Anda di halaman 1dari 36

ANATOMI DAN FISIOLOGI : SKELETON, MUSCULAR DAN ORGAN

VISCERA PELVIS
dr. Surjo Adji PA ( K ), Sp.B
I.PENDAHULUAN
Skeleton pelvis dibentuk oleh tulang- tulang; sepasang coxae, os sacral
dan os coccygis ( 1 ) tulang-tulang bersama dengan ototnya membentuk
bangunan seperti baskom. Skeleton pelvis sendiri selain berfungsi sebagai
pelindung organ viscera intrapelvina, bersama beberapa otot juga
berfungsi sebagai sistim alat gerak dari extremitas inferior. Bangunan
yang dibentuk oleh skeleton pelvis tersebut merupakan bagian dari
rongga yang luas yang disebut cavum abdominopelvicus. Cavum pelvis
terbagi dua oleh bidang khayal ( apertura pelvis superior/ inlet/
aditus pelvis/ pintu atas panggul ) yang melalui crista pubica, linea
pectinea ossis pubis, linea arcuata ossis ilium dan promontorium ossis
sacri. Apertura pelvis superior ini membagi cavum pelvis menjadi dua
yaitu; dicranialnya adalah pelvis major/ false pelvis dan dicaudal
apertura pelvis superior sebagai pelvis minor/ true pelvis. Pada lakilaki apertura pelvis superior mempunyai bentuk seperti jantung ( a heart
shaped outline ) sedangkan pada perempuan berbentuk oval arah
transversal ( a transversely oval outline ) ( Gambar 1 ). Bentuk pelvis
perempuan dapat bervariasi seperti; gynecoid, platypelloid, android dan
anthropoid ( 2 ). Pada posisi berdiri terhadap bidang horizontalis apertura
pelvis superior ini bersudut 600 disebut inclinatio pelvis dimana sumbu
vagina juga sejajar bidang ini ( 1 ) ( Gambar 2 ).
Sedangkan celah dibagian caudal yang dibatasi oleh bidang yang melalui
symphisis ossis pubis, kedua tuberositas ischii dan os coccygis
membentuk apertura pelvis inferior ( outlet/ pintu bawah panggul )
yang ditutupi oleh bangunan musculo- fibrous berbentuk kubah terbalik
yang disebut diaphragma pelvis .Diaphragma pelvis sebagai lantai
pelvis mempunyai dua fungsi penting yaitu 1. Penyangga organ
viscera abdomen termasuk rectum dan 2. Mekanisme constrictor

atau continence pada anus, urethra dan vagina ( pada perempuan ).

a. Pelvis laki- laki


perempuan

b. Pelvis

Gambar 1 ( dikutip dari Ellis H Clinical Anatomy ).

Gambar 2 ( dikutip dari Ellis H Clinical Anatomy ).

II.ANATOMI DAN FISIOLOGI PELVIS


Posisi pelvis
Posisi pada saat berdiri spina iliaca anterior superior dan tepi cranial
symphisis pubis terletak pada satu bidang vertikal. Tepi caudal symphisis
pubis, spina ischiadica, ujung os coccygis, caput femoris dan apex
trochanter major os femur terletak pada satu bidang horizontal. Bidang
tersebut merupakan bidang yang dilalui ujung jari pada saat melakukan
rectal touche dan vaginal touche kedalam cavum pelvis ( 1, 3 ).
Termasuk ovarium pada perempuan dan vesicula seminalis ( laki- laki )
2

terdapat pada bidang horizontal tersebut. Pelvis merupakan bangunan


yang berbentuk baskom dimana strukturnya terdiri dari :
II.1.1. Sepasang os coxae
Os coxae diklassifikasikan sebagai tulang pipih terbesar pada tubuh,
secara osteogenesis berasal dari tiga buah tulang yaitu; os ilium, os pubis
dan os ischii. Facies external ilium yang menghadap kearah lateral dan
posterior merupakan tempat origo otot- otot glutea. Dibagian anterior dari
os coxae adalah os pubis ( ramus superior dan ramus inferior ) dibagian
medialnya akan bersendi dengan os pubis dikontralateralnya sebagai
symphisis pubis . Kemudian bagian ke 3 os coxa ischii adalah os ischii
( tulang duduk ) berada dibagian caudal mempunyai bagian- bagiannya
seperti corpus ossis dengan tonjolannya disebut tuberositas ischii, spina
ischiadica dan lekukan ( incisura ischiadica ).
Difacies lateral batas dari bagian os coxae ini ( ilium, pubis dan ischii )
terdapat bangunan berbentuk cekungan setengah bola yang disebut
acetabulum yang merupakan persendian dengan caput femoris. Pada lakilaki acetabulum ini menghadap kearah lateral, sedangkan pada
perempuan menghadap agak kearah anterior ( 1 ).
II.1.2. Os sacrum
Tulang ini merupakan bagian dari vertebra ( sacralia ) yang terdiri dari 5
buah tulang vertebra yang mengalami fusi dan berubah bentuk mirip
kupu- kupu. Dilateralnya terdapat bangunan yang disebut facies
auricularis yang bersendi dengan facies sacropelvica ( os ilium ). Os
sacrum membentuk sebagian dinding pelvis posterior dengan lengkungan
( konkaf ) menghadap kearah dalam/ anterior.
II.1.3. Os coccygis
Seperti halnya os sacrum tulang ini juga merupakan tulang- tulang
vertebra ( 3- 5 ruas ) yang juga mengalami fusi. Pada perempuan
ujungnya kearah posterior sehingga membuat apertura pelvis inferiornya
lebih lebar dibandingpada laki- laki.
II.1.4. Musculus ( otot extremitas dan otot penyangga organ
viscera abdomen )
tulang pelvis dan berorigo pada tulang extremitas disebelah distalnya ( os
femur dan os tibia ) ( tidak dibahas didalam makalah ini ). Sedangkan
otot penyangga organ viscera abdomen akan dibahas terutama anatomi

dan fungsi diaphragma pelvis. ( Gambar 3 ).

Gambar 3 ( dikutip dari Ellis H Clinical Anatomy ).


Dinding ( anterior, lateral dan posterior ) pelvis selain dibentuk oleh
tulang- tulang coxae, sacrum dan coccygis juga terdapat otot skelet
seperti; m. piriformis, m. obturator internus juga oleh jaringan ikat ( fascia
).
II.1.5.Musculus piriformis
Otot ini mempunyai origo pada ketiga ruas tengah os sacral ( Vertebra
Sacrales II, III, IV ), kearah caudal menuju insertionya pada os
femurmelalui foramen ischiadica major. Nervus dan plexus sacralis
terletak dimedial otot tersebut. Kemudian kedua bangunan tersebut
dilapisi oleh fascia pelvica.
II.1.6. Musculus obturator internus
Letak otot ini terhadap m. piriformis adalah disebelah anteriornya,
berorigo pada bagian posterior tepi apertura pelvis superior menuju
kearah caudal menuju trochanter major melalui foramen obturatorium.
Hampir seluruh facies interna m. obturator dilapisi oleh fascia
obturatoria. Fascia tersebut kearah foramen obturatoria akan melapisi
foramennya sebagai membrana obturatoria, kecuali pada celah pada
bagian cranioposteriornya ( incisura obturatoria ) yang kemudian
membentuk canalis obturatorius. Pada canalis ini dilewati oleh nervus
dan vasa obturatorius juga menjadi locus minoris pada hernia obturatoria.
Fascia obturatoria merupakan fascia yang tebal dan kuat yang melekat
pada os ilium pada processus falciformis. Selain itu fascia tersebut
menyatu dengan ligamentum sacrotuberosum pada tuberositas ischiadica.
II.1.7. lantai ( dasar ) Pelvis
Lantai atau dasar pelvis dibentuk oleh bangunan otot skelet dan jaringan
ikat yang membentuk bangunan diaphragma pelvis berfungsi sebagai
4

dasar dari cavum pelvis ( abdominopelvicus ). Lantai pelvis secara


anatomi dibagi 3 bagian yaitu; anterior, media dan posterior dan
mempunyai celah yang melingkungi vesica urinaria/ urethra, rectum dan
uterus/ vagina ( perempuan ). Sedangkan Diaphragma urogenitalis
juga merupakan bangunan musculo- fibrous yang terdiri dari m.
transversus perinei dan fascianya terbentang diantara symphisis pubis
dan tuberositas ischii, melintang pada pars anterior apertura pelvis
inferior. Diaphragma urogenitalis tersebut terdapat disebelah caudal/
inferior dari diaphragma pelvis ( 2 ). Otot yang membentuk struktur
diaphragma pelvis terdiri dari; m. pubococcygeus, m. ileococcygeus,
m. coccygeus ( ischiococcygeus ) dan m. puborectalis. Otot- otot
pembentuk diaphragma pelvis tersebut berorigo pada corpus pubis, spina
ischiadica dan arcus tendineus dan berkondensasi dengan fascia
obturatoria. Menurut Raizada V. dan Mittal RK. Otot dasar pelvis
dikelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok superficial dan kelompok
profundal. Kelompok superficial terdiri dari; m. sphincter ani externus,
m. transversus perinei dan corpus perinei. Sedangkan kelompok
profundal terdiri dari ; m. pubococcygeus, m. ileococcygeus, m.
coccygeus dan m. puborectalis. ( gambar 4 ).

Gambar 4 ( dikutip dari Bharucha AE Pelvic floor anatomy and function


Nerogastroenterogy & Motility.

Mengenai m. puborectalis sendiri menjadi kontroversi apakah termasuk


didalam otot diaphragma pelvis atau bukan. Yang mendukung bahwa m.
puborectalis bagian dari m. levator ani, hal ini ditulis oleh Peter
Thompson didalam bukunya THE MYOLOGY OF THE PELVIC FLOOR
yang juga didukung oleh Sappey ( 1869 ). Juga berdasarkan pada
diseksi anatomi dibuktikan bahwa m. pubococcygeus, m. puborectalis dan
m. puboperineal ( transversus perinei ) mempunyai perlekatan pada os
pubis yang sulit dipisahkan satu dengan yang lain sehingga ke 3 otot
tersebut disebut m. Pubovisceralis ( konsep Lawson dan Delancey ).
Terminologi tersebut sering disebut didalam tulisan- tulisan
5

urogynecology, tetapi jarang disebut didalam literatur gastroenterogy ( 2,


3 ). Menurut Lawson m. pubovisceralis yang ditembus oleh urethra,
vagina, corpus perineal dan canalis analis diberi nama berikut; m.
pubourethralis, m. pubovaginalis, m. puboperinealis dan m.
puboanalis yang mensuport organ visceral pelvis.
Tetapi ada yang berpendapat bahwa m. puborectalis bukan merupakan
bagian dari m. levator ani ataupun bagian m. sphincter ani externus.
Bahkan menurut Bharucha AE. yang berdasarkan fakta perkembangan,
innervasi dan penelitian histologis disebutkan bahwa m. puborectalis
berbeda dengan otot- otot levator ani yang lain. Percy dkk. menemukan
stimulasi elektrik ( EMG ) pada n. pudendus tidak menimbulkan
rangsangan pada m. puborectalis ( 19 dari 20 sampel ) dan m.
puborectalis mendapat cabang yang berbeda dengan m. sphincter ani
externus walaupun dari sumber yang sama ( n. S. 2- 4 ). Fakta yang lain
yang menggunakan CT scan menunjukkan bahwa m. puborectalis berada
diantara lapisan superficial dan lapisan profundal otot diaphragma pelvis,
sehingga lebih tepat disebut sebagai lapisan medial dari lapisan otot
diaphragma pelvis. Ditambahkan pembahasan hubungan antara otot
skelet dari lantai pelvis terhadap lanjutan stratum circuler dan stratum
longitudinale rectum kecanalis analis yang menjadi m. sphincter ani
internus maupun terhadap m. sphincter ani externus. Pembahasan yang
penting lagi ialah aspek anatomi yang kontroversial dari otot lantai pelvis
dan otot sphincter ani, yang kemudian diikuti dengan pembahasan fungsi
setiap komponen lantai pelvis terhadap relaksasi dan konstriksi dari anus (
2)
II.1.8. Fascia Pelvica
Fascia pada pelvis adalah 2 fascia yang masing- masing melapisi dinding
pelvis dan fascia yang melapisi organ viscera pelvis. Fascia yang pertama
tersebut adalah fascia pelvica parietalis merupakan membrana yang
kuat yang melapisi m. obturator internus dan m. piriformis, yang kedua
adalah fascia pelvica visceralis. Fascia yang melapisi m. obturator
internus ( fascia obturatoria ) melekat antara periosteum dan os coxae
pada tepi ototnya. Disebelah caudal membentuk penebalan yang disebut
arcus tendineus tempat origo dari m. levator ani. Fascia yang melapisi m.
levator ani merupakan membrana yang tipis dimana lapisan inferiornya
( yang melapisi permukaan caudal m. levator ani ) sebagai batas medial
dari fossa ischioanal/ ischiorectalis, sedangkan sebagai batas lateral
fossa ini adalah fascia yang melapisi permukaan medial m. obturator
internus.
Selanjutnya adalah fascia yang melapisi m. piriformis melekat dengan
periosteum pada margo medal os sacrum. Rami primarii anterior nn.
6

Spinales sacrales bersama dengan vasa iliaca interna ( hypogastrica )


berada disebelah ventral fascia pelvica parietalis ini.
Pada lantai pelvis fascia yang melapisi permukaan superior diaphragma
pelvis disebut sebagai fascia diaphragmatica superior. Fascia ini
dilateral melekat pada os pubis dan bagian dorsal spina ischiadica dan
diantara kedua perlekatan ini terdapat perlekatan terdapat fascia
obturatoria ( bagian dari fascia pelvica parietalis ) untuk membentuk
arcus tendineus. Sedangkan fascia diaphragmatica inferior merupakan
membrana tipis yang melapisi permukaan caudal otot diaphragma pelvis
juga melekat pada m. sphincter ani externus.
Fascia pelvica visceralis bukan merupakan fascia yang berupa jaringan
fibrous, tetapi sebagian besar berupa jaringan ikat areoler disekitar
viscera pelvis. Para anatomist menyebut jaringan tersebut sebagai fascia
subserosa, sedangkan para ahli bedah menyebut sebagai fascia
endopelvica ( 2, 4 ). Fascia tersebut mengandung plexus neurovascular
dan jaringan lemak yang mensuplai organ viscera pelvis dan fascianya
sendiri. Beberapa fascia pelvica visceralis yang membentuk semacam
ligamentum umumnya adalah jaringan yang menghubungkan antara
viscera pelvis dengan dinding pelvis. ligamentum tersebut antara lain
adalah ligamentum cervicalis lateralis uteri yang terbentang dari sisi
lateral uterus dengan dinding lateral pelvis. Pada rectum terdapat fascia
Waldeyer yang menghubungkan antara bagian dorsal rectum dengan
dinding dorsal pelvis. Kemudian disebelah ventral terdapat ligamentum
pubovesicalis dan ligamentum puboprostaticum ( pada perempuan
disebut ligamentum pubovagianalis ). Ligamentum yang lain seperti
ligamentum Latum adalah peritoneum membrana yang terdapat
dilateral uterus mengalami refleksi ganda menyerupai mesenterium.
Ligamentum cardinal ( Mackenrodts ) adalah ligamentum yang
berada diantara lembaran ligamentum latum terbentang dari aspectus
lateral cervix uteri dan vagina kedinding lateral pelvis. Ligamentum yang
lain yaitu ligamentum uterosacralis terbentang dari bagian cranial
cervix uteri kevertebra sacralis III.
II.2. Fungsi Diaphragma Pelvis
Fungsi otot diaphragma pelvis adalah menyokong organ viscera pelvis
secara statis dan dinamis. Penyokong secara statis dengan
mempertahankan posisi normal organ viscera pelvis pada saat respirasi
biasa. Kemudian penyokong organ viscera secara dinamis terjadi pada
saat terjadi kenaikan tekanan intraabdomen misalnya pada saat batuk
dan bersin, disini terjadi kontraksi terutama m. levator ani untuk melawan
kenaikan tekanan intraabdominal tersebut. Sebaliknya saat defekasi juga
terjadi kenaikan tekanan intraabdominal, m. puborectalis justru relaksasi
7

untuk membuat anorectal lurus dan lantai pelvis turun. Tonus m.


puborectalis juga berfungsi untuk mempertahankan sudut anorectalis.
Selain hal tersebut kontraksi m. puborectalis selama kenaikan tekanan
intraabdominal yang tiba- tiba akan mempertahankan sudut anorectal,
sehingga menahan faeces tetap didalam rectum. Apabila terjadi
gangguan fungsi m. puborectalis secara signifikan akan terjadi
incontinentia ani. Hal ini juga terjadi saat miksi akan terjadi relaksasi m.
pubourethralis. Fungsi otot lantai pelvis yang lain adalah pada inpartu
saat kepala janin melewati apertura pelvis inferior otot- otot diaphragma
pelvis mengurangi tonusnya untuk mencegah terjadinya ruptur pada
jaringan yang dilewati kepala janin tersebut.
Reflex Sacral
Reflex otot skelet lantai pelvis dapat disebabkan rangsangan pada kulit
perineal ( reflex somatosomatic ) atau akibat stimulasi pada mucosa anus
( reflex viscerosomatic ). Reflex cutaneoanal dapat ditimbulkan dengan
tusukan dan goresan pada kulit perianal ini melibatkan n. pudendus dan
radix S. 4. Reflex sacral juga mengatur tonus otot sphincter selama miksi.
Aktifitas elektrik juga terjadi pada m. sphincter ani internus selama miksi
dan aktifitas tersebut akan kembali normal setelah miksi. Sebaliknya akan
terjadi relaksasi m. sphincter anai externus selama miksi ( 3 ).
II.3. Innervasi Diaphragma Pelvis
Innervasi otot- otot diaphragma pelvis dan anorectum disuplai oleh
serabut- serabut sympathis, parasympathis dan serabut saraf somatis.
Serabut- serabut preganglioner sympathis berasal dari ganglion
paravertebral thoracica terbawah ( T. 10, 11 ) dan bergabung dengan
cabang- cabang dari plexus aorticus untuk membentuk plexus
hypogastricus superior. Plexus tersebut juga memberi percabangan
pada uterus dan ovarium ( testicularis pada laki- laki ). Selanjutnya plexus
hypogastricus bercabang menjadi 2 yaitu; n. hypogastricus dextra dan
sinistra. Nervus hypogastricus kemudian bergabung dengan serabutserabut preganglioner parasympathis yang berasal dari rr. Primarii
anteriores nn. S.2- 4 yang membentuk plexus hypogastricus inferior
yang berada disebelah dorsal vesica urinaria. Plexus hypogastricus
inferior ini memberi innervasi pada; plexus rectalis media, plexus
vesicalis, plexus prostaticum dan plexus uterovaginalis. Nervus yang
mensuplai rectum dan canalis analis terdiri dari; plexus rectalis superior,
plexus rectalis media dan plexus rectalis inferior. Serabut- serabut pada
plexus rectalis superior dan plexus rectalis media bersynaps didalam
plexus myentericus pada dinding rectum. Serabut- serabut ascenderen
dari plexus hypogastricus inferior ( parasympathis ) yang melewati plexus
8

hypogastricus superior dan plexus aorticus akan mencapai plexus


mesentericus inferior untuk memberi innervasi pada colon descendens
dan colon sigmoid. Innervasi somatic diaphragma pelvis dimulai dari
corteks area motorik ( Brodmann area 4 ), selanjutnya akan
descenderent ( turun ) menuju nucleus Onufs yang berlokasi pada
medulla spinalis sacralis.
Serabut- serabut somatic yang berasal dari nucleus Onufs melalui n.
pudendus, cabang muscularis dan plexus coccygeus. Cabang- cabang
utama n. pudendus adalah; n. rectalis inferior, n. perinealis dan n.
scrotalis posterior. Nervus rectalis inferior melalui serabut motornya
menuju m. sphincter ani externus dan serabut sensorisnya membawa
impuls dari canalis analis dan kulit sekitar anus. Nervus perinealis
bercabang 2 yaitu; r. scrotalis ( labialis ) dan r. muscularis. ramus scrotalis
memberi innervasi pada kulit, sementara r. muscularis memberi distribusi
pada m. transversus perinei, m. bulbospongiosus, m. ischiocavernosus, m.
sphincter urethra externus, pars anterior m. sphincter ani externus dan m.
levator ani. Serabut- serabut motorik n. pudendus dextra dan sinistra
beranastomosis ( distribusi overlapping ) didalam m. sphincter ani
externus. Sherrington melakukan observasi dengan melakukan stimulasi
pada satu n. pudendus, terjadi kontraksi seluruh m. sphincter ani
externus. Sebaliknya tonus dan inhibisi m. sphincter ani externus selama
distensi colon dan reflex anocutan tidak terjadi pada n. pudendus
kontralateralnya.
Nervus yang mensuplai m. puborectalis masih menjadi subyek yang masih
menjadi misteri. Literatur lama yang berdasarkan diseksi oleh beberapa
peneliti menunjukkan bahwa otot tersebut mendapat innervasi dari n.
pudendus atau kedua nervus; rectalis inferior dan r. perinei n. pudendus.
Musculus puborectalis disebutkan bukan berasal dari m. levator ani tetapi
dari m. sphincter ani externus. Tetapi pada penelitian elektrofisiologi
didapatkan stimulasi pada n. sacralis diberbagai lokasi pada lantai pelvis
dihasilkan aktifitas EMG pada m. puborectalis ipsilateral tidak terjadi pada
m. sphincter ani externus.
ORGAN VISCERA PELVIS
III.1. Rectum dan Canalis analis
III.2. Ureter, Vesica Urinaria dan Urethra masculina
III.3. Prostata, Ductus deferens dan Vesicula seminalis
III.4. Uterus, Ovarium, Vagina dan Urethra feminina
III.5. Bangunan intra pelvis lainnya
III.1. Rectum dan Canalis analis
Rectum merupakan organ intrapelvis sepanjang 15- 20 cm, lanjutan
kecaudal dari colon sigmoid terbentang setinggi vertebra sacral III sampai
9

orificium analis dan mengikuti lengkungan vertebra sacralis. Bagian


cranial dan bagian anal caudal dibatasi oleh plica horizontalis. Menurut
Sinnatamby dibagi menjadi 3 bagian; bagian cranial dan caudal
melengkung ( konveks ) kearah dextra sedangkan bagian medial
melengkung kearah sinistra ( 1 ). Sehingga akan terbentuk 3 lengkungan
yang masing- masing lengkungan tersebut dibatasi oleh 3 buah plica yang
berbentuk bulan sabit ( sickle ) transversal ( plica rectalis yang disebut
valvula rectalis ( Houston ). Plica media adalah plica yang paling besar
dari dextra dinding rectum tepat dicranial ampulla setinggi perlekatan
peritoneum yang membentuk refleksi kearah ventral untuk membentuk
excavatio rectouterina/ rectovesicalis, berjarak sekitar 8 cm dari
orificium analis.
Rectum dan canalis analis tumbuh dari canalis anorectalis ( pars
dorsalis cloaca ) dan proctoderm. Membrana analis diantara canalis
dan proctoderm robek dan menyisakan bangunan sebagai linea
pectinata; valvula analis disebut sebagai sisa dari membrana tersebut.
Bagian canalis analis lanjutan rectum diproximal linea pectinata adalah
endodermal ( hindgut ). Dan bagian distal yang berasal dari proctoderm
adalah ectoderm, dimana kedua bagian tersebut mendapatkan distribusi
saraf, vasa dan lymphatica yang berbeda.
Bagian interior canalis analis pada sepertiga cranial, membrana
mucosanya membentuk collumna analis ( 6- 10 buah ) pada usia anak
lebih menonjol. Pada ujung caudal collumna analis tersebut bersamasama membentuk plica horizontal yang disebut valvula analis, kemudian
celah diantara collumna analis disebut sinus analis tempat dimana
terletak muara glandula analis. Sekitar setengah glandula tersebut
berada disubmucosa sedangkan sisanya menembus didalam m. sphincter
ani internus. Infeksi pada glandula analis menyebabkan abcess dan
fistula. Ujung seluruh collumna analis tersebut membentuk linea
pectinata/ dentata, dicaudalnya merupakan permukaan yang halus dan
pucat dinamakan pecten. Pecten tersebut meluas kecaudal membentuk
sulcus intersphinctericus. Dicaudal sulcus tersebut permukaannya
dilapisi kulit ( epithel squamous complex berkeratin ) dan mempunyai
apparatus kulit yang lengkap. Sedangkan permukaan antara linea
pectinata dan sulcus intersphinctericus adalah epithel squamous complex
nonkeratin ( gambar 3 ).
Jaringan submucosa pada canalis analis, terdiri dari jaringan fibroelastic ,
otot polos, vena dan anastomosis arteriovenous, membentuk anal
cushion. Posisi anal cushion tersebut pada canalis analis sesuai arah jam
( oclock face ) pada jam 3 ( lateral sinistra ), jam 7 ( dextroposterior ) dan
jam 11 ( dextroanterior ). Aposisi ke 3 anal cushion tersebut menyebabkan
10

celah canalis analis sangat rapat sehingga dapat menahan air ( watertight
). Tekanan yang besar pada anal cushion biasanya akibat faeces yang
keras akan mengakibatkan terjadinya haemorrhoids.
Taenia colon sigmoid kearah rectum secara gradual melebar membentuk
dibagian anterior dan posterior, kemudian bertemu dilateral stratum
longitudinale tunica muscularis yang komplit. Pada rectum juga tidak
mempunyai haustra ( saccula ) maupun appendices epiploicae. Walaupun
secara anatomis rectum tidak mempunyai mesenterium, fascia pelvis
visceralis disekitarnya oleh para ahli bedah disebut sebagai
mesorectum. Lymphonodi pararectal tersebut ikut diangkat pada excisi
carcinoma recti.
Peritoneum melapisi sepertiga bagian cranial rectum pada sisi anterior
dan lateral, dan padan sepertiga medial dilapisi pada sisi anterior;
sepertiga caudal peritoneum mengadakan refleksi kearah vesica urinaria (
laki- laki ) atau bagian cranial vagina ( perempuan ) membentuk excavatio
rectovesicalis atau excavatio rectouterina ( Douglas ). Excavatio tersebut
merupakan bagian paling caudal dari cavum peritoneum, berjarak 7,5 cm
( laki- laki ) atau 5,5 cm ( perempuan ) dari tepi anus ( anal verge ), yang
dapat teraba saat pemeriksaan rectal touche. Dapat juga teraba
lengkung- lengkung intestinum tenue atau colon sigmoid.
Disebelah anterior excavatio rectovesicalis adalah bagian paling cranial
basis vesica urinaria dan puncak vesicula seminalis dan dicaudalnya
terdapat vesicula seminalis, glandula prostata dan ujung distal dari ureter
dan ductus defferens. Penebalan jaringan ikat disebelah anterior rectum
membentuk fascia Denonvilliers . Fascia tersebut yang berdekatan
dengan rectum juga dilakukan excisi saat operasi carcinoma recti.
Sedangkan jaringan ikat yang kuat presacral disebur fascia Waldeyer
turun kearah anorectal junction. Jaringan retroperitoneal yang
membungkus vasa rectalis media melekat dengan ligamentum lateral
rectum, tetapi pada jaringan ini vasanya kecil atau avascular.
Canalis analis bagian anterior dan posterior terpisah akibat adanya lipatan
longitudinal kemedial dinding lateral, dimana dinding lateral tersebut
sampat bersentuhan satu dengan yang lain. Pada literatur dijelaskan
bahwa panjang canalis anorectal secara klinis/ surgical adalah sekitar
4.0 cm 4,5 cm dan secara anatomis/ embriologis sepanjang kira-kira
2.0 cm. Valvula analis dan bagian distal ampulla recti merupakan
permulaan canalis analis baik klinis maupun anatomis. Bagian proximal
( cranial ) sepanjang 10 mm dilapisi epithel collumner ( mucosa )
berikutnya sepanjang 15 mm termasuk valvula dilapisi epithel
squamous complex atau modifikasi collumner simplex. Dan bagian
distal 10 mm lapisannya tebal berupa epithel squamous complex non
11

keratin tidak berambut. Sedangkan bagian paling distal 5- 10 mm


dilapisi kulit yang berambut.

Gambar 5 ( dikutip dari Bharucha AE Pelvic floor anatomy and function


Neurology & motillity.
Canalis analis dikelilingi oleh m. sphincter ani internus dan sphincter ani
externus. Musculus sphincter ani internus bukan hanya berupa penebalan
stratum circuler seperti yang ada di colon tetapi berupa kelompok otot
yang masing- masing dipisahkan oleh septum yang tebal. Pada rectum
intertitial cells of Cajal ( ICC ) mengelompok sebagai jaringan yang
padat sepanjang submucosa dan tepi myentericus. Sedangkan pada m.
sphincter ani internus ICC berlokasi sepanjang tepi kelompok- kelompok
otot didalam lapisan circuler.
Musculus sphincter ani externus tersusun sebagai otot superficialis,
subcutaneous, dan profundal; otot profundal bersatu dengan m.
puborectalis membentuk conjoint tendon sehingga sering sulit dipisahkan
dengan m. puborectalisnya. Menurut penelitian histologis oleh Fritch dan
penelitian USG oleh Stoker dkk. disimpulkan bahwa yang disebut m.
sphincter ani externus hanya subcutaneous dan superficialis ( 3 ).
Pada laki- laki berupa trilaminar melingkari m. sphincter ani externus,
tetapi pada perempuan hanya terdapat disebelah anterior. Disebelah
anterior m. sphincter ani externus melekat pada m. transversus perinei
( puboperinei ) dan corpus perineal sedangkan disebelah posterior
melekat pada raphae anococcygeus.
Innervasi Rectum dan Canalis analis
12

Innervasi rectum dan canalis analis disuplai oleh saraf otonom


( sympathis, parasympathis dan somatic ). Serabut- serabut sympathis
berasal dari ganglia thoracic bawah ( n.T. 6- 12 ) dan n. L.1-2 yang
membentuk plexus hypogastricus superior. Serabut- serabut parasmpathis
berasal dari n. spinalis S 2-4 yang membentuk plexus hypogastricus
inferior. Kedua sistim saraf tersebut akan memberi distribusi sebagai n.
rectalis superior, medius dan n. rectalis inferior.
Selanjutnya sarafsaraf tersebut akan bersynaps pada plexus myentericus didinding rectum
dan canalis analis. Sebagian besar tonus m. sphincter ani internus adalah
bersifat myogenic yang khusus terdapat pada otot polos tersebut, dimana
yang memainkan peranan modulasi adalah reseptor angiotensin F2 dan
prostatglandin F2. Nervus sympathis mempengaruhi kontraksi m.
sphincter ani internus melalui stimulasi reseptor sebaliknya relaksasi
melalui reseptor adrenergic 1, 2 dan 3. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa reseptor pada m. sphincter ani internus yang utama
adalah reseptor 3 dengan affinitas rendah. Stimulasi parasympathis ( n.
pelvicus ) menyebabkan relaksasi m. sphincter ani internus melalui nitrit
oksida ( NO )yang terdapat didalam neuron- neuron plexus myentericus.
Vasointestinal intestinal peptide ( VIP ) dan carbon monoksida
( CO ) adalah neurotransmitter inhibitor lain yang memainkan peranan
kecil pada relaksasi sphincter tersebut. Sedangkan neuron motor exitatory
didalam plexus myentericus m. sphncter ani internus adalah melalui
reseptor acethylcholine dan substansi P. Sejumlah peneliti mempercayai
bahwa efek exytator dan inhibitor neuron myentericus pada m. sphincter
ani internus melalui media ICC tetapi beberapa peneliti lainnya tidak
menemukan bukti tersebut. Degenerasi neuron- neuron myentericus
dapat menyebabkan gangguan relaksasi seperti pada penyakit
Hirschsprung.
Serabut- serabut otot m. sphincter ani externus merupakan tipe otot
skelet yang dapat berkontraksi cepat dan lambat. Fungsi otot tersebut
untuk mempertahankan kontraksi yang bersifat tonik saat istirahat dan
kontraksi cepat secara volunter. Neuron motoris didalam nucleus Onuf
memberi innervasi m. sphincter ani externus melalui rr. Rectales
inferiores dan kedua n. pudendus.
Tonus dan Reflex Sphincter ani
Tonus otot pada untuk mempertahankan penutupan canalis analis pada
saat istirahat ( tidak defecatio ) dilakukan oleh tonus otot dari m.
sphincter ani internus, m. sphincter ani externus, plica mucosa
anus dan tonus m. puborectalis. Menurut Penninkx dkk. tonus anus
melalui aktifitas yang diinduksi oleh m. sphincter ani intenus ( 45% ),
tonus myogenic ( 10%
13

), m. sphincter ani extenus ( 35% ) dan plexus haemorrhoidalis


( 15% ). Duthie juga melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa
tonus canalis analis 70- 80% dipengruhi oleh m. sphincter ani
internus dan sisanya oleh m. sphincter ani externus. Lebih jauh lagi
menurut penelitian dengan menggunakan probe besarnya tekanan akibat
tonus otot ini dipengaruhi beberapa faktor seperti ukuran probe dan lokasi
penempatan probe.
Frenckner dan Ihre juga memberi konstribusi yang penting dengan
pendapatnya bahwa tonus canalis analis dipengaruhi oleh faktor instrinsik
oleh tonus myogenic dan faktor extrinsik oleh serabut- serabut saraf
parasympathis. Innervasi sensorik ( afferens ) adalah melalui kedua saraf
otonom yaitu sympathis dan parasympathis. Rasa nyeri pada rectum dan
canalis analis dibawa oleh serabut- serabut sympathis sedangkan sensasi
penuh akibat distensi melalui serabut- serabut parasympathis.
Defekasi
Defekasi merupakan aktifitas dari rectum dan canalis analis, adanya
sejumlah faeces didalam ampulla recti yang cukup menyebabkan
regangan pada dinding rectum, yang selanjutnya mengirim impuls
afferens kecortex cerebri. Pada tahap berikutnya terjadi kenaikan tonus
dinding rectum untuk mendorong faeces kecaudal dan sekaligus relaksasi;
m. sphincter ani internus dan externus, m. puborectalis. Akibat relaksasi
m. sphincter ani externus dan m. puborectalis angulus anorectal akan
menjadi lurus. Impuls untuk relaksasi tersebut melalui parasympathis
( S2- 4 ). Kemampuan defekasi dapat dilakukan dengan latihan selama
masa kanak- kanak.
Sesuatu yang menarik adalah, walaupun didalam dinding rectum tidak
terdapat receptor yang spesifik tetapi cortex cerebri dapat membedakan
benda- benda yang melewati canalis analis seperti gas, cairan atau benda
padat ( faeces ). Disamping itu terdapat juga receptor regangan pada m.
levator ani dan jaringan perirectal. Pada flatus terjadi peningkatan
tekanan didalam lumen rectum akibat gas yang terakumulasi bersama
faeces melewati bagian cranial canalis analis, terjadi kontraksi otot
sphincter segera yang menyebabkan faeces kembali kerectum tanpa
disertai gas tersebut. Sehingga yang keluar dari canalis analis hanya gas
saja ( 1, 5 ).
Incontinentia terjadi akibat cedera pada m. sphincter ani atau n.
pudendus ( misalnya akibat operasi obstetri/ daerah perineum ). Pada lesi
cerebral atau medulla spinalis dapat terjadi hilangnya kontrol cortical
sehingga tidak dapat merasakan defekasi ( 6 ).

14

Vascularisasi Rectum dan Canalis analis


Seluruh organ tersebut mendapat distribusi arteri dari a. rectalis
superior dengan konstribusi dari a. rectalis media dan a. rectalis
inferior maupun dari a. sacralis media. Ujung akhir dari a.
mesenterica inferior memasuki mesocolon sigmoid dan berganti nama
menjadi a. rectalis superior setelah menyilang apertura pelvis superior.
Arteri tersebut selanjutnya menyilang diventral a. iliaca communis
disebelah medial ureter dan turun didalam lipatan medial mesocolon
sigmoid. Setinggi V.S. III ( mulainya rectum ), bercabang dua turun disisi
lateral rectum dan kemudian bercabang- cabang kecil. Vasa tersebut
menembus dinding rectum dan mensuplai seluruh ketebalan dinding. Vasa
ini dilapisan submucosa sampai canalis analis beranastomosis dengan
cabang- cabang a, rectalis inferior. Arteri rectalis media merupakan
pembuluh darah yang sangat kecil atau kadang tidak ada, mencapai
rectum sepanjang ligamentum rectalis lateralis. Arteri sacralis media
merupakan arteri yang tidak penting pada dinding posterior diregio
anorectal junction.
Aliran vena pada rectum dan canalis analis mengikuti arterinya tetapi
mempunyai anastomosis yang lebih bervariasi. Pembuluh vena disini akan
membentuk plexus rectalis interna yang terdapat dilapisan submucosa
dan plexus rectalis externa disuperfisial ototnya. Vena rectalis media
merupakan pembuluh darah yang kecil dan tidak signifikan dibanding
kedua vena yang lain ( v. rectalis superior dan v. rectalis inferior ),
kemudian berdampingan dengan arterinya untuk selanjutnya mengalir
menuju ke sistim porta dan sistim sistemik.
Aliran Lymphe Rectum dan Canalis analis
Aliram lymphe sebagian besar menuju kecranial. Follicle dari jaringan
lymphoid pada membrana mucosa mengalir kedalam lymphonodi
pararectal pada permukaan dinding rectum. Selanjutnya aliran lymphe
tersebut menuju lymphonodi sepanjang a. mesenterica inferior untuk
menuju lymphonodi preaortici. Aliran lymphe rectum bagian distal
dapat mencapai lymphonodi iliaca interna sepanjang vasa rectalis
media dan vasa rectalis inferior. Sebagian kecil lymphatica rectum
bersama a. sacralis media menuju lymphonodi pada foramen sacralia
anterior.
III.2. Ureter, Vesica urinaria dan Urethra
Ureter pars pelvica sepanjang setengah dari 25 cm ureter keseluruhan.
Organ tersebut menyilang apertura pelvis superior didepan bifurcatio a.
iliaca communis. Ureter sinistra menempel dipuncak mesocolon sigmoid,
15

kemudian turun bersama vasa iliaca externa. Selanjutnya ureter ini


berada dianterior a. iliaca interna dan diposterior ovarium ( perempuan ).
Dari tempat tersebut sebelum masuk kedalam vesica urinaria ureter
sinistra terus turun menyilang dianterior n. obturatorius, vasa obturatoria,
ligamentum umbilicalis mediana ( obliterasi a. umbilicalis ).
Sedangkan ureter dextra akan menempel appendix vermiformis ( bila
letak pelvis ) disebelah posterior appendix. Setelah turun setinggi spina
ischiadica kedua ureter berbelok kemedial dicranial diaphragma pelvis
untuk memasuki basis vesica urinaria pada angulus superior. Disini pada
laki- laki ductus deferens menyilang dicranial ureter untuk seterusnya
berada disebelah medial ureter. Bagian paling cranial vesicula seminalis
biasanya terletak tepat dicauda tempat masuknya ureter kedalam vesica
urinaria.
Pada lantai pelvis perempuan, ureter terletak pada dasar ligamentum
latum, ditempat ini akan menyilang dicranial a. uterina. Dibawah
ligamentum tersebut ureter menembus ligamentum cervicalis , menyilang
fornix vagina 1- 2 cm lateral cervix sebelum memasuki vesica urinaria
dianterior fornix. Akibatnya pada operasi histerectomy, ureter ini dapat
mengalami cedera saat dilakukan ligasi vasa dan reseksi ligamentumnya.
Pada laki- laki dan perempuan, ureter berjalan dengan arah obliq
menembus dinding vesica urinaria sepanjang 1- 2 cm sebelum mencapai
kedua orificium urethra pada angulus lateralis trigonum vesicae.
Vesica urinaria
Vesica urinaria pada keadaan kosong berada didalam pelvis ( minor ),
berbentuk piramid sisi tiga dengan apex menghadap keanterior pada
symphisis pubis dan basis triangular menghadap keposterior diventral
rectum atau vagina. Sama seperti organ berongga lainnya mempunyai
lapisan- lapisan yang sama, lapisan ototnya disebut m. detrusor
vesicae. Terdapat facies inferolateral yang melekat pada pars anterior
m. levator ani, cervix vesicae terdapat urethra dan facies superior
ditempat aposisi dengan usus halus maupun colon sigmoid. Apex
merupakan hasil obliterasi urachus yang membentuk ligamentum
umbilicalis medius didinding anterior abdomen sebelah dalam dan
dibungkus peritoneum sebagai plica umbilicalis medius.
Sebagian besar basis vesica urinaria, atau facies posterior terletak
dicaudal excavatio rectovesicalis dan hanya sebagian permukaan paling
atas dilapisi peritoneum diantara kedua ductus deferens ( Gambar 6 ).
Vesicula seminalis dan ureter juga terdapat pada facies posterior ini.
Pada perempuan basis vesica urinaria dilapisi oleh jaringan ikat kuat yang
menyatukan dengan dinding vagina dan pars superior cervix uteri tanpa
16

dibatasi peritoneum. Bagian paling caudal basis vesica urinaria adalah


trigonum vesicae.
Kedua facies inferolateral dari lateral menuju kebawah dengan arah
mediocaudal, beraposisi dengan bagian diaphragma pelvis, dan m.
obturator internus. Kedua facies tersebut bertemu dengan apex vesicae
( retroperitoneal ) berada didalam spatium retropubica ( Retzius ),
yang berisi jaringan lemak dan ligamentum pubovesicalis yang
terbentang dari collum vesicae ke aspectus inferior os pubis.
Bagian paling caudal vesica urinaria adalah cervix vesicae, tempat
dimana basis dan facies inferolateral bertemu dan ditembus oleh urethra
sebagi orificium urethra interna. Pada laki- laki orificium ini terletak
dipermukaan cranial basis glandula prostat. Pada perempuan cervix
vesicae adalah bagian cranial urethra yang berada didalam jaringan ikat
disebelah ventral dinding vagina.

Gambar 6 ( dikutip dari Ellis H Clinical Anatomy ).


