Anda di halaman 1dari 7

HAID DAN GANGGUANYA

Dr. Suparyanto, M.Kes


HAID DAN GANGGUANYA

1. Pengertian Haid
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertasi
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Winkjosastro, 2005a).
Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat, lamanya 3-6
hari, ganti pembalut 2-5 pembalut perhari, satu siklus normal 21-35 hari
(Tim konsultasi kesehatan, 2009).
2. Fisiologi Haid
Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97
persen wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-24 hari.
Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang
sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap
wanita biasanya haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar sekitar 16
centimeter cubic, pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar
lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 centimeter cubic dianggap
patologik. Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapatkan haid
(menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya
12,5 tahun (Winkjosastro, 2005a).
Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, antara lain :
1. Masa haid (selama 2 sampai 8 hari)
Endometrium dilepas, pengeluaran hormon-hormon ovarium paling
rendah.
2. Masa proliferasi (sampai hari ke 14)
Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan
proliferasi. Antara hari ke 12 dan ke 14 dapat terjadi pelepasan ovum dari
ovarium yang disebut ovulasi.
3. Masa sekresi
Korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di
bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh
berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang
mengandung glikogen dan lemak, persiapan proses nidasi. (Winkjosastro,
2005b).
Endometrium adalah lapisan dalam rahim yang terbentuk selama siklus
normal dan kemudian dilepaskan selama periode menstruasi. Siklus
normal berlangsung kira-kira 28 hari, dan ovulasi terjadi kira-kira hari ke 14
atau 15. terdapat dua hormon utama yang terlibat dalam siklus menstruasi
wanita, yaitu estrogen dan progesteron. Siklus normal dikendalikan oleh

kedua hormon itu, yang dihasilkan dalam jumlah bervariasi selama 28 hari.
Estrogen menyebabkan endometrium tumbuh dan menebal, dimulai pada
sekitar hari kelima siklus haid dengan hari pertama adalah hari pertama
keluarnya darah menstruasi.
Ovulasi terjadi pada kira-kira hari ke 14, setelah ovulasi progesteron mulai
meningkat, dan bersama dengan estrogen menyebabkan penebalan
endometrium lebih lanjut untuk memepersiapkan kemungkinan implantasi
sel telur yang terbuahi. Jika sel telur tidak dibuahi, ia akan masuk ke rahim
dan akhirnya dikeluarkan bersama darah menstruasi. Kadar estrogen dan
progesteron menurun, yang tidak menyebabkan penebalan endometrium,
dan endometrium dilepaskan pada sekitar hari ke 28 sementara siklus
menstruasi normal dimulai.
Dua hormon utama yang dihasilkan di otak mempengaruhi fungsi ovarium.
follicle stimulating hormone (FSH) akibat rangsangan dari hipofisis oleh
hipothalamus merangsang perkembangan folikel di ovarium yang menjadi
tempat perkembangan sel telur. Luteinizing hormone menstimulasi
ovarium untuk melepaskan sel telur, sehingga terjadilah ovulasi (Hager,
2002).
3. Mekanisme Terjadinya Haid
Pada tiap siklus haid, FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh
lobus anterior hipofisis menyebabkan beberapa folikel primer dapat
berkembang di ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga dari
satu berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen.
Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis
dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang ke dua yakni LH
(luteinizing hormone). Produksi kedua homone gonadotropin (FSH dan
LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormone (RH) yang disalurkan
dari hipothalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh
mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipothalamus dan dapat
dipengaruhi oleh pengaruh dari luar termasuk hal-hal psikologik.
Bila penyaluran RH normal, maka gonadotropin-gonadotropin akan baik
pula sehingga folikel de Graff semakin menjadi matang dan makin banyak
berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen menyebabkan
endometrium tumbuh dan berproliferasi. Di bawah pengaruh LH folikel de
Graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium kemudian
terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum
kemudian menjadi korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan hormon
progesteron. Progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium
yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkelukkeluk dan bersekresi (masa sekresi).
Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan
mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya
kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang

berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan


hiperemia yang di ikuti spasme. Sesudah itu terjadi perdarahan dan
pelepasan endometrium. Proses ini disebut haid atau mensis. Bilamana
ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan
dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis (Winkjosastro, 2005b).
3. Gangguan Haid

