pasien dalam penelitian pharmacoepidemiology kohort dilakukan pada produsen farmasi menggunakan representatif sales mereka untuk meminta dokter mendaftarkan beberpapa pasien berikutnya dengan obat yang diresepkan
Cont.
Para dokter kemudian memberikan
follow up informasi hasil dari pengobatan ini. Misalnya, dalam penelitian surveilans `` Tahap IV '' postmarketing obat yang dilakukan terhadap prazosin, peneliti mengumpulkan lebih dari 20.000 subyek yang baru terpapar
Cont.
Sebagai contoh lain, ketika cimetidine
pertama kali dipasarkan ada kekhawatiran bisa menyebabkan agranulositosis, karena struktur kimia mirip dengan metiamide (H-2 blocker lain) yang telah dihapus dari pasar Eropa karena menyebabkan agranulositosis. Penelitian ini juga mengumpulkan 10.000 subjek, menggunakan desain yang sama, dan tidak ditemukan kasus agranulositosis
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
lebih menentukan banyaknya kejadian dosis pertama sinkop, yang dipengaruhi efek merugikan dari obat
Masalah dalam Penelitian
Meskipun ini adalah pendekatan `` standar '' untuk jenis penelitian ini terdapat beberapa masalah penting. Pertama, Studi ini sangat mahal dan lama. Biaya bisa jutaan dolar masing-masing, tanpa memperhitungkan waktu yang cukup Kedua, tidak adanya kelompok kontrol dalam studi. Tanpa kelompok kontrol, tidak dapat ditentukan apakah frekuensi pengamatan lebih besar atau lebih kecil dari yang diharapkan.
Cont.
Tidak ada cara untuk memantau apakah
dokter memilih pasien yang mewakili semua pasien mereka, merekrut pasien berurutan, atau bahkan memberikan informasi yang lengkap tentang pasien tertentu. Untuk semua alasan ini, ada potensi besar untuk hasil bias. Jadi, meskipun metode ini terus digunakan, ini lebih berpotensi pemasaran bukan untuk mengumpulkan informasi ilmiah.
Pendekatan Lain
Pendekatan lain untuk studi surveilans
postmarketing kohort lebih tepat. Misalnya, untuk mengevaluasi cimetidine bisa melalui pendektan kerjasama dengan ahli gastroenterologi. Sebagai contoh lain, untuk mengevaluasi vaksin baru melalui pendekatan terhadap klinik kesehatan pengelola vaksin.
Menggunakan Uji Klinis Acak Sebagai
Studi Surveilans Postmarketing
Sebuah rancangan untuk studi
farmakoepidemiologi postmarketing dibutuhkan sebelum obat disetujui untuk dipasarkan. Sebagian besar studi yang dibutuhkan berupa uji klinik acak, yang dirancang untuk klarifikasi efikasi , keamanan, dan toksisitas obat.
Cont.
Studi postmarketing dilakukan untuk
merespon laporan efek samping obat. Studi ini akan menyelidiki apakah efek samping ini terjadi lebih sering pada subjek terpapar obat daripada yang tidak menggunakan, serta berapa besar resiko peningkatan efek samping.
Cont.
Sebagai contoh, merencanakan uji klinis
acak skala besar double-blind dua obat yang berbeda di kelas obat yang sama. Setelah memperoleh persetujuan pasien, resep secara khusus dikirimkan, dan koordinasi dengan pusat telah mengirimkan obat ke pasien tanpa membayar. Pengumpulan data akan dilakukan dengan kuesioner dan salinan ulang rekam medis dokter
Cont.
Dengan demikian, uji klinis
postmarketing acak dapat dilakukan dengan cara-cara inovatif yang mengambil keuntungan dari pengaturan postmarketing, bukan sekedar melakukan uji coba acak premarketing setelah pemasaran.