Anda di halaman 1dari 24

BAB II

HERPES
2.1 DEFINISI
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembunggelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
2.2 ETIOLOGI
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh :
1. Virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore)
di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun
belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada
kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan
seks.
2. Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella zoster
terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas
162 sub unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang
tinggi
2.3 KLASIFIKASI
Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu
herpes simpleks dan herpes zoster.
1. Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes
simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya
adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah
vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan
seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan
selaput lendir yang menjadi merah.
2. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan
cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah
punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung
gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri.

Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna. Penyakit Herpes
yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka
demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes
kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan
infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui
hubungan seks. Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang
terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat melahirkan maka
dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya
sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV
dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif.
Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan
kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.
2.4 PATOFISIOLOGI
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke
darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan
ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian
mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan
penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat
sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron.
Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini
dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis
maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :
a) Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal dari perifer
ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b) Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.
c) Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari secret
genital yang terinfeksi pada saat persalinan.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa gejala herpes terkadang tidak
menunjukkan gejala sama sekali namun perlu dipahami bahwa jika seseorang terinfeksi

herpes virus memang kadang bersifat silent (tidak terasa) namun dalam melakukan
interpretasi hasil laboratorium juga perlu diwaspadai karena yang diukur adalah bukan kadar
virusnya secara secara langsung akan tetapi kadar antibodinya. Meskipun demikian kita dapat
mengenali gejala penyakit herpes sesaat setelah terinfeksi HSV, biasanya gejala awal ditandai
dengan :
a)
b)
c)
d)

suhu badan yang meningkat (demam),


kerongkongan kering dan terasa sakit,
pusing,
kelelahan dan sebagainya seperti yang terjadi pada orang demam dan flu. Hal itu terjadi
karena sistim imun pada yang orang terinfeksi HSV tidak siap untuk memerangi infeksi

yang timbul. Setelah itu akan masuk ke tahap selanjutnya,


e) timbulnya rasa gatal yang panas disertai lepuhan-lepuhan kecil yang berderet-deret pada
permukaan kulit.
f) Penyebaran herpes akan semakin cepat terutama jika sering digaruk dan menimbulkan
iritasi pada kulit atau menimbulkan luka.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan
dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a) Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
b) Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
c)
d)
e)
f)
g)

herpes virus
Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit.
Pemeriksaan histopatologik.
Pemerikasaan mikroskop electron.Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
Deteksi antibody terhadap infeksi virus

Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat dilakukan secara
virologi maupun serologi, contoh pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada permukaan
mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz
inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar
menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan
inklusi intranuklear.

2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen dimasukkan


dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik) tetapi, pemeriksaan ini
tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus.
3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan kultur
viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang hanya 75
%). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan secara
reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa digunakan
untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih cepat dibandingkan
kultur virus.
4. Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara
yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara lain.
HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100% akurat,
khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi sitoplasmik,
degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang,
hasil tesnya sering (-). Namun cara ini memiliki kekurangan karena waktu
pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.
b) Serologi
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang mempunyai gejala
herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus negatif, sebagai konfirmasi pada orangorang yang terinfeksi dengan gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan
seksual dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang yang
mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis infeksi menular
sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini diambil dari darah atau serum.
2.7 KOMPLIKASI
Terdapat beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya reaktivasi herpes diantaranya
adalah :
Stress, kelelahan yang berlebihan dan menstruasi. Penyakit Herpes pun sangat
bervariasi. Bila dalam keadaan akut bisa menyebabkan perasaan kulit sangat nyeri dan
terbakar atau sebaliknya pasien tidak tahu sama sekali bila dirinya telah terjangkit virus
herpes karena dalam beberap kondisi bersifat silent
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

Masalah pengobatan penyakit herpes, kita harus melihat tujuannya, apakah untuk
mengatasi infeksi akut atau ketika terjadi reaktifitasi saja. Bila ada gelembung pada daerah
genital, termasuk yang akut dan membutuhkan pengobatan segera. Pasien bisa diberikan
Acyclovir selama 7-10 hari dengan dosis 2X1000 mg atau 5X200 mg. Sedangkan kasus
herpes reaktivitasi bisa diberikan dengan dosis yang sama selama 5 hari.
Sementara untuk valasiklovir dapat diberikan 2X1000 mg pada fase akut atau 2X500
mg pada fase reaktivasi. Selain itu penggunaan obat-obatan imunomodulator seperti IMBOOST umumnya ditujukan untuk memodulasi system imun untuk membantu percepatan
penyembuhan inveksi virus. (dr. Kanadi Sumapraja, SpOG,M.Sc) dan untuk perawatan
hindari menggaruk pada daerah yang terinfeksi dan membersihkan lukanya dengan air garam
dan menjaganya tetap kering.
Secara teori dalam penyembuhan dengan hijama atau yang sudah kami up gread
dengan konsep ODT (oxidant drainage therapy) seorang penderita penyakit Herpes ) adalah
karena adanya timbunan oxidant di daerah Kulit bisanya di daerah yang lembab seperti
lipatan ketiak,selangkangan dan daerah kelamin tapi kadang juga di kulit yang terbuka seperti
di kulit wajah atau punggung sehingga terjadi peradangan kulit yang ditandai dengan
pembentukan gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada
dasar peradangan kemudian daerah yang bergelembung ini akan timbul rasa nyeri yang
luarbiasa karena syaraf ujung megalami peradangan tertekan oleh oxidant.Dengan
dikeluarkan oxidant yang terkumpul dan menekan syaraf ujung dan rasa nyerin yang luar
biasa akibat herpes ini akan spontan hilang setelah terapi ODT (oxidant drainage therapy)

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Biodata.

Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan; beresiko tinggi
pada penjaja seks komersial.
b) Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat palayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul.
c) Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. pada beberapa kasus, timbul
lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai
peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis.
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan
berat dan vesikulasi yang hebat.
d) Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simplek
atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
e) Riwayat penyakit kelarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
f) Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu meliputi
perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas
diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah:
1. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
2. Menarik diri dari kontak social.
3. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
g) Kebiasaan sehari-hari.
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan,
terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes

simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan
menggunakan alat-alat pribadi secara bersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
h) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan
tubuh klien. pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu tubuh
atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan
adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul
ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita,
daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan
serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi
kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri
akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada
perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri
dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala
yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien herpes simpleks adalah :
1. Nyeri b/d inflamasi jaringan
2. Kerusakan Integritas Kulit b/d penurunan imunologis
3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks
4. Resiko infeksi b/d pemajanan melalui kontak ( kontak langsung & tidak langsung)
4.3 Rencana Keperawatan
No
NDX
1
Nyeri
b/d

inflamasi

NOC
Pain level
Pain control

NIC
Pain Management

Lakukan

Rasional

Nyeri

selalu

ada

jaringan

Comfort level

Kriteria Hasil :
Mampu

pengkajian

nyeri

beberapa

secara

beratnya keterlibatan

komprehensif

jaringan / kerusakan.

mengontrol nyeri

Perubahan

(tahu

penyebab

karakteristik,

karakter/

nyeri,

mampu

durasi,

nyeri

menggunakan

frekuensi,kualitas

mengindikasikan

teknik

dan

nonfarmakologi

pesipitasi).

lokasi,

faktor

nyeri,

mencari

bantuan)
Melaporkan
bahwa

Observasi

reaksi
dari

verbal

terjadinya komplikasi
Menetapkan
dasar
mengkaji

perubahan
Dapat
menurunkan
kecemasan

ketidaknyamanan

nyeri

dan

meningkatkan

berkurang dengan

intensitas

perbaikan / perubahan
non

menggunakan

lokasi/
dapat

untuk

untuk mengurangi

derajat

Gunakan

kenyamanan klien

teknik

manajemen nyeri
Mampu

komunikasi

mengenali

mengetahui

mengurangi

nyeri.

( skala intensitas,

pengalaman nyeri

Beberapa

orang

frekuensi,

klien
Kontrol

mungkin

sensitif

nyeri
dan

tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman

teraipetik

untuk

yang berlebihan dapat

terhadap cahaya yang

lingkungan

setelah

yang

dapat

dapat

nyeri berkurang

Menurunkan stimulasi

mempengaruhi

meningkatkan

nyeri
Memfokuskan kebali

nyeri seperti suhu

perhatian,

ruangan,

meningkatkan

pencahayaan,

relaksasi,

dan

kebisingan

meningkatkan

rasa

control, yang dapat


menurunkan

Ajarkan

tentang

teknik
pernafasan

ketergantunggan
farmakologis
Menurunkan

relaksasi

mengontrol nyeri dan


menurunkan
rangsangan

saraf simpatis
Untuk
mengetahui

intervensi selanjutnya
Kekurangan
tidur
dapat

Berikan analgetik

meningkatkan

persepsi

untuk

nyeri

kemampuan

menguranggi nyeri

system

Evaluasi

koping

menurun
Untuk
mengetahui
intervensi selanjutnya

keefektifan kontrol

nyeri.
Anjurkan

klien

untuk beristirahat.

Kolaborasi dengan
dokter jika keluhan
dan tindakan nyeri

Kerusakan

integritas
kulit

tidak berhasil
Tissue Integrity : Pressure

Skin and Mocous Management


b/d

perubahan

Membranes
Hemodyalisis

pasien

pakaian

yang

jaringan parut dengan


mempertahankannya

Kriteria Hasil :
Integritas
yang

datar,
kulit

baik

dipertahankan
(sensasi,

bisa

Hindari

meminimalkan

longgar

baju

balutan

menggunakan

akses

imunologis

Anjurkan

Tekanan

kerutan

pada tempat tidur

lembut,

dan

lunak.
Menghindari tekanan
lama pada jaringan,
menurunkan potensial

elastisitas,

iskemia

jaringan/

temperature,

nekrosis

dan

hidrasi,

pembentukan

pigmentasi)
Tidak ada luka /

dekubitus
Klien

Jaga

lesi pada kulit


Perfusi jaringan

baik
Menunjukkan

bersih

tetap

kulit itu harus selalu

dan

tetap

dibersihkan.

Jika

tidak,

bisa

mencegah

masuk
Mencegah

secara

progresif

Mobilisasi pasien

mengencangkan
jaringan

melindungi kulit

parut

meningkatkan

mempertahankan

pemeliharaan

kelembaban kulit

otot

perawatan

sendi

Monitor kulit akan

adanya kemerahan
Mandikan
pasien
dengan sabun dan
air hangat

kalsium

dari tulang
Menunjukkan proses

inflamasi
Jika

tidak

dibersihkan, kulit bisa


menjadi

media

sehingga bakteri bisa


masuk.

Disarankan

menggunakan
antiseptic.

tubuh

citra

Body image
Self esteem

dan

menurunkan
kehilangan

Gangguan

fungsi

mencegah

alami

dan

kontraktur,

dan

dan

media

sehingga bakteri bisa

terjadinya sedera

kulit

menjadi

kulit

berulang
Mampu

kelainan

agar

proses

perbaikan
dan

mengalami

kering

pemahaman
dalam

kulit

kebersihan

yang

Body image
enchancement

sabun

b/d
perubahan

Kriteria Hasil :

penampilan,

Body

sekunder

positif
Mampu

akibat

penyakit
herpes
simpleks

image

Kaji secara verbal

Episode

dan

mengakibatkan

non

verbal

respon

klien

perubahan tiba tiba,

terhadap tubuhnya

tak

diantisipasi,

membuat

perasaan

mengidentifikasi

kehilangan

pada

kekuatan personal
Mendeskripsikan

kehilangan

actual

secara

yang dirasakan. Ini

factual

memerlukan

perubahan fungsi

traumatic,

dukungan

tubuh
Mempertahankan
interaksi sosial

Monitor

frekuensi

dalam

perbaikan optimal.
Penerimaan perasaan
sebagai

mengkritik dirinya

respon

normal terhadap yang


terjadi

membantu

perbaikan. Ini tidak


membantu

atau

kemungkinan
mendorong

pasien

sebelum siap untuk


menerima

situasi.

Penyangkalan
mungkin mekanisme
adaptif, karena pasien
tidak siap mengatasi

Jelaskan

tentang

pengobatan,

membuka

perawatan,
kemajuan,

masalah pribadi.
Mempertahankan
komunikasi

dan

prognosis penyakit

/
garis
dan

meningkatkan
kepercayaan

dan

mengadakan
hubungan antara klien
dan perawat

klien

Dorong

Meningkatkan

mengungkapkan

ventilasi perasaan dan

perasaannya

memungkinkan
respon

Fasilitasi

kontak

lebih

membantu pasien
Kata kata penguatan
dapat

dengan individu lain


dalam

yang

mendukung

terjadinya

kelompok

koping

positif.

kecil

Memungkinkan
klien / orang terdekat
menjadi

realistis

dalam harapan.
4

Resiko
infeksi

b/d

pemajanan
melalui

Immune Status
Knowledge

Infection Control
:

infection control
Risk control

kontak
(

kontak

langsung &

lingkungan

Kriteria Hasil :

Bersihkan
setelah

kontaminasi

silang,

dipakai pasien lain

menurunkan

resiko

Pertahankan teknik

infeksi
Menurunkan

resiko

isolasi

Klien bebas dari

Mencegah

terkontaminasi

tidak

tanda dan gejala

silang/terpajan

langsung)

infeksi
Mendeskripsikan

flora bakteri multiple.


Mencegah

proses penularan
penyakit,

pengunjung

bila perlu
Instruksikan

kontaminasi
untuk

silang

dari pengunjung
Mencegah

yang

pengunjung

mempengaruhi

mencuci tangan saat

kontaminasi

silang,

penularan

berkunjung

menurunkan

resiko

serta

dan

pelaksanaannya
Menunjukkan

setelah

kemampuan

pasien
Gunakan sabun anti

untuk

faktor

Batasi

pada

mencegah

timbulnya infeksi
Jumlah leukosit
dalam

batas

berkunjung

infeksi

meninggalkan

mikroba untuk cuci


tangan

Menurunkan

resiko

terkontaminasi
silang/terpajan

pada

flora bakteri multiple

normal
Menunjukkan
perilaku

hidup

Cuci tangan sebelum

Menurunkan

dan

terkontaminasi

sesudah

resiko

tindakan

sehat

keperawatan
Gunakan baju, sarug

Mencegah

tangan

pada

sebagai

pelindung
Berikan

terapi

antibiotic bila perlu

terpajan
organism

infeksis
Antibiotik local dan
sistemik
untuk

diberikan
mengontrol

pathogen

yang

teridentifikasi

oleh

kultur/sensitivitas.
Infection Protection

Monitor tanda dan


gejala

infeksi

iskemik dan local.


Monitor kerentanan

terhadap infeksi
Berikan perawatan
kulit

pada

area

epidema
Inspeksi kulit dan
membrane

Untuk

mengetahui

tingkat keparahan

Untuk

resiko penyebaran
Untuk
mengurangi

mengetahui

gejala yang muncul

mukosa

Untuk

mengetahui

proses inflamasi

terhadap kemerahan,

panas, drainase
Instruksikan pasien
untuk
antibiotic
resep

minum
sesuai

Antibiotik local dan


sistemik
untuk

diberikan
mengontrol

pathogen

yang

teridentifikasi

oleh

kultur/sensitivitas.

BAB IV
KASUS FIKTIF
Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada tanggal 10
Mei pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. R
mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi
oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah genetalia.
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah
genetalia dan kulitnya. Ibu mengatakan pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di
sebuah sekolah dasar. Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos
Mentis, status emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan
24 kali/menit, suhu 38,6 0 C, terdapat vesikel yang multipel di daerah mulut dan kulitnya.
Leukosit < 4000/mmk
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian

Tanggal MRS : 10-05-15


Ruang / kelas : Cendrawasih / I
Dx Medis
: Herpes Simplex

Sumber informasi
Tgl Pengkajian

1) Identitas
Nama
: Ny. R
Usia
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Gorontalo/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Desa Tenggela, Telaga, Gorontalo
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan

: Klien dan Keluarga


: 10-05-15

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah
genetalia berwarna kemerahan pada kulit kemudian di ikuti gelembung gelembung berisi
cairan
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, pasien juga tidak
memiliki alergi. Jika merasa gatal biasanya diolesi minyak kayu putih bisa hilang dengan
sendirinya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi herpes menyerang daerah
genetalia dan sekitarnya. Dua minggu yang lalu penyakitnya kambuh tapi sekarang sudah
sembuh.
5) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 120/80 mmHg,
Nadi : 82 kali/menit,
RR : 24 kali/menit,
Suhu : 38,6 0 C
b. Pemeriksaan B1 B6
B1 ( Breathing ) Paru paru
- Inspeksi
: Simetris, statis, dinamis
- Palpasi
: Sterm fremitus kanan = kiri
- Perkusi
: Sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi
: Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
B2 ( Blood ) Jantung
-

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Simetris, statis, dinamis


: Teraba normal
: Konfigurasi jantung dalam batas normal
: Normal (S1 S2 tunggal)

B3 ( Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
B4 ( Bladder )
BAK tidak menentu, tidak ada nyeri tekan di area bladder. adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung
cair pada daerah kemaluan.
B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
-

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Datar
: Supel, tidak ada massa
: Timpani
: Bising usus ( + )

B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun bawah. Kulit lembab,
turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang, tidak ada
hiperpigmentasi.
6) Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat
pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari (porsi makan +/- 7-8
sendok makan) ditambah makanan ringan serta minum 8 gelas/ hari (1500ml/hari).
Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan
nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.Pola
3) Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya, walaupun pasien tetap
kencing dengan frekuensi seperti biasanya, tetapi pasien merasa nyeri saat berkemih.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/
hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan
nyeri dan gatal pada daerah tubuh teutama kulit
5) Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien
masih berfungsi dalam batas normal.
6) Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak mengurangi aktivitasnya
karena pasien merasakan nyeri saat berjalan.
7) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha menerima
segala kondisinya saat ini.
8) Pola Peran Dan Hubungan
Pasien agak risih dengan keadaannya saat ini. Terutama hubungan dengan sang
suami.
9) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai seorang anak.
Selama sakit pola seksualitas terganggu.
10) Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus
memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.

4.2 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut b.d agent cedera biologis
2) Hipertermi b.d proses penyakit
3) Kerusakan Integritas Kulit b.d faktor mekanik
4.3 Rencana Keperawatan
No Hari/tgl
1
10.05.15

NDX
NOC
NIC
Nyeri akut Setelah diberikan Lakukan pengkajian
b.d

agent tindakan

nyeri

secara beberapa

derajat

komprehensif ( lokasi, beratnya

keterlibatan

cedera

keperawatan

biologis

selama 3x24 jam, karakteristik,


nyeri

durasi, jaringan

dengan faktor pesipitasi)

nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

mampu

Observasi

non

terjadinya komplikasi
reaksi
Menetapkan dasar

verbal

dari untuk

ketidaknyamanan

menggunakan

Gunakan

teknik
nonfarmakologi

untuk

mengetahui

mengurangi pengalaman

nyeri

bahwa

nyeri mempengaruhi
pencahayaan,

manajemen nyeri
kebisingan

Mampu
nyeri

( skala intensitas,
frekuensi,

kecemasan

dan

meningkatkan
kenyamanan klien

dapat

nyeri

dengan seperti suhu ruangan,

menggunakan

mengenali

perubahan
Dapat menurunkan

mencari klien
Kontrol lingkungan

bantuan)
Melaporkan yang
berkurang

mengkaji

perbaikan / perubahan -

teknik

komunikasi teraipetik

nyeri,

lokasi/

dapat mengindikasikan

Mampu
mengontrol

kerusakan.

