeksi saluran kemih,
karena bakteri penyebab infeksi dapat
menghasilkan amoniak.
Batu sistin; berbentuk kristal
kekuningan. Timbul akibat tingginya kadar
sistin dalam urin. Keadaan ini terjadi pada
penyakit sistinuria. Batu jenis ini jarang
dijumpai, hanya satu diantara seribu. Batu
sistin biasanya mengenai penderita usia
10 30 tahun. terlihat pada foto
roentgen, tetapi tidak tampak jika

Faktor Resiko
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Hiperkalsiuria
Hipositraturia
Hiperurikosuria
Penurunan jumlah air kemih
Jenis cairan yang diminum
Hiperoksaluria
Ginjal spongiosa medulla
Faktor diet : intake NaCl, protein,
kalsium, Kalium, sukrosa, vitamin,
asam lemak
9. Jumlah air yang diminum

Patogenesis

Patofisiologi

Patofisiologi
Batu ginjal terbentuk ketika ada penurunan urin
volume dan / atau kelebihan zat-zat pembentuk
batu dalam urin.
Jenis yang paling umum dari batu ginjal
mengandung kalsium dalam kombinasi dengan
baik oxalate atau fosfa.
Senyawa kimia lain yang dapat membentuk batu
dalam saluran kemih termasuk asam urat dan
asam amino sistin.
Dehidrasi dari pengurangan asupan cairan atau
berat latihan tanpa penggantian cairan yang
memadai meningkatkan risiko batu ginjal.
Obstruksi terhadap aliran urin juga dapat
menyebabkan pembentukan batu.
Batu ginjal juga dapat disebabkan oleh infeksi di
saluran kemih; ini dikenal sebagai batu struvite
atau infeks

Manifestasi berdasar Letak


Batu
1. Batu pelvis ginjal
Tumbuh mengikuti susunan
pelviokaliks sehingga bercabang
membentuk tanduk rusa.
Gejala :
-. nyeri di pinggang (pegal - kolik)
-. terabanya ginjal yang membesar
karena hidronefrosis
-. nyeri tekan atau nyeri ketok pada
daerah ginjal

2. Batu ureter
Karena obstruksi batu pada beberapa
tempat penyempitan ureter maka terjadi
gerak peristaltik berulang ulang sampai
batu bergeser dan memberi kesempatan
urin lewat.
Sehingga batu pun dapat lewat sampai
ke kandung kemih atau keluar saat BAK.
Atau dapat tetap menetap pada ureter
dan menyebabkan obstruksi kronik
dengan hidroureter, hidronefrosis dan
pielonefritis.
Gejala :
-Kolik / nyeri yang hilang timbul disertai
perasaan mual dengan atau tanpa
muntah dengan nyeri alih yang khas.

3. Batu kandung kemih


Gejala :
- Karena batu menghalangi aliran kemih karena
obstruksi leher kandung kemih, maka aliran yang
lancar akan tiba- tiba terhenti dan menetes
disertai rasa nyeri.
- Terdapat batu saat BAK
- Bila terdapat infeksi sekunder, maka terdapat
nyeri yang menetap pada suprapubik
4. Batu prostat
Batu prostat berasal dari saluran kemih secara
retrogad tedorong ke saluran prostatdan
mengendap.
Namun tidak menyebabkan gejala.
5. Batu uretra
Batu menyangkut di tempat yang lebar seperti
pars prostatika, permulaan pars bulbosa, dan di
fosa navikular.
Gejala :
- Miksi yang tiba tiba terhenti, menetes dan nyeri

Penetapan Diagnosis
1) Anamnesa
) Riwayat penyakit batu
usia, pekerjaan, keadaan
penyakit tertentu, infeksi,
penggunaan obat2an tertentu
) Riwayat keluarga yang
menderita batu
2)
-)
-)
-)

Pemeriksaan gambaran batu


USG
Foto polos abdomen
Urogram

Penetapan Diagnosis
3) Investigasi biokimiawi
Urinalisis : pH, BJ, sedimen urin
(hematuri, leukosituri, kristaluria)
Pemeriksaan kultur kuman

Jika batu keluar => pencarian FR


& mekanisme terjadinya batu
dengan :
Penampungan urin 24jam
Pengurangan pH urin
Pemeriksaan serum
Pemeriksaan diet

USG
Kelebihan

Kekurangan
Dapat menunjukkan Sulit untuk
ukuran, bentuk dan
menunjukan
posisi batu
Dapat dilakukan pada batu ureter
wanita hamil dan
Tidak dapat
pasien dengan alergi membedakan
kontras
batu kalsifikasi
Dapat diketahui
dengan batu
adanya batu
radiolusen dan dilatasi radiolusen
sistem kolektikus

Foto Polos Abdomen


Kelebihan

Kekurangan

Dapat menunjukkan Tidak dapat


ukuran, bentuk dan
membedakan
posisi batu
batu radiolusen,
Dapat membedakan
batu kecil dan
batu kalsifikasi
batu yang
tertutup
Densitas tinggi :
bayangan tulang
kalsium oksalat dan
kalsium fosfat
Tidak dapat
Densitas rendah :
membedakan
struvite, sistin dan
batu dalam ginjal
campuran keduanya dan batu luar

ginjal

Radiologi
Jenis batu

Derajat

Calcium Phosphat

Sangat Opaque

Ca. Oxalat : 80 %
( terbanyak )

Opaque

MgAmonium Phosphat
( Batu struvit / batu
Infeksi )

Semi Opaque

Cystine / xanthine/ urat

Radio Lucent

Urogram
Deteksi batu radiolusen
sebagai defek pengisian
Menunjukkan lokasi batu
dalam sistem kolektikus
Menunjukan kelainan
anatomis

Pemeriksaa Keterangan
n
Anamnesis

Riwayat penyakit

Fisik

Nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra


Teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis
Terlihat tanda-tanda gagal ginjal
Retensi urine
Jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil

Sedimen
urine

Leukosituria
Hematuria
Dijumpai kristal-kristal pembentuk batu

Kultur urin

Mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan


kuman pemecah urea

Foto polos
abdomen

Melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di


saluran kemih
Batu kalsium oksalat & kalsium fosfat bersifat
radio-opak (paling sering dijumpai)
Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen)

Pielografi
Intra Vena

Menilai keadaan anatomi & fungsi ginjal


Mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu
non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos
perut

Keterangan
Gambaran
batu

USG (Ukuran, bentuk, posisi batu): diperlukan


pada hamil dan pasien yang alergi kontras.
Dapat diketahui adanya batu radiolusen.
Kelemahan: Sulit menunjukkan batu ureter, tidak
dapat dibedakan batu kalsifikasi dan batu
radiolusen
BNO (Ukuran, bentuk, posisi batu): membedakan
batu kalsifikasi dan densitas2nya. Kelemahan: tidak
dapat menentukan batu radiolusen, batu kecil, dan
batu yang tertutup bayangan struktur tulang

Investigasi
biokimiawi

Pemeriksaan lab. Rutin dan sample urin (pH, BJ,


sedimen)
Lakukan: penampungan urine 24 jam atau waktu
tertentu, penurunan pH urine, pengawetan urine
dengan timol, pemeriksaan serum, protokol diet

Urogram

Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian


Menunjukkan lokasi batu dalam sistem kolektikus
Menunjukan kelainan anatomis
Urogram: batu radiolusen (filling defect +), dapat
menunjukkan lokasi batu, kelainan anatomis

Pemeriks
aan

Keterangan

Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang diperlukan:


BNO
IVP (penting)
USG
CT-Scan
RPG (membantu urologist)
Jenis batu yang ditemukan umumnya:
Ca Oxalat
Phosphat
Triple phosphate
As. Urat
Sistin
Penilaian batu ginjal:
Jumlah, densitas, bayangan batu
Lokasi
Komplikasi (obstruksi, parut ginjal, striktur)
Anomali
Nefrokalsinosis
Batu ginjal dapat radio-opak dan radiolusen

Penatalaksanaan
LITOTRIPSI

Penatalaksanaan
a.Medikamentosa
Batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu
diharapkan dapat keluar spontan.
Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar.
b.ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat pemecah batu, dapat memecah batu ginjal,
batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa
melalui tindakan invasif atau pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih.

c.Endourologi
1). PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) :
mengeluarkan batu yang berada di saluran
ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi
ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu.
2). Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu
uretra dengan memasukkan alat pemecah batu
(litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3). Ureteroskopi atau uretero-renoskopi :
memasukkan alat ureteroskopi per uretram
guna melihat keadaan ureter atau sistem
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan ureteroskopi atau ureterorenoskopi ini.
4). Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter
dengan menjaringnya dengan keranjang
Dormia.

d.Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk
mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak
dipakai untuk mengambil batu ureter.
e.Bedah terbuka :
1). Pielolitotomi atau nefrolitotomi :
mengambil batu di saluran ginjal
2). Ureterolitotomi : mengambil batu di
ureter.
3). Vesikolitotomi : mengambil batu di
vesica urinaria
4). Ureterolitotomi : mengambil batu di
uretra.

Penatalaksanaan
Batu kalsium
Hiperkalsiuria idiopatik:
Diuretik thiazid menurunkan Ca urine dan mencegah
pembentukan batu
Kalium sitrat cegah hipokalemia
Hiperurikosuria: Diet rendah purin, Allopurinol
Hiperparatiroidisme primer: Paratiroidektomi
Asidosis tubuler renal distal:
Suplemen alkali (Natrium bukarbonat) membatasi produksi
batu baru
Larutan Shohl (as. Nitrat + sitrik)
Tiazid
Hiperoksaluria: Kolestiramin resin pengikat oksalat, Perbaikan
malabsorpsi lemak, Diet rendah lemak, intake cairan yang
banyak, Fosfat, Piridoksin
Litiasis kalsium idiopatik:
Asupan cairan tinggi pertahankan BJ = 1.005
Fosfat oral Ca urin , pirofosfat urin kemungkinan
rekurensi
Tiazid ekskresi Ca

Penatalaksanaan
Batu asam urat
Tujuan terapi: meningkatkan pH urine dan penurunan ekskresi as.
Urat urine sampai < 1 g/hr
Diberikan suplemen alkali dengan dosis terbagi, salah satu
dosisnya diberikan menjelang waktu tidur
Diberikan kalsium sitrat untuk menurunkan risiko kristalisasi
garam kalsium jika pH urine naik
Jika pH urine semalam < 5.5, naikkan dosis bikarbonat malam
hari atau ditambahkan asetazolamid
Diberikan allopurinol untuk menurunkan ekskresi as. Urat yang
sangat berlebihan
Terapi alkali dihindari jika terdapat hiperkalsiuria
Batu sistin
Asupan cairan tinggi (vol. urine sebaiknya > 3 L)
Tingkatkan pH urine dengan alkali (> 7.5)
Penisilamin digunakan hanya jika beban cairan dan terapi alkali
inefektif
Berikan merkaptopropinilglisin untuk menghancurkan kalkuli
renal dengan perfusi pelvis renalis dan diberikan peroral untuk

Penatalaksanaan
Batu Struvite
Metenamin mandelat menurunkan pH urine dan melepas
formaldehid untuk menekan infeksi kronik jika terdapat batu
Pemberian NH4Cl kronik dapat menurunkan pH urine secara
ekstrim dan menghambat pembentukan batu, tetapi juga dapat
meningkatkan kadar Ca urine dan merangsang pembentukan
batu Ca Oxalat.
Terapi antimikroba untuk melawan infeksi akut dan pemeliharaan
sterilitas urine pascaoperasi untuk mencegah rekurensi dan
pembentukan batu
Pembedahan untuk obstruksi berat, nyeri, perdarahan, atau ISK
yang sulit disembuhkan
Lakukan irigasi pelvis dan kaliks renalis dengan Renacidin untuk
menghancurkan struvite yang tersisa pascaoperasi

Komplik Faktor Predisposisi


asi Endapan zat2 tertentu di traktus urinarius
Stasis urine
Peningkatan tekanan hidrostatik
Distensi piala ginjal dan ureter
proximal
Iritasi dan Abrasi organ sekitar (ginjal)

BERLANJ
UT

SEPSI
S

Nyeri (kolik renal atau kolik


ureteral)
Infeksi (pielonefritis, cystitis) yg
ditandai dg menggigil, demam dan
dysuria
Kerusakan nefron ginjal
Retensi
urine,
hematuria
Batu
dapat
dikeluarkan
melalui urine
(diameter 0,5 1 cm), bila tidak
Kerusakan ginjal lebih lanjut
KEMATIAN

Pencegahan
1. Banyak minum
Untuk mempertahankan aliran
urin encer dan banyak dlm 24
jam
2. Alkalinisasi urin
3. Diet rendah kalsium dan
oksalat

Prognosis
Kemungkinan batu buli-buli
untuk kambuh lagi kecil bila
obstruksi dihilangkan
Pencegahan terbentuknya
batu sal kemih atas jauh
lebih sulit

LO 3. INFEKSI SALURAN
KEMIH

Definisi
ISK adalah keadaan adanya
infeksi (ada pertumbuhan
dan perkembangbiakan
bakteri) dalam saluran
kemih, meliputi infeksi di
parenkim ginjal sampai
infeksi di kandung kemihdgn
jumlah bakteriuria yg
bermakna.

Epidemiologi
ISK sering ditemukan dan
merupakan penyebab kedua
morbiditas penyakit infeksi,
sesudah infeksi saluran
napas.

Prevalensi ISK
KELOMPOK
USIA
NEONATUS
USIA
PRASEKOLAH
USIA SEKOLAH
USIA
REPRODUKSI
USIA 65-70
USIA 80

PREVALENS
I (%)
1
2-3

USIA LANJUT (
65) DIRAWAT DI

L :
P
1,5 : 1
1 : 10

1-2
2.5

1 : 30
1 : 50

20
30

1 : 10
1:2

30

1:1

Klasifikasi ISK
ISK uncomplicated (sederhana)
ISK pada pasien tanpa disertai kelainan
anatomi maupun kelainan struktur saluran
kemih

ISK complicated (rumit)


ISK pada pasien yang menderita kelainan
anatomik / struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik yang akan menyulitkan
pemberantasan kuman oleh antibiotik.

First infection (infeksi pertama kali) /


isolated infection
infeksi saluran kemih yang baru pertama kali
diderita / infeksi yang didapat setelah sekurangkurangnya 6 bulan telah bebas dari ISK.

Klasifikasi ISK
Unresolved bakteriuria
infeksi yang tidak mempan dengan pemberian
antibiotika. Kegagalan ini biasanya terjadi karena
mikroorganisme penyebab infeksi telah resisten
(kebal) terhadap pemberian antibiotik yang dipilih.

Infeksi berulang
timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya
dapat dibasmi dengan terapi antibiotika pada
infeksi yang perta ma. Timbulnya infeksi berulang
ini dapat berasal dari re-infeksi / bakteriuria
persistent. Pada re-infeksi, kuman berasal dari luar
saluran kemih, sedang bakteriuria persisten bakteri
penyebab infeksi berasal dari dalam saluran kemih.

ISK nosokomial
- Infeksi dikarenakan penggunaan kateterisasi

Faktor Predisposisi
Lithiasis

Nefropati
analgesik

Obstruksi
saluran kemih
Penyakit
ginjal
polikistik
Nekrosis
papilar
DM pasca
transpalntasi
ginjal

Penyakit sickle cell


Senggama/Hub.
seksual
Kehamilan dan
peserta KB dengan
tablet progesteron
Kateterisasi
Reflux vesicoureter

Vesicoureteral Reflux

GRADES OF REFLUX
Grade I

Reflux into a nondilated distal ureter.

Grade II

Reflux into the upper collecting system without dilation.

Grade III

Reflux into dilated ureter or blunting of calyceal fornices.

Grade IV

Reflux into a grossly dilated ureter.

Grade V

Massive reflux with ureteral dilation and tortuosity and


effacement of the calyceal details; occurs almost
exclusively in male infants.

Patogenesis
Mikroorganisme masuk ke saluran kemih
melalui cara :
Sebagian besar secara ascending
( kolonisasi kuman di sekitar uretra kuman masuk
dari uretra ke buli-buli kuman menempel pada
dinding buli-buli kuman dari ureter ke ginjal )

Hematogen (M.tuberculosis & s.aureus) :


Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Limfogen
Kontak Langsung dari infeksi di sekitarnya
Eksogen dari luar, contoh kateterisasi

ISK disebabkan karena menurunnya


pertahanan tubuh dari host/virulensi yang
meningkat

Faktor Pertahanan Lokal dari Tubuh


terhadap Infeksi
Mekanisme pengosongan urin yg
teratur dr VU dan gerakan peristaltik
ureter (wash out mechanism)
Derajat keasaman (pH) urin yg
rendah
Adanya ureum didlm urin
Osmolalitas urine yg cukup tinggi
Estrogen pd wanita pd usia produktif
Panjang uretra pria
Adanya zat antibakteria pd kelenjar
prostat atau PAF (prostatic
antibacterial factor)
Uromukoid (protein Tamm Horsfall)

Mekanisme pengosongan urin yg teratur dr VU dan


gerakan peristaltik ureter (wash out mechanism)

Faktor pendukung aliran


wash out urine

Jumlah urine cukup


Tidak ada hambatan
dalam saluran kemih

Faktor penghambat
wash
out urine
Stagnasi
urine
Miksi yang tidak
teratur
Obstruksi saluran
kemih BPH,
striktura uretra, BSK
Kantong dalam
saluran kemih yang
tidak dapat mengalir
dengan baik
Dilatasi / refluks
sistem urinaria

Adanya benda asing


dalam saluran kemih
sebagai tempat

Faktor dari Mikroorganisme


Bakteri diperlengkapi dengan pili atau
fimbriae yang terdapat di permukaannya
fungsi: menempel pada urotelium
melalui reseptor yang ada di permukaan
urotelium.
Ada 2 jenis pili:
Tipe pili I banyak menimbulkan infeksi
pada sistitis
Tipe pipi P sering menimbulkan infeksi
berat pielonefritis akut

Dapat membentuk antigen, menghasilkan


toksin (hemolisin), dan enzim urease
(merubah suasana urine menjadi basah)

Faktor Virulensi E.coli


Penentu Virulensi

Alur

Fimbriae

Adhesi
Pembentuk jaringan ikat
(scarring)

Kapsul antigen K

Resistensi terhadap pertahanan


tubuh
Perlengketan (attachment)

Lipopolysacharide side chains ( O


antigen)

Resistensi terhadap fagositosis

Lipid A (endotoksin)

Inhibisi peristaltis ureter


Pro inflamatori

Membran protein lainnya

Kelasi besi
Antibiotika resisten
Kemungkinan perlengketan

Hemolysin

Inhibisi fungsi fagosit


Sekuestrasi besi

Keterangan
Tanda &
Gejala

ISK Bawah
Nyeri atau rasa terbakar pada saat kencing
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Rasa susah kencing
Nyeri perut bagian bawah
Demam
ISK Atas
Demam
Muntah
Nyeri kosto-vertebral
Gejala klinis pada anak
Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah
Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah,
hilang nafsu makan, sering kencing, nyeri pada
saat kencing

Manifestasi Klinis
ISK bawah
Sakit suprapubik
Polakisuria
Nokturia
Disuria
stranguria

ISK atas PNA


Sistitis
Panas tinggi (39,5-40,5oC)
Menggigil
Sakit pinggang

Manifestasi Klinis

Sindrom Uretra Akut (SUA) sulit dibedakan dg sistitis

Sering ditemukan pd wanita usia 20-50tahun


Disuria dan sering kencing
MO urin < 105 cfu/ml sistitis abakterialis
Pasien dg piuria
sumber infeksi berasal dari kelenjar peri-uretral dan uretra
sendiri.
Biakan urin tdpt E.coli 103-105 cfu/ml urin
Pasien dg lekosituria 10-50/ lapang pandang tinggi dan kultur
urin steril
Kultur khusus ditemukan chlamydia trachomatis atau
bakteri anaerob
Pasien tanpa piuri dan biakan urin steril

ISK rekuren

Re-infeksi
Interval periode infeksi >6 minggu
MO berlainan
Relapsing infection
MO yg sama
Sumber infeksi tidak mendapat terapi yg adekuat

Uretritis

Sistitis

Mukosa memerah
dan oedema
Terdapat cairan
eksudat yang
purulent
Ada ulserasi pada
urethra
Adanya rasa gatal
yang menggelitik
Good morning sign
Adanya nanah
awal miksi
Nyeri pada saat
miksi

Disuria (nyeri
waktu berkemih)
Peningkatan
frekuensi berkemih
Perasaan ingin
berkemih
Adanya sel-sel
darah putih dalam
urin
Nyeri punggung
bawah atau
suprapubic
Demam yang
disertai adanya
darah dalam urine
pada kasus yang
parah

Pielonefritis akut
Demam
Menggigil
Nyeri pinggang
Disuria

Diagnosa
Anamnesa : gejala. Kultur Urin
P. Penunjang :
Radiografi
Urinalisis
Voiding
Nitrites &
cystourethrog
leukocytes esterase
ram (VCUG)
(+) infeksi.
deteksi
Microscopic
vesicoreteral
hematuria acute
reflux.
cystitis.
USG
WBC cast infeksi
deteksi acute
renal.
pyelonephritis
.

Kultur Urin
Pengambilan sample
Midstream urine
sample
Catheterized
specimen

Penyimpanan
sample
Pendingin
Jika disimpan pd suhu
kamar >60 menit
pertumbuhan bakteri
kontaminan.

Interpretasi UTI
jika :
Kultur (+)
>100.000
koloni single
pathogen.
Kultur (+)
10.000 koloni +
gejala.

Pemeriksa
an

Keterangan

Anamnesis

ISK bawah: frekuensi, disuria terminal, polakisuria,


nyeri suprapubik
ISK atas: nyeri pinggang, demam, menggigil, mual
dan muntah, hematuria

Fisik

Febris
Nyeri tekan suprapubik
Nyeri ketok sudut kostovertebra

Penunjang

PEMERIKSAAN URIN
Urin dikatakan mengandung leukosit/piuria jika
secara mikroskopik didapat >10 leukosit per
mm3 atau >5 leukosit/LPB
Dikatakan bakteuria jika didapati > 105 CFU/ml
pada pengambilan contoh urin porsi tengah
Pada contoh pengambilan urin melalui aspirasi
suprapubik bakteuria jika > 103 CFU/ml
PEMERIKSAAN DARAH
Untuk mengungkapkan adanya proses
inflamasi/infeksi
Leukositosis, LED , sel-sel muda pada sediaan

Pemeriks
aan

Keterangan

Penunjan
g

PENCITRAAN
Foto polos abdomen : batu opak,
emphysematous pyelonephritis
Renal tomogram : batu opak/semi opak,
gas dalam ginjal
IVP : letak & derajat obtruksi, kelainan
kongenital/anatomis double collecting,
horse shoe kidney
Voiding sistouretrografi : vesiko ureteral
reflux, neurogenik bladder, divertikel buli,
urachus
USG : hidronefrosis, pionefrosis, perirenal
abses
CT SCAN
Pada ISK uncomplicated tidak perlu
pemeriksaan
Pada ISK complicated perlu pemeriksaan untuk

Manajemen
ISK

Keterangan

ISK bawah

Intake cairan yang banyak


Antibiotika tunggal (ampisilin, trimetropin)
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis
(leukosuria) diperlukan terapi konvensional selama
5-10 hari

ISK atas

Rawat inap guna memelihara status hidrasi dan


terapi antibiotika parenteral paling sedikit >48
jam
Antibiotika parenteral :
Fluorokuinolon
Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin
luas
Sefalosporin
Indikasi rawat
inap pasiendengan
denganspektrum
Pielonefritis
Akutdengan
atau tanpa
aminoglikosida
Kegagalan mempertahankan
hidrasi
normal atau toleransi terhadap
antibiotika oral
Pasien sakit berat atau debilitasi
Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
Diperlukan investigasi lanjutan
Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
Komorbiditas seperti kehamilan, DM, usia lanjut

Penatalaksanaan ISK Atas


Pielonefritis akut
Perlu rawat inap untuk :
Pelihara status hidrasi
Terapi AB parenteral min 48 jam
The Infestious Disease Society of America
menganjurkan 1 dari 3 anternatif AB IV
sebagai terapi awal selama 48-72 jam sblm
diketahui MO penyebab :
Fluorokuinolon
Aminoglikosida dengan / tanpa ampisilin
Sefalosporin dengan spektrum luas dengan
/tanpa aminoglikosida

Penatalaksanaan ISK Bawah


Prinsip penatalaksanaan ISK bawah :
Intake cairan yang banyak
Antibiotik yang adekuat
Terapi simtomatik untuk alkalinisasi
urin :
Respon membaik stlh 48jam dengan AB
tunggal, spt : ampisilin 3 gram
Bila infeksi menetap disertai lekosuria
terapi konvensional 5-10 hari
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan
urin tidak diperlukan bila semua gejalan
hilang dan tanpa lekosuria

Penatalaksanaan ISK Bawah


Reinfeksi berulang (frequent reinfection)
Disertai faktor predisposisi
Terapi AB intensif & koreksi faktor resiko

Tanpa faktor predisposisi


Asupan cairan banyak
Cuci setelah melakukan senggama
diikuti terapi AB takaran tunggal, spt :
trimetoprim 200mg

Terapi AB jangka panjang sampai 6


bulan

ISK Berulang

Riawayt ISK berulang

Gejala ISK baru

Pengobatan 3 hari

Follow up 4-7 hari

Pengobatan gagal

Pengobatan berhasil

Pasien dengan reinfeksi berulang

Calon untuk terapi


jangka panjang dosis
rendah

Infeksi kuman
resitensi
antimikroba

Terapi dosis tinggi


selama 6 minggu

Infeksi kuman
peka antimikroba

Terapi 3 hari untuk


kuman yang peka

Penatalaksanaan ISK Bawah


Sindrom Uretra Akut(SUA)
Pasien dengan SUA dan
hitung kuman 103-105 cfu/ml
urin memerlukan AB
adekuat.
Infeksi Clamidya : tetrasiklin
Infeksi MO anaerobik :
golongan kuinolon

Pencegahan
Untuk mencegah bekteriuria
dengan manifestasi klinis ISK : uji
saring bakteriuria asimtomatik yg
bersifat selektif
harus rutin dengan jadwal
tertentu oleh :
kelompok pasien hamil
pasien DM terutama wanita
paska transplantasi ginjal perempuan
& laki-laki
kateterisasi laki-laki dan perempuan

Komplikasi
Tergantung dari tipe ISK :
ISK sederhana (uncomplicated)
yaitu sistitis non-obstruksi dan bukan
perempuan hamil
penyakit ringan(self limites disease)
tidak menyebabkan akibat lanjut jangka
lama

ISK tipe berkomplikasi (complicated)


ISK selama kehamilan dari umur
kehamilan
ISK pada DM
Bakteriuria dan ISK lebih sering pada DM
dibandingkan perempuan non DM

Komplikasi
Basiluria asimtomatik (BAS) merupakan
resiko pielonefritis diikuti penurunan GFR
Komplikasi pd pasien DM :
Emphysematous cystitis
Disebabkan MO pembentuk gas (E.coli, Candida
spp, Clostridium) yg sangat intensif pada
parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai
hematom yg luas
Pielonefritis emfisematosa
Sering disertai syok septik dan nefropati akut
vasomotor (AVH)

Abses perinefrik
Komplikasi pada pasien DM, nefrolithiasis,
obstruksi ureter

Anda mungkin juga menyukai