Sastra Hindu
Weda
Regweda Yajurweda
Samaweda Atharwaweda
Pembagian Weda
Samhita Brahmana
Aranyaka Upanishad
Upanishad
Wedangga
Itihasa
Mahabharata Ramayana
Susastra lainnya
Mahabharata (Sanskerta: ) adalah sebuah karya sastra kuno yang berasal dari India.
Secara tradisional, penulis Mahabharata adalah Begawan Byasa atau Vyasa. Buku ini terdiri dari
delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab).
Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari
banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum
Masehi.
Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara
sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah
negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran
berlangsung selama delapan belas hari.
Daftar isi
[sembunyikan]
2Versi-versi Mahabharata
3Daftar kitab
4Suntingan teks
5Ringkasan cerita
o
5.1Latar belakang
5.5Permainan dadu
5.6Pertempuran di Kurukshetra
6Silsilah
o
7Catatan kaki
8Daftar pustaka
9Pranala luar
Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilainilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah Mahabharata ini
dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa
Sanskerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan
peradaban Hindu pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.
Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata,
seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain,
diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri.
Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa.
Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam
bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang
terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha (Arjunawiwha, perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa.
Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder, 1984) dipersembahkan untuk
raja Airlangga dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa.
Karya sastra lain yang juga terkenal adalah Kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu
Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan
bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha
(Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh juga menulis kakawinHariwanga pada masa
Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah Gaotkacraya pada masa raja Kertajaya (11941222 M) dari Kediri.
Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di antaranya
adalah Kyana (karya mpu Triguna) dan Bhomntaka (pengarang tak dikenal) keduanya dari
zaman kerajaan Kediri, dan Prthayaja (mpu Tanakung) di akhir zaman Majapahit. Salinan
naskah-naskah kuno yang tertulis dalam lembar-lembar daun lontartersebut juga diketahui
tersimpan di Bali.
Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi
berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari
seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukan
seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab
Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa
Jawa modern pada sekitar abad ke-18.
Dalam dunia sastra populer Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan melalui
bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal
adalah karya dari R.A. Kosasih. Pada era budaya populer khususnya di bidang pertelevisian,
kisah Mahabharata ditayangkan oleh STAR Plus dan antv dengan judulMahabharat.
Keterangan
Adiparwa
Sabhaparwa
Wanaparwa
diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa
di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut
menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
Wirataparwa
Udyogaparwa
Bhismaparwa
Dronaparwa
Karnaparwa
Salyaparwa
Sauptikaparwa
Striparwa
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh
suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara
pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci
kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan
kelahiranKarna yang menjadi rahasia pribadinya.
Santiparwa
Anusasanaparwa
Aswamedhikaparwa
Asramawasikaparwa
Mosalaparwa
Swargarohanaparwa
Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan
menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera
Sang Citrnggada dan Wicitrawirya. Citrnggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran,
kemudian ia digantikan oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan
belum sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri Wicitrawirya,
yaitu Ambika dan Ambalika, melahirkan masing-masing seorang putera, nama
mereka Pandu(dari Ambalika) dan Dretarastra (dari Ambika).
Dretarastra terlahir buta, maka tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandu, adiknya. Pandu
menikahi Kunti kemudian Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madrim, namun
akibat kesalahan Pandu pada saat memanah seekor kijang yang sedang kasmaran, maka kijang
tersebut mengeluarkan (Supata=Kutukan) bahwa Pandu tidak akan merasakan lagi hubungan
suami istri, dan bila dilakukannya, maka Pandu akan mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian
mati dengan berubah menjadi wujud aslinya yaitu seorang pendeta.
Kemudian karena mengalami kejadian buruk seperti itu, Pandu lalu mengajak kedua istrinya
untuk bermohon kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Lalu Batara guru
mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak yang pertama
yaitu Yudistira Kemudian Batara Guru mengutus Batara Indra untuk membuahi Dewi Kunti
shingga lahirlah Harjuna, lalu Batara Bayu dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga
lahirlah Bima, dan yang terakhir, Batara Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan
lahirlah Nakula dan Sadewa.
Kelima putera Pandu tersebut dikenal sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta
menikahi Gandari, dan memiliki seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan
istilah Korawa. Pandu dan Dretarastra memiliki saudara bungsu bernama Widura.
Keluarga Dretarastra, Pandu, dan Widura membangun jalan cerita Mahabharata.
rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil meminta-minta.
Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk seluruh saudaranya. Namun,
betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil memintaminta, namun juga seorang wanita. Tak pelak lagi,Dropadi menikahi kelima Pandawa.
dibantu oleh Resi Drona dan putranya Aswatama, kakak ipar para Korawa yaitu Jayadrata, serta
guru Krepa, Kretawarma, Salya, Sudaksina,Burisrawas, Bahlika, Sangkuni, Karna, dan masih
banyak lagi.
Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang
gugur, seperti misalnya Abimanyu, Drona, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, RajaWirata dan
puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sangkuni, dan masih banyak lagi. Selama 18 hari tersebut
dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari
kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka
adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama,Krepa dan Kretawarma.
Jayanti
Nahusa
Dewayani
Asokasundari
Yayati
Yadu
Turwasu
Druhyu
Yadu menurunkan
wangsa Yadawa
Keturunan
Yayati
Wangsa
Paurawa
Sakuntala
Duswanta
Bharata
Dinasti
Bharata
Anu
Puru
Puru menurunkan
Watsa
Sarmista
Keluarga
Bharata
Kuru
Yamadi
Para Raja
Hastinapura
Dinasti
Kuru
Sunanda
Pratipa
Gangga
Santanu
Satyawati
Bisma
Citrnggada
Ambika
Wicitrawirya
Ambalika
Gandari
Dretarastra
Kunti
Pandu
Madri
100 Korawa
Dursala
5 Pandawa
2.
^ History of Bharatavarsha
Zoetmulder P.J. (1983), Kalangwan, sastra Jawa Kuno selayang pandang, Penerbit
Djambatan
Daf
tar
kita
Adiparwa Sabhaparwa Wanaparwa Wirataparwa Udyogaparwa Bhismaparwa Dronaparwa Karnaparwa Salyaparwa Sau
Asramawasikaparwa Mosalaparwa Prasthanikaparwa Swargarohanaparwa Hariwangsa
Tok
Abimanyu Adirata Arjuna Abyasa (Byasa) Amba Ambalika Ambika Babruwahana Baladewa
oh
(Balarama) Barbarika Basudewa Bharata Bima Bisma Burisrawa Citrnggada Citrnggad Cekitana Drestadyumna Dreta
pen
wanta Ekalawya Gandari Gangga Hidimba Hidimbi Irawan Janamejaya Jarasanda Karna Kertawarma Krepa Kresna K
ting
a Santanu Satyaki Satyawati (Durgandini) Sisupala Srikandi Subadra Ulupi Utara Wesampayana Widura Wirata (Matsya
Top
ik
terk
Pandawa Korawa Hastinapura Indraprastha Kerajaan yang disebut dalam Mahabharata Kurukshetra Perang di Kurukshetra A
Pandawa dan Korawa Mahabharat dan Kejayaan Mahabharata (serial TV)
ait
Portal Mahabharata
[tampilkan]
Kategori:
Mahabharata
Sastra Hindu
Mitologi Hindu
Wiracarita