Anda di halaman 1dari 23

Presented by : Internsip PKM Ngasem

Nama lainnya : morbili, rubeola


Penyakit infeksi akut yang sangat
menular yang disebabkan virus campak
Ditandai oleh : demam, inflamasi
kataralis saluran napas atas, bercak
koplik, dan ruam makulopapular.
Vaksin virus campak hidup yg
dilemahkan pertama kali dipakai secara
luas tahun 1965 insiden menurun

Virus campak termasuk golongan


paramyxovirus
Berbentuk bulat dgn diameter 100 150
nm
Memiliki selubung luar yg terdiri dari
lemak dan protein (M-protein, H-protein, Fprotein)
Di dalamnya tdp nukleokapsid yang
mengelilingi RNA
Virus campak dpt dideteksi dari
darah, sekret nasal, dan sekret faring

Virus campak

Sumber penularan : manusia


Penularan : droplet melalui udara 1-2 hr
sebelum timbul gejala klinis sd 4 hr setelah
timbul ruam
Di luar negeri banyak dijumpai pada musim
dingin dan musim semi di Indonesia
sepanjang tahun
Penderita memiliki kekebalan yg menetap
seumur hidup setelah terinfeksi
Campak menyebabkan penurunan daya tahan
tubuh secara umum mudah mengalami infeksi
sekunder atau penyulit

Angka kejadian di Indonesia thn 19902002 masih tinggi : 3.000-4.000 kasus


pertahun
Case fatality rate menurun : 5,5% menjadi
1,2%
Umur terbanyak : < 12 bulan, diikuti
kelompok umur 1-4 tahun, dan 5-14 thn

Virus masuk ke dalam limfatik lokal KGB


lokal bermultiplikasi menyebar ke sel
retikuloendotelial seperti limpa
menginfeksi sel mononuklear membentuk
sel raksasa berinti besar (sel Warthin)
5-6 hari setelah infeksi awal fokus infeksi
terwujud virus masuk pembuluh darah
dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran napas,
saluran cerna, kulit, dan kandung kemih

Hari ke 9-10 fokus infeksi di epitel saluran


napas dan konjungtiva 1-2 lapis epitel
mengalami nekrosis virus dlm jumlah
banyak masuk ke pembuluh darah timbul
manifestasi klinis sistem saluran napas
(batuk, pilek) disertai konjungtiva merah
Respon imun yang terjadi ialah proses
peradangan epitel sistem pernapasan
timbul demam tinggi, anak tampak sakit
berat, ruam menyebar seluruh tubuh, bercak
Koplik

Gejala klinis terjadi setelah masa tunas


selama 10-12 hari :
1.Stadium prodromal
Berlangsung 2-4 hari
Ditandai oleh demam tinggi beberapa hari

diikuti batuk, pilek, faring hiperemis, nyeri


telan, stomatitis, konjungtivitis.
Tanda patognomonik : munculnya enantem
mukosa pipi di depan molar 3 bercak
Koplik

Bercak Koplik

10

11

2. Stadium erupsi
Ditandai munculnya ruam makulopapular yg

bertahan selama 5-6 hari


Ruam muncul mulai dari batas rambut di
belakang telinga, menyebar ke wajah, leher,
badan, dan akhirnya ekstremitas muncul
bersamaan dengan meningkatnya suhu
tubuh
Ruam teraba kasar

12

13

3.

Stadium penyembuhan
(konvalesen)

Setelah 3 hari ruam berangsur hilang

sesuai dg urutan munculnya


Ruam menjadi kehitaman dan
mengelupas menghilang setelah 1-2
minggu

14

Campak menjadi berat pd pasien dgn gizi


buruk dan anak lebih kecil
Komplikasi campak :
Diare
Otitis media
Laringotrakheobronkhitis (croup)
Bronkhopneumonia
Ensefalitis akut 2-10 per 10.000 kasus
dgn mortalitas 10-15%
SSPE (subacute sclerosing
panencephalopaty) 1 per 25.000 kasus
15

Kelainan degeneratif SSP yang jarang


disebabkan infeksi virus campak persisten
Insiden 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak
Kharakteristik deteriorasi tingkah laku
dan intelektual,inkoordinasi motorik,
kejang
Disebabkan infeksi virus menetap di saraf
muncul bbrp tahun setelah infeksi
Kerusakan otak progresif
Rata2 jangka waktu antara timbulnya gejala
sampai meninggal : 6-9 bulan

16

Ditegakkan berdasarkan gambaran


klinis : khoriza dan mata meradang,
disertai batuk dan demam tinggi
beberapa hari, timbulnya ruam yg khas
bersamaan dgn meningkatnya suhu
tubuh
Diagnosis banding : rubela, demam
skarlatina, eksantema subitum, ruam
akibat alergi

17

Darah tepi : jumlah leukosit normal,


meningkat jika ada komplikasi infeksi
bakteri
Pemeriksaan untuk komplikasi :
Ensefalopati : pemeriksaan LCS,
elektrolit darah, analisis gas darah (AGD)
Enteritis/diare : feses lengkap
Bronkhopneumonia : rontgen thoraks,
AGD

18

Terapi suportif simtomatik : antipiretik,


antitusif, ekspektoran, antikejang bila tdp
kejang, cairan yg cukup, diet nutrisi seimbang
ANTIBIOTIK : atas indikasi apabila terdapat
infeksi bakteri
Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu >
39oC), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, tdp
komplikasi
Tanpa komplikasi :

Pasien dirawat di ruang isolasi tirah baring


Vit A 100.000 UI single dose, jika malnutrisi

dilanjutkan 1.500UI/hari
Diet cukup kalori dan cairan
19

Pengobatan komplikasi :
1. Ensefalopati/ensefalitis :
Khoramfenikol 75 mg/kgBB/hari dan
ampicillin 100 mg/kgBB/hari 7-10 hr
Kortikosteroid : deksametason 1
mg/kgBB/hari loading dose selanjutnya
0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis sampai
kesadaran membaik tappering of
Kebutuhan cairan dikurangi kebutuhan
Koreksi gangguan elektrolit

20

2. Bronkhopneumonia
Oksigen 1-2 liter/menit
Khoramfenikol 75 mg/kgBB/hari

dan
ampicillin 100 mg/kgBB/hari selama 7-10
hr
Koreksi ggn AGD

3. Enteritis/diare
Pemberian cairan

oral atau intravena


untuk mengoreksi dehidrasi sesuai dgn
derajat dehidrasi
21

Imunisasi
Vaksinasi

campak saat usia 9 bulan


MMR

22

Matursuwun...

23

Anda mungkin juga menyukai