VISCERA PELVIS
dr. Surjo Adji PA ( K ), Sp.B
I.PENDAHULUAN
Skeleton pelvis dibentuk oleh tulang- tulang; sepasang coxae, os sacral
dan os coccygis ( 1 ) tulang-tulang bersama dengan ototnya membentuk
bangunan seperti baskom. Skeleton pelvis sendiri selain berfungsi sebagai
pelindung organ viscera intrapelvina, bersama beberapa otot juga
berfungsi sebagai sistim alat gerak dari extremitas inferior. Bangunan
yang dibentuk oleh skeleton pelvis tersebut merupakan bagian dari
rongga yang luas yang disebut cavum abdominopelvicus. Cavum pelvis
terbagi dua oleh bidang khayal ( apertura pelvis superior/ inlet/
aditus pelvis/ pintu atas panggul ) yang melalui crista pubica, linea
pectinea ossis pubis, linea arcuata ossis ilium dan promontorium ossis
sacri. Apertura pelvis superior ini membagi cavum pelvis menjadi dua
yaitu; dicranialnya adalah pelvis major/ false pelvis dan dicaudal
apertura pelvis superior sebagai pelvis minor/ true pelvis. Pada lakilaki apertura pelvis superior mempunyai bentuk seperti jantung ( a heart
shaped outline ) sedangkan pada perempuan berbentuk oval arah
transversal ( a transversely oval outline ) ( Gambar 1 ). Bentuk pelvis
perempuan dapat bervariasi seperti; gynecoid, platypelloid, android dan
anthropoid ( 2 ). Pada posisi berdiri terhadap bidang horizontalis apertura
pelvis superior ini bersudut 600 disebut inclinatio pelvis dimana sumbu
vagina juga sejajar bidang ini ( 1 ) ( Gambar 2 ).
Sedangkan celah dibagian caudal yang dibatasi oleh bidang yang melalui
symphisis ossis pubis, kedua tuberositas ischii dan os coccygis
membentuk apertura pelvis inferior ( outlet/ pintu bawah panggul )
yang ditutupi oleh bangunan musculo- fibrous berbentuk kubah terbalik
yang disebut diaphragma pelvis .Diaphragma pelvis sebagai lantai
pelvis mempunyai dua fungsi penting yaitu 1. Penyangga organ
viscera abdomen termasuk rectum dan 2. Mekanisme constrictor
b. Pelvis
celah canalis analis sangat rapat sehingga dapat menahan air ( watertight
). Tekanan yang besar pada anal cushion biasanya akibat faeces yang
keras akan mengakibatkan terjadinya haemorrhoids.
Taenia colon sigmoid kearah rectum secara gradual melebar membentuk
dibagian anterior dan posterior, kemudian bertemu dilateral stratum
longitudinale tunica muscularis yang komplit. Pada rectum juga tidak
mempunyai haustra ( saccula ) maupun appendices epiploicae. Walaupun
secara anatomis rectum tidak mempunyai mesenterium, fascia pelvis
visceralis disekitarnya oleh para ahli bedah disebut sebagai
mesorectum. Lymphonodi pararectal tersebut ikut diangkat pada excisi
carcinoma recti.
Peritoneum melapisi sepertiga bagian cranial rectum pada sisi anterior
dan lateral, dan padan sepertiga medial dilapisi pada sisi anterior;
sepertiga caudal peritoneum mengadakan refleksi kearah vesica urinaria (
laki- laki ) atau bagian cranial vagina ( perempuan ) membentuk excavatio
rectovesicalis atau excavatio rectouterina ( Douglas ). Excavatio tersebut
merupakan bagian paling caudal dari cavum peritoneum, berjarak 7,5 cm
( laki- laki ) atau 5,5 cm ( perempuan ) dari tepi anus ( anal verge ), yang
dapat teraba saat pemeriksaan rectal touche. Dapat juga teraba
lengkung- lengkung intestinum tenue atau colon sigmoid.
Disebelah anterior excavatio rectovesicalis adalah bagian paling cranial
basis vesica urinaria dan puncak vesicula seminalis dan dicaudalnya
terdapat vesicula seminalis, glandula prostata dan ujung distal dari ureter
dan ductus defferens. Penebalan jaringan ikat disebelah anterior rectum
membentuk fascia Denonvilliers . Fascia tersebut yang berdekatan
dengan rectum juga dilakukan excisi saat operasi carcinoma recti.
