Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Proses Kimia berjudul Absorbsi Gas CO2 dengan Larutan NaOH
yang disusun oleh :
Kelompok

: 2 / Senin

Nama / NIM : Efraim Ade Novian G.


Eko Nur W.
Louise Clauida M.

Telah diterima dan disetujui pada :


Hari

Tanggal

Mengetahui,
Asisten

VICKY KARTIKA
21030112130146

RINGKASAN
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran
gas saling kontak dengan suhu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas
tersebut larut dalam cairannya. Percobaan absorbsi CO2 dengan NaOH bertujuan untuk mempelajari
pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 terserap, nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase
gas (kGa), nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa), nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2).
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah absorbsi gas CO 2 dengan
larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Secara umum, proses absorpsi gas CO 2 kedalam larutan
NaOH yang disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO 2
melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO 2 dalam fase gas
dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil.
Pada percobaan ini, variabel berubah adalah konsentrasi NaOH yaitu 0,8 N; 0,65 N; dan 0,35
N. Beda waktu pengambilan sampel yaitu 1 menit dan tekanan operasi 5,5 bar. Sedangkan variabel
tetapnya adalah laju alir NaOH (0,21l/menit). Percobaan ini diawali dengan membuat larutan induk
NaOH 0,8 N; 0,65 N; dan 0,35 N sebanyak 15 liter. Kemudian adalah NaOH dipompa ke bagian atas
menara. Lalu gas CO2 dialirkan ke bagian bawah absorber dan NaOH dialirkan ke kolom packed
sesuai dengan variabel berubah. Larutan NaOH dan CO 2 dibiarkan saling kontak. Sebanyak 10 ml
sampel yaitu campuran antara NaOH dengan CO 2 diambil dari bagian dasar menara dengan interval 1
menit dan dianalisis kadar CO2 dengan cara titrasi acidi alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin besar
CO2 yang terserap, dikarenakan semakin banyak jumlah molekul NaOH yang dapat mengikat CO2,
sehingga CO2 pun akan semakin banyak terserap. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai Kla dan
nilai Kga akan semakin besar, hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya CO 2 yang terserap. Selain
itu, semakin besar konsentrasi NaOH, nilai K2 akan semakin besar sesuai dengan persamaan arhenius.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai Kla, Kga
dan K2 akan semakin besar serta CO 2 yang terserap akan semakin banyak. Saran yang dapat diberikan
antara lain penggunaan valve yang baik sehingga mudah dalam pengaturan laju alir, menjaga valve
sehingga dapat memperoleh laju alir yang konstan dan melakukan titrasi dengan teliti sesuai dengan
warna yang diperoleh.

PRAKATA
3

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, Laporan Resmi Praktikum Proses Kimia yang berjudul Absorbsi
CO2 dengan NaOH dapat diselesaikan dengan lancar.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan Praktikum Proses Kimia.
Ucapan terimakasih atas bantuan dan kerjasama dalam penyelesaian
laporan ini juga disampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Moh. Djaeni, S.T. M.Eng. sebagai Penanggungjawab Laboratorium Proses Kimia.
2. Saudara Joe Epridoena Sinulingga dan Vicky Kartika

selaku asisten

pengampu materi Absorbsi CO2 dengan NaOH.


3. Asisten Laboratorium Proses Kimia.
4. Teman-teman yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Laporan ini dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Besar
harapan kami laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca. Laporan ini disadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak diharapkan untuk menuju kesempurnaan laporan ini.

