Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil ini harus dijalankan
kecuali harus ada laporan keuangan atau pengakuan yang terpercaya. Pada
tahap perjanjian kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek
yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak
dapat saling mengingatkan.2
Kehadiran BMT (Baitul Maal wa Tamwil), sebagai pendatang baru dalam
dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan pinjam syariah
dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa
keuangan. Sifat usaha BMT yang berorientasi pada bisnis (bisnis oriented)
dimaksudkan supaya pengelolaan BMT dapat dijalankan secara profesional,
sehingga mencapai tingkat efisiensi tertinggi. Aspek bisnis BMT menjadi
kunci sukses mengembangkan BMT dari sinilah BMT akan mampu
memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para deposannya serta mampu
meningkatkan kesejahteraan para pengelolaan sejajar dengan lembaga lain. 3
Model bagi hasil ini tidak mengenal istilah beban pasti (fixed cost). Karena
nilai bagi hasil akan didapat setelah terjadi pembukuan usaha. Bagi Lembaga
Keuangan Syariah, tidak akan terjadi negative spread sebagaimana pada
lembaga keuangan konvensional. Karena bagi hasil dana akan dibayar setelah
para debitur membayar bagi hasil pula. Dan bagi debitur tidak akan menjual
barangnya dengan harga yang tinggi, karena bagi hasil tidak mungkin dihitung
sebagai bagian dari biaya produksi. Bagi hasil baru akan dibayar setelah
terjadi penjualan, itupun kemungkinannya dapat saja tidak memberi bagi hasil
karena memang usahanya merugi.
Mekanisme sistem bagi hasil lebih kompetitif dan konsumen akan tetap
mendapatkan harga jual produk dengan harga yang wajar meskipun situasinya
krisis, karena harga jual tidak terpengaruh tingkat bagi hasil. Pada saat ekonomi
booming atau membaik BMT akan ikut menikmati keadaan ini, karena bagi hasil
yang dibayar sangat berkaitan dengan pendapatan debitur. Selajutnya para pemilik
dana (shohibul maal) akan mendapatkan nilai bagi hasil yang meningkat pula.
Itulah sebabnya, dalam sistem bagi hasil hubungan antar shohibul maal dan
mudharib sangat erat.4 Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi
kerugian ketika nasabah sebagai pemilik modal (shohibul maal) menyerahkan
uangnya kepada bank sebagai pengusaha (mudharib) untuk diusahakan.
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, dan kerugian ditanggung oleh pemilik
dana atau nasabah.5
Kondisi kesehatan perbankan dapat diukur melalui analisis laporan keuangan.
Laporan keuangan menjadi sangat penting karena dapat memberikan informasi
yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari nasabah atau calon
nasabah, investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon pemberi
dana, sampai pada manajemen perbankan itu sendiri. Informasi dari laporan
keuangan tersebut akan memenuhi harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan
melalui prediksi anggaran sesuai dengan keuangan yang ada dalam perusahaan. 6
Penelitian ini menggunakan variabel rasio profitabilitas. Secara umum,
profitabilitas diartikan sebagai kemampuan bank dalam mengelola dana yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. Dengan
kata lain, rasio profitabilitas menggambarkan efisiensi usaha perusahaan. Sebuah
perusahaan dikatakan lebih efisiensi menggunakan modalnya dari pada
perusahaan lain apabila mampu menunjukkan rasio profitabilitas yang tinggi dan
sebaliknya.
Tingkat profitabilitas adalah tingkat kemampuan bank untuk mendapatkan
laba dari setiap pengelolaan yang dimiliki untuk mengetahui kondisi profitabilitas
yang diperoleh bank, hal itu bisa diketahui dengan menggunakan rasio
profitabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas adalah
Return on Asset (ROA) dengan alasan analisisnya bersifat komprehensif atau
menyeluruh yaitu meliputi kegiatan penjualan, investasi, dan pengeluaranpengeluaran.
7 Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil.
Manajemen bank syariah harus mengoptimalkan kemampuan profitabilitasnya
untuk menciptakan dan menjalankan operasionalnya dengan efisien. Rasio
Syariah.10
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, artinya bank
dalam hal ini menjadi tempat menyimpan uang atau tempat berinvestasi bagi
masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uangnya di bank adalah untuk
keamanan uangnya. Tujuan kedua biasanya adalah untuk melakukan investasi
dengan harapan akan memperoleh bunga atau bagi hasil dari simpanannya.
Sedangkan tujuan lainnya untuk memudahkan dalam transaksi pembayaran. Oleh
sebab itu, untuk memenuhi tujuan diatas, maka secara umum jenis simpanan di
bank adalah terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan
deposito. Semakin besar simpanan yang ada dalam suatu lembaga keuangan,
maka semakin besar pula bagi hasil yang diterima oleh nasabah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penyusun ingin mengadakan penelitian dan
menyusunnya dalam sebuah skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh
Profitabilitas, Rasio Biaya dan Simpanan Anggota Mudharabah Terhadap
Tingkat Bagi Hasil Tabungan Mudharabah di BMT Bina Ummat Sejahtera
Lasem Rembang. Periode penelitian mulai tahun 2006-2009. Alasan memilih
BMT Bina Ummat Sejahtera disebabkan atas prestasinya berdasarkan aset, kinerja
dan mendapatkan piagam penghargaan dari pemerintah sebagai BMT terbaik dan
Pada Maret 2009, jumlah giro wadiah sebesar 4,2 milyar, tabungan
mudharabah 12 milyar dan deposito mudharabah sebesar 20,7 milyar yang
pada akhir Desember 2009 kesemuanya mengalami peningkatan dengan giro
wadiah menjadi 6,2 milyar, tabungan mudharabah 14,9 milyar dan deposito
mudharabah 29,5 milyar. Jumlah deposito mudharabah lebih besar
dindingkan giro wadiah dan tabungan mudharabah, hal ini menunjukkan
tinggi ROA semakin tinggi bagi hasil yang diterima nasabah. Alasan
digunakannya ROE dalam penelitian ini karena Return of Equity atau Return
net Work mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia
bagi nasabah.
Financinf to Deposit Ratio (FDR) mewakili rasio likuiditas. FDR
merupakan rasio yang mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan atas
simpanan pihak ketiga dan modal sendiri. Rasio ini menggambarkan sejauh
mana simpanan digunakan untuk memberikan pinjaman (pembiayaan) juga
untuk mengukur likuiditas. Alasan digunakannya FDR dalam penelitian ini,
karena jika FDR meningkat maka perolehan pendapatan akan meningkat,
sehingga bank syariah akan memberikan return bagi hasil yang tinggi untuk
investor atau deposan.
Rasio efisiensi diwakili dengan Biaya Operasional per Pendapatan
Operasional (BOPO) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan biaya operasional atau biaya intermediasi terhadap pendapatan
operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasionya, maka semakin
baik kondisi bank tersebut. Alasannya digunaknnya BOPO dalam penelitian
ini karena semakin rendah BOPO maka bank semakin efisiensi
dalammengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan
dalam rangka menghasilkan output (pendapatan) yang paling tinggi. Apabila
BOPO menurun maka pendapatan bank meningkat. Dengan adanya
peningkatan pendapatan bank maka tingkat bagi hasil yang diterima oleh
nasabah juga meningkat.