Sedangkan jaringan ikat yang kuat presacral disebur fascia Waldeyer
turun kearah anorectal junction. Jaringan retroperitoneal yang
membungkus vasa rectalis media melekat dengan ligamentum lateral
rectum, tetapi pada jaringan ini vasanya kecil atau avascular.
Canalis analis bagian anterior dan posterior terpisah akibat adanya lipatan
longitudinal kemedial dinding lateral, dimana dinding lateral tersebut
sampat bersentuhan satu dengan yang lain. Pada literatur dijelaskan
bahwa panjang canalis anorectal secara klinis/ surgical adalah sekitar
4.0 cm 4,5 cm dan secara anatomis/ embriologis sepanjang kira-kira
2.0 cm. Valvula analis dan bagian distal ampulla recti merupakan
permulaan canalis analis baik klinis maupun anatomis. Bagian proximal
( cranial ) sepanjang 10 mm dilapisi epithel collumner ( mucosa )
berikutnya sepanjang 15 mm termasuk valvula dilapisi epithel
squamous complex atau modifikasi collumner simplex. Dan bagian
distal 10 mm lapisannya tebal berupa epithel squamous complex non
11
14
lipatan- lipatan tetapi apabila kondisi distensi membrana akan tipis dan
halus. Trabeculae dari serabut- serabut otot terlihat pada membrana
mucosa.
Trigonum vesicae merupakan area pada basis vesicae didalamnya
terdapat otot polos yang ditutupi membrana mucosa, terdapat diantara
kedua orificium uretericus ( craniolateral ) dan orificium urethra interna
( caudomedia). Pada kondisi kosong jarak ketiga orificium tersebut 2,5 cm
tetapi pada keadaan distensi ( selama cystoscopy ) jarak kedua orificium
uretericus menjadi 5 cm. Pada bagian puncak prostat urethra adalah
bagian yang paling stabil, sementara trigonum vesicae merupakan bagian
yang mudah digerakkan. Pada perempuan urethra distabilkan oleh
jaringan ikat disekitar urethra bagian cranial pada dinding anterior vagina.
Kedua orificium ureterica dihubungkan oleh plica interureterica.
Ureter menembus lapisan otot dan dinding mucosa sangat obliq, ini
dimaksudkan untuk mencegah reflux urine keureter saat terjadi kenaikan
tekanan vesica urinaria. Orificium uretericus menutup pada tekanan,
kecuali akan membuka secara ritmis saat terjadi peristaltik ureter untuk
menyemprotkan urine kedalam vesica urinaria ( normal terjadi 4- 5 kali/
menit ).Pada laki- laki trigonum vesicae menempel pada bagian median
dari zone sentral glandula prostat, dimana setelah umur pertengahan
merupakan proyeksi bagian cranial orificium urethralis interna sebagai
uvula.
Innervasi Vesica urinaria
Serabut- serabut parasympathis terutama motorisnya merupakan
innervasi yang penting pada yang mencapai vesica urinaria melalui n.
splanchnicus pelvicus. Serabut sympathis berasal dari n. L1 dan L2
melalui plexus hypogastricus suoerior dan hypogastricus inferior. Untuk
sebagian besar vesica urinaria serabut sympathis merupakan vasomotor
dan inhibitor terhadap kontraksi m. detrussor, tetapi sekaligus sebagai
exitatory terhadap m. trigonalis ( laki- laki ) dan otot pada bladder neck
( cervix vesicae ). Sensasi normal akibat distensi vesica urinaria melalui
serabut- serabut parasympathis dan medulla spinalis melalui funiculus
Gracilis. Tetapi rasa nyeri pada vesica urinaria ( akibat vesicolithiasis )
mencapai medulla spinalis ( tractus spinothalamicus lateralis ) oleh
kedua jalur parasympathis dan sympathis.
Kontrol miksi
Pengosongan vesica urinaria secara normal terjadi dengan adanya
kontraksi m. detrusor dan relaksasi m. sphincter urethra external dan m.
levator ani secara bergantian. Akumulasi urine distensi dinding vesica
urinaria dengan penyesuaian ( akomodasi ) tonus otot sehingga segera
18
21
26
Innervasi Ovarium
Serabut- serabut sympathis ( vasoconstrictor ) mencapai ovarium dari
plexus aorticus sepanjang vasa ovarii. Badan selnya berasal dari
preganglioner didalam medulla spinalis segment T 10 11. Serabutserabut parasympathis ( vasodilator ) dapat mencapai ovarium dari plexus
hypogastricus inferior melalui a. uterina. Serabut saraf otonom tidak
dapat mencapai follicel; pengaruh saraf disini tidak diperlukan didalam
proses ovulasi. Serabut- serabut sensoris didalam nervus sympathis
membawa impuls nyeri ovarium.
29
Vascularisasi Ovarium
Ovarium mendapat suplai arteri dari a. ovarica yang dicabangkan dari
aorta abdominalis. Vasa turun disebelah dorsal peritoneum infracolica,
vasa colica ( dextra et sinistra ), menyilang ureter diventral m. psoas.
Selanjutnya arteri tersebut menyilang apertura pelvis superior dan
bersama ligamentum suspensorium ovarii dilateral dari ligamentum
latum. Setelah sampai di ovarium memberi percabangan pada tuba
uterina dan uterus.
Vena ovarica membentuk plexus didalam mesovarium dan ligamentum
suspensorium ( plexus pampiniformis seperti pada testis ). Plexus ini
mengalir ke v. ovarica yang mengikuti arterinya. v. ovarica dextra
bermuara ke v. cava inferior, sedangkan v. ovarica sinistra bermuara ke v.
renalis sinistra.
Aliran lymphe Ovarium
Aliran lymphe organ tersebut menuju lymphonodi para- aortici sepanjang
pangkal arterinya. ( V.L. II ). Observasi klinis menunjukkan bahwa aliran
lymphe ovarium juga menuju lymphonodi inguinalis melalui ligamentum
rotundum, vasa lymphatica disepanjang canalis inguinalis dan ke ovarium
dikontralateralnya melintasi fundus uteri.
Vagina
Vagina merupakan tuba fibromuscular yang besar, panjang sekitar 10 cm,
arahnya dari bagian caudal ( orificium vaginae/ introitus ) menuju
cranio dorsal untuk bertemu dengan cervix uteri. Dinding anterior dan
posterior ( nullipara ) saling bertemu membentuk celah sempit karena
adanya columna rugarum anterior dan collumna rugarum posterior,
sehingga lumennya telihat seperti huruf H. Organ tersebut terletak
diventral rectum, canalis analis dan corpus perinealis dan disebelah dorsal
vesica urinaria dan urethra. Dicaudal dasar excavatio rectouterina, vagina
dipisahkan dengan rectum oleh septum rectovaginal yang tipis.
Bagian cranial agak distensi ( melebar ) dan menjepit cervix uteri,
dengan dicaudal pertemuan dengan cevix membentuk fornix vaginae.
Dinding posterior vagina lebih panjang dari pada dinding anteriornya,
sehingga fornix posterior lebih dalam. Bagian posterior fornix vagina
dilapisi oleh peritoneum yang melipat diventral cavum Douglas; ini adalah
satu- satunya bagian vagina yang dilapisi oleh peritoneum. Ureter
berdekatan di sebelah lateral fornix dan kemudian menyilang didepan
fornix anterior sebelum memasuki vesica urinaria.
30
32
A.
R.
A.
A.
3.
4.
5.
6.
7.
A.
A.
A.
A.
A.
rectalis media
uterina
obturatoria
glutea inferior
pudenda interna
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Synnatamby CS, Lasts Anatomy Regional and Applied 10th ed.
Churchill Livngstone 1999 p. 281 -303, 305- 309.
2. Raizada V., Mittal RK, Pelvic floor anatomy and Applied Physiology
gastroentererol. Clin. North Am. 2008 Sept. 37 p. 493- 500.
3. Bharucha AE. , Pelvic floor : anatomy anda function,
Neurogastroenterology & Motility vol. 18 2006 July p. 507-59.
4. Silva WA., Karran MM. , Anatomy and Physiology of the pelvic floor,
Minerva Ginecol. 2004 Aug.56 p. 283- 302.
5. Mittal RK et. Al., Length tension function of puborectalis muscle :
implications for the treatment of fecal incontinence and pelvic floor
disorders J. Neurogastroenterol Motil. 2014 Oct. 30 p. 539- 46.
6. Sampselle CM., Delancey JO. , Anatomy of female continence J.
Wound Ostomy Continence Nurs. 1998 mar. 25 p. 63- 70.
7. Tanagho EA, Mc Aninch JW , Smiths General Urology 15th ed. Lange
Medical Books/ Mc Graw- Hill New York 2000 p. 399.
8. Strohbehn K , Normal pelvic floor anatomy, Obstet. Gynecol. Clin.
North Am. 1998 Dec. Vol 25 p. 683 705.
35
36