Semarang,

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................i
4

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii
RINGKASAN ..............................................................................................................................iii
PRAKATA

..............................................................................................................................iv

DAFTAR ISI................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Percobaan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1 Absorbsi........................................................................................................................3
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas
oleh Cairan..4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN...................................................................................9
3.1 Rancangan Praktikum....................................................................................................9
3.2 Bahan dan Alat yang digunakan...................................................................................9
3.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan.............................................................................9
3.4 Prosedur Praktikum.......................................................................................................10
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN............................................................12
4.1 Hasil Percobaan............................................................................................................12
4.2 Pembahasan...................................................................................................................13
BAB V PENUTUP......................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................17
5.2 Saran.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia3.
Gambar 2.2 Mekanismee Absorbsi Gas CO2 dalam Larutan NaOH...........................................4
Gambar 3.2 Gambar Rancangan Alat Umum..............................................................................9
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Jumlah CO2 Terserap......................13
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Nilai KGA.........................................14
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Nilai KLA.........................................15
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH dengan Nilai K2...........................................15
Gambar 4.4 Grafik Hubungan CO2 Terserap dengan Waktu.......................................................16

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan CO2 yang Terserap Tiap Variabel.............................................12
Tabel 4.2 Nilai KGA, KLA, K2 Tiap Variabel..................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan bahan baku yang
berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu
industri dapat terjadi dalam fase ganda atau heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson,
1996). Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan, namun terdapat
satu fenomena yang selalu terjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung. Maka salah satu atau lebih bahan

baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju
aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda.
Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas yang
dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks, 1967).
Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau
bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan.
Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya proses absorpsi
dijalankan dalam reactor tangki berpengaduk bersparger, kolom gelembung (bubble column) atau kolom
yang berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada
pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan
pada industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan, seperti H 2SO4, HCl, HNO3, formadehid
dll(Coulson, 1996). Absorpsi gas CO2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsi
yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO 2 dan ion OH-membentuk ionCO32-dan H2O.
Sedangkan reaksi antara CO2 dengan CO32- membentuk ion HCO3-biasanya diabaikan (Danckwerts,
1970; Juvekardan Sharma, 1972). Namun, menurut Rehmet al. (1963) proses ini juga biasa dianggap
mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer).
Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan hidrodinamika reaktor dan
reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari
proses sesungguhnya di dalam sebuah reaktor yang biasanya sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi
kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan mempertimbangkan
kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian reaksi, peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan
analisis, dan ketelitian.
1.2 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai beberapa hal
berikut:
1. Pengaruh laju alir NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi.
2. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase gas (kGa).
3. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO2 fase cair (kLa).
4. Pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2).

1.3

Manfaat Percobaan
1. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi.
2. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan perpindahan massa
CO2 fase gas (kGa).
3. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase cair
(kLa).
4. Mengetahui pengaruh laju alir NaOH (atau CO2) terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan
NaOH (k2).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran gas
dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut
dalam cairannya. Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini adalah absorbsi gas H 2S dengan
air, methanol, propilen karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses

absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh
Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan
penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah absorbsi gas CO 2 dengan
larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses
penyerapan gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada gambar 2.1

stripper

absorber

Gambar 2.1.Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik Amonia
Proses absorpsi dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom
gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed column) atau
piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan
(gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi.

2.2

Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh Cairan

Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang disertai reaksi kimia berlangsung
melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO 2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-

cairan, kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari
lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH-).
Skema proses tersebutdapatdilihat pada Gambar 2.2.

Gas bulk flowGas film

pg

Liq. film Liq. bulk flow

pai
A*

Gambar
2.2 .Mekanisme absorpsi gas
CO
2 dalamlarutanNaOH

Laju perpindahan massa CO2 melalui lapisan gas:


Ra = kga(pg - pai)

(1)

Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
A* = H.pai(2)
dengan H pada suhu 30oC = 2,88 x 10-5 g mole/cm3. atm.
Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO 2
terlarut dengan gugus hidroksil:

Ra=[A*]a
Kedaan batas:

DA.k2.[OH-]

(3)

(a)

OH

D A . k 2.

(b)

>>>1

OH

D A . k 2 .

<<<

OH

DA
z . A
DB

dengan z adalah koefsien reaksi

Kimia antara CO2 dan [OH-}, yaitu = 2.


Di fase cair,reaksi antara CO2 dengan larutan NaOHterjadi melalui beberapa tahapan proses:
NaOH (s)

Na+ (l) + OH- (l)

(a)

CO2 (g)

CO2 (l)

(b)

CO2 (l) + OH- (l)

HCO3- (l)

(c)

HCO3- (l) + OH- (l)

H2O (l) + CO32- (l)

(d)

CO32- (l) + Na+ (l)

Na2CO3(l)

(e)

Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses absorpsi biasanya
dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan NaOH terutama jika CO 2 diumpankan
dalam bentuk campuran dengan gas lain atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada
langkah c (Juvekar dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :
(4)

Jika nilai kL sangat besar, maka:

, sehingga persamaan di atas

Menjadi :

(5)

Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam larutan.Hal ini berakibat:

(6)

Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan mengikuti persamaan:

(7)
Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer massa CO 2 pada
fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh
Juvekar dan Sharma (1973):

(8)
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30 oC adalah 2,1 10-5 cm2/det
(Juvekardan Sharma, 1973).

Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau perpindahan massa
total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam
bentuk bilangan tak berdimensi, kGa dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):

(9)

Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi persamaan:

(10)

Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati dengan p = pin-pout. Sedangkan nilai kla
dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and Xu, 1992):

(11)
Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju difusi CO2 ke
dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan dengan badan cairan adalah nol. Hal
ini disebabkan oleh konsumsi CO2yang sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan demikian,
tebal film (x) dapat ditentukan persamaan:

(12)

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


1. Bahan yang digunakan
a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH)
b. CairanGas Karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabung bertekanan
c. Udara

d. Aquadest (H2O)
e. Reagent untuk analisis yaitu larutan HCl 0,1 N dan indikator PP dan MO

2. Alat yang digunakan


Rangkaian alat praktikum absorbsi terlihat pada gambar 3.1

Kran

manometer
Tanki2
manometer
manometer
manometer
Kolom Packed

Tanki1
kompresor

Pompa

Mixer

Tanki CO2

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Utama

3.2

Variabel Operasi
a. Variabel tetap
1. Tekanan CO2

: 5,5 atm

2. Suhu

: 30 oC

3. Laju alir NaOH

: 0,21 L/menit

b. Variabel berubah
Konsentrasi NaOH

: 0,8 N ; 0,65 N ; 0,35 N

3.3 Respon Uji Hasil


Konsentrasi ion CO32- dalam larutan sampel dan CO2 yang terserap

3.4 Prosedur Percobaan


1. Membuat larutan induk NaOH dengan konsentrasi 0,8 N sebanyak 15 L

Menimbang 480 gr NaOH

Dilarutkan dalam aquadest sebanyak 15 L

Larutan NaOH ditampung dalam tangki untuk dioperasikan

2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi

Pastikan kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup

Alirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorpsi.

Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing.

Keluarkan cairan dalam kolom dengan membuka kran di bawah kolom, tampung cairan tersebut dan
segera tutup kran jika cairan dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling bawah.

Catat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam kolom absorpsi = Vvoid.

Tentukan volume total kolom absorpsi, yaitu dengan mengkur


tinggi tumpukan packing (H), VT =

D 2. H
4

diameter kolom (D) dan

Fraksi ruang kosong kolom absorpsi = =

Vvoid
VT

3. Operasi Absorpsi

NaOH 0,8 N dipompa dan diumpankan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir tertentu
hingga keadaan mantap tercapai.

Mengalirkan gas CO2 melalui bagian bawah kolom. Ukur beda ketinggian cairan dalam manometer 1
dan manometer 2 jika aliran gas sudah steady.

Mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis
kadar ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.

Mengulangi percobaan untuk nilai variabel kajian yang berbeda.

4. Menganalisis sampel

Sebanyak 10 mL sampel cairan ditempatkan dalam gelas erlenmeyer 100 mL.

Menambahkan indikator fenol fthalein (PP) sampai merah jambu, dan titrasi sample dengan larutan HCl
0,1 N sampaiwarna merah hampir hilang (kebutuhan titran = a mL), maka mol HCl = a x 0,1 mmol.

Menambahkan 2-3 tetes indikator metil jingga (MO), dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna jingga
berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL), atau kebutuhan HCl = b x 0,1 mmol.

