Herpes
Herpes
HERPES
2.1 DEFINISI
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembunggelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
2.2 ETIOLOGI
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh :
1. Virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore)
di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun
belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada
kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan
seks.
2. Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella zoster
terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas
162 sub unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang
tinggi
2.3 KLASIFIKASI
Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu
herpes simpleks dan herpes zoster.
1. Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes
simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya
adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah
vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan
seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan
selaput lendir yang menjadi merah.
2. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan
cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah
punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung
gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri.
Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna. Penyakit Herpes
yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka
demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes
kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan
infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui
hubungan seks. Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang
terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat melahirkan maka
dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya
sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV
dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif.
Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan
kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.
2.4 PATOFISIOLOGI
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke
darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan
ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian
mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan
penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat
sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron.
Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini
dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis
maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :
a) Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal dari perifer
ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b) Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.
c) Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari secret
genital yang terinfeksi pada saat persalinan.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa gejala herpes terkadang tidak
menunjukkan gejala sama sekali namun perlu dipahami bahwa jika seseorang terinfeksi
herpes virus memang kadang bersifat silent (tidak terasa) namun dalam melakukan
interpretasi hasil laboratorium juga perlu diwaspadai karena yang diukur adalah bukan kadar
virusnya secara secara langsung akan tetapi kadar antibodinya. Meskipun demikian kita dapat
mengenali gejala penyakit herpes sesaat setelah terinfeksi HSV, biasanya gejala awal ditandai
dengan :
a)
b)
c)
d)
herpes virus
Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit.
Pemeriksaan histopatologik.
Pemerikasaan mikroskop electron.Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat dilakukan secara
virologi maupun serologi, contoh pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada permukaan
mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz
inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar
menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan
inklusi intranuklear.
Masalah pengobatan penyakit herpes, kita harus melihat tujuannya, apakah untuk
mengatasi infeksi akut atau ketika terjadi reaktifitasi saja. Bila ada gelembung pada daerah
genital, termasuk yang akut dan membutuhkan pengobatan segera. Pasien bisa diberikan
Acyclovir selama 7-10 hari dengan dosis 2X1000 mg atau 5X200 mg. Sedangkan kasus
herpes reaktivitasi bisa diberikan dengan dosis yang sama selama 5 hari.
Sementara untuk valasiklovir dapat diberikan 2X1000 mg pada fase akut atau 2X500
mg pada fase reaktivasi. Selain itu penggunaan obat-obatan imunomodulator seperti IMBOOST umumnya ditujukan untuk memodulasi system imun untuk membantu percepatan
penyembuhan inveksi virus. (dr. Kanadi Sumapraja, SpOG,M.Sc) dan untuk perawatan
hindari menggaruk pada daerah yang terinfeksi dan membersihkan lukanya dengan air garam
dan menjaganya tetap kering.
Secara teori dalam penyembuhan dengan hijama atau yang sudah kami up gread
dengan konsep ODT (oxidant drainage therapy) seorang penderita penyakit Herpes ) adalah
karena adanya timbunan oxidant di daerah Kulit bisanya di daerah yang lembab seperti
lipatan ketiak,selangkangan dan daerah kelamin tapi kadang juga di kulit yang terbuka seperti
di kulit wajah atau punggung sehingga terjadi peradangan kulit yang ditandai dengan
pembentukan gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada
dasar peradangan kemudian daerah yang bergelembung ini akan timbul rasa nyeri yang
luarbiasa karena syaraf ujung megalami peradangan tertekan oleh oxidant.Dengan
dikeluarkan oxidant yang terkumpul dan menekan syaraf ujung dan rasa nyerin yang luar
biasa akibat herpes ini akan spontan hilang setelah terapi ODT (oxidant drainage therapy)
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Biodata.
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan; beresiko tinggi
pada penjaja seks komersial.
b) Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat palayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul.
c) Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. pada beberapa kasus, timbul
lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai
peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis.
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan
berat dan vesikulasi yang hebat.
d) Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simplek
atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
e) Riwayat penyakit kelarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
f) Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu meliputi
perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas
diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah:
1. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
2. Menarik diri dari kontak social.
3. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
g) Kebiasaan sehari-hari.
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan,
terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes
simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan
menggunakan alat-alat pribadi secara bersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
h) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan
tubuh klien. pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu tubuh
atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan
adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul
ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita,
daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan
serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi
kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri
akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada
perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri
dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala
yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien herpes simpleks adalah :
1. Nyeri b/d inflamasi jaringan
2. Kerusakan Integritas Kulit b/d penurunan imunologis
3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks
4. Resiko infeksi b/d pemajanan melalui kontak ( kontak langsung & tidak langsung)
4.3 Rencana Keperawatan
No
NDX
1
Nyeri
b/d
inflamasi
NOC
Pain level
Pain control
NIC
Pain Management
Lakukan
Rasional
Nyeri
selalu
ada
jaringan
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu
pengkajian
nyeri
beberapa
secara
beratnya keterlibatan
komprehensif
jaringan / kerusakan.
mengontrol nyeri
Perubahan
(tahu
penyebab
karakteristik,
karakter/
nyeri,
mampu
durasi,
nyeri
menggunakan
frekuensi,kualitas
mengindikasikan
teknik
dan
nonfarmakologi
pesipitasi).
lokasi,
faktor
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan
bahwa
Observasi
reaksi
dari
verbal
terjadinya komplikasi
Menetapkan
dasar
mengkaji
perubahan
Dapat
menurunkan
kecemasan
ketidaknyamanan
nyeri
dan
meningkatkan
berkurang dengan
intensitas
perbaikan / perubahan
non
menggunakan
lokasi/
dapat
untuk
untuk mengurangi
derajat
Gunakan
kenyamanan klien
teknik
manajemen nyeri
Mampu
komunikasi
mengenali
mengetahui
mengurangi
nyeri.
( skala intensitas,
pengalaman nyeri
Beberapa
orang
frekuensi,
klien
Kontrol
mungkin
sensitif
nyeri
dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman
teraipetik
untuk
lingkungan
setelah
yang
dapat
dapat
nyeri berkurang
Menurunkan stimulasi
mempengaruhi
meningkatkan
nyeri
Memfokuskan kebali
perhatian,
ruangan,
meningkatkan
pencahayaan,
relaksasi,
dan
kebisingan
meningkatkan
rasa
Ajarkan
tentang
teknik
pernafasan
ketergantunggan
farmakologis
Menurunkan
relaksasi
saraf simpatis
Untuk
mengetahui
intervensi selanjutnya
Kekurangan
tidur
dapat
Berikan analgetik
meningkatkan
persepsi
untuk
nyeri
kemampuan
menguranggi nyeri
system
Evaluasi
koping
menurun
Untuk
mengetahui
intervensi selanjutnya
keefektifan kontrol
nyeri.
Anjurkan
klien
untuk beristirahat.
Kolaborasi dengan
dokter jika keluhan
dan tindakan nyeri
Kerusakan
integritas
kulit
tidak berhasil
Tissue Integrity : Pressure
perubahan
Membranes
Hemodyalisis
pasien
pakaian
yang
Kriteria Hasil :
Integritas
yang
datar,
kulit
baik
dipertahankan
(sensasi,
bisa
Hindari
meminimalkan
longgar
baju
balutan
menggunakan
akses
imunologis
Anjurkan
Tekanan
kerutan
lembut,
dan
lunak.
Menghindari tekanan
lama pada jaringan,
menurunkan potensial
elastisitas,
iskemia
jaringan/
temperature,
nekrosis
dan
hidrasi,
pembentukan
pigmentasi)
Tidak ada luka /
dekubitus
Klien
Jaga
baik
Menunjukkan
bersih
tetap
dan
tetap
dibersihkan.
Jika
tidak,
bisa
mencegah
masuk
Mencegah
secara
progresif
Mobilisasi pasien
mengencangkan
jaringan
melindungi kulit
parut
meningkatkan
mempertahankan
pemeliharaan
kelembaban kulit
otot
perawatan
sendi
adanya kemerahan
Mandikan
pasien
dengan sabun dan
air hangat
kalsium
dari tulang
Menunjukkan proses
inflamasi
Jika
tidak
media
Disarankan
menggunakan
antiseptic.
tubuh
citra
Body image
Self esteem
dan
menurunkan
kehilangan
Gangguan
fungsi
mencegah
alami
dan
kontraktur,
dan
dan
media
terjadinya sedera
kulit
menjadi
kulit
berulang
Mampu
kelainan
agar
proses
perbaikan
dan
mengalami
kering
pemahaman
dalam
kulit
kebersihan
yang
Body image
enchancement
sabun
b/d
perubahan
Kriteria Hasil :
penampilan,
Body
sekunder
positif
Mampu
akibat
penyakit
herpes
simpleks
image
Episode
dan
mengakibatkan
non
verbal
respon
klien
terhadap tubuhnya
tak
diantisipasi,
membuat
perasaan
mengidentifikasi
kehilangan
pada
kekuatan personal
Mendeskripsikan
kehilangan
actual
secara
factual
memerlukan
perubahan fungsi
traumatic,
dukungan
tubuh
Mempertahankan
interaksi sosial
Monitor
frekuensi
dalam
perbaikan optimal.
Penerimaan perasaan
sebagai
mengkritik dirinya
respon
membantu
atau
kemungkinan
mendorong
pasien
situasi.
Penyangkalan
mungkin mekanisme
adaptif, karena pasien
tidak siap mengatasi
Jelaskan
tentang
pengobatan,
membuka
perawatan,
kemajuan,
masalah pribadi.
Mempertahankan
komunikasi
dan
prognosis penyakit
/
garis
dan
meningkatkan
kepercayaan
dan
mengadakan
hubungan antara klien
dan perawat
klien
Dorong
Meningkatkan
mengungkapkan
perasaannya
memungkinkan
respon
Fasilitasi
kontak
lebih
membantu pasien
Kata kata penguatan
dapat
yang
mendukung
terjadinya
kelompok
koping
positif.
kecil
Memungkinkan
klien / orang terdekat
menjadi
realistis
dalam harapan.
4
Resiko
infeksi
b/d
pemajanan
melalui
Immune Status
Knowledge
Infection Control
:
infection control
Risk control
kontak
(
kontak
langsung &
lingkungan
Kriteria Hasil :
Bersihkan
setelah
kontaminasi
silang,
menurunkan
resiko
Pertahankan teknik
infeksi
Menurunkan
resiko
isolasi
Mencegah
terkontaminasi
tidak
silang/terpajan
langsung)
infeksi
Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit,
pengunjung
bila perlu
Instruksikan
kontaminasi
untuk
silang
dari pengunjung
Mencegah
yang
pengunjung
mempengaruhi
kontaminasi
silang,
penularan
berkunjung
menurunkan
resiko
serta
dan
pelaksanaannya
Menunjukkan
setelah
kemampuan
pasien
Gunakan sabun anti
untuk
faktor
Batasi
pada
mencegah
timbulnya infeksi
Jumlah leukosit
dalam
batas
berkunjung
infeksi
meninggalkan
Menurunkan
resiko
terkontaminasi
silang/terpajan
pada
normal
Menunjukkan
perilaku
hidup
Menurunkan
dan
terkontaminasi
sesudah
resiko
tindakan
sehat
keperawatan
Gunakan baju, sarug
Mencegah
tangan
pada
sebagai
pelindung
Berikan
terapi
terpajan
organism
infeksis
Antibiotik local dan
sistemik
untuk
diberikan
mengontrol
pathogen
yang
teridentifikasi
oleh
kultur/sensitivitas.
Infection Protection
infeksi
terhadap infeksi
Berikan perawatan
kulit
pada
area
epidema
Inspeksi kulit dan
membrane
Untuk
mengetahui
tingkat keparahan
Untuk
resiko penyebaran
Untuk
mengurangi
mengetahui
mukosa
Untuk
mengetahui
proses inflamasi
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Instruksikan pasien
untuk
antibiotic
resep
minum
sesuai
diberikan
mengontrol
pathogen
yang
teridentifikasi
oleh
kultur/sensitivitas.
BAB IV
KASUS FIKTIF
Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada tanggal 10
Mei pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. R
mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi
oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah genetalia.
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah
genetalia dan kulitnya. Ibu mengatakan pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di
sebuah sekolah dasar. Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos
Mentis, status emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan
24 kali/menit, suhu 38,6 0 C, terdapat vesikel yang multipel di daerah mulut dan kulitnya.
Leukosit < 4000/mmk
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Sumber informasi
Tgl Pengkajian
1) Identitas
Nama
: Ny. R
Usia
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Gorontalo/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Desa Tenggela, Telaga, Gorontalo
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
B3 ( Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
B4 ( Bladder )
BAK tidak menentu, tidak ada nyeri tekan di area bladder. adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung
cair pada daerah kemaluan.
B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Datar
: Supel, tidak ada massa
: Timpani
: Bising usus ( + )
B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun bawah. Kulit lembab,
turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang, tidak ada
hiperpigmentasi.
6) Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat
pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari (porsi makan +/- 7-8
sendok makan) ditambah makanan ringan serta minum 8 gelas/ hari (1500ml/hari).
Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan
nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.Pola
3) Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya, walaupun pasien tetap
kencing dengan frekuensi seperti biasanya, tetapi pasien merasa nyeri saat berkemih.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/
hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan
nyeri dan gatal pada daerah tubuh teutama kulit
5) Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien
masih berfungsi dalam batas normal.
6) Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak mengurangi aktivitasnya
karena pasien merasakan nyeri saat berjalan.
7) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha menerima
segala kondisinya saat ini.
8) Pola Peran Dan Hubungan
Pasien agak risih dengan keadaannya saat ini. Terutama hubungan dengan sang
suami.
9) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai seorang anak.
Selama sakit pola seksualitas terganggu.
10) Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus
memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
NDX
NOC
NIC
Nyeri akut Setelah diberikan Lakukan pengkajian
b.d
agent tindakan
nyeri
secara beberapa
derajat
keterlibatan
cedera
keperawatan
biologis
durasi, jaringan
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
Observasi
non
terjadinya komplikasi
reaksi
Menetapkan dasar
verbal
dari untuk
ketidaknyamanan
menggunakan
Gunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengetahui
mengurangi pengalaman
nyeri
bahwa
nyeri mempengaruhi
pencahayaan,
manajemen nyeri
kebisingan
Mampu
nyeri
( skala intensitas,
frekuensi,
kecemasan
dan
meningkatkan
kenyamanan klien
dapat
nyeri
menggunakan
mengenali
perubahan
Dapat menurunkan
mencari klien
Kontrol lingkungan
bantuan)
Melaporkan yang
berkurang
mengkaji
perbaikan / perubahan -
teknik
komunikasi teraipetik
nyeri,
lokasi/
dapat mengindikasikan
Mampu
mengontrol
kerusakan.
Kriteria Hasil :
terkontrol
untuk
Rasional
Nyeri selalu ada
dan
tanda nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman setelah
Ajarkan
teknik
tentang
pernafasan /
Menurunkan
stimulasi
yang
berlebihan
dapat
mengurangi
nyeri.
Beberapa
orang
mungkin
sensitif
relaksasi
meningkatkan
nyeri
Memfokuskan kebali
perhatian, meningkatkan
nyeri berkurang
relaksasi,
dan
meningkatkan
rasa
control,
mengurangi ketergantunggan
nyeri
farmakologis
Menurunkan
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Anjurkan
untuk beristirahat
nyeri
diberikan
Setelah
Monitor
intervensi selanjutnya
Kekurangan tidur
dapat
meningkatkan
persepsi
nyeri
kemampuan
koping
menurun
Untuk mengetahui
tidak berhasil
Hipertermi
Untuk mengetahui
Kolaborasi dengan
dan
menurunkan rangsangan
10.05.15
dapat
untuk
yang
suhu
intervensi selanjutnya
Untuk mengetahui
sesering mungkin
intervensi selanjutnya
keperawatan
pasien
suhu kulit
perubahan yang terjadi
Monitor TD, nadi,
Tanda tanda vital
dan RR
menunjukkan suhu
tubuh dalam batas
normal
dengan
Kriteria Hasil:
mengetahui
keadaan
Penurunan tingkat
tingkat kesadaran
kesadaran menunjukkan
tanda
rentang normal
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak
ada
perubahan
kulit
pusing
dan
pasien
Antipiretik dapat
Berikan antipiretik
warna
tidak
bahwa
Kompres
menurunkan panas
Merangsang
pada
hipotalamus
sebagai
pusat
Peningkatan suhu
cairan dan nutrisi
tubuh
mengakibatkan
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga
10.05.15
diberikan
Kerusakan
Setelah
Integritas
tindakan
Kulit
Anjurkan pasien
yang longgar
faktor
mekanik
diharapkan
kerusakan integritas
Hindari
kerutan
kulit
baik
dipertahankan
temperature,
Menunjukkan
perbaikan
potensial
iskemia
jaringan/
nekrosis
dan
kelainan
baik
proses
menurunkan
sehingga
pemahaman dalam
jaringan,
mengalami
Jaga kebersihan
pada
pembentukan dekubitus
Klien
yang
bisa
(sensasi, elastisitas,
Hasil :
yang
meminimalkan
mempertahankannya
Kriteria
Integritas
bakteri
masuk
Mencegah
bisa
secara
progresif
Mobilisasi pasien
mengencangkan
jaringan
parut
kontraktur,
terjadinya
meningkatkan
sedera
dan
b.d keperawatan
dengan
cairan
dan
berulang
melindungi
kulit
menurunkan kehilangan
dan
mempertahankan
kelembaban
dan
kulit
perawatan
tidak
alami
menjadi
media
yang
Mandikan pasien
menggunakan
sabun
dengan sabun dan air
antiseptic.
hangat
Hari/
Jam
Tgl
10.05.15 09.05
Implementasi
Evaluasi
secara komprehensif
S : Klien mengatakan masih
Mengobservasi reaksi non verbal
merasakan nyeri pada daerah sekitar
dari ketidaknyamanan
09.10
kemaluan
Menggunakan
teknik
O:
komunikasi
teraipetik
untuk
09.15
TTV :
Mengontrol lingkungan yang TD =120/80 mmHg
N = 80x/mnt
09.20
dapat mempengaruhi nyeri seperti
SB = 38,60 C
suhu
ruangan,
pencahayaan, RR = 22x/mnt
kebisingan
A : Masalah nyeri belum teratasi
Mengajarkan tentang teknik
P : Lanjutkan intervensi
pernafasan / relaksasi
09.25
Memberikan analgetik untuk
12.00
09.30
mengurangi nyeri
Mengevaluasi
kontrol nyeri
Menganjurkan
keefektifan
klien
untuk
beristirahat
09.40
2
10.05.15 10.30
Memonitor
suhu
mungkin
S : Klien mengeluh masih demam
TTV :
Memberikan antipiretik
SB = 38,4 0 C
10.45
10.50
3
10.05.15 11.00
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
simpleks tipe I (HSV I) dan virus herpes simpleks tipe II (HSV II, virus of love).
Infeksi ini berlangsung dalam 3 tingkat yaitu : Infeksi prime, Fase Laten, dan Infeksi
rekurens
Herpes simpleks bisa dicegah dengan :
Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi
5.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan
dankelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga parapembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 1). Yogyakarta : Media Action Publishing
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta : Media Action Publishing
Doengoes E. Marilyn, Geissler C. Alice, and Moorhouse F. Mary. 1993. Rencana Asuhan
Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC