dan
pengukur
pengetahuan.
Pengetahuan
dicari
dengan
akal,
temuannya diukur dengan akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan
berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak.
Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk mengatur
manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber
pada akal.[1] Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan terletak pada
akal. Bukan karena Rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.[2]
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan.[3]
1.
2.
Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan
bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri.
Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan
objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan yang sesuai (Suparno, 2008:28). Menurut paham
konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang
kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh tiap-tiap orang.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu proses yang
berkembang
terus-menerus.
Dan
dalam
proses
itulah
keaktivan
dan
organisme
selalu
beradaptasi
dengan
lingkungannya
untuk
dapat
pengetahuan
yang
telah
dipunyai
seseorang
ditantang
untuk
Bagi
Piaget,
pengetahuan
selalu
memerlukan
pengalaman,
baik
oleh
Jean
Piaget.
Namun
sebenarnya
gagasan
pokok
Skemata
pengalaman yang baru, skema yang lama diubah sampai ada kesimbangan
lagi. Inilah proses akomodasi.
Contoh:
Seseorang mempunyai gambaran bahwa semua burung dapat terbang
dalam perkembang-biakannya. Pada suatu hari
kepala sendiri bahwa penguin tidak bisa terbang. Orang ini menjadi bingung
dan mengalami ketidakseimbangan dalam pikirannya. Ia mulai tidak yakin
akan gambaran awalnya. Ia mengalami bahwa gambarannya tentang
semua burung bisa
terbang
aspek figurative dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan imitasi keadaan
sesaat dan statis. Sedangkan aspek operatif berkaitan dengan transformasi dari
level pemikiran
dapat
transformasi lain. Aspek operatif lebih esensial dari pemikiran dan sangat
berperan dalam pembentukan pengetahuan seseorang.
Mengetahui
transformasi.
adalah
mengasimilasikan
realitas
dalam
sistem-sistem
yang terus-menerus. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar, tetapi ada
dalam diri seseorang yang membentuknya. Setiap pengetahuan mengandalkan
suatu interaksi dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, seorang anak
tidak dapat mengkonstruksi gambaran korespondensi satu-satu
dalam
dengan
menghapuskan
keperluan
untuk
mempertimbangkan
Gerakan Renaissance
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Latin renaitre yang berarti hidup
kembali atau lahir kembali. Pengertian renaissance adalah menyangkut
kelahiran atau hidupnya kembali kebudayaan klasik Yunani dan Romawi dalam
kehidupan masyarakat Barat.
Dalam pengertian yang lebih spesifik, Renaissance diartikan sebagai suatu
periode sejarah di mana perkembangan kebudayaan Barat memasuki periode
baru dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti ilmu-ilmu pengetahuan,
Hermeneutika
Istilah hermeneutika berasal dari kata Yunani; hermencuein,yang artinya
diterjemahkan "menafsirkan", kata bendanya: hermeneia artinya "tafsiran".
Dalam tradisi Yunani kuno kata hermeneuein dipakai dalam tiga makna, yaitu
mengatakan (to say), menjelaskan (to explain), dan menerjemahkan (to
translate). Dari tiga makna ini, kemudian dalam kata Inggris diekspresikan
dengan kata: to interpret, Dengan demikian perbuatan interpretasi menunjuk
pada tiga hal pokok: pengucapan lisan (an oral recitation), penjelasan yang
masuk akal (areasonable explanation), dan terjemahan dari bahasa lain (a
translation from another language), atau mengekspresikan.[1]
Menurut istilah, hermeneutika biasa dipahami sebagai: "the art and science
of interpreting especially authoritative writings; mainly in application to sacred
scripture, and equivalent to exegesis" (seni dan ilmu menafsirkan khususnya
tulisan-tulisan berkewenangan, terutama berkenaan dengan kitab suci dan sama
sebanding dengan tafsir). Ada juga yang memahami bahwa hermeneutika
merupakan sebuah filsafat yang memusatkan bidang kajiannya pada persoalan
namun
dapat
dipertanggungjawabkan,
dari
tindakan
manusia
Schleiermacher,
Dilthey,
Heidegger,
and
Gadamer.
Evanston,
Ontologi
Ontologi adalah analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, yaitu
hal-hal atau benda-benda empiris. Ontologis membahas tentang apa yang ingin
diketahui. Ontologi menganalisa tentang objek apa yang diteliti ilmu? Bagaimana
wujud yang sebenar-benarnya dari objek tersebut? bagaimana hubungan antara
objek tadi dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir, merasa dan
mengindera) yang menghasilkan pengetahuan.
Epistemologi
Berasal dari kata Yunani, Episteme dan Logos. Episteme artinya adalah
pengetahuan. Logos artinya teori. Epistemologi adalah sebuah kajian yang
mempelajari asal mula, atau sumber, struktur dan metode pengetahuan.
Epistemologi berusaha menjawab bagaimana proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal
apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar?
Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau tehnik
atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu.
Aksiologi
Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari
pengetahuan yang didapatkannya. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang
bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
seperti yang dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan,
seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik material (Koento, 2003:
13).
Definisi Kattsoff (2004: 319), aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan.
Scheleer
dan
Langeveld
(Wiramihardja,
2006:
155-157)
Scheleer
Langeveld berpendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama: etika dan
estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan
perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan
penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di
pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral.
[6]Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hlm. Hlm.
31-32
[7]Louis O.Kattsoff, Pengantar filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992. Hlm.
136
[8]http://mahrusali611.blogspot.com/2013/04/kelebihan-dan-kelemahanaliran.html
[9]Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hlm. 32-33