Jumlah NaOH bebas = (2a-b)x 0,1 mmol di dalam 10 mL sample

Konsentrasi NaOH bebas = (2a-b)x 0,01 mol/L

BAB IV
HASIL PERCOBAAN & PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Dari percobaan yang telah dilakukan dengan variabel berubah konsentrasi NaOH, yaitu
variabel 1 konsentrasi NaOH 0,85 N, variabel 2 konsentrasi 0,65 N, dan variabel 3 konsentrasi
NaOH sebesar 0,35 N, didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data hasil percobaan CO2 yang terserap tiap variabel
t(menit

Variabel 1 (0,85 N)

Variabel 2 (0,65 N)

Variabel 3 (0,35 N)

)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0.38
0.4
0.4
0.42
0.44
0.44
0.5
0.52
0.54
0.56
0.56

0.368
0.392
0.392
0.388
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384

0.16
0.16
0.18
0.18
0.18
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188

Tabel 4.2 Nilai KGA, KLA, dan K2 tiap variabel


Variabel
Variabel 1

KGA
4
2,965 10

KLA
1,02 x 10-8

K2
0,3853

Variabel 2

2,503 104

8,016 x 10-9

0,385

Variabel 3

2,184 10

6,665 x 10-9

0,168

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Jumlah CO2 yang Terserap

0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
Jumlah CO2 yang terserap 0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.35

0.65

0.85

Konsentrasi NaOH

Gambar 4.1 Grafik hubungan jumlah CO2 terserap dengan konsentrasi NaOH
Dari grafik 4.1 dapat dilihat semakin besar konsentrasi NaOH, maka semakin banyak pula CO 2
yang terserap. Hal ini disebabkan karena konsentrasi NaOH yang meningkat akan menambah
jumlah massa NaOH dalam larutan, sehingga partikel NaOH dalam larutan akan semakin
banyak. Jumlah CO2 yang terserap pada ketiga konsentrasi pada suatu waktu tertentu akan
menuju nilai konstan karena untuk mencapai nilai CO 2 terserap yang tertinggi ada batas
konsentrasi sorben tertentu dimana dengan menambah konsentrasi sorben, jumlah CO 2 yang
terserap sudah tidak berubah lagi (Irianty, 2009).

4.2.2 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Nilai KGA

0
0
0
0
0
Nilai KGA

0
0
0
0
0
0.35

0.65

0.85

Konsentrasi NaOH

Gambar 4.2 Grafik hubungan nilai KGA terhadap konsentrasi NaOH


Dalam percobaan ini menggunakan 2 fase yaitu cair dan gas. Larutan NaOH adalah fase
cairnya sedangkan gas CO2 adalah fase gasnya. Oleh karena itu ada hubungan antara larutan
NaOH dengan gas CO2 yang berupa koefisien perpindahan massa interfase gas (Kga),
hubungannya dapat dilihat pada Gambar 4.2 diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan
bahwa kenaikan konsentrasi larutan penyerap (NaOH) dapat meningkatkan koefisien
perpindahan massa antar fase gas-cair (Kga).
Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi NaOH, maka semakin dekat jarak antar
molekul NaOH yang terlarut sehingga peluang terjadinya tumbukan molekul NaOH dengan CO 2
juga semakin besar dan kontak fase antara gas dengan cairan semakin baik. Dengan demikian,
maka jumlah gas yang dapat berpindah dari fase gas menuju fase cair juga semakin besar.
Kemampuan gas untuk berpindah dari fase gas menuju cairan dibatasi oleh daya larut maksimum
gas tersebut dalam cairan yang berkontak dengannya (Hadiyanto et al., 2000).

4.2.3 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Nilai KLA

6.00E-06
5.00E-06
4.00E-06
Nilai KLA

3.00E-06
2.00E-06
1.00E-06
0.00E+00
0.35

0.65

0.85

Konsentrasi NaOH

Gambar 4.3 Grafik hubungan nilai KLA terhadap konsentrasi NaOH


Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Kla naik seiring dengan meningkatnya
konsentrasi NaOH. Pada konsentrasi NaOH yang tinggi jumlah molekul NaOH sebagai sorben
menjadi lebih banyak sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang bereaksi dengan CO 2.
Semakin banyak reaksi antara NaOH dengan CO 2 maka akan semakin banyak pula perpindahan
massa interfase cair (Kla) yang terjadi.
4.2.4 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Nilai K2
1.20E+13
1.00E+13
8.00E+12
K2 (mol/menit) 6.00E+12
4.00E+12
2.00E+12
0.00E+00
0.35

0.65

Konsentrasi NaOH

Gambar 4.4 Grafik hubungan konsentrasi NaOH terhapa K2

0.85

Pada grafik di atas dapat dilihat hubungan antara konsentrasi NaOH dengan nilai K 2
dimana peningkatan konsentrasi memperbesar nilai K 2. Jika dihubungkan dengan persamaan
Arhenius:

A e

Ea
RT

. Berdasarkan persamaan tersebut, semakin besar faktor tumbukan harga

konstanta kecepatan reaksi juga besar. Hal ini terjadi karena faktor tumbukan dipengaruhi oleh
konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka molekul NaOH yang terlarut semakin banyak dan
jaraknya semakin rapat sehingga faktor tumbukan NaOH dan CO 2 semakin besar Sehingga
apabila konsentrasi NaOH semakin besar maka K 2 semakin besar karena besarnya kosentrasi
berbanding lurus dengan besarnya K2 (Yoo et al., 2011).
4.2.5 Hubungan CO2 yang Terserap Terhadap Waktu
1.2
1
0.8
N CO2 terserap 0.6

NaOH 0,85 N
NaOH 0,65 N

0.4

NaOH 0,35 N

0.2
0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu(menit)

Gambar 4.5 Grafik hubungan jumlah CO2 terhadap waktu


Dari grafik 4.5 dapat disimpulkan, semakin lama waktu operasi, maka waktu kontak
NaOH dan gas CO2 juga semakin lama, sehingga reaksi akan berjalan lebih sempurna. Pada
awalnya akan terjadi peningkatan jumlah CO2 yang terserap, kemudian pada suatu waktu jumlah
CO2 yang terserap akan konstan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah CO 2 yang terserap konstan
dalam grafik, hal ini dikarenakan operasi yang sudah mencapai keadaan steady state, sehingga
konsentrasi CO2 yang terserap tidak lagi mengalami perubahan dengan penambahan waktu(Yoo
et al., 2011).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka jumlah CO2 yang terserap juga semakin
besar, karena memberikan kesempatan mol pereaktan untuk saling bereaksi.
2. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka nilai KGA juga semakin besar, karena semakin tinggi
konsentrasi NaOH maka karak antar molekul semakin dekat yang menyebabkan peluang
kontak dengan gas CO2 semakin besar.
3. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka nilai KLA

juga semakin besar, karena pada

konsentrasi NaOH yang tinggi jumlah molekul NaOH sebagai sorben menjadi lebih banyak
sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang bereaksi dengan CO2.
4. Semakin tinggi konsentrasi NaOH maka nilai K2 juga semakin besar, karena konsentrasi
berbandinglurus dengan factor tumbukan antar reaktan.

5.2 Saran
1. Larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakan dengan CO2
2. Laju alir sebaiknya dijaga agar tidak terlalu besar sehingga pengeluaran CO2 dapat
diminimalisir.
3. Jaga tekanan pada tangki CO2 agar CO2 yang keluar tidak berlebihan.
4. jaga tekanan pada kompresor agar raksa yang ada pada inverted manometer tidak keluar ke
pipa pembuangan.

DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. dan Richardson, J.F., 1996, Chemical Engineering: Volume 1: Fluid flow, heat
transfer and mass transfer, 5 ed. Butterworth Heinemann, London, UK.
Danckwerts, P.V. dan Kennedy, B.E., 1954, Kinetics of liquid-film process in gas absorption. Part I:
Models of the absorption process, Transaction of the Institution of Chemical Engineers, 32:S49S52.
Danckwerts, P.V., 1970, Gas Liquid Reactions, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York, pp. 4244.
Franks, R.G.E., 1967, Mathematical modeling in chemical engineering. John Wiley and Sons, Inc., New
York, NY, USA, pp. 4-6.
Irianty, R.S. 2009. Pengaruh Laju Alir Gas dan Konsentrasi Sorben terhadap Fluks CO2 Pada Absorpsi
Gas CO2 Menggunakan Kontraktor Membran Hallow Fiber. Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Riau. Pekanbaru
Juvekar, V. A. dan

Sharma, M.M., 1972, Absorption of CO, in a suspension of lime, Chemical

Engineering Science, 28, 825-837.


Kumoro dan Hadiyanto, 2000, Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda Api dalam Unggun
Tetap, Forum Teknik, 24 (2), 186-195.
Levenspiel, O., 1972. Chemical reaction engineering, 2 ed. John Wiley and Sons, Inc., New York, NY,
USA, pp. 210-213, 320-326.
Rehm, T. R., Moll, A. J. and Babb, A. L., 1963, Unsteady State Absorption of Carbon Dioxide by Dilute
Sodium Hydroxide Solutions, American Institute of Chemical Engineers Journal, 9(5), 760-765.
Yoo, M., Han, S.J., dan Wee, J.H. 2011. Carbon Dioxide Capture Capacity of Sodium Hydroxide
Aqueous Solution. Department of Enviromental Engineering. The Catholic University of Korea.
Seoul.

Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass transfer
characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of the Institution of Chemical
Engineers, (Part A) 70, 459464.
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

Larutan NaOH 0,8 N sebanyak 15 liter


N=

gr 1000

Valensi
Mr
V

0,8=

gr 1000

1
40 15000

gr=480 gram NaOH

Larutan NaOH 0,65 N sebanyak 15 liter


V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,65 = 0,8 x 9,1 liter
V 1=

0,8 x 9,1 l
0,65

V 1=11,2 liter

Volume aquadest yang ditambah = 11,2 9,1 = 2,1 liter

Larutan NaOH 0,35N sebanyak 15 Liter


V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,35 = 0,65 x 8,1 liter
V 1=

0,65 x 8,1l
0,35

V 1=15,04 liter

Volume aquadest yang ditambah = 15,04 8,1 = 6,94 liter

Larutan HCl 0,4 N dalam 500 ml

HCl = 1,15 gr/ml


VHCl=

0,4 36,5 500 ml


1,15 0,25 1000

VHCl=25,39 ml

LEMBAR PERHITUNGAN
A. PERHITUNGAN FRAKSI RUANG KOSONG
Vvoid=102, 4 cm3
D=3 cm ; H=30,3 cm

Vt=

D2 H
4
3,14 32 30,3 4
214,0695 cm3

Vvoid
Vt
102,4 cm 3

3
214, 0692 cm
0,4783

B. OPERASI ABSORBSI
Z= 1,1 cm = 0,011 m
P= 5,5 bar
Q= 3,5 ml/det = 0,21L/menit

C. PERHITUNGAN LAJU ALIR


Massa jenis raksa= 13,534 Kg/m3
Massa jenis CO2= 1,977 Kg/m3
1
D1=5 cm; s 1= D2 =1,96 103 m2
4

1
2
3 2
D 2=3 cm; s 2= D =0,7 10 m
4

D. PERHITUNGAN LAJU ALIR PADA KOMPRESOR CO2


P= Z ( Raksa CO 2)

g
gc

P=1,246 Pa

V co2=

V co2=

P
F )
raksa
s1
1
s2

2 gc (

( )
2 x 1 x 1(

1,246
0)
13,534

1,96 103 m3
1
0,7 103 m3

V co2=0,319

m
s

Laju alir CO2 V co2 s 2


0,319

m
0,7 103 m2
s

2,233 x 10 m
=0,00372 L/menit
s

E. Perhitungan hasil percobaan


2 b x N HCl
Volume x Valensi

Na2CO3 =

NaHCO3 =

(ab)x N HCl
Volume x Valensi

Jumlah CO2 terserap = mol Na2CO3 + mol NaHCO3


N CO2 = Q x n CO2 x t

Untuk NaOH 0,8 N ; Q=0,21 L/menit


t
menit
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

a ml

b ml

Na2CO3

NaHCO3

CO2 terserap

N CO2

9.5
10
10
10.5
11
11
12.5
13
13.5
14
14
11.727

3
3.5
3.5
3.5
4
4
4.5
5
5
5
5
4.181

0.12
0.14
0.14
0.14
0.16
0.16
0.18
0.2
0.2
0.2
0.2
0.167

0.26
0.26
0.26
0.28
0.28
0.28
0.32
0.32
0.34
0.36
0.36
0.301

0.38
0.4
0.4
0.42
0.44
0.44
0.5
0.52
0.54
0.56
0.56
0.469

0
0.8536
1.7072
2.68884
3.75584
4.6948
6.402
7.76776
9.21888
10.75536
11.9504
5.43588

Untuk NaOH 0,65 N ; Q= 0,21L/menit

t menit
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

a ml
9,2
9,8
9,8
9,7
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,6
9,61

b ml
3
3
3
3,5
3,5
3,5
3,5
4
4
4
4
3,18

Na2CO3
0.12
0.12
0.12
0.14
0.14
0.14
0.14
0.16
0.16
0.16
0.16
0.141

NaHCO3
0.248
0.272
0.272
0.248
0.244
0.244
0.244
0.224
0.224
0.224
0.224
0.242

CO2 terserap
0.368
0.392
0.392
0.388
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384
0.384

N CO2
0
0.836528
1.673056
2.483976
3.277824
4.09728
4.916736
5.736192
6.555648
7.375104
8.19456
4.10426

NaHCO3
0.02
0.02
0.06
0.06
0.06
0.068
0.068
0.068
0.068
0.068
0.068
0.057

CO2 terserap
0.16
0.16
0.18
0.18
0.18
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188
0.188
0.180

N CO2

Untuk NaOH 0,35 N ; Q=0,21L/menit


t menit
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

a ml
4
4
4,5
4,5
4,5
4,7
4,7
4,7
4,7
4,7
4,7
4,518

b ml
3,5
3,5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3,09

Na2CO3
0.14
0.14
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.12
0.123

F. PERHITUNGAN HARGA Kga


RUMUS
mol CO2
3
KGa=
AZP
A.Z= 214,0695
=0,4783
P= Z+760 mmHg = (1,1 + 760) mmHg = 761,1 mmHg =1,0014 bar

0
0.34144
0.76824
1.15236
1.53648
2.00596
2.407152
2.808344
3.209536
3.610728
4.01192
1.98656

Variabel 1(0,85N)
KGa=

0,167
3
=0,001628/m . menit
214,0695 0,4783 1,0014

Variabel 2 (0,65N)
KGa=

0,141
=0,001375/m3 . menit
214,0695 0,4783 1,0014

Variabel 3 (0,35N)
KGa=

0,123
=0,001196 /m3 . menit
214,0695 0,4783 1,0014

G. PERHITUNGAN KLA

CO2 (keadaan normal) = 16 x 10-6 kg/ms


CO2 = 1,977 kg/m3

= 0,4783

DA = 2,1 x 10-5 cm2/det = 2,1 x 10-9 m2/det


a=

6 (1)
dp

6 (10,4783)
dp

3,13
dp

Q = 0,21 L/menit
NaOH = 3,84 x 10-3

Variabel 1
NaOH 0,85 N
NaOH = 969,9 kg/m3
K GA dp2
DA

= 4,0777 x

CO2 .QCO 2
CO2

1,4003

CO2
CO2 . D A

1 /3

0,001628 dp
9
2,1 x 10

= 4,0777 x

1,4003

1,977.0,00372
dp
15 x 106 . 3,13

15 x 10
9
1,977 .2,1 x 10

1 /3

775.238 dp2 = 78.275,86 dp1,4003


dp0,5997 = 0,10097
dp

= 0,02185

3.13
dp

K LA . dp
DA

3,13
0,02185

= 143,236

NaOH . Q NaOH
NaOH .

= 0,2258 x

K LA . 0,02185
2,1 x 109

= 0,2258 x

0,3

NaOH
NaOH . D A

969,9 x 0,21
3,95 x 103 . 143,236

0,3

0,5

3,95 x 10
9
969,9 .2,1 x 10

0,5

1,0404 x 107 KLA = 57,929


KLA = 5,567 x 10-6

Variabel 2
NaOH 0,65 N
K GA dp2
DA

= 4,0777 x

0,001375 dp2
2,1 x 109

CO2 .QCO 2
CO2

= 4,0777 x

dp0,5997 = 0,11955

= 0,02896
3.13
dp

3,13
0,02896

CO2
CO2 . D A

1,977.0,00372
dp
15 x 106 . 3,13

654.761,9 dp2 = 78.275,86 dp1,4003


dp

1,4003

= 108,078

1 /3

1,4003

15 x 10
9
1,977 .2,1 x 10

1 /3

K LA . dp
DA

= 0,2258 x

K LA . 0,02896

NaOH . Q NaOH
NaOH .

= 0,2258 x

2,1 x 109

0,3

NaOH
NaOH . D A

0,3

969,9 x 0,21
3
3,95 x 10 . 108,078

0,5

3,95 x 103
969,9 .2,1 x 109

0,5

1,379 x 107 KLA = 63,26


KLA = 4,5874 x 10-6

Variabel 3
NaOH 0,35 N
K GA dp2
DA

= 4,0777 x

0,001196 dp2
2,1 x 109

CO2 .QCO 2
CO2

= 4,0777 x

1,4003

CO2
CO2 . D A

1,977.0,00372
dp
6
15 x 10 . 3,13

1 /3

1,4003

15 x 106
1,977 .2,1 x 109

569.523,8 dp2 = 78.275,86 dp1,4003


dp0,5997 = 0,13744
dp

= 0,0365

3.13
dp

K LA . dp
DA

3.13
0,0365

= 0,2258 x

K LA . 0,0365
2,1 x 109

= 85,65

NaOH . Q NaOH
NaOH .

= 0,2258 x

1,738 x 107 KLA = 9,94377,3 x 104


KLA = 3,9028 x 10-6

0,3

969,9 x 0,21
3
3,95 x 10 . 85,65

NaOH
NaOH . D A

0,3

0,5

3,95 x 103
969,9 .2,1 x 109

0,5

1 /3

H Perhitungan K2
CO2=1.977 kg/m

NaOH =969.9 kg /m3


1

Variabel 1 (NaOH 0,85 N)

Ra=KGa ( CO 2 NaOH )
Ra=0,001628 ( 1,977969,9 )=1.575
=143,236

Ra
Ra
k 2=

0.5
0.5
. H . Da . ( OH ) . PCO 2 KGa

k 2=

1.575
5

9 0.5

0.5

143,236 x 2.88 x 10 . ( 2.1 x 10 ) x ( 0.3 )

. x 5.5

k 2=6,88798 x 1012
2

Variabel 2 (NaOH 0,65 N)

Ra=KGa ( CO 2 NaOH )
Ra=0,001375 ( 1.977969.9 )=1.33
=108,078

k 2=

Ra
Ra

0.5
0.5
KGa
. H . Da . ( OH ) . PCO 2

1.575
0,001628

1.33

1.33
k 2=

5
9 0.5
0.5
108,078 x 2.88 x 10 . ( 2.1 x 10 ) x ( 0.3 ) . x 5.5 0,001375

12

k 2=8,6377 x 10

Variabel 3 (NaOH 0,35 N)

Ra=KGa ( CO 2 NaOH )
Ra=0,001196 ( 1.977969.9 ) =1.157
=85,65

k 2=

k 2=

k 2=1.03969 x 10

13

Ra
Ra

0.5
0.5
. H . Da . ( OH ) . PCO 2 KGa
1.157
5

9 0.5

0.5

85,65 x 2.88 x 10 . ( 2.1 x 10 ) x ( 0.3 )

. x 5.5

1.157
0,001196

Anda mungkin juga menyukai