Anda di halaman 1dari 6

Kateter Foley

Definisi
Kateter foley atau kateter balon dibuat dengan satu drainage lumen mayor dan satu atau
dua lumen minor. Lumen minor untuk menggembungkan balon dan irigasi. Kateter ini
tersedia dengan berbagai pilihan ujung, katup, lapisan pembungkus, panjang dan ukuran.
Kateter dapat dikategorikan menurut bahannya seperti berikut:
a. Kateter Foley Lateks : terbuat dari lateks, mengandung bahan karet lateks alam yang
dapat menimbulkan reaksi alergi.
b. Kateter Foley silikon 100%: terbuat dari silikon.
Ukuran kateter merujuk pada diameter luar, bukan lumennya. Pada bungkus kateter dan
pangkal kateter selalu tercetak ukuran diameter kateter dan jumlah cairan yang diperbolehkan
untuk dimasukkan dalam balon kateter. Ukuran diameter luar kateter ditulis dalam satuan Ch
= Cheriere atau F/Fr = French (bukan Foley), dimana 1 Ch / 1 F sama dengan 0.33
milimeter; atau dengan kata lain 1 milimeter sama dengan 3 Ch atau 3 F.
Tujuan
a. Mempertahankan kepatenan kateter urine
b. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
c. Membersihkan kandung kemih
d. Mengobati infeksi lokal
e. Memperoleh contoh urin pada wanita guna pemeriksaan kultur urin.
f. Mengukur residual urin pada pembesaran prostat
g. Memasukkan bahan kontras pemeriksaan seperti pada sistogram
h. Mengukur tekanan tekanan buli-buli seperti pada sindrom kompartemen abdomen
i. Mengukur produksi urin yang merupakan cerminan keadaan perfusi ginjal pada
penderita shock
j. Mengetahui perbaikan atau perburukan pada trauma ginjal dari urin yang bertambah
merah atau jernih yang keluar dari kateter.
k. Menghentikan perdarahan (epitaksis) posterior.

Gambar 1. Pemakaian kateter foley sebagai tampon pada perdarahan posterior


Indikasi, Kontraindikasi, dan Komplikasi
a. INDIKASI PEMASANGAN KATETER
Kateter foley diindikasikan untuk drainage rutin ginjal atau untuk drainage pasca operasi dan
irigasi ginjal. Kateter foley dapat juga digunakan sebagai tampon pada perdarahan (epitaksis)
posterior, karena kateter foley dapat menekan dinding posterior. Penggunaan foley kateter
sangat mudah dan cepat. Pilih kateter pompa balon dengan udara, pastikan keutuhan balon.
Pompa balon dengan 7-10 ml udara. Jangan menggunakan saline atau cairan lain sebagai
pengganti udara sebab dapat terjadi aspirasi jika balon tersebut ruptur.
b. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER
Produk yang mengandung bahan lateks dapat menimbulkan reaksi alergi. Reaksi berlawanan,
diantaranya penyempitan saluran kencing telah dilaporan berkaitan dengan penggunaan
kateter foley latex.
c. KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER
1. Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa menyebabkan luka dan perdarahan
uretra yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup
2. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga dapat menimbulkan
luka pada uretra. Karenanya, balon dikembangkan bila yakin balon akan
mengembnag dalam buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya
3. Infeksi uretra dan buli-buli
4. Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau fiksasi yang keliru
5. Merupakan inti pembentukan batu buli-buli

6. Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon terkembang bisa dicabut yang
berkibat perdarahan dan melukai uretra
7. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang balon tersumbat.
8. Pada penggunaan sebagai tampon dapat terjadi aspirasi apabila balon ruptur.
Prosedur Tindakan
Peralatan yang harus disiapkan adalah :
1. Kateter steril / baru yang masih dalam bungkus 2 lapis
2. Sarung tangan steril
3. Kasa
4. Zat antiseptik, misalnya povidone iodine
5. Doek lubang
6. Pelicin misalnya KY jelly
7. Pinset steril
8. Klem
9. NaCl atau aqua steril
10. Spuit
11. Urine bag
Pemasangan kateter pada wanita lebih mudah karena uretranya pendek, karenanya prosedur
pemasangan dibawah ini merupakan kateterisasi pada laki-laki dewasa.
1. Cuci tangan dengan antiseptik
2. Memakai sarung tangan steril
3. Disinfeksi sekitar meatus eksternus, kemudian seluruh penis, pubis, skrotum dan
perineum
4. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang
5. Masukkan pelicin / lubrikans kedalam spuit tanpa jarum dan semprotkan pelicin
kedalam uretra
6. Tutup meatus agar pelicin tidak keluar
7. Minta asisten untuk membuka bungkus luar, pegang plastik pembungkus kateter dan
robek plastik pembungkus
8. Ujung kateter dipegang dengan pinset, sedang pangkal bisa dibiarkan dalam plastik
pembungkus atau dikeluarkan untuk dipegang dengan jari ke IV dan V
9. Masukkan ujung kateter pelan-pelan

10. Bila ujung kateter sampai pada tempat sempit, yaitu pada sphincter, pars
membranacea uretra atau adanya penyempitan oleh BPH, laju ujung kateter akan
tertahan
11. Minta penderita bernapas dalam dan relaks; tekan beberapa menit sampai terjadi
relaksasi, biasanya kateter dapat melewati tempat sempit dan masuk ke dalam bulibuli yang ditandai dengan keluarnya urin
12. Masukkan terus kateter sampai pangkal kateter
13. Masukkan NaCl atau aqua steril untuk mengembangkan balon, jumlah cc-nya sesuai
dengan yang tertulis pada pangkal kateter dan tarik kateter agar balon menutup
orificium
14. Klem kateter, hubungkan dengan urine bag secara asepsis, buka klem dan biarkan urin
mengalir
15. Lakukan fiksasi kateter pada paha atau inguinal.

Bila kateter tertahan pada sphincter atau terdapat penyempitan uretra karena BPH, ada
beberapa teknik untuk mengatasinya, antara lain :
1. Minta penderita untuk relaks, bernapas panjang
2. Diberi anestesi topikal untuk mengurangi nyeri dan membantu relaksasi
3. Menyemprotkan pelicin melalui pangkal kateter untuk membantu membuka tempat
penyempitan
4. Masase prostat melalui colok dubur (oleh asisten)
5. Ganti dengan kateter yang lebih kecil atau kateter Tiemann yang ujungnya runcing.
Bila buli-buli penuh, kosongkan dulu dengan sistostomi; karena buli-buli penuh dapat
mendesak prostat dan uretra. Setelah buli-buli kosong, coba kembali dilakukan kateterisasi
Prosedur Penggembungan
1. Masukkan ujung luar jarum suntik dengan dorongan yang kuat/memutar ke dalam
wadah katup kateter untuk memastikan katup bekerja.
2. Gembungkan sesuai dengan volume yang dianjurkan, yaitu 1,5 ml/cc balon.
Maksimal 1,5 ml/cc air steril; 3 ml/cc balon: maksimal 5 ml/cc air steril; 5/10 ml/cc
balon: maksimal 10 ml/cc air steril; 30 ml/cc balon: maksimal 30 ml/cc air steril; 60
ml/cc balon: Maksimal 60 ml/cc air steril.

3. Ketika memegang kompa jarum suntik, periksa kalau-kalau ada yang bocor atau
mengempis.
4. Lepaskan plunger jarum suntik, biarkan balon mengempis lalu perhatikan apakah sulit
mengempis. Bila perlu, lakukan penghisapan untuk mengempiskan balon.
5. Masukkan perlahan batang kateter ke dalam urethral meatus sampai ujung dan
balonnya pas terpasang dalam ginjal, biasanya ditunjukkan dengan mengalirnya urin.
Kemudian isi balon dengan air steril dalam ukuran yang dianjurkan kemudian tarik
perlahan batang kateter untuk memastikan bahwa balonnya pas "terpasang" pada
leher ginjal.
Prosedur Pengempisan
Tekan kuat ujung luer jarum suntik ke dalam wadah katup dengan gerakkan dorong/memutar.
Lepaskan kompa jarum suntik lalu biarkan balon mengempis. Bila perlu, lakukan
penghisapan untuk mengempiskan balon. Balon seharusnya akan langsung kempis. Jika
pengempisan tidak terjadi, lanjutkan cara lain di bawah ini.
a. Kempiskan dengan menarik pegangan kompa jarum suntik untuk mempercepat
pengempisan. Jika cara ini tidak berhasil, lakukan langkah b.
b. Keluarkan jarum suntik lalu isi dengan 2-3 ml/cc air steril; masukkan kembali ujung
jarum suntik ke dalam katup; suntikkan air ke dalam balon lalu kempiskan. Jika cara
ini tidak berhasil, lakukan langkah c.
c. Gunakan gunting untuk memotong sisi lengan di bawah katup atau potong batang
kateter pada jarak aman dari lubang, maka kateter akan langsung terkuras. Jika cara
ini tidak berhasil, lakukan langkah d.
d. Suntikkan 100-200 ml/cc cairan penguras yang cocok ke dalam ginjal. Perlahan
suntikkan 10-15 ml/cc campuran minyak mineral/air ke dalam bain dengan
menggunakan jarum suntik/jarum kemudian tunggu sampai mengempis lalu lanjutkan
dengan menguntikkan sejumlah cairan penguras untuk mencegah timbulnya radang
kandung kemih. Jika cara ini tidak berhasil, lakukan langkah e.
e. Dorong dan putar kateter lalu gunakan alat yang cocok untuk menusuk balon.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner, Lillian S, Doris S. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah. Ed. 8. EGC.
Jakarta; 2001.
2. Potter, Patricia A, Perry, Anne G. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.
Ed. 4. EGC. Jakarta; 2004.
3. Reichmen EF, Simon RR. Management Epitaxis in: Emergency Medicine Procedure.
Chapter 148. Page 1307-19

Anda mungkin juga menyukai