Absorbsiong ACC
Absorbsiong ACC
Laporan Praktikum Proses Kimia berjudul Absorbsi Gas CO2 dengan Larutan NaOH
yang disusun oleh :
Kelompok
: 2 / Senin
Tanggal
Mengetahui,
Asisten
VICKY KARTIKA
21030112130146
RINGKASAN
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran
gas saling kontak dengan suhu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas
tersebut larut dalam cairannya. Percobaan absorbsi CO2 dengan NaOH bertujuan untuk mempelajari
pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 terserap, nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase
gas (kGa), nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa), nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2).
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah absorbsi gas CO 2 dengan
larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Secara umum, proses absorpsi gas CO 2 kedalam larutan
NaOH yang disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO 2
melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO 2 dalam fase gas
dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil.
Pada percobaan ini, variabel berubah adalah konsentrasi NaOH yaitu 0,8 N; 0,65 N; dan 0,35
N. Beda waktu pengambilan sampel yaitu 1 menit dan tekanan operasi 5,5 bar. Sedangkan variabel
tetapnya adalah laju alir NaOH (0,21l/menit). Percobaan ini diawali dengan membuat larutan induk
NaOH 0,8 N; 0,65 N; dan 0,35 N sebanyak 15 liter. Kemudian adalah NaOH dipompa ke bagian atas
menara. Lalu gas CO2 dialirkan ke bagian bawah absorber dan NaOH dialirkan ke kolom packed
sesuai dengan variabel berubah. Larutan NaOH dan CO 2 dibiarkan saling kontak. Sebanyak 10 ml
sampel yaitu campuran antara NaOH dengan CO 2 diambil dari bagian dasar menara dengan interval 1
menit dan dianalisis kadar CO2 dengan cara titrasi acidi alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar
CO2 yang terserap, dikarenakan semakin banyak jumlah molekul NaOH yang dapat mengikat CO2,
sehingga CO2 pun akan semakin banyak terserap. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai Kla dan
nilai Kga akan semakin besar, hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya CO 2 yang terserap. Selain
itu, semakin besar konsentrasi NaOH, nilai K2 akan semakin besar sesuai dengan persamaan arhenius.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai Kla, Kga
dan K2 akan semakin besar serta CO 2 yang terserap akan semakin banyak. Saran yang dapat diberikan
antara lain penggunaan valve yang baik sehingga mudah dalam pengaturan laju alir, menjaga valve
sehingga dapat memperoleh laju alir yang konstan dan melakukan titrasi dengan teliti sesuai dengan
warna yang diperoleh.
PRAKATA
3
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, Laporan Resmi Praktikum Proses Kimia yang berjudul Absorbsi
CO2 dengan NaOH dapat diselesaikan dengan lancar.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan Praktikum Proses Kimia.
Ucapan terimakasih atas bantuan dan kerjasama dalam penyelesaian
laporan ini juga disampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Moh. Djaeni, S.T. M.Eng. sebagai Penanggungjawab Laboratorium Proses Kimia.
2. Saudara Joe Epridoena Sinulingga dan Vicky Kartika
selaku asisten
Semarang,
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................i
4
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii
RINGKASAN ..............................................................................................................................iii
PRAKATA
..............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Percobaan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1 Absorbsi........................................................................................................................3
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas
oleh Cairan..4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN...................................................................................9
3.1 Rancangan Praktikum....................................................................................................9
3.2 Bahan dan Alat yang digunakan...................................................................................9
3.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan.............................................................................9
3.4 Prosedur Praktikum.......................................................................................................10
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN............................................................12
4.1 Hasil Percobaan............................................................................................................12
4.2 Pembahasan...................................................................................................................13
BAB V PENUTUP......................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................17
5.2 Saran.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia3.
Gambar 2.2 Mekanismee Absorbsi Gas CO2 dalam Larutan NaOH...........................................4
Gambar 3.2 Gambar Rancangan Alat Umum..............................................................................9
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Jumlah CO2 Terserap......................13
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Nilai KGA.........................................14
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Nilai KLA.........................................15
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Nilai K2...........................................15
Gambar 4.4 Grafik Hubungan CO2 Terserap dengan Waktu.......................................................16
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan CO2 yang Terserap Tiap Variabel.............................................12
Tabel 4.2 Nilai KGA, KLA, K2 Tiap Variabel..................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan bahan baku yang
berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu
industri dapat terjadi dalam fase ganda atau heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson,
1996). Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan, namun terdapat
satu fenomena yang selalu terjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung. Maka salah satu atau lebih bahan
baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju
aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas yang
dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks, 1967).
Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau
bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan.
Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya proses absorpsi
dijalankan dalam reactor tangki berpengaduk bersparger, kolom gelembung (bubble column) atau kolom
yang berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada
pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan
pada industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan, seperti H 2SO4, HCl, HNO3, formadehid
dll(Coulson, 1996). Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsi
yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO 2 dan ion OH-membentuk ionCO32-dan H2O.
Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32- membentuk ion HCO3-biasanya diabaikan (Danckwerts,
1970; Juvekardan Sharma, 1972). Namun, menurut Rehmet al. (1963) proses ini juga biasa dianggap
mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer).
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan hidrodinamika reaktor dan
reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari
proses sesungguhnya di dalam sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi
kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan mempertimbangkan
kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian reaksi, peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan
analisis, dan ketelitian.
1.2 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai beberapa hal
berikut:
1. Pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi.
2. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa).
3. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa).
4. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).
1.3
Manfaat Percobaan
1. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi.
2. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan perpindahan massa
CO2 fase gas (kGa).
3. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase cair
(kLa).
4. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran gas
dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut
dalam cairannya. Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini adalah absorbsi gas H 2S dengan
air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses
absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh
Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah absorbsi gas CO 2 dengan
larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses
penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada gambar 2.1
stripper
absorber
Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom
gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed column) atau
piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan
(gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi.
2.2
Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai reaksi kimia berlangsung
melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO 2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-
cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari
lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-).
Skema proses tersebutdapatdilihat pada Gambar 2.2.
pg
pai
A*
Gambar
2.2 .Mekanisme absorpsi gas
CO
2 dalamlarutanNaOH
(1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
A* = H.pai(2)
dengan H pada suhu 30oC = 2,88 x 10-5 g mole/cm3. atm.
Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO 2
terlarut dengan gugus hidroksil:
Ra=[A*]a
Kedaan batas:
DA.k2.[OH-]
(3)
(a)
OH
D A . k 2.
(b)
>>>1
OH
D A . k 2 .
<<<
OH
DA
z . A
DB
(a)
CO2 (g)
CO2 (l)
(b)
HCO3- (l)
(c)
(d)
Na2CO3(l)
(e)
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses absorpsi biasanya
dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan NaOH terutama jika CO 2 diumpankan
dalam bentuk campuran dengan gas lain atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada
langkah c (Juvekar dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :
(4)
Menjadi :
(5)
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam larutan.Hal ini berakibat:
(6)
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan mengikuti persamaan:
(7)
Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer massa CO 2 pada
fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh
Juvekar dan Sharma (1973):
(8)
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30 oC adalah 2,1 10-5 cm2/det
(Juvekardan Sharma, 1973).
Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau perpindahan massa
total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam
bentuk bilangan tak berdimensi, kGa dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
(9)
(10)
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati dengan p = pin-pout. Sedangkan nilai kla
dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and Xu, 1992):
(11)
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju difusi CO2 ke
dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan dengan badan cairan adalah nol. Hal
ini disebabkan oleh konsumsi CO2yang sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan demikian,
tebal film (x) dapat ditentukan persamaan:
(12)
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
d. Aquadest (H2O)
e. Reagent untuk analisis yaitu larutan HCl 0,1 N dan indikator PP dan MO
Kran
manometer
Tanki2
manometer
manometer
manometer
Kolom Packed
Tanki1
kompresor
Pompa
Mixer
Tanki CO2
3.2
Variabel Operasi
a. Variabel tetap
1. Tekanan CO2
: 5,5 atm
2. Suhu
: 30 oC
: 0,21 L/menit
b. Variabel berubah
Konsentrasi NaOH
Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing.
Keluarkan cairan dalam kolom dengan membuka kran di bawah kolom, tampung cairan tersebut dan
segera tutup kran jika cairan dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling bawah.
Catat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom absorpsi = Vvoid.
D 2. H
4
Vvoid
VT
3. Operasi Absorpsi
NaOH 0,8 N dipompa dan diumpankan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir tertentu
hingga keadaan mantap tercapai.
Mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom. Ukur beda ketinggian cairan dalam manometer 1
dan manometer 2 jika aliran gas sudah steady.
Mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis
kadar ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.
4. Menganalisis sampel
Menambahkan indikator fenol fthalein (PP) sampai merah jambu, dan titrasi sample dengan larutan HCl
0,1 N sampaiwarna merah hampir hilang (kebutuhan titran = a mL), maka mol HCl = a x 0,1 mmol.
Menambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga (MO), dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna jingga
berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL), atau kebutuhan HCl = b x 0,1 mmol.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN & PEMBAHASAN
Variabel 1 (0,85 N)
Variabel 2 (0,65 N)
Variabel 3 (0,35 N)
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0.38
0.4
0.4
0.42
0.44
0.44
0.5
0.52
0.54
0.56
0.56
0.368
0.392
0.392
0.388
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.16
0.16
0.18
0.18
0.18
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188
KGA
4
2,965 10
KLA
1,02 x 10-8
K2
0,3853
Variabel 2
2,503 104
8,016 x 10-9
0,385
Variabel 3
2,184 10
6,665 x 10-9
0,168
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Jumlah CO2 yang Terserap
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
Jumlah CO2 yang terserap 0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.35
0.65
0.85
Konsentrasi NaOH
Gambar 4.1 Grafik hubungan jumlah CO2 terserap dengan konsentrasi NaOH
Dari grafik 4.1 dapat dilihat semakin besar konsentrasi NaOH, maka semakin banyak pula CO 2
yang terserap. Hal ini disebabkan karena konsentrasi NaOH yang meningkat akan menambah
jumlah massa NaOH dalam larutan, sehingga partikel NaOH dalam larutan akan semakin
banyak. Jumlah CO2 yang terserap pada ketiga konsentrasi pada suatu waktu tertentu akan
menuju nilai konstan karena untuk mencapai nilai CO 2 terserap yang tertinggi ada batas
konsentrasi sorben tertentu dimana dengan menambah konsentrasi sorben, jumlah CO 2 yang
terserap sudah tidak berubah lagi (Irianty, 2009).
0
0
0
0
0
Nilai KGA
0
0
0
0
0
0.35
0.65
0.85
Konsentrasi NaOH
6.00E-06
5.00E-06
4.00E-06
Nilai KLA
3.00E-06
2.00E-06
1.00E-06
0.00E+00
0.35
0.65
0.85
Konsentrasi NaOH
0.65
Konsentrasi NaOH
0.85
Pada grafik di atas dapat dilihat hubungan antara konsentrasi NaOH dengan nilai K 2
dimana peningkatan konsentrasi memperbesar nilai K 2. Jika dihubungkan dengan persamaan
Arhenius:
A e
Ea
RT
konstanta kecepatan reaksi juga besar. Hal ini terjadi karena faktor tumbukan dipengaruhi oleh
konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka molekul NaOH yang terlarut semakin banyak dan
jaraknya semakin rapat sehingga faktor tumbukan NaOH dan CO 2 semakin besar Sehingga
apabila konsentrasi NaOH semakin besar maka K 2 semakin besar karena besarnya kosentrasi
berbanding lurus dengan besarnya K2 (Yoo et al., 2011).
4.2.5 Hubungan CO2 yang Terserap Terhadap Waktu
1.2
1
0.8
N CO2 terserap 0.6
NaOH 0,85 N
NaOH 0,65 N
0.4
NaOH 0,35 N
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu(menit)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka jumlah CO2 yang terserap juga semakin
besar, karena memberikan kesempatan mol pereaktan untuk saling bereaksi.
2. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka nilai KGA juga semakin besar, karena semakin tinggi
konsentrasi NaOH maka karak antar molekul semakin dekat yang menyebabkan peluang
kontak dengan gas CO2 semakin besar.
3. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka nilai KLA
konsentrasi NaOH yang tinggi jumlah molekul NaOH sebagai sorben menjadi lebih banyak
sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang bereaksi dengan CO2.
4. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka nilai K2 juga semakin besar, karena konsentrasi
berbandinglurus dengan factor tumbukan antar reaktan.
5.2 Saran
1. Larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakan dengan CO2
2. Laju alir sebaiknya dijaga agar tidak terlalu besar sehingga pengeluaran CO2 dapat
diminimalisir.
3. Jaga tekanan pada tangki CO2 agar CO2 yang keluar tidak berlebihan.
4. jaga tekanan pada kompresor agar raksa yang ada pada inverted manometer tidak keluar ke
pipa pembuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering: Volume 1: Fluid flow, heat
transfer and mass transfer, 5 ed. Butterworth Heinemann, London, UK.
Danckwerts, P.V. dan Kennedy, B.E., 1954, Kinetics of liquid-film process in gas absorption. Part I:
Models of the absorption process, Transaction of the Institution of Chemical Engineers, 32:S49S52.
Danckwerts, P.V., 1970, Gas Liquid Reactions, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York, pp. 4244.
Franks, R.G.E., 1967, Mathematical modeling in chemical engineering. John Wiley and Sons, Inc., New
York, NY, USA, pp. 4-6.
Irianty, R.S. 2009. Pengaruh Laju Alir Gas dan Konsentrasi Sorben terhadap Fluks CO2 Pada Absorpsi
Gas CO2 Menggunakan Kontraktor Membran Hallow Fiber. Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Riau. Pekanbaru
Juvekar, V. A. dan
Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass transfer
characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of the Institution of Chemical
Engineers, (Part A) 70, 459464.
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
gr 1000
Valensi
Mr
V
0,8=
gr 1000
1
40 15000
0,8 x 9,1 l
0,65
V 1=11,2 liter
0,65 x 8,1l
0,35
V 1=15,04 liter
VHCl=25,39 ml
LEMBAR PERHITUNGAN
A. PERHITUNGAN FRAKSI RUANG KOSONG
Vvoid=102, 4 cm3
D=3 cm ; H=30,3 cm
Vt=
D2 H
4
3,14 32 30,3 4
214,0695 cm3
Vvoid
Vt
102,4 cm 3
3
214, 0692 cm
0,4783
B. OPERASI ABSORBSI
Z= 1,1 cm = 0,011 m
P= 5,5 bar
Q= 3,5 ml/det = 0,21L/menit
1
2
3 2
D 2=3 cm; s 2= D =0,7 10 m
4
g
gc
P=1,246 Pa
V co2=
V co2=
P
F )
raksa
s1
1
s2
2 gc (
( )
2 x 1 x 1(
1,246
0)
13,534
1,96 103 m3
1
0,7 103 m3
V co2=0,319
m
s
m
0,7 103 m2
s
2,233 x 10 m
=0,00372 L/menit
s
Na2CO3 =
NaHCO3 =
(ab)x N HCl
Volume x Valensi
a ml
b ml
Na2CO3
NaHCO3
CO2 terserap
N CO2
9.5
10
10
10.5
11
11
12.5
13
13.5
14
14
11.727
3
3.5
3.5
3.5
4
4
4.5
5
5
5
5
4.181
0.12
0.14
0.14
0.14
0.16
0.16
0.18
0.2
0.2
0.2
0.2
0.167
0.26
0.26
0.26
0.28
0.28
0.28
0.32
0.32
0.34
0.36
0.36
0.301
0.38
0.4
0.4
0.42
0.44
0.44
0.5
0.52
0.54
0.56
0.56
0.469
0
0.8536
1.7072
2.68884
3.75584
4.6948
6.402
7.76776
9.21888
10.75536
11.9504
5.43588
t menit
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
a ml
9,2
9,8
9,8
9,7
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,61
b ml
3
3
3
3,5
3,5
3,5
3,5
4
4
4
4
3,18
Na2CO3
0.12
0.12
0.12
0.14
0.14
0.14
0.14
0.16
0.16
0.16
0.16
0.141
NaHCO3
0.248
0.272
0.272
0.248
0.244
0.244
0.244
0.224
0.224
0.224
0.224
0.242
CO2 terserap
0.368
0.392
0.392
0.388
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
N CO2
0
0.836528
1.673056
2.483976
3.277824
4.09728
4.916736
5.736192
6.555648
7.375104
8.19456
4.10426
NaHCO3
0.02
0.02
0.06
0.06
0.06
0.068
0.068
0.068
0.068
0.068
0.068
0.057
CO2 terserap
0.16
0.16
0.18
0.18
0.18
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188
0.180
N CO2
a ml
4
4
4,5
4,5
4,5
4,7
4,7
4,7
4,7
4,7
4,7
4,518
b ml
3,5
3,5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3,09
Na2CO3
0.14
0.14
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.123
0
0.34144
0.76824
1.15236
1.53648
2.00596
2.407152
2.808344
3.209536
3.610728
4.01192
1.98656
Variabel 1(0,85N)
KGa=
0,167
3
=0,001628/m . menit
214,0695 0,4783 1,0014
Variabel 2 (0,65N)
KGa=
0,141
=0,001375/m3 . menit
214,0695 0,4783 1,0014
Variabel 3 (0,35N)
KGa=
0,123
=0,001196 /m3 . menit
214,0695 0,4783 1,0014
G. PERHITUNGAN KLA
= 0,4783
6 (1)
dp
6 (10,4783)
dp
3,13
dp
Q = 0,21 L/menit
NaOH = 3,84 x 10-3
Variabel 1
NaOH 0,85 N
NaOH = 969,9 kg/m3
K GA dp2
DA
= 4,0777 x
CO2 .QCO 2
CO2
1,4003
CO2
CO2 . D A
1 /3
0,001628 dp
9
2,1 x 10
= 4,0777 x
1,4003
1,977.0,00372
dp
15 x 106 . 3,13
15 x 10
9
1,977 .2,1 x 10
1 /3
= 0,02185
3.13
dp
K LA . dp
DA
3,13
0,02185
= 143,236
NaOH . Q NaOH
NaOH .
= 0,2258 x
K LA . 0,02185
2,1 x 109
= 0,2258 x
0,3
NaOH
NaOH . D A
969,9 x 0,21
3,95 x 103 . 143,236
0,3
0,5
3,95 x 10
9
969,9 .2,1 x 10
0,5
Variabel 2
NaOH 0,65 N
K GA dp2
DA
= 4,0777 x
0,001375 dp2
2,1 x 109
CO2 .QCO 2
CO2
= 4,0777 x
dp0,5997 = 0,11955
= 0,02896
3.13
dp
3,13
0,02896
CO2
CO2 . D A
1,977.0,00372
dp
15 x 106 . 3,13
1,4003
= 108,078
1 /3
1,4003
15 x 10
9
1,977 .2,1 x 10
1 /3
K LA . dp
DA
= 0,2258 x
K LA . 0,02896
NaOH . Q NaOH
NaOH .
= 0,2258 x
2,1 x 109
0,3
NaOH
NaOH . D A
0,3
969,9 x 0,21
3
3,95 x 10 . 108,078
0,5
3,95 x 103
969,9 .2,1 x 109
0,5
Variabel 3
NaOH 0,35 N
K GA dp2
DA
= 4,0777 x
0,001196 dp2
2,1 x 109
CO2 .QCO 2
CO2
= 4,0777 x
1,4003
CO2
CO2 . D A
1,977.0,00372
dp
6
15 x 10 . 3,13
1 /3
1,4003
15 x 106
1,977 .2,1 x 109
= 0,0365
3.13
dp
K LA . dp
DA
3.13
0,0365
= 0,2258 x
K LA . 0,0365
2,1 x 109
= 85,65
NaOH . Q NaOH
NaOH .
= 0,2258 x
0,3
969,9 x 0,21
3
3,95 x 10 . 85,65
NaOH
NaOH . D A
0,3
0,5
3,95 x 103
969,9 .2,1 x 109
0,5
1 /3
H Perhitungan K2
CO2=1.977 kg/m
Ra=KGa ( CO 2 NaOH )
Ra=0,001628 ( 1,977969,9 )=1.575
=143,236
Ra
Ra
k 2=
0.5
0.5
. H . Da . ( OH ) . PCO 2 KGa
k 2=
1.575
5
9 0.5
0.5
. x 5.5
k 2=6,88798 x 1012
2
Ra=KGa ( CO 2 NaOH )
Ra=0,001375 ( 1.977969.9 )=1.33
=108,078
k 2=
Ra
Ra
0.5
0.5
KGa
. H . Da . ( OH ) . PCO 2
1.575
0,001628
1.33
1.33
k 2=
5
9 0.5
0.5
108,078 x 2.88 x 10 . ( 2.1 x 10 ) x ( 0.3 ) . x 5.5 0,001375
12
k 2=8,6377 x 10
Ra=KGa ( CO 2 NaOH )
Ra=0,001196 ( 1.977969.9 ) =1.157
=85,65
k 2=
k 2=
k 2=1.03969 x 10
13
Ra
Ra
0.5
0.5
. H . Da . ( OH ) . PCO 2 KGa
1.157
5
9 0.5
0.5
. x 5.5
1.157
0,001196