1). Macam-macam Gangguan Haid


Gangguan pada saat haid masih dianggap normal apabila gangguan itu
terjadi selama dua tahun pertama setelah haid pertama kali (Agus, 2007).
Menurut Winkjosastro (2005a) gangguan haid dan siklusnya khususnya
dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid
1. Hipermenore atau menoragia
Hipermenore adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau
lebih lama dari normal yaitu lebih dari 8 hari (Winkjosastro, 2005b).
Hipermenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7
hari, ganti pembalut 5-6 kali per hari (Mansjoer, 2002).
2. Hipomenore
Hipomenore adalah perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih kurang
dari biasa dengan siklus haid yang teratur (Winkjosastro, 2005a).
Hipomenore adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang sedikit
dan biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin (Mansjoer, 2002)
b. Kelainan siklus
1. Polimenore
Polimenore adalah keadaan dimana siklus haid lebih pendek dari biasa
yaitu kurang dari 21 hari (Winkjosastro, 2005a).
2. Oligomenore
Oligomenore merupakan keadaan dimana siklus haid lebih panjang lebih
dari 35 hari (Winkjosastro, 2005a).
Oligomenore dapat disebabkan karena terjadinya gangguan hormonal,
penyakit kronis, adanya tumor, masalah gizi, gangguan makan (anoreksia
nervosa) dan stres (Arju, 2008).
3. Amenore
Amenore adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut (Winkjosastro, 2005a). Amenorea merupakan keadaan tidak
terjadinya haid lebih dari 3 bulan diluar amenorea fisiologis (Mansjoer,
2002). Amenore fisiologis dapat terjadi pada waktu sebelum pubertas,
dalam masa kehamilan, dalam masa laktasi, dalam masa menopause.
Amenore dibagi menjadi:

1
2

1
2

Amenore Primer : terjadi apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas


tapi belum mendapatkan haid. Penyebabnya lebih sulit diketahui, biasanya
karena kelainan kongenital maupun kelainan genetik.
Amenore Sekunder : penderita pernah mendapatkan haid, kemudian tidak
terjadi haid lagi selama 3 bulan berturut turut atau lebih. Penyebabnya
meliputi : gangguan gizi, gangguan metabolisme, penyakit infeksi.
c. Perdarahan di luar haid
1. Metroragia
Metroragia adalah perdarahan dari vagina tanpa ada hubungannya
dengan suatu suklus haid (Mansjoer, 2002). Metroragia adalah perdarahan
yang terjadi dalam masa antara 2 haid (Winkjosastro, 2005a).
d. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid
1. Dismenore
Dismenore merupakan nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara
hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Okparasta,
2003).
Dismenore dibagi menjadi :
Dismenore primer : merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
pada alat-alat genital yang nyata (Winkjosastro, 2005a)
Dismenore sekunder : Dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang
disebabkan oleh kelainan ginekologik (Winkjosastro, 2005a).
2). Oligomenore
a. Pengertian Oligomenore
Oligomenore merupakan keadaan dimana siklus haid lebih panjang lebih
dari 35 hari (Winkjosastro, 2005a).
b. Etiologi
Oligomenore dapat disebabkan karena terjadinya gangguan hormonal,
penyakit kronis, adanya tumor, masalah gizi, gangguan makan (anoreksia
nervosa) dan stres (Arju, 2008).
1. Gangguan hormonal
Terjadinya gangguan hormonal menyebabkan perubahan keseimbangan
hormon sehingga tidak mengalami ovulasi. Hal ini mengakibatkan siklus
haid memanjang (oligomenore) (Agus, 2008).
2. Penyakit kronis
Akibat menderita penyakit kronis, tubuh mengalami kekurangan nutrisi.
Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan
untuk berovulasi (Iskandar, 2007).
3. Masalah gizi
Tubuh yang sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus haid,

karena sistim metabolisme di dalam tubuh tidak bekerja dengan baik.


Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan
untuk berovulasi sehingga siklus haid pun terganggu (Agus, 2008).
4. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
Terjadinya gangguan makan (anoreksia nervosa) mengakibatkan sistim
metabolisme di dalam tubuh terganggu. Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh
tidak tercukupi sehingga siklus haid juga ikut terganggu (Iskandar, 2007).
5. Stres
Wanita yang mengalami stres, biasanya juga akan mengalami gangguan
hormonal. Hipothalamus saat stres akan mensekresi CRF (corticotropin
releasing factor) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH
(adenocorticotrophic hormone). Pelepasan ACTH menyebabkan kelenjar
adrenal mensekresi hormon kortisol. Adanya sekresi hormon kortisol
menimbulkan respon kewaspadaan yang merupakan salah satu respon
tubuh terhadap stres. Akibatnya produksi seks hormon (estrogen dan
progesteron) ditekan sedemikian rupa sehingga tidak berkompetisi
mendapatkan energi. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi
(oligomenore) (Hager, 2002).
c. Cara Penanganan oligomenore
Untuk mendiagnosis keadaan yang mendasari terjadinya oligomenore,
diperlukan keterangan-keterangan seperti riwayat medis, diet sehari-hari,
kegiatan fisik, pengobatan yang pernah dilakukan dan lain-lain.
Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Bagi penderita gangguan
siklus haid (termasuk oligomenore), sebaiknya gangguan ini tidak
didiamkan dan harus diperhatikan,karena jika dibiarkan akan berdampak
pada kemandulan atau infertilitas. Usaha yang terbaik dalah dengan
berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi agar
mendapatkan penanganan dengan baik (Teddy, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

1
2
3
4
5
6

Aat, Sriati. (2008). Tinjauan Tentang Stres. Retrieved January 03, 2009,
from Http://www.recaucesunpad.ac.id
Agus. (2007). Amenore Primer dan Sekunder. Retrieved December 20,
2008, from Http://cpddokter.com
Agus, Rahmadi. (2008). Beberapa Penyebab Terganggunya Siklus Haid.
Retrieved March 06, 2009, from Http://eramuslim.com
Alimul H, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Arju. (2008). Gangguan siklus Haid. Retrieved March 06, 2009, from

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Http://tabloidnova.com
Aryana, Ahmad. (2009). Remaja dan Stres. Retrieved March 12, 2009,
from Http://id.answer.yahoo.com
Ayodya, L.Riyadi. (2002). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Stres.
Jakarta: Dian Rakyat
Bernike. (2008). Stres Pada Remaja. Retrieved March 12, 2009, from
Http://remajaelim1.blogspot.com
Budiarto, Eko. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC
Hager, W. David. (2002). Stres dan Tubuh Wanita. Batam: Interaksara
Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta:
FKUI
Herlambang. (2008). Stres dan Gangguan Hormonal. Retrieved December
20, 2008, from Http://www.jambi-independent.co.id
Indri, Kemala Nasution. (2007). Stres Pada Remaja. Retrieved January 03,
2009, from Http://libraryusu.ac.idh
Iskandar, Sugi Suhardi. (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Gangguan
Siklus
Haid.
Retrieved
March
06,
2009,
from
Http://www.kompas.com
Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Potter&Perry. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta: EGC
Santrock. (2003). Perkembangan Remaja. Retrieved March 06, 2009, from
Http://lussysf .multiply.com./journal/journal/item/67
Sastroasmoro, Sudigdo. (2002). Dasar-dasar Mentodologi Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto
Teddy, Rochantor. (2008). Penyebab Terganggunya Siklus Haid. Retrieved
March 06, 2009, from Http://www.jambi-independence.co.id
Tim Konsultasi Kesehatan. (2009). Fisiologi Haid. Retrieved March 12,
2009, from Http://indonesiaindonesia.com
Usman, Said. (2008). Masa Depan Ginekologi Remaja dalam Peningkatan
Mutu Sumber Daya Manusia. Retrieved March 06, 2009, from
Http://www.obgyn-unsri.org
Vinosa. (2007). Menilik Beberapa sumber Stres Pada Remaja. Retrieved
March 12, 2009, from Http://vinosa.wordpress.com
Windhu, Purnomo. (2008). Handout & Bahan Kuliah Metodologi Penelitian.
Surabaya
Winkjosastro, Hanifa. (2005a). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

28

Winkjosastro, Hanifa. (2005b). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai