Case Report SN DR Asna
Case Report SN DR Asna
Oleh:
Pradipta Sih Utami, S.Ked
J500090025
Pembimbing:
dr. Asna Rosida, Sp.PD
CASE REPORT II
SEORANG LAKI-LAKI 22 TAHUN DENGAN SINDROM NEFROTIK
Yang diajukan Oleh :
Pradipta Sih Utami
1
(...........................)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Asna Rosida, Sp.PD
(...........................)
(...........................)
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Nn. H
Umur
: 22 tahun
II.
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Sukorejo, Ponorogo
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status perkawinan
: Belum menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal rawat di RS
: 7 Agustus 2013
Tanggal pemeriksaan
: 12 Agustus 2013
ANAMNESIS
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis dan aloanamnesis
pada tanggal 12 Agustus 2013.
A. Keluhan Utama
Badan bengkak-bengkak.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS dr. Hardjono dengan keluhan badan bengkakbengkak. Keluahan dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Awalnya muncul
bengkak pada wajah terlebih dahulu. Pasien juga mengeluh mual dan
nafsu makan menurun. Pasien merasa lemas SMRS. Pasien tidak
mengeluh demam, pusing, dan batuk. BAK normal berwarna kuning,
tidak ada darah ataupun lendir. BAB dalam batas normal.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
6. Riwayat maag
: disangkal
7. Riwayat atopi
: disangkal
8. Riwayat opname
: disangkal
9. Riwayat trauma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat atopi
: disangkal
E. Riwayat Pribadi
1. Merokok
: diakui
2. Konsumsi alkohol
: disangkal
: dsangkal
4. Konsumsi jamu
: disangkal
5. Konsumsi kopi
: disangkal
: disangkal
III.
: lemah
Kesadaran
: komposmentis, E4 V5M6
Vital Sign
Tekanan darah
Nadi
Respiratory rate
Suhu
A. Kulit
Ikterik (-), petekie (-),akne (-), turgor cukup, hiperpigmentasi (-), bekas
garukan (-), kulit kering(-), kulit hiperemis (-), sikatrik bekas operasi,
edema (+)
B. Kepala
1. Rambut
Rambut rontok (-)
2. Mata
Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), injeksi konjungtiva (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3
mm, reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
3. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
4. Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
5. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), hiperpigmentasi
(-), lidah tifoid (-), papil lidah atropi (-), luka pada sudut bibir (-), luka
pada langit-langit mulut (-).
C. Leher
leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), JVP R0,
pembesaran kelenjar limfe (-).
D. Thorak
1. Paru
-
Palpasi
Ketinggalan gerak
:
DepanBelakang
Fremitus
Depan Belakang
Perkusi
:
Depan Belakang
-
S:sonor
Auskultasi
-
:
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
Perkusi
Palpasi
-
splenomegali (-).
: defans muskuler (-),nyeri tekan (+) regio epigastrika.
Nyeri tekan
4. Pinggang
5. Ekstremitas
- Superior
H
-
M
G
In
M
-
M
-
M
-
Tr
Hasil
-
C. EKG
-
a.
b.
c.
d.
e.
Frekuensi
Ritme
Jenis irama
Aksis
Morfologi gelombang
: 86 x/menit
: reguler
: sinus
: normal
:gelombang P selalu diikuti gelombang QRS
i. Protein
j. Nitrit
k. Glucosa
Mikroskopis
a. Eritrosit
b. Leukosit
c. Epitel
d. Silinder
e. Parasit
f. Jamur
g. Bakteri
h. Kristal
: +++
::-
(Negatif)
(Negatif)
(Negatif)
:: 2-4
: 2-3
::::: amorf
(0-1/LP)
(0-2/LP)
(0-2/LP)
(Negatif)
(Negatif)
(Negatif)
(Negatif)
(Negatif)
V.
RR
Suhu
2. Pemeriksaan fisik
-Edema pada wajah dan ekstremitas.
3. Pemeriksaan darah rutin
aan
-
Pemeriks Leukosit
Hasil
13,5
Satuan
Nilai
10 ul
normal
4,0
50-70
Granulos -
86,4
10,0
-
it %
-
Trombos
334
103
100-
it
-
MCHC
31,3
gr/dl
300
-
32-36
Pemerik
Hasil
Satuan
saan
-
Asam
9,4
mg/dl
normal
2,4-6,1
urat
-
Albumin Trigliseri -
1,6
170
g/dl
mg/dl
3,5-5
36-165
d
-
CHOL
377
mg/dl
140-
mg/dl
200
-
0-190
LDL
276
Nilai
VI.
-
Daftar
Abnormalitas
-
Bengka
k di wajah dan
n
-
badan, mual,
nafsu makan
menurun,
lemas
Albumi
n : 1,6
Asam
urat : 9,4
Koleste
rol : 377
Triglise
Problem
Hipoalbumi
a
-
Asse
sment
-
Hiperkoleste
Dislipidemi
Proteinuria
edema
Pla
nning
Diagnosa
Sind
rom
rolemia
Hiperlipide
mia
-
Nefrotik
US
G
Abdomen
-
Planning
Pla
nning
Terapi
Monitorin
g
-
tpm
-
Inf PZ 20
Ranitidin
2x1 amp
Simvastatin
1x 10 mg
Albapure
20% 100cc
Furosemid
1-0-0
Dexametaso
n 3x1
Klinis
Vital sign
kimia darah
-UL
rid : 170
LDL :
276
-
Urine :
proteinuria (++
+)
-
D-
ate
-
/8/13
bject
-
Su
Object
Be
KU: lemah
T: 120/80
ngkak di
wajah,
dan
badan
Mu
al
-
Le
mas
Na
fsu
makan
menuru
/8/13
n
-
Be
ngkak di
FOLLOW UP
-
KS: CM
N: 86
x/menit
RR:20
S: 36
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB
(-/-), edema
Thorak: dbn.
Abdomen: peristaltik (+)
Ekstremitas: edema
Lab:
Albumin : 1,6
Asam urat : 9,4
Kolesterol : 377
Trigliserid : 170
LDL : 276
-
KU: lemah
T: 120/80
KS: CM
N: 86
dan
x/menit
RR:20
S: 36
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB
badan
(-/-), edema
wajah,
Asse
Therapy
sment
Hipo - Inf PZ 10 tpm
- Inj ranitidin 2x1 amp
albumin
- Inj dexametason 3x1
Sindr
amp
om nefrotik
- Inj farsix 1-0-0
-
Mu
al
-
Le
Thorak: dbn.
Abdomen: peristaltik (+)
Ekstremitas: edema
KU: sedang
KS: CM
T: 120/80
N: 80
RR: 20
S: 36,5
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB
mas
Na
fsu
makan
menuru
n
0/8/13
1 -
Ed
ema di
wajah sdh
hilang,
mual (-),
BAK
normal
1/8/13
1 -
Kel uhan
sudah
tidak ada,
BAB
lembek,
BAK
normal
(-/-).
-
KU: baik
KS: CM
T: 110/80
N: 72
RR: 20
S: 36,6
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB
Abdomen: dbn
Ekstremitas: dbn
UL:
Protein : +++
(negatif)
Leukosit : 2-4
Thorak: dbn
(0-
2/LP)
Epithel : 2-3
(0-
2/LP)
Kristal :
2/8/13
(negatif)
KU: baik
KS: CM
T: 130/90
N: 80
RR: 20
S: 36,5
K/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB
1 -
Amorf
(-/-).
-
Sinro
m Nefrotik
Inf PZ 10 tpm
Inj ranitidin
2x1 amp
Inj
dexametason 3x1
Thorak: dbn
amp
Inj furosemid
Abdomen: dbn
Ekstremitas: dbn
1-0-0
Simvastatin
1x10 mg
Captopril 3x
6,25
Inj albumin
TINJAUAN PUSTAKA
SINDROM NEFROTIK
-
I.
DEFINISI1.2
-
Sindrom
nefrotik
adalah
sekumpulan
gejala,
yang
EPIDEMIOLOGI1.2
-
III.
FREKUENSI1.2
-
IV.
I. Glomerulonefritis primer:
-
Keganasan
-Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, myeloma
multiple, dan karsinoma ginjal.
Lain-lain :
-
Glomerulonefritis
primer
atau
idiopatik
merupakan
fokal
segmental
(GSFS),
glomerulonefritis
membranoproliferatif
PATOFISIOLOGI
mengerti secara singkat dulu struktur dan fungsi dari ginjal. Ginjal adalah
organ yang berbentuk seperti dua kacang yang ditemukan di punggung
bagian bawah. Ukuran dari ginjal ini sebesar kepalan tangan. Ginjal seperti
penyaring tubuh, yang memindahkan kotoran atau sampah dari darah
melalui urin dan mengembalikan darah bersih ke tubuh. Tiap ginjal ini
memiliki jutaan unit untuk menyaring darah yang disebut glomerolus.
sebagian besar protein melalui urin dan menahan protein di dalam darah.
Yang mendasari gangguan dari sindrom nefrotik adalah peningkatan
permeabilitas dari dinding kapiler glomerolus, yang memicu terjadinya
proteinuria massif dan hipoalbuminemia. Penyebab meningkatnya
permeabilitas tidak dapat dimengerti sepenuhnya. Pada sebagian besar
kejadian,
kehilangan
protein
melalui
urin
memicu
terjadinya
Gbr. Glomerulus
PROTEINURIA
Proteinuria umumnya diterima sebagai kelainan utama pada
Selektivitas protein
Jenis protein yang keluar pada sindrom nefrotik bervariasi
HIPOALBUMINEMIA
Jumlah albumin di dalam badan ditentukan oleh masukan
EDEMA
Ada 2 hipotesis yang menjelaskan terjadinya retensi
menurunnya
menyebabkan
cairan
meningkatnya
permeabilitas
tekanan
merembes
ke
kapiler
onkotik
ruang
intravaskular
interstitial.
glomerulus,
albumin
yang
Dengan
keluar
terus-menerus
menjaga volume
plasma,
selanjutnya
akan
tipe nefrotik dan tipe nefritik. Kelompok pertama (underfill) disebut juga
tipe nefrotik dan yang paling sering terjadi pada SN kelainan minimal
(minimal change nephrotic syndrome = MCNS). Tipe nefrotik ditandai
dengan volume plasma rendah dan vasokonstriksi perifer dengan kadar
renin plasma dan aldosteron yang tinggi. Laju filtrasi glomerulus (LFG)
masih baik dengan kadar albumin yang rendah. Kelompok ke dua
(overfill) disebut tipe nefritis biasanya di jumpai pada SN bukan kelainan
minimal (BKM) atau glomerulonefritis kronik. SN bukan kelainan
minimal pada dasarnya memang suatu glomerulonefritis kronik. Selain
adanya hipervolemia juga sering di jumpai hipertensi, kadar renin dan
aldosteron rendah atau normal dan ANP tinggi.
-
VI.
MANIFESTASI KLINIS
-
umumnya terlihat pada kedua kelopak mata. Edema minimal terlihat oleh
orang tua penderita atau penderitanya sendiri sebelum dokter melihat
pasien untuk pertama kali dan memastikan kelainan ini. Edema dapat
menetap atau bertambah, baik lambat atau cepat atau dapat menghilang
dan timbul kembali. Selama periode ini edema periorbital sering
disebabkan oleh cuaca dingin atau alergi. Lambat laun edema menjad
menyeluruh, yaitu ke pinggang, perut dan tungkai bawah sehingga
penyakit yang sebenarnya menjadi tambah nyata. Sebelum mencapai
keadaan ini orang tua anak atau pasiennya sering mengeluh berat badan
tidak mau naik, namun kemudian mendadak berat badan bertambah dan
terjadinya pertambahan ini tidak diikuti oleh nafsu makan yang meningkat.
Timbulnya edema pada anak dengan SN disebutkan bersifat perlahan-
Gangguan gastrointestinal
Gangguan ini sering ditemukan dalam perjalanan penyakit
SN. Diare sering dialami pasien dalam keadaan edema yang masif dan
keadaan ini rupanya tidak berkaitan dengan infeksi namun diduga
penyebabnya adalah edema di mukosa usus. Hepatomegali dapat
ditemukan pada pemeriksaan fisik, mungkin disebabkan sintesis albumin
yang meningkat, atau edema atau keduanya. Pada beberapa pasien, nyeri
di perut yang kadang-kadang berat, dapat terjadi pada keadaan SN yang
kambuh. Kemungkinan adanya abdomen akut atau peritonitis harus
disingkirkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya. Bila
komplikasi ini tidak ada, kemungkinan penyebab nyeri tidak diketahui
namun dapat disebabkan karena edema dinding perut atau pembengkakan
hati. Kadang nyeri dirasakan terbatas pada daerah kuadran atas kanan
abdomen. Nafsu makan kurang berhubungan erat dengan beratnya edema
Gangguan pernapasan
Oleh karena adanya distensi abdomen dengan atau tanpa
Gangguan Darah
Terjadi
kelainan
pembekuan
darah,
yang
akan
terutama
di
dalam
vena
ginjal
yang
utama.
saat penderita berdiri dan tekanan darah yang rendah (yang bisa
menyebabkan syok). Tekanan darah pada penderita dewasa bisa rendah,
normal ataupun tinggi. Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada
jantung dan otak paling mungkin terjadi pada penderita yang memiliki
diabetes dan penyakit jaringan ikat.
VII.
DIAGNOSIS
-
Infeksi
Kelainan koagulasi dan timbulnya trombosis
Perubahan hormon dan mineral
Pertumbuhan abnormal dan nutrisi
Peritonitis
Anemia
Gangguan tubulus renal
IX.
PENGOBATAN
klinik SN secara drastis, tapi masalah salah satu efek samping obat
terutama bagi anak-anak yang tidak responsif terhadap pengobatan steroid.
Dilaporkan kira-kira 80% anak dengan SN menderita SNKM, dan lebih
dari 90% anak-anak ini bebas edema dan proteinuria dalam 4 minggu
sesudah pengobatan awal dengan kortikosteroid. Cara kerja kortikosteroid
pada GN adalah menghambat sitokin proinflamasi seperti IL-1 alfa atau
TN alfa dan aktifitas transkripsi NFkB yang berperan pada pathogenesis
GN.
-
dibagi
menjadi :
- a. Remisi lengkap
proteinuri minimal (< 200 mg/24 jam)
albumin serum >3 g/dl
kolesterol serum < 300 mg/dl
diuresis lancar dan edema hilang
- b. Remisi parsial
proteinuri <3,5 g/hari
albumin serum >2,5 g/dl
kolesterol serum <350 mg/dl
diuresis kurang lancar dan masih edema
- c. Resisten
klinis dan laboratoris tidak memperlihatkan perubahan atau perbaikan
setelah pengobatan 4 bulan dengan kortikosteroid.
- Pemberian kortikosteroid memberi remisi lengkap pada 67% kasus
SN nefropati lesi minimal, remisi lengkap atau parsial pada 50% SN
membranosa
idiopatik,
kombinasi
metilprednisolon
dan
memberi
efek
antiproteinuri
lebih
besar
pada
Namun
demikian
perlu
diperhatikan
bahwa
OAINS
meningkatkan
risiko
Jika
terjadi
tromboemboli,
harus
diberikan
heparin
penyulit
ekskresi
protein
urin
pada
pasien
SN
karena
PROGNOSIS
-
penderita dan jenis kerusakan ginjal yang bisa diketahui dari pemeriksaan
mikroskopik pada biopsi. Gejalanya akan hilang seluruhnya jika
penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati (misalnya infeksi atau
kanker) atau obat-obatan. Prognosis biasanya baik jika penyebabnya
memberikan respon yang baik terhadap kortikosteroid. Anak-anak yang
lahir dengan sindroma ini jarang yang bertahan hidup sampai usia 1 tahun,
beberapa diantaranya bisa bertahan setelah menjalani dialisa atau
pencangkokan ginjal.
-
terutama terjadi pada dewasa dan pada 50% penderita yang berusia diatas
15 tahun, penyakit ini secara perlahan akan berkembang menjadi gagal
ginjal. 50% penderita lainnya mengalami kesembuhan atau memiliki
proteinuria menetap tetapi dengan fungsi ginjal yang adekuat. Pada anakanak dengan glomerulonefritis membranosa, proteinuria akan hilang
secara total dan spontan dalam waktu 5 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis.
-
Sindroma
membranoproliferatif
nefrotik
memberikan
familial
dan
glomerulonefritis
respon
yang
buruk
terhadap
PEMBAHASAN
bengkak di wajah. Selain itu juga mengeluh mual, lemas, dan nafsu
makannya menurun. Dari pemeriksaan laboratorium, diperoleh kadar
serum albumin 1,6 g/dl (hipoalbuminemia), Trigliserida 170 mg/dl,
Kolesterol
377
mg/dl
(hiperkolesterolemia),
LDL
276
mg/dl
(anasarka),
hipoalbuminemia,
hiperlipidemia
ini tidak diketahui (idiopatik) dan sesuai teori di atas diduga tipe dari lesi
glomerularnya
Kolesterol
trigliserida
meningkat,
serum,
low
sedangkan high
density
lipoprotein (LDL),
density
lipoprotein (HDL)
edema.
Kontrol
proteinuria
dapat
memperbaiki
DAFTAR PUSTAKA
diakses
tanggal
14