Anda di halaman 1dari 36

REFERAT OSTEOARTHRITIS GENU

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS BHAYANGKARA SEMARANG

Disusun oleh :
Frudensia Kristiana
(406148103)
Pembimbing :
dr. Hadi Sulistyanto, Sp.PD, MH Kes, FINASIM
dr. Widi Budianto, Sp.PD

BAB I. PENDAHULUAN
Osteoarthritis : kompetensi 3A
Membuat diagnosis klinik, terapi pendahuluan (bukan gawat
darurat), menentukan rujukan dan menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
Penyakit sendi degeneratif yang melibatkan sendi, termasuk
tulang rawan artikular dan tulang subchondral.
Jenis artritis yang paling sering ditemui terutama pada orang tua.
Faktor resiko utama : obesitas.
Prevalensi meningkat berbanding lurus dengan usia, juga lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Definisi :
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan pada satu sendi
atau lebih, bersifat lokal, progresif dan degeneratif yang
ditandai dengan perubahan patologis pada struktur sendi
tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan / kartilago
hialin.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Etiologi :
Osteoarthritis belum diketahui secara pasti
penyebabnya, namun faktor biomekanik dan biokimia
merupakan faktor terpenting.
Bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti
gout, rheumatoid arthritis dan sebagainya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Epidemiologi :
Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia.
Di Amerika Serikat, prevalensi OA pada populasi dengan
usia diatas 65 tahun mencapai 80% dan diperkirakan
akan meningkat pada tahun 2020.
OA terjadi pada 13.9% orang dewasa berusia lebih dari
25 tahun dan 33.6% pada usia diatas 65 tahun.
Prevalensi OA genu radiologis di Indonesia cukup tinggi,
yaitu mencapai 15.5% pada pria dan 12.7% pada wanita.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Predileksi :

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Klasifikasi:
1. Osteoarthritis primer
OA primer / OA idiopatik
Degeneratif artikular sendi yang tidak diketahui sebabnya &
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik / proses
perubahan lokal pada sendi.
Sering menyerang sendi penahan beban tubuh (weight bearing
joint)
Paling sering : genu dan pelvis, tapi ini juga ditemukan pada
sendi lumbal, metacarpal phalanges, dan metatarsal phalanges.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Klasifikasi:
2. Osteoarthritis sekunder
OA yang didasari kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, herediter, jejas mikro dan makro serta
imobilisasi yang terlalu lama.
Paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat
suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital
dan adanya penyakit sistemik.
OA sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih
awal daripada OA primer.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Faktor resiko :
Usia, sering terjadi pada usia >60 tahun.
Jenis kelamin
Pada usia <45 tahun prevalensi pada pria = wanita
Pada usia >50 tahun prevalensi lebih banyak pada wanita
Genetik / herediter
Obesitas
Cedera sendi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Tanda & Gejala :

Nyeri sendi
Hambatan gerakan sendi
Kaku pagi hari
Krepitasi
Pembesaran sendi (deformitas)
Perubahan gaya berjalan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Pemeriksaan fisik :
Inspeksi, palpasi, digerakan :
1. Pembengkakan sendi yang sering kali asimetris
2. Deformitas sendi yang permanen
3. Perubahan gaya berjalan
4. Tanda-tanda peradangan sendi seperti merah, bengkak,
hangat, nyeri.
5. Hambatan gerak
6. Krepitasi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Pemeriksaan penunjang :
Gambaran radiologis yang ditemukan adalah:
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris
(joint space narrowing) lebih berat pada bagian yang
menanggung beban.
b. Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
c. Kista tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Pemeriksaan penunjang :
Hasil pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan darah rutin : hemoglobin, leukosit, laju
endap darah dalam batas-batas normal.
b. Pemeriksaan imunologi : ANA, faktor rheumatoid
dan komplemen juga normal.
c. Pemeriksaan urin : tanda yang khas bila penyebab
OA adalah alkaptonuria (homogentisic acid)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis :
Klinis
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1.Umur > 50 tahun
2.Kaku sendi < 30 menit
3.Krepitus
4.Nyeri tekan tepi tulang
5.Pembesaran tulang sendi lutut
6.Tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis :
Klinis dan radiologis
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1.Umur > 50 tahun
2.Kaku sendi < 30 menit
3.Krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis :
Klinis dan laboratoris
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
1.Usia > 50 tahun
2.Kaku sendi < 30 menit
3.Krepitus
4.Nyeri tekan tepi tulang
5.Pembesaran tulang
6.Tidak teraba hangat pada sendi terkena
7.LED < 40 mm/jam
8.RF < 1:40
9.Analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis

Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Osteoarthritis

Gejala
Nyeri
saat berjalan
Diagnosis
banding
;

RheumatoidArtritis

ArtritisGout

Nyeri saat bangun pagi,

Nyeri mendadak, bengkak

membaik dengan aktivitas


Onset

Perlahan

Perlahan

Akut

Inflamasi

Umumnya -

Patologi

Degenerasi

Autoimun

Tofus

Jumlahsendi

Poli

Poli

Mono

Tipesendi

Kecil dan besar

Kecil

Kecil dan besar

Lokasi

Pinggang, genu,

MCP, PIP, pergelangan

MTP, kaki, pergelangan kaki,

vertebra, CMC 1, DIP, tangan, kaki, pergelangan


PIP
Temuansendi
khusus

kaki

Nodus Bouchard, nodus Deviasi ulnar, swan neck,


Heberden

genu

boutonniere

Kristal urat

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Osteoarthritis

Radiologi
Diagnosis
Kelainan

RheumatoidArtritis

ArtritisGout

Osteofit ;
banding

Osteopenia, erosi

Erosi

Nodul subkutan,

Tofus, bursitis olecranon,

pumonal, cardiac,

batu ginjal

ekstraartikular

splenomegali
Laboratorium

Normal

RF (+)

Asam urat tinggi

Tatalaksana

Penurunan BB

Inisial: NSAID dan

Akut: NSAID atau

Step-up therapy:

kortikosteroid

kortiksteroid (lini pertama),

Paracetamol, NSAID,

Definitif: DMARD

colchicine (lini kedua)

Tramadol, ditambah

(DOC: Methotrexate)

Preventif: allupurinol (lini

dengan glucosamin &

pertama), probenecid (lini

chondroitin sulfate

kedua)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Penatalaksanaan :
I. Terapi Non-farmakologis:
a. Modifikasi pola hidup
b. Edukasi
c. Istirahat teratur : mengurangi penggunaan beban pada
sendi
d. Modifikasi aktivitas
e. Menurunkan berat badan
f. Rehabilitasi medik / fisioterapi
g. Penggunaan alat bantu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


II.Terapi farmakologis:
1.Sistemik
Analgesik : non narkotik (paracetamol) & opioid (kodein dan
tramadol).
NSAID (oral)
Non selective: COX1 (diclofenac, ibuprofen, piroxicam, asam
mefenamat, dan metampiron.
Selective: COX2 seperti meloxicam
Chondroprotective agent : obat-obatan yang menjaga & merangsang
perbaikan kartilagi sendi. Contoh : asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase dan sebagainya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


II.Terapi farmakologis:
2.Topikal
Krim rubefacients dan capsaicin
Krim NSAIDs (gel piroxicam dan sodium diclofenac).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


II.Terapi farmakologis:
a.Injeksi intraartikular steroid (triamsinolone hexacetonide dan
methyl prednisolone)
Hanya diberikan jika kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs, tak dapat mentolerir NSAIDs / kontraindikasi NSAIDs.
Tidak dianjurkan dilakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam
kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama pada sendi besar
penyangga tubuh.
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sendi-sendi
kecil digunakan dosis 10 mg.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


II.Terapi farmakologis:
b.Injeksi intraartikular hyaluronan:
II.Di Indonesia, terdapat sediaan injeksi intraartikular (Hyalgan
dan Osflex).
III.Penyuntikan intraartikular biasanya untuk sendi lutut (paling
sering), sendi bahu dan panggul.
IV.Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 2.5 ml hyaluronan.
V.Perlu diperhatikan faktor alergi unsur hyaluronan (riwayat
alergi terhadap telur).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Komplikasi :
Nyeri (utama).
Deformitas permanen

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Kriteria rujukan:

Bila ada komplikasi, termasuk komplikasi terapi COX1


Bila ada komorbiditas
Bila nyeri tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Bila curiga terdapat efusi sendi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Pencegahan :
Mengatur berat badan ideal
Asupan vitamin D, asupan yang kurang berhubungan
dengan peningkatan progresifitas OA.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Prognosis :
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

BAB III. KESIMPULAN


Osteoarthritis : gangguan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut (degenerasi
kartilago hialin).
Prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua.
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun
diduga dipicu oleh faktor biomekanik dan biokimia
(ketidakseimbangan antara pembentukan dan penghancuran
matriks-matriks kartilago).
Terjadi pada sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat
dari aktivitas sehari-hari.

BAB III. KESIMPULAN


Diagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis & gejala
yang ditimbulkan seperti, nyeri sendi yang diperburuk oleh
aktivitas dan nyeri akan mereda setelah istirahat.
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan radiologis. Gambaran
yang ditemukan adalah menyempitnya celah antar sendi,
terbentuknya osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis
subchondral.
Belum ada terapi definitif, terapi hanya untuk mengurangi rasa
nyeri dan meminimalisasi hilangnya fungsi fisik.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Available from: www.kki.go.id


Osteoartritis dalam: Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Edisi 2. Hal 253-5. Jakarta: 2014.
Fauci. Anthony S. Osteoarthritis in: Harrisons Principles of Internal Medicine. 18th edition.
USA: McGraw Hill Companies. 2012.
Lawrence RC. Felson DT. Helmick CG. Estimates of the prevalence of arthritis and other
rheumatic conditions in the United States. Part II. Arthritis rheum. 58(1): 26-35. 2008.
Brandt. Kenneth. Osteoarthritis in: Harrisons Principles of Internal Medicine. 15th edition. Vol
II. USA: McGraw Hill Companies. 2005.
David T. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of Medicine. 2006.
Soerowo J. Broto R. Osteoarthritis dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Hal 1205-11. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006.
Tjokroprawiro A. Osteoarthritis dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga
University Press. 2007.
Moll J. Osteoarthritis in: Rheumatology in Clinical Practice. London: Blackwell Scientific
Publications. 331-45.
Daniel LS. Hellinger D. Radiographic Assessment of Osteoarthritis. American Family Physician.
64(2): 279-86.
Osteoarthritis : Diagnosis and Therapeutic Consideration in : Journal of the American Academy
of Family Physician. Pg. 841-8. 2002

Anda mungkin juga menyukai