Anda di halaman 1dari 23

Asuhan Keperawatan pada kLien dg ansietas

2.1 Pengertian Ansietas


Banyak para ahli yang menguraikan definisi ansietas, namun dari sekian banyak definisi
yang dikemukakan pada dasarnya pengertian ansietas akan mengarah pada suatu kesimpulan
yang sama.
Kata ansietas berasal dari bahasa latin, angere yang berarti tercekik atau tercekat.
Gangguan ansietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya yang
ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut. (Maramis, 2009)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan
tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis
(buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144).
Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap
ancaman
yang
tidak
jelas,
non
spesifik.
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang
dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya (Rivai,2000).
Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak diamati secara
langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidak tahuan dan didahului oleh
pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan
yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang
spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidak tahuan yang didahului oleh pengalaman
baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
2.2 Penyebab Ansietas
Gangguan ansietas pada dasarnya mempunyai penyebab multifaktorial, baik dari diri sendiri,
faktor biologis, faktor sosial, psikologis, penyalahgunaan/pemakaian obat tertentu secara
berlebihan, maupun gejala yang timbul dari suatu penyakit lain. (Fracchione:2004).
2.2.1 Faktor Predisposisi :
1. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitif
seseorang. Sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku. Berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengigatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terdapat tidak adanya
pnerimaan dan penolakan interpersonal. Ansitas juga berhubungan dengan perkembangan

3.

4.

5.

6.

2.2.2
1.

2.
3.

4.

trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembanag ansietas yang berat.
Menurut pandanagan prilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang utuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ansietas dapat
disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan, krisis, ketakutan yang terus menerus yang
disebabkan oleh kesusahan dan kegaglan yang bertubi-tubi, adanya kecenderungankecenderungan harga diri yang terhalang, respressi terdapat macam-macam masalah emosional,
akan tetapi bisa berlangsung secara sempurna(incomplete repress), atau dorongan-dorongan
seksual yang tidak terdapat kepuasan dan terhambat,sehingga mengakibatkan banyak konflik
batin (Cameroon,2004).
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi. Ansietas juga dapat disebabkan karena ada pengaruh faktor genetik dari
keluarga. Penelitian telah melaporkan bahwa dua pertiga sampai tiga perempat pasien yang
tertekan ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu anak saudara derajat pertama dengan
ansietas spesifik tipe spesifik yang sama(Brust,2007)
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penhambat asam aminobutirik-gamma
neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan endorfin.
Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga merupakan salah satu
penyebab utama ansietas. Seperti alkoholisme, intoksikasi kafein, hipertiroidisme, dan
feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi gejala ansietas ini (Brust, 2007). Karena
sebagai besar orang akan berlari ke hal-hal tadi untuk menhadapi ansietas yang timbul pada
dirinya.
Menurut Teori neurobiology
Kimia otak dan factor perkembangan Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf otonom atau
noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingaaktannya
dari orang lain
Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA (gamma-aminobutyric
acid) berperan dalam perkembangan cemas
Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori dan
bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentfikasi informasi sensori yang
masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas/takut). Amygdala berperan
dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan semua respon fisik
terhadap situasi yang penuh dengan stressor
Locus ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan
mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan seseorang
mudah mengalami cemas khususnya PTSD (post traumatic sindrom disorder)

5. Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam
pengkodean informasi ke dalam memori
6. Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD(obsessive compulsive disorder)
7. Jaras saraf assendens yang mengandung noradrenalin dan 5-hidroksitriptamin menginervasi
lobus limbic dan neokorteks. Meningkatnya aktivitas saraf noradregenik akan menimbulkan
meningkatnya keterjagaan; meningkat nya aktivitas saraf 5-hidroksitriptamin akan meningkatkan
respon terhadap stimulus yang bersifat aversif. (Maramis, 2009)
8. Penyakit fisik
9. Exposure of subsntace
10. Paparan
bahaya/trauma
fisik
dan
psikologis. (http://makalah-kesehatanonline.blogspot.com/2009/02/respon-ansietas-dan gangguan-ansietas.html)
2.2.3 Menurut Teori psikologi
1. Harga diri rendah
2. Pemalu pada masa kanak-kanak
3. Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
4. Ketidaknyamanan dengan agresi
5. Sexual abuse
6. Mengaami peristiwa yang menakutkan
7. Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat
persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara berlebihan terhaap suatu bahaya.
(http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/02/respon-ansietas-dan-gangguanansietas.html)
2.2.4 Beberapa Faktor Resiko Ansietas
1. Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki
2. Etnik
3. Perpisahan
4. Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
5. Status sosial dan ekonomi rendah
6. Riwayat keluarga (pernah adanya penyimpangan yang hampir sama)
7. Substance or stimulant abuse (http://makalah-kesehatan online.blogspot.com/2009/02/responansietas-dan-gangguan ansietas.html)
2.3 Rentang Respon Ansietas
2.3.1 Rentang respon individu terhadap ansietas
dan maladaptif seperti terlihat pada gambar :

berfluktuasi

antara

respon

Respon adaptif --------------------------------------- Respon Maladaptif


_______________________________________________________

adaptif

antisipasi

ringan

sedang

berat

panik

Respon ansietas sering kali tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata, namun
tetap dapat membuat seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan menarik diri
2.3.2 Tingkat ansietas
Beberapa teori membagi ansietas kedalam emapt tingkat sesuai dengan rentang respon ansietas
yaitu :
1. Ansietas ringan.
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini
lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan waspada. Pada tingkat ini individu
terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan ktreativitas.
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan
pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderumng memikirkan
hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan.
4. Ansietas panic
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apaapa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
2.4 Penilaian Tingkat Kecemasan
Untuk test kecemasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan langsung,
mendengarkan cerita serta mengobservasinya, terutama perilaku non verbal. Hal ini berguna
untuk menentukan adanya kecemasan dan tingkat kecemasannya (Maramis, 1995).
2.4.1 Dalam penilaian kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dianggap
baku, gejala-gejala yang tercantum pada HARS dari 14 item dengan perincian sebagai berikut :
No

Gx. Psikologi
-

Cemas
Firsat buruk
Takut pada pikiran sendiri
Mudah tersinggung
Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Tidak bisa tidur dengan nyenyak

Gx. Fisik
-

Gejala Somatik
Nyeri otot
Kaku
Gigi gemeretak
Iman tidak setabil
Gejala Sensorik
Penglihatan kabur
Merasa lemah
Gejala Kardiovaskuler

- Mudah menangis
- Gemetar
- Gelisah
Ketakutan
- Pada gelap
- Ditinggal sendiri
- Pada orang asing
- Pada binatang besar
- Pada kerumunan orang banyak
Gangguan Tidur
- Sukar masuk tidur
- Terbangun malam hari
- Tidak pulas
- Mimpi buruk
Gangguan Kecerdasan
- Daya ingat menurun
- Sering bingung
Perasan Depresi
- Kehilangan minat
- Berkurangnya kesenangan pada
hobi
- Sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
-

2.4.2
1.
2.
3.

Penentuan derajat kecemasan adalah:


Apabila skore <6 maka tidak ada kecemasan
Apabila skore 6-14 terdapat kecemasan ringan
Apabila skore 15-27 terdapat kecemasan sedang

Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi lemah
Rasa lemah seperti mau pingsan
Gejala Pernafasan
Rasa tertekan didada
Perasaan tercekik
Merasa sesak
Gejala Gastrointestinal
Sulit menelan
Ganngguan pencernaan
Mual muntah
Berat badan berkurang
Konstipasi
Gejala Urogenitalia
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Amenorhoe
Impoten
Gejala Vegetatif
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Sakit kepala
Bulu roma berdiri
Perilaku saat wawancara
Gelisah
Tidak tenang
Muka tegang
Mengerutkan kepala
Jari gemetar
Muka marah
Nafas pendek

4.
2.4.3
1.
2.
3.
4.
5.

Apabila skore > 27 terdapat kecemasan berat


Cara penilaian tingkat kecemasan :
Apabila tidak ada gejala sama sekali
Apabila satu dari gejala yang ada
Apabila separuh dari gejala yang ada
Apabila lebih dari separuh dari gejala yang ada
semua ada gejala Apabila

2.5 Respon Tubuh Terhadap Ansietas, sumber koping, dan Mekanisme Koping Terhadap
Ansietas
2.5.1 Respon Tubuh Terhadap Ansietas
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,
berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya seperti
tercantum dalam tabel dibawah ini.
Sistem tubuh
Kardiovaskuler

Pernapasan

Neuromuskular

Gastromtestina
l
Traktus
urinarius
Kulit

Respons
Palpitasi, Jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa
mau pingsan*, pingsan*, tekanan darah menurun*, denyut
nadi menurun*.
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas
dangkal, pemnengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik,
terengah-engah.
Refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajh tegang,
kelemahan umum, kaki goyang, gerakan yang janggal.
Kelihatannya nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak
nyaman pada abdomen*, mual*, rasa terbakar pada
jantung*, diare*,
Tidak dapat menahan kencing*,sering berkemih,
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telepk tangan),
gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,
berkeringat seluruh tubuh.

* Respons parasimpatis.
2.5.2 Sumber Koping Ansietas :

Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan mengerakkan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian
masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintergrasikan
penbgalaman yang menimbulkan stres dan mengandopsi strategi koping yng berhasil.
2.5.3 Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya, dan ketidak mampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunkan seseorang untuk
mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Anseitas tingat
ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Perilaku adaptasi psikologis juga
mengacu pada mekanisme koping (coping mechanism), yang berorentasi pada tugas (task
oriented) dan mekanisme pertahanan diri (ego oriented). Tingkat ansietas sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented). Reaksi ini melibatakan penggunaan
kemampuan kognitif untuk mengurangi stres dan memecahkan masalah upaya yang disadari, dan
berorentasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik terhadap tuntutan situasi stres.
1. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan
2. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk memindahkan
seseorang dari sumber stres.
3. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengopersaikan, mengganti
tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Mekanisme pertahanan ego. Reaksi ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri secara
psikologis untuk mencegah gangguan psikologis yang didalam. Membantu mengatasi ansietas
ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri
dan distorsi realistas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladatif terhadap stres.
3.
Tabel mekanisme pertahanan ego :
Mekanisme pertahanan
diri
Kompensasi

Mengingkari (denial)

Definisi
Proses dimana seseorang dengan citra diri yang
kurang
berupaya
mengantikan
dengan
menekankan pada kelebihan yang dianggapnya
sebagai asset.
Menghindarkan relitas ketidaksetujuan dengan
mengabaikan
atua
menolak
untuk
mengenalinya;
kemungkinan
merupakan
mekanisme pertahana diri yang paling
sederhana dan primitif.

Mengalihkan(Displacem
ent)

Disosiasi

Indentifikasi

Intelektualisasi

Introyeksi

Isolasi
Projeksi

Rasionalisasi

Reaksi formasi

Regresi
Represi

Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan


pada orang atua benda tertentu ke benda atau
orang yang netral atau yang tidak
membahayakan
Pemisahan dari setiap kelompok mental atau
proses perilaku dari seluruh kesadaran atau
indentitas
Proses individu mencoba untuk menjadi seperti
seseorang yang dikagumi oleh individu tersebut
dengan menirukan pikiran, perilaku, atau
kesukaannya
Alasan atau logika yang berlebihan yang
digunakan untuk menghindari perasaanperasaan mengganggu yang dialami
Tipe indentifikasi yag hebat dimana individu
menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lain
atau kelompok ke dalam struktur egonya
sendiri;salah satu mekanisme terdini pada anakanak; penhting dalam pembentukan hati nurani.
Memisahkan komponen emosional dari pikiran,
yang dapat temporer atau jangka panjang
Mengkaitkan pikiran atau implus dirinya,
terutama keinginan yang tidak dapat ditoleransi,
perasaan emosional, atau motivasi, kepada
orang lain.
Memberikan penjelasan yang diterima secara
sosial atau tampaknya masuk akal untuk
menyesuikan implus, perasaan, perilaku, dan
motif yang tidak dapat diterima
Pembentukan sikak kesadaran dan pola perilaku
yang berlawanan denganpapa yang benar-benar
dirasakan atau akan dilakukan oleh orang lain
Meghindari stres terhadap karakteristik perilaku
dari tahap perkembangan yang lebih awal
Dorongan involunter dari pikiran yang
mennyakitkan atau konflik, atau ingatan dari
kesadaran; pertahanan ego yang primer, yang
lebih cenderung memperkuat mekanisme ego

Spliting

Sublimasi

Suspensi

Undoing

2.5.4
1.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.

lainnya.
Memandang orang dan situasi sebagai
semuanya baik atau semuanya buruk; gagal
untuk mengintegarikan kualitas negatif dan
positif seseorang
Penerimaan tujuan pengganti yang diterima
secara
sosial
karena
dorongan
yang
merupakan saluran norma ekspresi terhambat
Suatu proses yang sering disebut sebagai
mekenisme pertahana diri, tetapi benar
merupakan
analogi
represi;
pencetusan
kesadaran bertujuan; suatu ketika dapat
mengarah pada represi
Bertindak atau berkomunikasi yang secara
sebagian meniadakan yang sudah ada
sebelumnya; mekanisme pertahanan diri primitif

Mekanisme pertahanan terhadap stres.


Menurut Kubler-Ross
Denial
Fase penolakan
Respon window for shopping (mencari pelayanan lain utuk meyakinkan bahwa penyakitnya
tidak benar/salah)
Tidak mau mencurahkan sakitnya (isolasi diri) pada orang lain
Optimis/merasa tidak sakit (tingkah laku sehat)
Sifat fase dinal relatif
Angry
Menyalahkn orang lin/tuhan Mengapa harus saya?Apa dosa saya?
Proyeksi : menyalahkan orang lain
Bargaining
Fase tawar menawar
Kata-kata tawar-menawar
Sadar bahwa dibalik kata itu hikmah yang baik
Diakhiri suatu kesadaran dari diri sendiri
Depression
Penyebab sedih yang berkepanjangan
Terjadi ambang antara nerosa-psikosa
Klien tidak ada minat dan keinginan untuk bertahan hidup

d. Klien mengatakan; say tidak bersuami lagi, karena saya tidak bisa punya anak. Kata-kata
orang depresi
5. Acceptance
a. Tahap menerima
b. Pasien siap menerima pengobatan/kematian
2.6 Gangguan Terkait Ansietas
Ciri utama sindrom ansietas terdiri atas meningkatnya keterjagaan (Hyperarousal),
meningkatnya aktivitas simpatetik dan perasaan subjektif ketakutan serta kecemasan. Beberapa
gangguan terkait ansietas dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Gangguan Ansietas
Ansietas kontinyu
Gangguan ansietas menyeluruh
Pada situasi tertentu
(Gangguan fobik)

Fobia

Fobia

ansietas episodik
Pola Campuran
Pada sembarang situasi
(agoraphobia dengan panic)
(Gangguan Panik)

agorafobia

Spesifik

Sosial

2.6.1 Gangguan Ansietas Fobik


Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun
peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang
pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda
atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa
ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup,
darah. Yang menderita banyak wanita, dimulai semenjak kecil. Gangguan ansietas fobik dibagi
menjadi:
1. Fobia Spesifik
Fobia spesifik dahulu dikenal dengan fobia sederhana. Fobia spesifik ditandai oleh ketakutan
yang tidak rasional akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik
yang paling sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu
mendapatkan pengobatan. misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap
ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia).
2. Fobia Sosial
Fobia sosial dikenal juga dengan gangguan ansietas sosial, fobia sosial adalah ketakutan
akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan
tidak nyaman yang sangat berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk
menghindari situasi sosial dan ini tidak disebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti
gagap, jerawat, atau gangguan kepribadian).
3. Agorafobia
Agorafobia berasal dari kata latin agora yang berarti pasar di luar ruang. Agorafobia sering
disalahartikan sebagai ketakutan akan ruang terbuka. Agorafobia ditandai oleh ketakutan hebat
yang membuat tidak berdaya akan tempat atau situasi yang sulit untuk meloloskan diri atau sulit
untuk mendapatkan pertolongan apabila terjadi serangan cemas. Akibatnya, orang dengan
agorafobia mambatasi geraknya sebatas tempat yang dirasa aman, biasanya di dalam rumah.
Pada fobia terjadi salah pindah kecemasan pada barang atau keadaan yang mula-mula
menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua mekanisme pembelaan, yaitu salah pindah dan
simbolisasi. Apabila berhadepan dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan
mengalami perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas, dan jantung
berdebar. Sebagian besar orang dewasa yang menderita fobia sebagian besar menyadari bahwa
ketakutannya tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan
ansietas yang hebat dari pada mengungkapkan gangguannya. (Maramis, 2009)

2.6.2 Gangguan Panik

Gangguan panik ditandai dengan serangan ansietas atau teror yang berkala (serangan panik)
setiap episode berlangsung sekitar 15 30 menit, meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih
lama. Selama serangan panik, penderita merasakan sangat ketakutan atau tidak nyaman yang
disertai oleh jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing,
perasaan yang tidak riil, dan takut mati atau takut menjadi gila.
Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon terhadap situasi tertentu.
Frekuensi serangan sangan bervariasi, ada yang sering (setiap minggu), tetapi berlangsung
berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang
selama berminggu-minggu. Serangan panik juga dapt terjadi pada gangguan ansietas lain seperti
pada fobia dan gangguan stres pascatrauma. Kerena itu diperlukan ketelitian dalam membedakan
cirri-ciri gangguan tersebut dengan gangguan panik.
Penatalaksanaan. Serangan panik awal seringkali diobati di unit gawat darurat karena
individu tersebut mengira bahwa ia mengalami serangan jantung. Kondisi medis lainnya harus
diabaikan sebelum diagnosis gangguan panik terdeteksi.
a. Medikasi. Digunakan obat antiansietas, seperti benzodiazepine dan buspiron. Antidepresan,
terutama antidepresan trisiklik, telah dinyatakan efektif untuk mengobati gangguan panik. The
Food and Drug Administration (FDA) baru-baru ini menyetujui penggunaanselective serotonin
reuptake inhibitor (SSRI), paroksetin (Paxil) dan sentralin (Zoloft) dalam pengobatan gangguan
panic. Meskipun inhibitor monoamina oksidase dapat digunakan namun obat ini membutuhkan
restriksi diet.
b. Terapi perilaku kognitif adalah terapi yang bertarget proses berpikir penyebab panik dan perilaku
yang menimbulkan dan mempertahankan gejala ansietas. Teknik-teknik spesifik yang termasuk
dalam terapi ini antara lain adalah penyuluhan klien, resktrukrisasi kognitif, dan pernafasan
relaksasi terkendali.
2.6.3
Gangguan Ansietas
Ansietas kontinyu
Gangguan ansietas menyeluruh
Pada situasi tertentu
(Gangguan fobik)
Gangguan Ansietas Menyeluruh

ansietas episodik
Pola Campuran
Pada sembarang situasi
(agoraphobia dengan panic) (Gangguan Panik)

Fobia
Spesifik

Fobia
Sosial

agoraphobia

Gangguan ansietas menyeluruh termasuk yang paling banyak dijumpai disamping gangguan
panik. Gambaran umum penyakit ini adalah adanya kekhawatiran atau ansietas yang kurang
lebih konstan, yang tidak sebanding dengan tingkat stressor sesungguhnya dalam kehidupan.
Ansietas tersebut terjadi dalam jangka waktu yang panjang meskipun tampaknya tidak ada
stressor yang spesifik atau nyata, meskipun stress dapat memperburuk gangguan ini. Penderita
kesulitan untuk mengendalikan ansietasnya dan cenderung untuk tidak yakin pada diri sendiri.
Untuk diagnosis gangguan anxietas menyeluruh, anxietas harus dibedakan dengan anxietas
yang ada pada gangguan anxietas lain. Apa lagi, lebih dari separuh penderita gangguan anxietas
menyeluruh juga menderita gangguan anxietas lain atau depresi.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah rasa gelisah, kelelahan, sulit berkonsentrasi,
mudah tersinggung, ketegangan otot, dan gangguan tidur.
2.6.4 Gangguan campuran anxietas dan depresif
gangguan ini merupakan penyakit tersendiri dan dinamakan demikian karena secara
bersamaan didapati gejala-gejala depresi dan ansietas pada penderita. Perlu diperhatikan bahwa
baik gejala-gejala depresi maupun gejala-gejala anxietas yang ada tidak memenuhi kriteria
diagnosis untuk periode depresi dan gangguan anxietas. Apabila gejala-gejala yang ada
memenuhi kriteria untuk episode depresi dan gangguan anxietas, maka hal itu adalah
komordibitas antara keduanya.
2.6.5 Gangguan stress pascatrauma (post-traumatic stress disorder(PTSD)).
Ciri penting dari gangguan ini adalah pikiran dan perasaan yang terjadi berulang-ulang
berkaitan dengan trauma tertentu yang buruk (missal pengalaman berperang, perkosaan,
kecelakaan yang serius, deprivasi atau penyiksaan yang buruk). Etiologi dari gangguan ini
diantaranya yaitu
a. Terdapat hubungan langsung antara trauma yang berat dan resiko PTSD. Angka gangguan ini
pada kaum veteran pria adalah 31%.
b. Factor resiko psikososial dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap PTSD setelah
trauma yang buruk. Faktor-faktor ini antara lain adalah terpisah dari orang tua pada waktu anakanak, riwayat gangguan ansietas dalam keluarga, dan ansietas atau depresi yang sudah ada
sebelumnya, atau keduanya.
Karakteristik Gangguan Stres Pascatrauma yaitu dapat berupa respons akut atau lambat,
dapat juga menjadi kronik, gejala-gejalanya meliputi respons terkejut yang berlebihan,
gangguan tidur, rasa bersalah (rasa bersalah dari orang yang berhasil bertahan hidup), mimpi
buruk dan kilasan-kilasan ingatan, rasa merah dengan penumpulan emosi-emosi lain selain itu

a.

b.
c.
2.6.6

a.
b.
c.
d.
e.

penderita sering menggunakan obat-obatan, alcohol, atau keduanya untuk mengobati sendiri
gejala yang mereka rasakan.
Penatalaksanaan Gangguan stress pascatrauma (post-traumatic stress disorder (PTSD)).
Medikasi. Obat antiansietas, terutama benzodiazepine, harus digunakan secara hati-hati karena
beresiko menimbulkan penyalahgunaan atau ketergantungan. Antidepresan digunakan untuk
mengobati gangguan depresi yang menyertainya. Bloker beta dapat digunakan untuk mengurangi
efek fisiologik dari ansietas.
Terapi perilaku-kognitif terutama restrukturisasi kognitif digunakan untuk membantu individu
memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban.
Terapi kelompok pendukung, terutama dengan individu yang mengalami trauma serupa (missal
kelompok perang veteran, kelompok trauma perkosaan)
Gangguan obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea atau bayangan mental yang mendesak ke dalam
pikiran secara berulang. Pikiran atau bayangan obsesif dapat berupa kekhawatiran yang bisa
tentang apakah pintu sudah di kunci atau belum, sampai fantasi yang aneh dan menakutkan
tentang bertindak kejam terhadap orang yang disayangi.
Istilah kompulsif menunjukkan pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk
melakukan sesuatu. Sering suatu pikiran obsesif mengakibatkan suatu tindakan kompulsif.
Tindakan kompulsif dapat berupa berulang kali memeriksa pintu yang sudah terkunci. Kompor
yang sudah mati atau menelpon orang yang dicintai untuk memastikan keselamatannya.
Sebagian orang sangat terdorong untuk berulang kali mencuci tangan setiap beberapa manit atau
menghabiskan sangat banyak untuk membersihkan sekelilingnya dengan tujuan untuk
mengurangi rasa takut akan terkontaminasi. Terdapat beberapa persamaan antara obsesi dan
kompulsi
Suatu pikiran atau dorongan mendesak ke alam sadar secara gigih dan terus-menrus.
Timbul perasaan takut yang hebat dan penderita berusaha untuk menghilangkan pikiran atau
dorongan itu.
Obsesi dan kompulsi itu dirasakan sebagai asing, tidak disukai, tidak dapat diterima, tetapi tidak
dapat ditekan.
Pasien tetap sadar akan gangguan ini, ia tetap mengenal bahwa hal ini tidak wajar dan tidak
rasional, biarpun obsesi atau kompulsi itu sangat hebat.
Pasien merasakan suatu kebutuhan yang besar untuk melawan obsesi dan kompulsi itu.
Individu menghilangkan kecemasannya dengan perbuatan atau buah pikiran yang
berulang-ulang. Pasien mengetahui bahwa perbuatan dan pemikirannya itu tidak masuk akal,
tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan kedaaan, tetapi ia tidak dapat menghilangkannya
dan ia juga tidak mengerti mengapa ia mempunyai dorongan yang begitu kuat untuk berbuat dan
berpikir demikian. Bila ia tidak menurutinya, maka akan timbul kecemasan yang hebat.
Lebih dari separuh pasien gangguan obsesif konpulsif (GOK) mempunyai pemikiran obsesif
tanpa perilaku kompulsif yaang ritualistik. GOK sering menyertai depresi atau gangguan

aaxietas laen. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa gejala akan membaik dengan waktu dan
ha,pir separuhnya akan pulih atau hanya menderita gejala yang ringan.
Terdapat juga beberapa gangguan yang merupakan bagian dari,atau dengan
kuat dihubungkan dengan, spektrum GOK, termasuk:
1. Gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder). Pada gangguan ini orang terobsesi
dengan keyakinan bahwa mereka buruk rupa atau bagian tubuh mereka berbentuk tidak normal.
2. Trikotilomania. Orang dengan trikhotilomania terus menerus mencabuti rambut mereka
sehingga timbul daerah-daerah botak.
3. Sindrom tourettes. Gejala sindrom tourettes meliputi gerakan yang pendek dan cepat, tik dan
ucapan kata-kata kotor yang tak terkontrol.
2.6.7 Neurastenia
Istilah ini mulai tidak banyak digunakan di inggris dan amerika, tetapi dinegara lain masih
dipakai. Banyak tumpang tindih dengan apa yang dikenal sebagai sindrom kelelahan
kronik (chronic fatigue syndrome). Pada gangguan ini yang menonjol adalah keluhan fisik
adalah berupa kelelahan fisik dan mental disertai nyeri dan keluhan lain, tanpa adanya penyakit
fisik yang bisa diidentifikasi. Pasien merasa khawatir tentang penyebab keluhannya, juga
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi. Akibat dari kelelahannya, ia akan menghindari
aktivitas fisik yang banyak.
Diagnosis banding neurastenia adalah kelelahan yang disebabkan oleh penyakit fisik atau
gangguan depresi dan ansietas.
Metode pengobatan yang cukup berhasil antara lain adalah terapi perilaku kognitif dan
peningkatan bertahap aktivitas fisik, obat anti depresan tidak terlalu efektif meskipun banyak
digunakan. Prognosis penyakit ini buruk dengan kecenderungan menjadi kronis. Gejala
menghindari aktifitas fisik dan kekhawatiran berlebihan akan penyebab dihubungkan dengan
prognosis yang buruk.
2.6.8 Gangguan Disosiatif (Konversi)
Gangguan ini disebut disosiatif karena dahulu dianggap terjadi hilangnya asosiasi antara
berbagai proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi motorik. Ciri
utama adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
Istilah konversi didasarkan pada teori kuno bahwa perasaan dan anxietas dikonversikan
menjadi gejala-gejala dengan akibat terselesaikannya konflik mental (keuntungan primer) atau
didapatkan keuntungan praktis atau perhatian dari orang lain (keuntungan sekunder).
Gangguan disosiatif ini dahulu juga disebut histeria atau berasal dari istilah dan keyakinan
zaman dahulu bahwa penyebabnya adalah uterus yang berkeliaran (wandering uterus).
Hal ini yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-buatnya gejala tersebut.
Disini ada 2 kemungkinan, gangguan buatan atau berpura-pura . pada gangguan buatan, gejalagejala disebut dengan sengaja untuk mendapatka perawatan medis, sedangkan pada berpura-pura
untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Menentukan hal ini tidaklah mudah dan mungkin
memerlukan bukti bahwa ada inkonsistensi dalam gejalanya.

Penderita mungkin tampak acuh tak acuh akan penyakitnya. Penampilan acuh ini mungkin
juga terjadi pada gangguan organik dan tidak spesifik untuk penyakit ini. Yang penting dalam
penatalaksanaan adalah menerima gejala pasien sebagai hal yang nyata, tetapi menjelaaskan
bahwa itu reversible. Diupayakan untuk kembali kefungsi semula dengan bertahap. Apabila ada
depresi komorbid, hal ini harus diobati dengan baik.psikoterapi dapat bermanfaat untuk
gangguan disosiatif dan dalam beberapa kasus kronis yang mengenai fungsi motorik mungkin
diperlukan rehabilitasi medis.
2.6.9 Gangguan Somatoform
Ini mencangkup pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis yang tidak
dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau penyakit medis. Ada dua
gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang gambaran
utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit
(hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah
kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi
autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten)
Keluhan somatif yang ada atau kekhawatirannya tidak dapat dijelaskan atau tidak
proporsional secara medis dan cukup berat sehingga menimbulkan distres, serta telah
berlangsung setidaknya 6 bulan. Apabila didapatkan gejala depresi atau anxietas, gejala-gejala
tersebut tidak cukup berat untuk dapat didiagnosis sebagai gangguan depresi atau anxietas.
Gejala-gejala bukan merupakan waham, harus dibedakan dengan waham atau halusinasi
somatik pada gangguan psikotik. Gejal-gejala itu juga tidak dengan sengaja dibuatbuat. Penganiayaan atau penelantaran anak merupakan faktor resiko bagi gangguan somatoform.
Penanganan gangguan somatoform harus berhati-hati karena bukan hanya pasien tetapi
seringkali dokter juga yakin bahwa gejala-gejala yang ada merupakan tanda penyakit fisik dan
bukan merupakan gangguan psikistrik.
Kekhawatiran pasien akan keluhan somatiknya harus ditanggapi dengan serius, jangan
dengan sikap meremehkan sebagai hanya psikis saja, juga tidak terbawa oleh keyakinan yang
tidak berdasar mengenai penyebab medik yang tidak terbukti, atau bahkan dengan ucapanucapan dan cara-cara pemeriksaan yang tambah menakut-nakuti pasien.
Pemeriksaan medis harus ditentukan berdasarkan penilaiian dokter terhadap gejala yang ada,
bukan oleh permintaan pasien. Yakinkan bahwa penjelasan yang benar dan gamblang diberikan
secara konsisten oleh semua dokter yang menangani. Untuk penanganan yang efektif diperlukan
liaison yang erat antara para dokter yang terlibat.
Obat antidepresan bermanfaat dalam sebagian besar kasus meskipun tidak ada depresi yang
menyertai. Tetapi penggunaannya harus disertai penjelasan yang memadai agar tidak dianggap
mengada-ada.
Terapi perilaku kognitif (CBT, Cognitif Behaviour Therapy) akan bermanfaat jika diadaptasi
untuk keluhan somatis utama. Pasien mungkin perlu dibantu untuk mengenali dan mengatasi

stresor sosial yang dialami, juga perlu didorong untuk kembali ke fungsi normal dan mengurangi
perilaku sakit (illnes behaviour) secara bertahap.
2.6.10 Hipokondriasis dan Dismorfofobia
Ciri utama dari kedua gangguan ini adalah kekhawatiran atau preokupasi terhadap
kemungkina menderita penyakit fisik atau deformitas yang serius.
Pasien dengan hipokondriasis mempunyai preokupasi bahwa ia menderita penyakit medis
yang serius padahal tidak. Hal ini dapat dianggap sebagai suatu bentuk anxietas dan obsesikompulsi. Pasien berulang-kali mencari pemeriksaan atau keterangan medis, tetapi tetap tidak
dapat diyakinkan. Gejala yang ditampilkan sering berupa permintaan pemeriksaan medis yang
berulang-ulang.
Obat antidepresan dan terapi perilaku kognitif dalam kasus ini efektif. Mungkin perlu
membantu pasien membatasi permintaan pemeriksaan berulang-ulang. Prognosisnya berfariasi
dan cenderung menjadi kronis.
Dismorfobia juga dikenal dengan istilah gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic
disorder). Preukupasinya adalah terhadap penampilan fisik yang tidak normal padahal
kenyataannya tidak demikian. Hal ini berakibat penghindaran terhadap interaksi sosial.
Penatalaksanaan mengikuti prinsip gangguan somatoform. Pasien sering meminta operasi
bedah kosmetik, yang kadang kala dapat menolong, tetapi sering membawa kepada
ketidakpuasan berikutnya. Penilaiian spesialis dianjurkan sebelum dilakukan operasi.
Diagnosis banding kedua gangguan ini adalah gangguan depresif, yang sering terdapat
kekhawatiran hipokondriaka dan kekhawatiran terhadap penampilan, dan gangguan psikotik
dengan waham hipokondriaka atau halusinasi somatik.
DIAGRAM OBAT 3.1. Obat Terpilih untuk Klien Gangguan Ansietas

Klasifikasi
Benzodiazepin
e

Nama
Generik/Dagang
Alprazolam (Xanax)
Klonazepam
(Klonopin)
Lorazepam (Ativan)
Klordiazepoksid
(Librium)

Dosis
Dewasa
(mg/hari
)
0,25-1,5
0,5-6
0,5-2
5-25

5-15
Azapirones

Buspiron (BuSpar)

Rasional Penggunaan
Meningkatkan kadar GABA,
yang akan menurunkan
stimulasi system limbic
sehingga
mengurangi
ansietas. Digunakan untuk
pengobatan jangka pendek
gangguan ansietas umum,
gangguan panik, dan fobia
sosial
Bekerja
pada
reseptor

75-300
Antidepresan
trisiklik

Imipramin (Tofranil)

Klompramin
(Anafranil)

Selective
serotonin
reuptake
inhibitor
(SSRI)

Paroksetin (Paxil)
Fluoksetin (Prozac)
Fluvoksamin (Luvox)
Sertralin (Zoloft)

Inhibitor
monoamina
oksidase

Fenelzin (Nardil)

Bloker beta

Ateronol (Tenormin)
Propranolol (Inderal)

20-50
20-80
100-300
50-150
45-90

50-100
80-240

serotonin,
menyebabkan
neuron
prasinapsis
melepaskan serotonin lebih
sedikit. Penurunan serotonin
dianggap dapat mengurangi
ansietas. Digunakan untuk
gangguan ansietas umum,
gangguan panik, fobia sosial
Menghambat
ambilan
neurotransmitter (serotonin
dan norepinefrin) sehingga
memungkinkan peningkatan
kadarnya
pada
sinaps.
Kekurangan serotonin di
amandel dianggap signifikan
dalam terjadinya gangguan
ansietas. Digunakan untuk
mengobati
gangguan
ansietas umum, gangguan
panik, fobia sosial dan OCD.
Secara selektif menghambat
ambilan serotonin di sinaps
sehingga terjadi peningkatan
serotonin. Digunakan untuk
gangguan panik (Paxil) dan
OCD.
Sifat
menghambat
dari
enzim (monoamina oksidasi)
yang memecah serotonin,
dapat meningkatkan kadar
serotonin. Digunakan untuk
gangguan
panik,
danagoraphobia
Mendorong
blockade
adrenergic-beta
perifer,
karenanya
mengurangi
fisiologik dari ansietas.

Digunakan untuk
sosial, PTSD

fobia

* Dosis ini adalah dosis dewasa biasa untuk dosis tunggal setiap obat. Dosis ini bukan dosis
harian biasa. Dosis harian biasa disajikan pada Bab 15. GABA = gamma-aminobutyric acid
(asam gamma aminobutirat); OCD = obsessive-compulsive disorder (gangguan obsesif
kompulsif), PTSD = post-traumatic stress disorder (gangguan pascatrauma).
2.7 Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ansietas
2.7.1 Pengkajian
1. Catat adanya gejala-gejala fisiologik dari ansietas
2. Gunakan pertanyaan pengkajian keperawatan bagi klien dengan gangguan terkait ansietas.
3. Catat respons perilaku kognitif spesifik yang sesuai dengan kriteria diagnostic DSM-IV tentang
gangguan ansietas.
4. Gunakan alat pengkajian yang terstandardisasi untuk mendapatkan informasi rinci tentang
gangguan tertentu terkait ansietas (missal YaleBrown Obsessitive-Compulsive Scale,
Dissosiative Expriences Scale).
5. Periksa kembali riwayat masa lalu klien untuk adanya gangguan terkait ansietas.
6. Diskusikan dengan klien tentang persepsinya terhadap stressor saat ini atau kejadian
pencetusnya, dan tentukan strategi koping yang digunakan klien.
7. Tentukan dampak gangguan yang diderita klien pada keluarga dan fungsinya, termasuk
perubahan peran yang terjadi dalam keluarga, tingkat keterlibatan keluarga dengan klien,
tentukan ada tidaknya riwayat penganiayaan dalam keluarga.
2.7.2 Diagnosis Keperawatan
1. Analisis. Analisis stressor-internal dan eksternal yang mempengaruhi klien, dampak gejala pada
fungsi normal sehari-hari dan efektivitas strategi pemecahan masalah serta mekanisme defensive.
2. Diagnosis keperawatan. Tetapkan diagnosis keperawatan untuk klien, keluarganya, atau
keduanya.

2.7.3
1.
2.
a.
b.
c.
d.

Perencanaan dan Identifikasi hasil


Tetapkan tujuan yang realistis bersama klien, keluarga, atau keduanya.
Tetapkan kriteria hasil yang diinginkan
Klien dapat mengidentifikasi respons ansietas yang spesifik
Klien dapat mengidentifikasi stressor yang berkaitan dengan gangguan terkait ansietas.
Klien mengurangi atau mengendalikan pikiran dan perilaku yang berulang
Klien mengungkapkan berkurangnya gejala terkait ansietas

e.

Klien melakukan aktivitas sehari-hari secar normal tanpa bertambahnya ansietas atau gejala
distress.
f. Klien mengungkapkan pengalamannya tentang kejadian yang traumatic
2.7.4
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
4.
a.

Implementasi
Klien dengan gangguan ansietas umum atau gangguan panic
Tetap bersama klien dan beri dukungan
Jaga agar tuntutan terhadap klien tetap minimum
Batasi stimulus lingkungan (misal, matikan suara musik yang keras)
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas fisik (missal, berjalan-jalan) guna melepaskan energy
Beri pengobatan ansiolitik yang diresepkan secara teratur
Bantu klien melakukan teknik pernapasan relaksasi.
Klien dengan OCD
Tunjukkan sikap menerima klien tanpa terpengaruh perilaku ritualistic yang dilakukan klien.
Beri waktu pada klien untuk melakukan ritual, ansietas akan bertambah bila klien tidak dapat
melakukan perilaku kompulsifnya.
Anjurkan klien untuk menetapkan batasan-batasan pada perilaku ritual sebagai bahan dari
rencana pengobatan yang telah ditetapkan.
Gunakan teknik mendengar aktif untuk mendorong klien mengungkapkan perasaannya, waktu
yang terbaik untuk berinteraksi adalah setelah klien menyelesaikan perilaku ritualistiknya.
Bantu klien menyusun daftar benda dan tempat yang memicu ansietas, sebagai bagian dari
program pencegahan.
Ajarkan pada klien tentang tindakan-tindakan koping dan medikasi yang digunakan sebagai
bagian dari rencana pengobatan.
Anjurkan klien untuk menggunakan system pendukung yang ada di komunitas.
Klien dengan gangguan fobia
Jangan memaksa klien untuk berhubungan dengan benda atau situasi yang ditakutinya.
Bantu klien menjelaskan perasaannya sebelum berespons terhadap obyek yang ditakutinya.
Bantu klien mengidentifikasi strategi koping alternative untuk menatalaksanakan ansietas dalam
menghadapi situasi yang ditakutinya.
Gunakan strategi kognitif, seperti reframing, untuk membantu klien menempatkan pikiran dan
perasaannya dalam perspektif yang berbeda.
Lakukan teknik relaksasi bersama klien
Berpatisipasi sebagai anggota tim pengobatan dalam program yang telah ditetapkan untuk
desensitisasi sistematik
Ajarkan pada klien tentang obat yang diresepkan pengobatan
Klien dengan PTSD
Gunakan implementasi yang berkaitan denagn ansietas (missal teknik relaksasi, mendorong
ekspresi perasaan, membatasi kafein dan nikotin)

b. Validasi pada klien bahwa peristiwa traumatic yang dialaminya menimbulkan stress yang sangat
besar.
c. Bantu klien mengungkapkan semua aspek dari peristiwa traumatic, termasuk pikiran dan
perasaannya.
d. Ajarkan pada klien tentang strategi koping untuk melaksanakan gejala ansietas yang menyertai
ingatan tentang trauma.
e. Anjurkan klien untuk berpatisipasi dalam kelompok pendukung atau kelompok swadaya.
f. Rujuk klien ke Alcoholic Anonymous atau Narcotics Anomymous jika penyalahgunaan alcohol
atau obat menjadi masalah bagi klien.
5. Klien dengan gangguan disosiatif
a. Bina hubungan saling percaya dan beri dukungan selama masa depersonalisasi, amnesia, atau
kemunculan kepribadian baru.
b. Anjurkan klien untuk mengungkapkan dan mendiskusikan tentang perasaannya berkenaan
dengan ingatan menyakitkan yang muncul ke tingkat sadar.
c. Ajarkan pada klien tentang teknik mengikat ansietas bila ia kembali teringat akan hal-hal yang
mengancam klien terlalu berlebihan.
d. Catat secara akurat informasi-informasi tentang berbagai kepribadian sebagai bagian dari
pendekatan tim interdisipliner,
e. Dorong komitmen klien terhadap terapi yang berorientasi wawasan dengan ahli terapi yang
berpengalaman
2.7.5 Evaluasi Hasil
1. Klien mengidentifikasi respons ansietasnya sendiri
2. Klien mengidentifikasi stressor-stresor di masa lalu atau saat ini yang berperan dalam munculnya
respons ansietas.
3. Klien menggunakan strategi koping bukannya perilaku simtomatis
4. Klien mengidentifikasi dan berpatisipasi secara aktif dalam rencana pengobatan yang
berkesinambungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan
tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis
(buku keperawatan jiwa edisi 5 hal 144). Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman
subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh
ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998)

Ada berbagai macam tingkat ansietas yaitu ingkat ansietas Ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, ansietas panic selain itu gangguan terkait ansietas pun sangat beragam
diantaranya agoraphobia, gangguan ansietas umum dan gangguan obsesif kompulsif
3.2 Saran
Dalam mengatasi ansieta tidak hanya terapi farmakologis yang diberikan akan tetapi efek
terepeutik dari perawat sangat membantu dalam proses kesembuhan klien dengan ansietas. Agar
efek dari ansietas dapat konstruktif individu hasrus dapat menggunakan koping yang efektif
sehingga efek destruktif dari ansietas dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA
Maramis, Willy F. and Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga
University Press. Surabaya.
http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2010/03/ansietas/. Piogama UGM. Akses 01 Januari 2011:
02.57 pm
Anonim. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. 2004. Surabaya : RS. Jiwa Menur.
Anonim. Pedoman Diagnosis Keperawatan Jiwa. 2007. Jakarta : RS. Jiwa Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.
http://4yu8.wordpress.com/2010/06/04/respon-cemas-dan-gangguan-kecemasan/. Ayub Martien.
Akses 07 Desember 2010: 01.22pm

Diposkan oleh neRs salsabila di 11.33


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog

2011 (1)

Mengenai Saya

S
eptember (1)

Asuhan Keperawatan neRs salsabila


pada kLien dg
Lihat profil lengkapku
ansietas
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai