Anda di halaman 1dari 28

REFERAT DEMAM TIFOID

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS BHAYANGKARA SEMARANG


Disusun oleh :
Frudensia Kristiana
(406148103)
Pembimbing :
dr. Hadi Sulistyanto, Sp.PD, MH Kes, FINASIM
dr. Widi Budianto, Sp.PD

BAB I. PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
Istilah typhoid berasal dari kata Yunani yaitu typhos.
Terminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami
demam disertai kesadaran yang terganggu.
Demam tifoid termasuk dalam kompetensi 4A untuk dokter
umum.

BAB I. PENDAHULUAN
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah
kasus demam tifoid di seluruh duia mencapai 16-33 juta
dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya.
Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemik dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Selain tingkat insiden yang tinggi, demam tifoid terkait
dengan berbagai aspek permasalahan lain, misalnya
akurasi diagnosis, resistensi antibiotik dan masih
rendahnya cakupan vaksinasi demam tifoid.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Definisi :
Demam tifoid adalah suatu infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, disebarkan
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh
tinja (fecal-oral).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Epidemiologi :
WHO : jumlah kasus demam tifoid di seluruh duia mencapai
16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya.
Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemik dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat.
Dari telaah kasus di rumah sakit besar di Indonesia, tersangka
demam tifoid menunjukkan kecenderungan meningkat dari
tahun ke tahun dengan rata-rata morbiditas 500/100.000
penduduk dan angka mortalitas antara 0.6-5%.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Etiologi demam tifoid adalah :

Salmonella typhi,
Salmonella paratyphi A,
Salmonella paratyphi B,
Salmonella paratyphi C.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Faktor resiko :

Higiene personal yang kurang baik.


Higiene makanan dan minuman yang kurang baik.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari.
Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
Kondisi imunodefisiensi.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Tanda & Gejala :
Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten
dan kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus
(demam kontinu) hingga minggu kedua.
Sakit kepala (pusing) di area frontal.
Gangguan GIT : konstipasi atau diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan
BAB berdarah.
Typhoid tongue, lidah kotor dengan tepi hiperemi yang mungkin disertai
tremor.
Roseola (red spot / rash)
Gejala penyerta lain : nyeri otot dan pegal-pegal, batuk kering, anoreksia,
insomnia.
Pada demam tifoid berat : penurunan kesadaran atau kejang.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
Kesadaran: compos mentis atau penurunan kesadaran (ringan
seperti apatis, somnolen, hingga berat misalnya delirium atau
koma).
Tanda-tanda vital :
Demam, suhu > 37.5oC.
Bradikardia relatif

Pemeriksaan kulit : Ikterus, roseola


Pemeriksaan mulut : typhoid tongue, tremor lidah, halitosis.
Pemeriksaan abdomen : nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Pemeriksaan penunjang :
Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosit.
Serologi :
IgM antigen O9 Salmonella typhi (Tubex-TF)
Enzyme immunoassay test (Typhidot)
Tes Widal

Kultur Salmonella typhi (gold standard)


Dapat dilakukan pada spesimen : darah, feses, urin, cairan empedu

Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya:


SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis :
1. Suspek demam tifoid (Suspect case)
Gejala klinis : demam, gangguan saluran cerna dan gangguan kesadaran.

2. Demam tifoid klinis (Probable case)


Gejala klinis + gambaran laboratorium.

3. Demam tifoid konfirmasi (Confirm case)


Gejala klinis sudah lengkap + ditemukan basil kuman Salmonella typhi.
Cara untuk mendeteksi adanya kuman Salmonella typhi adalah dengan
pemeriksaan biakan, pemeriksaan PCR dan adanya kenaikan titer 4 kali
lipat pada pemeriksaan widal II, 5-7 hari kemudian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Diagnosis banding :
1. Demam berdarah dengue
2. Malaria
3. Leptospirosis
4. Infeksi saluran kemih
5. Hepatitis A
6. Sepsis
7. Tuberkulosis milier
8. Endokarditis infektif
9. Demam rematik akut
10. Demam yang berhubungan dengan infeksi HIV

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Komplikasi :
Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati)
Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas tinggi
yang disertai dengan kekacauan mental hebat, kesadaran
menurun, mulai dari delirium sampai koma.
Syok septik
Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta gejalagejala toksemia yang berat. Selain itu, terdapat gejala
gangguan hemodinamik seperti tekanan darah turun, nadi
halus dan cepat, keringat dingin dan akral dingin.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Perdarahan dan perforasi intestinal (Peritonitis)
Komplikasi perdarahan ditandai dengan hematoschezia, diketahui
dengan pemeriksaan feses (occult blood test), ditandai dengan gejala
akut abdomen dan peritonitis.
Pada foto polos abdomen 3 posisi dan pemeriksaan klinis bedah
didapatkan gas bebas dalam rongga perut.
Hepatitis tifosa
Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan kelainan tes fungsi hati.
Pankreatitis tifosa
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan peningkatan enzim lipase dan
amilase. Tanda ini dapat dibantu dengan USG atau CT Scan.
Pneumonia
Didapatkan tanda pneumonia yang diagnosisnya dibantu dengan foto
polos thoraks.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Penatalaksanaan :
Terapi Non-farmakologis:
Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi.
Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat
diberikan secara oral maupun parenteral.
Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup
kalori dari protein, rendah serat.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Terapi farmakologis:
Terapi simptomatik untuk menurunkan demam
(antipiretik) dan mengurangi keluhan
gastrointestinal.
Terapi definitif dengan pemberian antibiotik.
Antibiotik lini pertama : Kloramfenikol, Ampisilin atau
Amoksisilin, Kotrimoksazole.
Antibiotik lini kedua : Ceftriaxone, Cefixime, Kuinolon.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Indikasi pulang (rawat jalan) :
Sudah tidak demam minimal 7 hari
Mobilisasi penuh
Tidak ada komplikasi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Pencegahan :
Mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB
Hindari minum air yang tidak dimasak
Pilih makanan yang disajikan tertutup dan masih
panas

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Indikasi vaksinasi:
Hendak mengunjungi daerah endemik, resiko
terserang demam tifoid semakin tinggi untuk daerah
berkembang (Amerika latin, Asia, Afrika).
Orang yang terpapar dengan pendertia karier tifoid.
Petugas laboratorium / mikrobiologi kesehatan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Vaksin oral Ty21a (kuman yang dilemahkan)


Vaksin yang mengandung Salmonella typhi galur Ty 21a.
Diberikan per oral tiga kali interval pemberian sehari.
Kontraindikasi : pada wanita hamil, menyusui, penderita
imunokompromais, sedang demam, sedang minum
antibiotik dan anak kecil 6 tahun.
Lama proteksi dilaporkan 6 tahun.
Efek samping: demam (0-5%) dan sakit kepala (0-5%)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Vaksin parenteral ViCPS (Typhim Vi)


Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella.
Daya proteksi 60-70% pada orang dewasa dan anak diatas 5 tahun selama 3
tahun.
Tersedia dalam alat suntik 0.5mL yang berisi 25 mikrogram antigen Vi
dalam buffer fenol isotonik.
Kontraindikasi : keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan
anak kecil 2 tahun.
Efek samping: demam (0.25%), malaise (0.5%), sakit kepala (1.5%), rush
(5%), nyeri lokal (1%).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Prognosis :
Tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya,
dan ada tidaknya komplikasi.
Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka
mortalitas <1%.
Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan.

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB III. KESIMPULAN


Demam tifoid adalah suatu infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi diawali dengan masuknya
kuman ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang
terkontaminasi kuman.
Demam tifoid memiliki gejala yang spesifik berupa :
Demam yang lebih dari 7 hari terutama pada sore menjelang malam dan
turun pada pagi hari,
Gejala GIT : diare yang diselingi konstipasi.
Typhoid tongue yaitu lidah kotor dengan tepi hiperemi yang mungkin
disertai tremor.
Gangguan saraf pusat dalam keadaan yang berat dapat terjadi penurunan
kesadaran seperti delirium, supor sampai koma.

BAB III. KESIMPULAN


Diagnosis cukup ditegakan secara klinis. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain, darah
lengkap, uji Widal, atau pemeriksaan serologi khusus
yaitu IgM dan IgG anti Salmonella.
Penatalaksanaan penyakit ini meliputi 3 pokok utama
yaitu; istirahat dengan tirah baring yang cukup, diet
tinggi kalori, tinggi protein dan rendah serat, dan
antibiotik yang memiliki efektivitas yang cukup tinggi
terhadap kuman Salmonella typhi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Available from:
www.kki.go.id
2. Demam tifoid dalam: Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi 2. Hal 104-11. Jakarta: 2014.
3. Widodo D. Demam tifoid dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV. Jilid III. Hal 1774-8. Jakarta: 2006.
4. Hermawan AG. Tifoid dalam: Bed Side Teaching Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi I. Hal 43-6. Surakarta: 2006.
5. Interna Medical Mini Notes: 2015. p 110-1.
6. Rezeki S. Demam tifoid. 2008. Available from:
www.medicastore.com
7. Soedarmo S. Demam tifoid dalam: Buku ajar infeksi & pediatri tropis.
Ed. 2. Hal 338-45. Jakarta: 2008.

Anda mungkin juga menyukai