Facies superior ditutupi oleh peritoneum yang melekuk kedepan pada
dinding anterior abdomen. Distensi vesica urinaria lapisan peritoneum
menutup dari dorsal m. rectus abdominis, memisah dari fascia
transversalis pada permukaan dorsal ototnya; sehingga pada keadaan
distensi, vesica urinaria dapat dipisahkan dari dari peritoneum dengan
menggunakan canulla atau scalpel dicranial symphisis pubis tanpa masuk
kedalam cavum peritoneum. Kondisi interior vesica urinaria tergantung
kondisinya, bila keadaan kollaps membrana mucosa tebal dan terbentuk
17

lipatan- lipatan tetapi apabila kondisi distensi membrana akan tipis dan
halus. Trabeculae dari serabut- serabut otot terlihat pada membrana
mucosa.
Trigonum vesicae merupakan area pada basis vesicae didalamnya
terdapat otot polos yang ditutupi membrana mucosa, terdapat diantara
kedua orificium uretericus ( craniolateral ) dan orificium urethra interna
( caudomedia). Pada kondisi kosong jarak ketiga orificium tersebut 2,5 cm
tetapi pada keadaan distensi ( selama cystoscopy ) jarak kedua orificium
uretericus menjadi 5 cm. Pada bagian puncak prostat urethra adalah
bagian yang paling stabil, sementara trigonum vesicae merupakan bagian
yang mudah digerakkan. Pada perempuan urethra distabilkan oleh
jaringan ikat disekitar urethra bagian cranial pada dinding anterior vagina.
Kedua orificium ureterica dihubungkan oleh plica interureterica.
Ureter menembus lapisan otot dan dinding mucosa sangat obliq, ini
dimaksudkan untuk mencegah reflux urine keureter saat terjadi kenaikan
tekanan vesica urinaria. Orificium uretericus menutup pada tekanan,
kecuali akan membuka secara ritmis saat terjadi peristaltik ureter untuk
menyemprotkan urine kedalam vesica urinaria ( normal terjadi 4- 5 kali/
menit ).Pada laki- laki trigonum vesicae menempel pada bagian median
dari zone sentral glandula prostat, dimana setelah umur pertengahan
merupakan proyeksi bagian cranial orificium urethralis interna sebagai
uvula.
Innervasi Vesica urinaria
Serabut- serabut parasympathis terutama motorisnya merupakan
innervasi yang penting pada yang mencapai vesica urinaria melalui n.
splanchnicus pelvicus. Serabut sympathis berasal dari n. L1 dan L2
melalui plexus hypogastricus suoerior dan hypogastricus inferior. Untuk
sebagian besar vesica urinaria serabut sympathis merupakan vasomotor
dan inhibitor terhadap kontraksi m. detrussor, tetapi sekaligus sebagai
exitatory terhadap m. trigonalis ( laki- laki ) dan otot pada bladder neck
( cervix vesicae ). Sensasi normal akibat distensi vesica urinaria melalui
serabut- serabut parasympathis dan medulla spinalis melalui funiculus
Gracilis. Tetapi rasa nyeri pada vesica urinaria ( akibat vesicolithiasis )
mencapai medulla spinalis ( tractus spinothalamicus lateralis ) oleh
kedua jalur parasympathis dan sympathis.
Kontrol miksi
Pengosongan vesica urinaria secara normal terjadi dengan adanya
kontraksi m. detrusor dan relaksasi m. sphincter urethra external dan m.
levator ani secara bergantian. Akumulasi urine distensi dinding vesica
urinaria dengan penyesuaian ( akomodasi ) tonus otot sehingga segera
18

meningkat. Kenaikan setelah itu menimbulkan stimulasi receptos


regangan dari impuls afferens yang melalui n. splanchnicus pelvicus ke
medulla spinalis segmen sacral. Dari sini neuron parasympathis
mengalami stimulasi dan impuls efferens turun melalui n. splanchnicus
pelvicus juga untuk bersynaps denagn neuron postganglioner didalam
dinding vesica urinaria dan kemudian menyebabkan kontraksi m. detrusor.
Reflex regangan saraf autonom akan memberikan kontrol vesica urinaria
pada medulla spinalis seperti pada bayi. Melalui latihan, kontrol pusat
yang lebih tinggi menjadi lebih baik pada aktifitas spinal dan
pengosongan vesica urinaria melalui kontraksi volunter dari otot
abdomen.
Pusat inhibitor terdapat pada gyrus frontalis bagian tengah ( facies
medial hemisphere cerebri dianterior area motor perineal ), lewat serabutserabut saraf menuju pusat motoris detrusor dibagian medial formatio
reticularis pontines. Dari sini serabut- serabut reticulospinalis turun dan
bersatu dengan tractus corticospinalis lateralis menuju segmen sacral.
Otot skeletal sphincter urethra ( external ) dikontrol melalui r. perinei n.
pudendus, yang membawa serabut- serabut yang sebagian besar dari
neuron cornu anterior medulla spinalis S2 ( nucleus Onuf ). Selama miksi
sphincter relaksasi sementara m. detrusor kontraksi. Pada perempuan m.
pubovaginalis menyokong sphincter urethra externa pada akhir miksi.
Pada transeksi medulla spinalis dicranial segmen S2, impuls afferens yang
mengindikasikan distensi vesica urinaria tidak dapat mencapai pusat
sadar, sehingga kontrol cortical dari reflex sacral hilang, dan akibatnya
relaksasi m. sphincter urethra tidak dapat dicegah. Oleh karena pusat
sacral masih utuh, vesica urinaria masih dapat mengalami pengosongan
secara automatis ketika terjadi distensi, seperti pada bayi ( senilis ketika
kontrol cortical hilang akibat penyakit cerebrovascular ). Dan apabila
medulla spinalis segment sacral sendiri rusak, m. detrusor mengalami
paralyse akibatnya vesica urinaria mengalami distensi abnormal sampai
terjadi overflow incontinence ( 1, 4 ).
Vascularisasi Ureter ( pars pelvica ), Vesica urinaria dan Urethra
Vascularisasi yang pokok didapatkan dari a. vesicalis superior dan a.
vesicalis inferior tetapi terdapat distribusi lain dari a. obturatoria, a. glutea
inferior, a. uterina/ a. deferentialis dan a. vaginalis. Sistim vena pada
vesica urinaria tidak mengikuti arterinya. Vena disini membentuk plexus
vesicoprostaticus yang terdapat pada sulcus antara vesica urinaria dan
glandula prostatica, selanjutnya akan mengalir kedorsal melintasi lantai
pelvis untuk bermuara kedalam v. iliaca interna. Pada perempuan terdapat
19

plexus yang sama yang berhubungan dengan vena pada dasar


ligamentum latum. Urethra mendapatkan distribusi arteri selain dari a.
vesicalis inferior juga dari a. pudenda interna.
Aliran lymphe Ureter, Vesica urinaria dan Urethra masculina
Aliran lymphe ketiga organ viscera tersebut mengalir kedalam lymphonodi
iliaci interni dan lymphonodi iliaci externi.
III.3. Prostata, Ductus deferens dan Vesicula seminalis
Ketiga organ tersebut merupakan organ reproduksi laki-laki yang terdapat
didalam cavum pelvis ( minor ) ( Gambar 7 ).
Struktur prostata adalah sebagian berupa glandula sebagian lagi
fibromuscular organ ini terletak diantara vesica urinaria dan diaphragma
urogenitalis, bagian proximal ( cranial ) nya ditembus oleh urethra ( pars
prostatica ). Pada kondisi normal diameter laterolateral lebih panjang
dibandingkan jarak dari cranial lecaudal ( 4 x 3 x 2 cm ). Pada perempuan
prostata ini homolog dengan glandula paraurethrales ( Skene ).
Prostata memproduksi sekitar 30% volume cairan seminalis ( dari
vesicula seminalis ).Morfologi prostata adalah terdiri dari; basis dan
apex yang berada dicaudal. Permukaan yang ada meliputi facies anterior,
posterior dan kedua facies inferolateral. Bagian apex yang tumpul
merupakan bagian tercaudal dan urethra pars prostatica yang melewati
prostata dari sebelah anterior dikelilingi m. sphincter urethra. Facies
anterior terletak disebelah dorsal spatium retropubica dan dihubungkan
dengan corpus os pubis melalui ligamentum puboprostaticum. Facies
inferolateral difiksasi oleh pars prostata m. levator ani. Facies posterior
diventral disebelah ventral rectum bagian caudal tetapi dipisahkan oleh
fascia rectovesical. Ductus ejaculatorius menembus facies posterior
vesica urinaria bagian caudal

Gambar 7 ( dikutip dari Ellis H Clinical Anatomy dari arah dorsal ).


20

dan memasuki prostata secara oblique sepanjang 2 cm untuk kemudian


bermuara pada urethra ( orificium ductus ejaculatorius ) ( gambar 8 ).
Ductus prostata sendiri juga bermuara pada urethra pars prostatica
dilateral crista urethralis.
Lapisan pembungkus prostata yang langsung berupa jaringan ikat tipis
tetapi kuat sebagai true capsule ( capsula prostatica ), dan
disuperficialnya terdapat kondensasi fascia pelvis sebagai false capsule
. Diantara kedua capsul tersebut terdapat plexus venosus
vesicoprostaticus. Glandula protata terdiri dari acini berbagai bentuk
dan ukuran yang berada didalam jaringan stroma fibromuscular.
Urethra pars prostatica, panjang 2- 3 cm menembus prostata dibagian
ventral. Urethra tersebut menuju kecaudal dan arah posterior dari meatus
urethra interna, kemudian dipertengahan berbelok kecaudoventral pada
apex prostata.
Peninggian ditengah berupa crista urethralis, merupakan proyeksi
didalam lumen pada dinding posterior urethra pars prostatica. Dilateral
crista urethralis terdapat cekungan dangkal ( sinus prostaticus ). Pada
pertengahan crista terdapat eminentia yang disebut colliculus
seminalis ( verumontanum ). Utriculus prostaticus, merupakan
recessus sempit menunjukkan akhir dari sisa ductus
paramesonephricus ( Mullerian ), bermuara pada bagian tengah
verumontanum dan ductus ejaculatorius yang bermuara disisi lateral
utriculus prostaticus. Bagian proximal urethra pars prostatica yang juga
disebut pars preprostaticus dikeliling oleh otot polos berbentuk silinder
yang merupakan perluasan musculus circularis dari bladder neck; sebagai
catatan diatas, kontraksi otot tersebut mencegah regurgitasi sperma
kedalam vesica urinaria pada saat ejakulasi.
Prostata terdiri dari zone sentral ( 25% ) dan zone perifer ( 75% ). Zone
sentral berbentuk baji dan bentuk basis dari glandula dengan apexnya
pada verumontanum; yang disekitarnya terdapat ductus ejaculatorius
yang menembus glandulanya. Zone perifer mengelilingi zone sentral dari
dorsal dan caudal, tetapi tidak mencapai bagian basisnya. Pembagian
menurut Mc Neal ( 1968 ) adalah; zone perifer 70%, zone sentral
25% dan zone transtitionil 5%. Selanjutnya Mc Neal ( 1988 ) juga
menemukan hubungan zone ini dengan terjadinya carcinoma prostata,
dimana pada zone perifer ditemukan sebesar 70%, zone transtitionil 1020% sedangkan pada zone sentral 5- 10% ( 1, 7 ).
Terdapat juga jaringan kelenjar yang sangat kecil dianterior urethra pars
prostatica sebagian besar berupa jaringan fibromuscular. Bagian prostata

21

tersebut tumpang tindih dengan bagian cranial m. detrusor dan dicaudal


dengan m. sphincter urethra externus.
Perkembangan prostata berasal dari pars pelvica sinus urogenitalis
( endodermal ) yang tumbuh menjadi ujung epithel yang menjadi acini
prostata pada zone perifer. Bagian dorsal akan tumbuh keluar dari ductus
mesonephricus yang kemudiam membentuk acini zone sentral. Stroma
fibromuscular berkembang dari mesenchyme yang mengelilinginya.
Perbedaan lokasi asal zone acini dalam dan zone luar berhubungan
dengan lokasi terjadinya tumor jinak dan tumor ganas ( 1 ).

Gambar 8 ( dikutip dari Ellis H Clinical Anatomy ).


Innervasi Prostata
Acini prostata menerima persarafan parasympathis ( cholinergic ) dari n.
splanchnicus pelvicus. Serabut- serabut otot pada stroma yang
menghasilkan kontraksi selama ejakulasi dibawah pengaruh sympathis
( adrenergic ) berasal dari plexus hypogastricus inferior.
Vascularisasi Prostata
Suplai arteri yang dominan berasal dari r. prostaticus a. vesicalis inferior,
dan cabang-cabang kecil dari a. rectalis media dan vasa pudenda interna.
Aliran vena mengalis kedalam plexus venosus vesicoprostaticus. Plexus
venosus ini juga menerima v. dorsalis penis profunda dan akhirnya dari
plexus venosus vesicoprostaticus mengalir ke v. iliaca interna.
Aliran Lymphe Prostata
Vasa lymphatica dari prostata lewat menyilang lantai pelvis sebagian
besar menuju lymphonodi iliaci interni; sebagian kecil menuju lymphonodi
iliaci externi.
22

Ductus deferens merupakan lanjutan dari epididymis yang memasuki


cavum abdomen/ pelvis melalui anulus inguinalis profunda/ lateral
melintas sepanjang dinding anterior abdomen dan lantai pelvis untuk
mencapai vesica urinaria. Sepanjang canalis inguinalis tidak terdapat
struktur yang membatasi dengan peritoneum. Setelah melingkari
ligamentum interfoveolare dan a. epigastrica inferior pada anulus
inguinalis profundus, ductus deferens tersebut akan menyilang vasa iliaca
externa, ligamentum umbilicalis media, nervus dan vasa obturatoria dan
ductus ini terletak menempel pada fascia obturatoria.
Lengkungan kemedioanterior ductus deferens, menyilang dicranial ureter.
Kedua ductus kemudian turun dan membentuk ampulla yang tempat
akumulasi spermatozoa; bagian proximal ductus mengabsorbsi cairan
yang dihasilkan oleh tubuli seminiferi testis.
Ampulla ductus deferens terletak parallel dan medial terhadap vesicula
seminalis; dimana dinding ductus tersebut bersama dengan dinding
vesicula seminalis yang kehilangan lapisan ototnya untuk membentuk
ductus ejaculatorius. Ductus ejaculatorius selanjutnya masuk kedalam
prostata dan bermuara pada verumontanum.
Vesicula seminalis merupakan organ berbentuk kantong berlobus,
berdinding tipis diujungnya bergabung dengan ductus deferens
membentuk ductus ejaculatorius. Kedua vesicula seminalis menempel
pada basis vesicae dicrania prostata dan memproduksi 60% cairan
sperma. Organ- organ tersebut dibagian posteriornya dilapisi oleh fascia
rectovesicalis dan bagian puncaknya juga oleh peritoneum yang
membentuk excavatio rectovesicalis.
Ductus deferens dan vesicula seminalis berkembang dari ductus
mesonephricus didorsal dari prostata. Vesicula seminalis sendiri tumbuh
akibatproses diverticulum dari ductus tersebut. Gambaran secara
histologis ductus deferens mempunyai dinding yang tebal, mempunyai 3
lapisan otot polos ( externa, media dan interna ). Membrana mucosanya
dilapisi epithel collumner bercilia.
Otot pada vesicula seminalis lebih tipis daripada lapisan otot pada ductus
deferens. Membrana mucosanya juga dilapisi epithel collumner.
Innervasi Ductus deferens dan vesicula seminalis
Otot olos ductus deferens dan vesicula seminalis menerima serabutserabut dari plexus hypogastricus inferior. Sebagian besar serabut
sympathis berasal dari ganglion lumbalis1. bersifat motorik, apabila
terjadi kerusakan akan terjadi kelumpuhan otot dan akibatnya tidak
23

terdapat kontraksi untuk mengosongkan secret dan spermatozoa ( tidak


terjadi emisi/ ejakulasi ).
Vascularisasi Ductus deferens dan Vesicula seminalis
Suplai arteri pada ductus deferens adalah cabang dari a. vesicalis superior
( kadang juga dari a. vesicalis inferior ). Arteri tersebut akan bersama
dengan ductusnya menuju kearah epididymis dan beranastomosis dengan
a. testicularis/ spermatica interna . untuk vesicula seminalis sendiri
berasal dari a. vesicalis inferior dan a. rectalis media.
Aliran lymphe Ductus deferens dan Vesicula seminalis
Vasa lymphaticanya mengikuti aliran vasanya untuk menuju lymphonodi
iliaci
III.4. Uterus, Ovarium, Vagina dan Urethra feminina
Uterus merupakan organ yang berfungsi untuk nidasi dan berkembangnya
embrio. Pada nullipara bentuknya seperti buah pear yang pipih ( flat ).
Organ ini berukuran 8 x 5 x 3 cm, mempunyai bagian- bagian; fundus,
corpus dan cervix. Cavitas uteri berhubungan dengan kedua lumen
tuba uterina dan vagina melalui canalis cervicis uteri. Posisi normal
uterus adalah anteversi dan anteflexio, tetapi terdapat 20% nullipara
posisi retroversi.
Fundus uteri merupakan bagian cranial yang berhubungan dengan lumen
tuba uterina, benruk konveks dan dibungkus oleh lapisan serosa berupa
peritoneum pelvica yang melanjut kecaudal kearah corpus uteri.
Corpus uteri berbentuk pipih anteroposterior dicaudal fundus. Dibagian
craniolateral corpus uteri disebut angulus ( cornu ), merupakan
pertemuan antara fundus dan corpus adalah lokasi masuknya tuba
uterina. Corpus uteri dilapisi oleh peritoneum yang melanjut kelateral
membentuk ligamentum latum. Terdapat facies intestinal merupakan
bagian corpus yang beraposisi dengan usus halus, sementara facies
vesicalis yang terdapat dianterior berhadapan dengan vesica urinaria
yang diantaranya terdapat excavatio vesicouterina ( Gambar 9 ). Cavitas
uteri merupakan ruangan yang terdapat didalam corpus, ruang yang
sempit pada nullipara, akan melebar selama kehamilan dengan adanya
pembesaran dinding uterus untuk mengakomodasi pertumbuhan fetus.
Cervix uteri juga berbentuk agak pipih dicaudal corpus uteri dan
merupakan bagian paling caudal uterus. Cervix uteri tersebut ujung
caudalnya berada didalam lumen vagina dengan penonjolannya
( protrusi ) yang disebut pars vaginalis cervicis uteri, sedangkan
24

bagian dcranialnya adalah pars supravaginalis cervicis uteri. Diantara


protrusi cervix uteri dengan dinding vagina terdapat sulcus yang
mengelilingi cervix membentuk fornix vagina, dimana fornix posterior
adalah yang paling dalam. Facies posterior cervix dilapisi oleh peritoneum
yang merupakan lanjutan peritoneum yang melapisi corpus uteri.
Peritoneum tersebut melengkung kecaudal membentuk excavatio
rectouterina ( Douglas ) yang mencapai puncak fornix posterior. Bagian
anterior tidak dilapisi peritoneum dan menempel pada vesica urinaria
dicranial trigonum vesicae yang diantaranya terdapat jaringan ikat yang
padat. Organ disekitar cervix uteri paling penting secara klinis adalah
ureter yang terdapat 2 cm dilateralnya.
Lumen pada cervix uteri adalah canalis cervicis lanjutan cavum uteri
( ostium uteri internum ), sedangkan canalis tersebut yang bermuara pada
lumen vagina disebur ostium uteri externum. Ostium ini berbentuk
bulat pada nullipara tetapi akan menjadi celah pipih setelah melahirkan
dan membentuk labium anterius dan labium posterius cervic uteri.

Gambar 9 ( dikutip dari Ellis H Clinical Anatomy )


Tuba Uterina
Terdapat sepasang tuba uterina masing- masing panjangnya 10 cm.
Bagian medial ( intramural ) sepanjang 1 cm berada didalan dinding
uterus. Dari cornu uteri tuba uterina terletak didalam ligamentum latum
bagian cranial, membentuk plica ( mesosalpinx ). Bagian yang dekat
dengan uterus ( isthmus tuba uterina ) lurus dan sempit. Selanjutnya
dilateral isthmus tuba melebar disebut ampulla tuba uterina yang
panjangnya lebih dari setengah panjang keseluruhan tuba. Akhirnya
25

bagian paling lateral berbentuk trompet ( infundibulum ) yang mempunyai


fimbriae seperti jari- jari tangan, salah satu fimbria terpanjang disebut
akan menempel pada ovarium. Muara infundibulum ini membuka pada
ligamentum latum didinding lateral pelvis.
Tuba uterina mempunyai lapisan yang sama seperti usus, mempunyai 2
lapisan otot polos ( stratum circularis dan stratum longitudinalis ), lapisan
profundalnya dilapisi membrana mucos yang membentuk lipatan- lipatan.
Membrana mucosanya mempunyai epithel campuran ( bercilia dan
noncilia ). Cilia dimulai dari fimbria yang tidak mempunyai lapisan otot.

Innervasi Uterus dan Tuba uterina


Uterus mendapat innervasi dari plexus hypogastricus, otot polos uterus
juga sensitif terhadap pengaruh hormon. Suplai sympathis memberi
pengaruh vasokonstriksi dan berhubungan dengan fungsi otot uterus,
tetapi tidak semua otot uterus mendapat innervasi dari saraf tersebut.
Pada kerusakan medulla spinalis segmen atas ( thoracal ) tdak
,empengaruhi kontraksi uterus bahkan saat inpartu ( his ). Rasa nyeri dari
cervix biasanya dijalarkan lewat n. splanchnicus pelvicus, walaupun cervix
bagian cranial melalui saraf sympathis seperti impuls nyeri dari corpus
uteri ( termasuk nyeri saat melahirkan ). Daerah innervasi medulla
spinalis segmen T 10- L 1 impuls nyerinya dijalarkan sesuai dermatoom.
Tetapi neurectomy pada n. hypogastricus tidak menghilangkan nyeri
pada saat partus walaupun dapat mengurangi nyeri pada kasus
dysmenorrhe.
Vascularisasi Uterus dan Tuba uterina
Uterus dan tuba uterina mendapat distribusi arteri utama dari a. uterina
yang merupakan cabang a. iliaca interna. Arteri tersebut melintas
kemedial menyilang lantai pelvis pada basis ligamentum latum, dicranial
ureter, sampai disisi pars supravaginalis cervicis uteri. Selanjutnya
memberi cabang pada cervix dan vagina. Vasa tersebut kemudian
berbelok kecranial disisi uterus sampai cornu, memberi percabangan dan
mengadakan penetrasi kedalam dinding uterus akhirnya beranstomosis
dengan cabang a. uterina dikontralateralnya. Pada pertemuan uterus dan
tuba uterina cabang arteri berbelok kelateral dan berakhir sebagai
anastomosis dengan cabang a.ovarica yang mensuplai tuba uterina.
Vena uterina berjalan lurus dicaudal arterinya pada tepi ligamentum
latum, disini membentuk plexus yang cukup lebar menyilang lantai pelvis.

26

Vena tersebut juga mengadakan anastomosis dengan plexus venosus


vesicalis dan plexus rectalis, selanjutnya bermuara pada v. iliaca interna.
Selain vena uterina juga bergabung dengan v. ovarica.
Aliran lymphe Uterus dan Tuba uterina.
Lymphe dari cervix uteri menuju kelymphonodi iliaci externi dan
lymphonodi iliaci interni, sebagian menuju lymphonodi sacrales melalui
ligamentum sacrouterina. Vasa lymphatica dari bagian cranial corpus,
fundus dan tuba uterina bersama dengan lymphe dari ovarium menuju
lymphonodi para-aortic. Sebagian kecil menuju lymphonodi iliaci externi
dan beberapa dari regio cornu uterina bersama dengan ligamentum
rotundum mencapai lymphonodi inguinalis superficiales.

Struktur, bangunan penyokong Uterus dan Tuba Uterina


Struktur terbesar uterus adalah otot polos ( myometrium ) dimana
serabut- serabutnya sering dijelaskan terdiri dari 3 lapis, tetapi sulit
dibuktikan. Serabut otot superficialnya longitudinal berfungsi untuk
mendorong isi cavum uteri, sementara serabut yang lain ( circuler )
sebagai sphincter mengelilingi vasa. Membrana mucosanya disebut
endometrium dilapisi epithel collumner masuk kedalam stroma
endometrial untuk membentuk glandula endometrial ( glandula
uterina ). Ketebalan endometrium bervariasi dengan stadium yang
berbeda sesuai dengan siklus menstruasi; saat menstruasi hanya bagian
basis glandula yang tersisa untuk menyiapkan proliferasi sel
endometrium. Pada waktu stadium sekresi ketebalan endometrum
mencapai puncaknya untuk menyiapkan kehamilan. Epithel tersebut akan
berubah menjadi epithel squamous complex ( vagina ), peralihannya
terdapat pada mucosa cervix uteri.
Posisi normal uterus anteflexi dan anteversi yaitu fundus dan bagian
cranial corpus membengkok ke anterior membuat sudut dengan axis
cervix sebagai anteflexi, sementara dengan axis vagina membentuk
sudut anteversi. Sebanyak 20% nullipara mempunyai letak retroflexi
tanpa disetai efek yang berarti. Bagian uterus yang paling terfixasi adalah
cervis uteri, oleh karena melekat pada facies posterior vesica urinaria,
fornix vagina dan struktur yang lain secara langsung dan tidak langsung
mempertahankan posisi normal. Termasuk diaphragma pelvis, kondensasi
fascia pelvica membentuk ligamentum dan juga perlekatan dengan
peritoneum ikut membuat cervix uteri terfixasi dengan baik.
27

Musculus pubovaginalis dan corpus perineal dengan insertinya juga


menyokong vagina dan secara tidak langsung memegang cervix. Apabila
otot tersebut mengalami regangan berlebihan atau ruptur ( selama
persalinan ) menyebabkan dinding posterior vagina terbenam ( prolaps ),
hal ini sering diikuti prolaps/ retroversi uteri.
Ligamentum latum hanya merupakan lipatan peritoneum yang terbentang
dilateral uterus, sehingga merupakan penyokong yang lemah terhdap
uterus. Bagian craniolateral ligamentum latum berisi vasa dan lymphatica
ovarii meluas kedinding lateral pelvis ( ligamentum suspensorium
ovarii ) juga menyokong sedikit uterus.
Lembaran anterior ligamentum latum menonjol kedepan akibat adanya
ligamentum rotundum letak dicaudal tuba uterina. Sedangkan lembaran
posteriornya yang membentuk plica yang didorsalnya menempel ovarium
disebut mesovarium. Diantara 2 lembaran peritoneum tersebut juga
terdapat massa jaringan areoler ( parametrium ) terletak vasa dan
lymphatica uterina, ligamentum rotundum dan ligamentum ovarii
proprium. Selain bangunan- bangunan tersebut masih terdapat sisa
tubulus mesonephricus ( epoophoron dan paroophoron ).
Ligamentum rotundum terbentang dari tempat pertemuan uterus dan
tuba uterina sampai anulus inguinalis profundus. Ligamentum ini terletak
dicaudal tuba uterina setelah menempel pada ligamentum ovarii
proprium, keduanya merupakan sisa gubernaculum. Setelah sampai
dianulus inguinalis profundus, ligamentum rotundum ini melewati canalis
inguinalis keluar lewat anulus inguinalis superficialis dan berakhir didalam
jaringan lemak didalam labium majus pudendi.
Ligamentum cervicalis transversalis ( ligamentum cervicalis/
ligamentum cardinale/ ligamentum Mackenrodt ) terdiri dari
penebalan jaringan ikat yang terletak dibasis ligamentum latum,
terbentang dari cervix uteri dan fornix vagina sampai dinding lateral
pelvis. Ligamentum tersebut merupakan fixator uterus paling kuat.
Ligamentum sacrouterina terdiri dari jaringan ikat dan otot polos,
terbentang kedorsal dari cervix ( dicaudal peritoneum ) dan melekat pada
os sacrum. Ligamentum tersebut dapat teraba saat
pemeriksaan rectal touche tetapi tidak akan teraba pada vaginal touche
( 8 ).
Ligamenta diatas memfixasi cervis uteri dan sebaliknya terjadi tarikan
oleh ligamentum rotundum untuk mempertahankan posisi anteversi
uterus.
Aspek pembedahan Uterus
28

Pembedahan uterus ( hysterectomy ) dapat melalui abdominal ataupun


vaginal. Ligamenta ( latum, rotundum, ovarii proprium ) dan tuba uterina
dilakukan diseksi dengan uterus. Ureter pars pelvica sangat
membutuhkan pengamanan terutama pada saat ligasi vasa uterina.
Dinding anterior dan posterior vagina dipotong melintang dicaudal cervix
uteri. Untuk pengangkatan subtotal hysterectomy melalui abdominal,
cervix uteri dipotong setinggi tepi caudal ligamentum latum tanpa masuk
kedalam vagina.
Ovarium
Organ ini berbentuk ovoid, lebih kecil dibanding testis, ukurannya adalah;
panjang 3 cm, lebar 2 cm dan tebal 1 cm akan lebih kecil sebelum
menarche dan postmenophause. Pada posisi berdiri ovarium terletak
vertikal. Polus cranialis ovum, extremitas tubaria ( sisi yang berhadapan
dengan tuba uterina terletak miring dan ditutupi dianteriornya oleh
fimbriae.
Bagian polus caudalis terletak miring kedepan kearah uterus dimana
pada bagian tersebut melekat pada ligamentum ovarii proprium
( fibromuscular ). Permukaan ovarium dilapisi oleh epithel cuboid yang
menghadap cavum peritoneum.
Facies lateralis ovarii terletak diantara vasa iliaca interna dan vasa iliaca
externa, berhadapan dengan peritoneum parietalis yang memisahkan
dengan n. obturatorius disebelah lateral dan ureter disebelah
posteriornya.
Posisi ovarium tersebut berubah selama kehamilan dan biasanya akan
kembali keposisi semula setelah melahirkan. Pada pemeriksaan vaginal
touche ovarium dapat diraba dengan ujung jari.

Innervasi Ovarium
Serabut- serabut sympathis ( vasoconstrictor ) mencapai ovarium dari
plexus aorticus sepanjang vasa ovarii. Badan selnya berasal dari
preganglioner didalam medulla spinalis segment T 10 11. Serabutserabut parasympathis ( vasodilator ) dapat mencapai ovarium dari plexus
hypogastricus inferior melalui a. uterina. Serabut saraf otonom tidak
dapat mencapai follicel; pengaruh saraf disini tidak diperlukan didalam
proses ovulasi. Serabut- serabut sensoris didalam nervus sympathis
membawa impuls nyeri ovarium.
29

Vascularisasi Ovarium
Ovarium mendapat suplai arteri dari a. ovarica yang dicabangkan dari
aorta abdominalis. Vasa turun disebelah dorsal peritoneum infracolica,
vasa colica ( dextra et sinistra ), menyilang ureter diventral m. psoas.
Selanjutnya arteri tersebut menyilang apertura pelvis superior dan
bersama ligamentum suspensorium ovarii dilateral dari ligamentum
latum. Setelah sampai di ovarium memberi percabangan pada tuba
uterina dan uterus.
Vena ovarica membentuk plexus didalam mesovarium dan ligamentum
suspensorium ( plexus pampiniformis seperti pada testis ). Plexus ini
mengalir ke v. ovarica yang mengikuti arterinya. v. ovarica dextra
bermuara ke v. cava inferior, sedangkan v. ovarica sinistra bermuara ke v.
renalis sinistra.
Aliran lymphe Ovarium
Aliran lymphe organ tersebut menuju lymphonodi para- aortici sepanjang
pangkal arterinya. ( V.L. II ). Observasi klinis menunjukkan bahwa aliran
lymphe ovarium juga menuju lymphonodi inguinalis melalui ligamentum
rotundum, vasa lymphatica disepanjang canalis inguinalis dan ke ovarium
dikontralateralnya melintasi fundus uteri.
Vagina
Vagina merupakan tuba fibromuscular yang besar, panjang sekitar 10 cm,
arahnya dari bagian caudal ( orificium vaginae/ introitus ) menuju
cranio dorsal untuk bertemu dengan cervix uteri. Dinding anterior dan
posterior ( nullipara ) saling bertemu membentuk celah sempit karena
adanya columna rugarum anterior dan collumna rugarum posterior,
sehingga lumennya telihat seperti huruf H. Organ tersebut terletak
diventral rectum, canalis analis dan corpus perinealis dan disebelah dorsal
vesica urinaria dan urethra. Dicaudal dasar excavatio rectouterina, vagina
dipisahkan dengan rectum oleh septum rectovaginal yang tipis.
Bagian cranial agak distensi ( melebar ) dan menjepit cervix uteri,
dengan dicaudal pertemuan dengan cevix membentuk fornix vaginae.
Dinding posterior vagina lebih panjang dari pada dinding anteriornya,
sehingga fornix posterior lebih dalam. Bagian posterior fornix vagina
dilapisi oleh peritoneum yang melipat diventral cavum Douglas; ini adalah
satu- satunya bagian vagina yang dilapisi oleh peritoneum. Ureter
berdekatan di sebelah lateral fornix dan kemudian menyilang didepan
fornix anterior sebelum memasuki vesica urinaria.

30

Dicaudal cervix uteri dinding anterior vagina bersentuhan dengan basis


vesica urinaria dan di vesica urinaria bagian bawah, ureter melekat pada
dinding lateral vagina.
Vagina menuju kecaudal diantara m. pubovaginalis, melalui diaphragma
urogenitalis dan membrana perineal masuk kedalam spatium perinei
superficialis tempat muara vagina ( orificium vaginae pada
vestibulum. Disini dapat diidentifikasi adanya hymen dan ductus
vestibularis major ( Bartholini ), yang muaranya dicaudal hymen dan
posterolateral dari dinding vagina. Orificium urethra externum berada
disebelah anterior orificium vaginae.
Struktur vagina berupa lapisan otot polos yang diprofundalnya merupakan
membrana mucosa dan diluarnya dilapisi jaringan ikat fibrosa lanjutan
dari fascia pelvica, kecuali pada fornix posterior ( dilapisi peritoneum ).
Serabut otot polos terdiri dari stratum longitudinalis dan diprofundalnya
startum circularis. Membrana mucosa berupa epithel squamous complex
non keratin yang menempel pada jaringan ikat lamina propria dimana
terdapat sejumlah besar dinding vena sebagai jaringan erektil. Pada
dinding vagina tidak terdapat muscularis mucosae dan kelenjar. Pada
nullipara membrana mucosa anterior dan posterior membentuk collumna
rugarum ( anterior dan posterior ), selain beberapa lipatan transversal
disebut rugae. Sebagian besar vagina ( cranial ) berasal dari fusi kedua
ductus paramesonephricus, tetapi bagian caudal berasal dari sinus
urogenitalis. Labia minora membatasi orificium vaginae yang berasal
dari plica urogenitalis ( labia majora dari pembesaran labioscrotalis )
Innervasi Vagina
Bagian caudal vagina menerima innervasi dari serabut- serabut sensoris
( afferens somatis ) dari r. perinei dan r. labialis n. pudendus. Selain itu
bagian anterior vulva mendapat innervasi dari n. ilioinguinalis. Serabut
saraf otonom dari plexus hypogastricus inferior memberi innervasi pada
vasa dan otot polos dinding vagina. Bagian cranial vagina disebut hanya
sensitif terhadap regangan melalui serabut afferens sympathis.
Vascularisasi Vagina
Arteri vaginalis memberi suplai pada vagina dicabangkan oleh a. iliaca
interna, beberapa arteri lain seperti; a. uterina, a. vesicalis inferior dan a.
rectalis media juga memberikan distribusi ke vagina. Semua arteri
tersebut membuat anastomosis yang baik. Aliran vena dari vagina
bergabung dengan plexus venosus diatas lantai pelvis dan untuk
kemudian mengalir ke v. iliaca interna.
Urethra feminina
31

Urethra feminina mempunyai panjang 4 cm, terbentang dari cervix


vesicae pada sudut caudal trigonum vesicae sampai meatus urethra
externus, di sebelah anterior orificium vaginae dan di dorsal ( 2,5 cm )
dari clitoris. Kecuali dibagian paling cranial, urethra bagian caudal melekat
pada dinding anterior vagina. Setelah meninggalkan vesica urinaria
urethra akan menembus serabut- serabut m. pubovaginalis yang
memainkan kompresi pada urethra. Urethra tersebut berkembang dari
sinus urogenitalis.
Dengan urethra feminina yang pendek dan lurus, tindakan kateterisasi
pada perempuan lebih mudah dilakukan. Tetapi yang perlu
dipertimbangkan pada saat kehamilan trimester akhir, urethra tersebut
akan memanjang ( stretching ) sampai dua kalinya mengikuti
pemanjangan vagina. Juga terjadi kompresi urethra akibat tekanan kepala
fetus dengan symphisis pubis.
Struktur urethra feminina berupa jaringan fibromusculer dengan lapisan
mucosa yang dilapisi epithel squamous complex non keratin. Terdapat
beberapa glandula mucosa pada dindingnya, yang paling besar adalah
glandula paraurethralis ( Skene ) yang bermuara melalui ductus tunggal
pada setipa sisi didekat meatus urethra externus. Serabut- serabut m.
trigonalis pada vesica urinaria melanjut ke dinding proximal urethra. Otot
polos urethra sebagian besar adalah stratum longitudinale; berkontraksi
selama miksi memendek dan membesarka lumen. Disebelah
superficialnya terdapat m. sphincter urethra externa ( otot skelet/ volunter
). Sphincter ini paling tebal pada pertengahan urethra dimana di bagian
ventral lebih tebal dibandingkan sisi lateralnya.
Innervasi Urethra feminina
Setrabut- serbut saraf yang mensuplai urethra berasal plexus
hypogastricus inferior dan r. perineal n. pudendus.
Vascularisasi Urethra feminina
Bagian cranial mendapat suplai dari a. vesicalis inferior dan a. vaginalis,
sedangkan bagian caudal dari a. pudenda interna. Aliran vena menuju
plexus venosus vesicalis dan v. pudenda interna.
Aliran lymphe Urethra feminina
Aliran lymphe Urethra feminina sebagian besar mengalir kedalam
lymphonodi iliaci interni dan sebagian lainnya ke lymphonodi liaci externi.
III.5. Bangunan intrapelvis lainnya

32

Selain organ viscera bangunan intrapelvis berupa jaringan ikat, nervus,


vasa ( pembuluh darah ) dan jaringan lymphatica. Bangunan- bangunan
tersebut sebagian besar terdapat pada dinding pelvis posterior, sebagian
lainnya pada dinding lateral dan dasar ( lantai pelvis ).
Yang pertama adalah bangunan saraf, sebagai pangkalnya adalah plexus
lumbosacral yang dibentuk oleh rami primarii nn. Spinales segmen L. 4,5
dan S. 1- 4. Plexus tersebut mempunyai banyak cabang yang terutama
mensarafi extremitas inferior. Cabang terminalnya adalah n. ischiadicus
dan n. pudendus yang mensarafi organ dan diaphragma pelvis.
Plexus sacralis sendiri memberi percabangan pada :
Rami muscularis ( m. piriformis, m. levator ani dan m. coccygeus ).
1.
2.
3.
4.
5.

Nervus splanchnicus pelvicus


Nervus pudendus dan n. ischiadicus
Cabang- cabang collateral
Nervus obturatorius dan n. obturatorius acessoria
Nervus gluteus ( superior dan inferior ).

Kemudian plexus coccygeus ( S. 5 dan Co. 1 ) yang memberi


distribusi pada kulit anococcygeal.
Arteri intrapelvis
Arteri yang berada didalam pelvis adalah arteri yang dicabangkan
sebagian kecil oleh a. iliaca externa dan sebagian besar oleh a. iliaca
interna ( hypogastrica ). Arteri iliaca externa sendiri terutama memberi
distribusi pada extremitas inferior dan dinding abdomen anterior
bagian caudal ( infraumbilical ). Cabang yang berada diintrapelvis
adalah a. epigastrica inferior dan a. circumflexa ilium profunda.
Sedangkan a. iliaca interna memberikan vascularisasi hampir semua
organ intrapelvis ( kecuali ovarium ) maupun dinding dan lantai pelvis.
Arteri iliaca interna bercabang menjadi dua ( pars anterior dan pars
posterior ).
Cabang- cabang pars posterior a. iliaca interna adalah :
1.
2.
3.
4.

A.
R.
A.
A.

iliolumbalis ( berada diventral truncus lumbosacral )


iliacus ( pada os coxae dan m. iliacus )
sacralis lateralis
glutea superior.

Sedangkan cabang- cabang pars anterior a. iliaca interna meliputi :


1. A. vesicalis superior
2. A. vesicalis inferior
33

3.
4.
5.
6.
7.

A.
A.
A.
A.
A.

rectalis media
uterina
obturatoria
glutea inferior
pudenda interna

Sistim vena pada intrapelvis mengikuti arterinya, tetapi sebelum


mengalir ke vena beberapa akan membentuk plexus venosus. Plexusplexus antara adalah plexus venosus ( rectalis, vesicoprostaticus,
uterinus, vaginalis dan pampiniformis pada perempuan ).
Lymphonodi Pelvis
Lymphonodi disini terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok didekat
apertura superior dan kelompok yang berada didalam cavum pelvis.
Lymphonodi kelompok pertama adalah; lymphonodi ( iliaci externi, iliaci
communis dan sacrales ).
Sedangkan kelompok kedua, lymphonodi yang ada dicavum pelvis
meliputi lymphonodi ( iliaci interni, vesicales dan rectales ). Aliran
lymphe dari rectum dan canalis analis adalah, dari rectum sendiri
dicranial valvula analis setelah menuju lymphonodi pararectales akan
mengikuti aliran venanya menuju lymphonodi rectales superior dan
terus ke lymphonodi mesenterici inferiores. Dari canalis analis aliran
lymphonodi menuju ke lymphonodi iliaci interni. Pada vesica urinaria
aliran lymphenya adalah; facies superior dan inferolateral ke
lymphonodi iliaci interni. Pada basis vesicae dan organ genital laki- laki
menuju lymphonodi iliaci interni dan externi.
Urethra pars prostatica atau seluruh urethra feminina menuju
lymphonodi iliaci interni. Pada organ genitalia perempuan seperti
uterus, tuba uterina, cervix uteri menuju lymphonodi iliaci interni dan
externi. Sedangkan dari ovarium aliran lymphe menuju lymphonodi pre
aortici dan para- aortici.

34

DAFTAR PUSTAKA
1. Synnatamby CS, Lasts Anatomy Regional and Applied 10th ed.
Churchill Livngstone 1999 p. 281 -303, 305- 309.
2. Raizada V., Mittal RK, Pelvic floor anatomy and Applied Physiology
gastroentererol. Clin. North Am. 2008 Sept. 37 p. 493- 500.
3. Bharucha AE. , Pelvic floor : anatomy anda function,
Neurogastroenterology & Motility vol. 18 2006 July p. 507-59.
4. Silva WA., Karran MM. , Anatomy and Physiology of the pelvic floor,
Minerva Ginecol. 2004 Aug.56 p. 283- 302.
5. Mittal RK et. Al., Length tension function of puborectalis muscle :
implications for the treatment of fecal incontinence and pelvic floor
disorders J. Neurogastroenterol Motil. 2014 Oct. 30 p. 539- 46.
6. Sampselle CM., Delancey JO. , Anatomy of female continence J.
Wound Ostomy Continence Nurs. 1998 mar. 25 p. 63- 70.
7. Tanagho EA, Mc Aninch JW , Smiths General Urology 15th ed. Lange
Medical Books/ Mc Graw- Hill New York 2000 p. 399.
8. Strohbehn K , Normal pelvic floor anatomy, Obstet. Gynecol. Clin.
North Am. 1998 Dec. Vol 25 p. 683 705.

35

36

Anda mungkin juga menyukai