karakter/ intensitas nyeri

Kriteria Hasil :

dapat frekuensi,kualitas dan Perubahan

terkontrol

untuk

Rasional
Nyeri selalu ada

dan

tanda nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman setelah

Ajarkan

teknik

tentang

pernafasan /

Menurunkan
stimulasi

yang

berlebihan

dapat

mengurangi

nyeri.

Beberapa

orang

mungkin

sensitif

terhadap cahaya yang


dapat

relaksasi

meningkatkan

nyeri
Memfokuskan kebali
perhatian, meningkatkan

nyeri berkurang

relaksasi,

dan

meningkatkan

rasa

control,

mengurangi ketergantunggan

nyeri

farmakologis

Menurunkan

Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri

Anjurkan
untuk beristirahat

dokter jika keluhan


tindakan

nyeri

diberikan

Setelah

b.d proses tindakan


penyakit

Monitor

intervensi selanjutnya
Kekurangan tidur
dapat

meningkatkan

persepsi

nyeri

kemampuan

koping

menurun

Untuk mengetahui

tidak berhasil
Hipertermi

mengontrol nyeri dan

klien system saraf simpatis

Untuk mengetahui

Kolaborasi dengan
dan

menurunkan rangsangan

10.05.15

dapat

Berikan analgetik menurunkan

untuk

yang

suhu

intervensi selanjutnya
Untuk mengetahui

sesering mungkin
intervensi selanjutnya

Monitor warna dan


Untuk mengetahui

keperawatan

selama 3x24 jam,

pasien

suhu kulit
perubahan yang terjadi
Monitor TD, nadi,
Tanda tanda vital
dan RR

merupakan acuan untuk

menunjukkan suhu
tubuh dalam batas

normal
dengan
Kriteria Hasil:

mengetahui

keadaan

Monitor penurunan umum pasien

Penurunan tingkat
tingkat kesadaran
kesadaran menunjukkan

Suhu tubuh dalam

tanda

rentang normal
Nadi dan RR dalam

tersebut semakin parah

rentang normal
Tidak
ada
perubahan
kulit
pusing

dan

pasien

bahkan bisa syok

Antipiretik dapat
Berikan antipiretik

warna
tidak

bahwa

Kompres

menurunkan panas
Merangsang

pada penurunan suhu tubuh

lipatan paha dan aksila

pada

hipotalamus

sebagai

pusat

Tingkatkan pengaturan tubuh

Untuk menjaga agar


sirkulasi udara

Tingkatkan intake klien tetap nyaman

Peningkatan suhu
cairan dan nutrisi
tubuh
mengakibatkan
penguapan

tubuh

meningkat

sehingga

perlu diimbangi dengan


asupan
3

10.05.15

diberikan

Kerusakan

Setelah

Integritas

tindakan

Kulit

Anjurkan pasien
yang longgar

faktor

selama 3x24 jam,

mekanik

diharapkan
kerusakan integritas

Hindari

kerutan

kulit

baik

dipertahankan
temperature,

kulit agar tetap bersih

Menunjukkan
perbaikan

potensial

iskemia

jaringan/

nekrosis

dan

kelainan

kulit itu harus selalu


dibersihkan. Jika tidak,
kulit bisa menjadi media

baik

proses

menurunkan

sehingga

lesi pada kulit


Perfusi jaringan

pemahaman dalam

jaringan,

mengalami
Jaga kebersihan

hidrasi, pigmentasi) dan tetap kering


Tidak ada luka /

pada

pembentukan dekubitus

Klien
yang

bisa

(sensasi, elastisitas,

datar, lembut, dan lunak.


Menghindari tekanan
lama

Hasil :
yang

meminimalkan

mempertahankannya

Kriteria

Integritas

bakteri

masuk
Mencegah

bisa
secara

progresif
Mobilisasi pasien

mengencangkan
jaringan

parut

kulit dan mencegah

kontraktur,

terjadinya

meningkatkan

sedera

jaringan parut dengan

kulit pasien teratasi pada tempat tidur

dan

nutrisi yang cukup


Tekanan baju

menggunakan pakaian balutan

b.d keperawatan

dengan

cairan

dan

berulang

pemeliharaan fungsi otot


Mampu

melindungi

/ sendi dan mencegah

kulit

menurunkan kehilangan

dan

mempertahankan
kelembaban
dan

kulit

perawatan

kalsium dari tulang


Menunjukkan proses
inflamasi
Jika

tidak

dibersihkan, kulit bisa

alami

menjadi

media

yang

Monitor kulit akan

baik sehingga bakteri


adanya kemerahan
bisa masuk. Disarankan

Mandikan pasien
menggunakan
sabun
dengan sabun dan air
antiseptic.
hangat

4.4 Implementasi dan Evaluasi


No
1

Hari/

Jam

Tgl
10.05.15 09.05

Implementasi

Evaluasi

Melakukan pengkajian nyeri Jam : 09.35

secara komprehensif
S : Klien mengatakan masih
Mengobservasi reaksi non verbal
merasakan nyeri pada daerah sekitar
dari ketidaknyamanan
09.10
kemaluan

Menggunakan
teknik
O:
komunikasi
teraipetik
untuk
09.15

Klien tampak meringis


mengetahui pengalaman nyeri

Nyeri berada pada skala 6 (1-10)


klien

TTV :
Mengontrol lingkungan yang TD =120/80 mmHg
N = 80x/mnt
09.20
dapat mempengaruhi nyeri seperti
SB = 38,60 C
suhu
ruangan,
pencahayaan, RR = 22x/mnt
kebisingan
A : Masalah nyeri belum teratasi
Mengajarkan tentang teknik
P : Lanjutkan intervensi
pernafasan / relaksasi
09.25
Memberikan analgetik untuk

12.00
09.30

mengurangi nyeri

Mengevaluasi
kontrol nyeri
Menganjurkan

keefektifan
klien

untuk

beristirahat
09.40
2

10.05.15 10.30

Memonitor

suhu

sesering Jam : 13.50

mungkin
S : Klien mengeluh masih demam

Memonitor warna dan suhu


10.35
O:
kulit
09.35

Akral teraba hangat

Memonitor TD, nadi, dan RR

TTV :

Memonitor penurunan tingkat


TD =120/80
10.30
kesadaran
N = 80x/menit

Memberikan antipiretik
SB = 38,4 0 C

Mengompres pada lipatan paha RR = 22x/menit


12.00
dan aksila
A : Masalah Hipertermi belum teratasi
10.40
Meningkatkan sirkulasi udara
P : Lanjutkan intervensi

Meningkatkan intake cairan


dan nutrisi

10.45
10.50
3

10.05.15 11.00

Anjurkan pasien menggunakan Jam : 11.10

pakaian yang longgar


S : Klien mengeluh adanya
Hindari kerutan pada tempat
09.10
gelembung-gelembung
diarea
tidur
kemaluan dan sekitarnya

Monitor kulit akan adanya


11.05
O : adanya gelembung-gelembung
kemerahan
kemerahan diarea genetalia

A : Masalah Kerusakan integritas kulit


belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung

berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.


Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks: virus herpes

simpleks tipe I (HSV I) dan virus herpes simpleks tipe II (HSV II, virus of love).

Infeksi ini berlangsung dalam 3 tingkat yaitu : Infeksi prime, Fase Laten, dan Infeksi

rekurens
Herpes simpleks bisa dicegah dengan :
Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi
5.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan
dankelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga parapembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 1). Yogyakarta : Media Action Publishing
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta : Media Action Publishing
Doengoes E. Marilyn, Geissler C. Alice, and Moorhouse F. Mary. 1993. Rencana Asuhan
Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai