Anda di halaman 1dari 3

1.

Anastesia

: Hilangnya kemampuan untuk meerasakan nyeri,

disebabkan oleh pemberian obat atau intervensi medis lainnya.


2. Parastesia
: Perasaan sakit atau perasaan menyimpang; sensasi
abnormal seperti kesemutan, rasa terbakar, ditusuk-tusuk, dan lain-lain.
3. Distesia
:
4. Trismus
: Gangguan motorik nervus trigeminus, terutama spasme
otot pengunyah disertai kesulitan membuka mulut (rahang terkunci);
5.
6.
7.
8.

merupakan gejala awal tetanus yang khas.


Disosiatif
:
Kognitif
:
Waham
:
Halusinasi
: Persepsi sensorik (penglihatan, sentuhan, pendengaran,

pengecapan) tanpa adanya stimulus eksternal.


9. Psikomotor : yang menitikberatkan kepada kemampuan fisik dan kerja otot.
10. Delirium : Dilirium (mengigau) adalah gangguan fungsi otak yang
menyebabkan kebingungan dan perubahan dalam kewaspadaan, perhatian,
pikiran dan penalaran, ingatan, emosi, pola tidur dan koordinasi. Gejalagejalanya dapat dimulai tiba-tiba dan disebabkan beberapa jenis masalah
medis.
11. Skizofrenia : Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan
gangguan mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan
realitas. Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk
penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling sering
bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh,
atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang
signifikan.
12. Epilepsi : Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia
karena terjadinya aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada
otak sehingga menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari
bengong sesaat, kesemutan, gangguan kesadaran, kejang-kejang dan atau
kontraksi otot. Epilepsi atau yang sering kita sebut ayan atau sawan tidak
disebabkan atau dipicu oleh bakteri atau virus dan gejala epilepsi dapat
diredam dengan bantuan orang-orang yang ada disekitar penderita.
13. Vertigo : salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian
dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan

atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang.


Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini
dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh
kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh
kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
14. Kaku Kuduk : - Caranya: Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala
pasien yang sedang baring. Kepala ditekuk (fleksi), usahakan agar dagu
menyentuh dada.- Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan dan
dagu tidak dapat mencapai dada.- Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis,
miositis otot kuduk, abses retrofaringeal, arthritis di servikal.
15. Kernigs Sign :
a. Caranya: Penderita baring, salah satu pahanya difleksikan sampai
membuat sudut 90. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut. Biasanya ekstensi dilakukan sampai membentuk sudut 135

Tes Kernig
- Interpretasi: Tanda Kernig Sign (KS) (+) bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum mencapai sudut 135. (Rangsang meningeal positif (+) bila
terdapat radang selaput otak (ex. meningitis), benda asing di rongga
subarachnoid (ex. darah, seperti pada perdarahan subarachnoid))
- Kernig Sign (+) dijumpai pada penyakit penyakit seperti yang terdapat
pada tanda lasegue (+)
16. Brudzinski (I,II,III,IV)
Brudzinski I (Brudzinskis Neck Sign)
- Caranya: Tangan ditempatkan di bawah kepala yang sedang baring. Kita
tekuk kepala (fleksi) sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi
sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.

Tes Brudzinski I
- Interpretasi: Tanda brudzinski I (+) bila terdapat fleksi pada kedua tungkai
Brudzinski II (Brudzinskis Contra-Lateral Leg Sign)
- Caranya: Pada pasien yang sedang baring, satu tungkai di fleksikan pada
persendian panggul, sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam
keadaan ekstensi (lurus).

Tes Brudzinski II
- Interpretasi: Tanda Brudzinski II (+) bila tungkai yang satunya ikut pula
terfleksi.
Brudzinski III
- Caranya: Tekan os zigomaticum
- Interpretasi: Tanda Brudzinski III (+) bila terjadi fleksi involunter
ekstremitas superior (lengan tangan fleksi)
Brudzinski IV
- Caranya: Tekan simfisis ossis pubis (SOP)
- Interpretasi: Tanda Brudzinski IV (+) bila terjadi fleksi involunter
ekstremitas inferior (kaki)

Anda mungkin juga menyukai