Anda di halaman 1dari 18

Bab I Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia, khususnya industri
kimia mengalami peningkatan yang cukup signifikan di tiap
tahunnya. Kemajuan industri mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pembangunan nasional disegala sektor guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indonesia merupakan
negara yang kaya akan sumber daya alamnya, dimana kekayaan
tersebut harus dikelola dengan baik. Agar nantinya dapat
bermanfaat bagi semua orang.
Salah satu kekayaan alam Indonesia yang dapat
memenuhi kebutuhan industri kimia Indonesia dan memiliki
manfaat yang besar untuk kebutuhan manusia adalah hasil olahan
kelapa sawit. Produksi kelapa sawit di Indonesia selalu
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Ketaren
(1986), daerah yang menjadi tempat penanaman kelapa sawit
adalah daerah Jawa Barat (Lebak dan Tanggerang), Lampung,
Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh.
Salah satu hasil olahan dari minyak sawit adalah sabun.
Dan sabun merupakan salah kebutuhan manusia yang mendasar.
Karena hampir semua manusia diseluruh bagian
bumi
menggunakan sabun untuk keperluan hidupnya. Untuk dapat
dipergunakan dalam industri, minyak kelapa sawit harus di proses
terlebih dahulu melalui proses penyulingan, penjernihan dan
penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleaching and
Deodorized Palm Oil). Disamping itu, minyak sawit dapat
diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan
untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein
biasanya digunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan
RBD Stearin digunakan untuk pembuatan margarin dan
shortening, disamping itu juga untuk bahan industri sabun dan
deterjen. Oleh karena itu, bahan baku yang kami gunakan dalam
pembuatan sabun padat adalah RBDPS karena minyak tersebut
Laporan Tugas Akhir

I-1

Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-2

Bab I Pendahuluan
sudah murni sehingga tidak memerlukan proses yang panjang
untuk memurnikannya. Karena sifat RBDPS akan membuat
struktur sabun yang dihasilkan bersifat keras dan sulit berbusa,
maka kami juga menggunakan minyak kelapa sebagai campuran
karena minyak tersebut mengandung asam lemak jenuh yang
tinggi sehingga menghasilkan sabun yang mudah berbusa.
I.1.1. Sejarah
Awal
Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung saat
penggalian di Babilonia kuno adalah fakta tentang pembuatan
sabun sudah diketahui pada tahun 2800 SM. Persembahan di
tabung mengatakan bahwa lemak direbus dengan abu, dimana
hal tersebut adalah metoda pembuatan sabun, tetapi tidak
mengenai kegunaan dari sabun itu.
Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir kuno
terbiasa mandi. Papirus Eber, dokumen kesehatan sekitar
tahun 1500 SM, mendeskripsikan tentang kombinasi minyak
hewani dan nabati dengan garam alkali untuk membuat bahan
sejenis sabun yang berguna untuk menyembuhkan penyakit
kulit dan juga untuk membersihkan tubuh.
Disisi lain, orang Yunani kuno mandi untuk alasan
estetik dan rupanya tidak menggunakan sabun. Mereka
membersihkan tubuh mereka dengan balok lilin, pasir, batu
apung dan abu. Tetapi pada abad ke 2 M, dokter Yunani,
Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih.
Setelah musim gugur di Roma pada tahun 467 M,
kebiasaan mandi menjadi menurun. Menurunnya kebersihan
pribadi dan berhubungan dengan kondisi kehidupan tanpa
sanitasi menambah beratnya wabah besar di abad pertengahan,
dan khususnya Kematian Hitam di abad ke-14.
Pada abad ke-17, kebersihan dan mandi kembali
menjadi kebiasaan di banyak tempat di Eropa. Mandi harian
adalah adat yang biasa di Jepang saat abad pertengahan dan di
Islandia, kolam hangat dengan air dari mata air panas adalah
perkumpulan populer di sabtu sore.
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-3

Bab I Pendahuluan
Zaman Pertengahan
Membuat sabun adalah keahlian yang umum di Eropa
pada abad ke-17. Minyak nabati dan hewani digunakan dengan
arang tanaman dan pewangi. Secara berangsur-angsur jenis
sabun yang lebih banyak lagi tersedia untuk mencukur,
mencuci rambut, mandi dan mencuci.
Italia, Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur
pertama sabun. Orang Inggris mulai membuat sabun saat abad
ke 12. Bisnis sabun sangat baik pada tahun 1622 karena Raja
James I mengabulkan monopoli kepada pembuat sabun untuk
$100.000 setahun. Pada abad ke-19, sabun adalah pajak
tertinggi sehingga menjadi barang mewah di beberapa negara.
Ketika pajak dihapuskan, sabun menjadi tersedia untuk orang
biasa dan standar kebersihan meningkat.
Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial
dimulai pada tahun 1608 dengan datangnya beberapa pembuat
sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai Jamestown,
Virginia. Sabun pertama kali dipatenkan oleh kimiawan
Perancis, Nicholas Leblanc pada tahun 1791. Dimana saat itu
Leblanc membuat sabun dari soda abu atau sodium karbonat
dari garam biasa.
Sains dari pembuatan sabun modern lahir 20 tahun
kemudian oleh Michel Eugene Chevreul, kimiawan Perancis
lainnya. Penelitiannya menjadi dasar untuk pembuatan sabun
dari lemak, gliserin dan asam lemak. Setelah itu, pada
pertengahan 1800-an penemuan oleh kimiawan Belgia, Ernest
Solvay membuat sabun dengan proses amonia, di mana juga
menggunakan sodium klorida untuk membuat soda abu.
Penjelajahan sains ini, bersama dengan pembangunan
dari kekuatan untuk mengoperasikan pabrik, membuat satu
pembuatan sabun di pertunbuhan cepat industri Amerika tahun
1850. Hal ini mengubah sabun dari barang mewah menjadi
kebutuhan sehari-hari.
(Anonim, 2010)1

Laporan Tugas Akhir


Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-4

Bab I Pendahuluan
I.1.2. Alasan pendirian pabrik
Salah satu kebutuhan manusia adalah sabun. Tidak hanya
dalam skala rumah tangga, tetapi sabun juga diperlukan dalam
skala industri. Oleh Karena itu, kebutuhan pasar bagi industri
sabun sangatlah luas. Hal tersebut tentunya sangat
menguntungkan bagi Indonesia yang merupakan negara beriklim
tropis.
I.1.3. Ketersedian bahan baku
Dalam pembuatan sabun, salah satu bahan baku yang
digunakan adalah minyak kelapa sawit yang sudah dimurnikan
(RBDPs). Minyak ini merupakan hasil pemurnian dari minyak
kelapa sawit mentah atau yang sering disebut dengan Crude Palm
Oil (CPO). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dari kisaran
suhu 220 - 320C, sehingga di Indonesia banyak ditumbuhi tanaman
kelapa sawit (Ketaren, 1986).
Menurut status kepunyaannya, perkebunan kelapa sawit
di Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu : perkebunan rakyat,
perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Luas areal
perkebunan kelapa sawit tersebut semakin bertambah secara
bertahap. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel I.1.3.1 dibawah
ini.
Tabel I.1.3.1 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit (ha)
Perkebunan Perkebunan
Perkebunan
Besar
Besar
Total
Tahun
Rakyat
Negara
Swasta
2006
2.549.572
687.428
3.357.914
6.594.914
2007
2.752.172
606.248
3.408.416
6.766.836
2008
2.881.898
602.963
3.878.986
7.363.847
2009
3.061.413
630.512
4.181.368
7.873.294
2010*)
3.077.629
637.485
4.321.317
8.430.027
Keterangan: *)= Angka Sementara
(Ditjen Perkebunan, 2010)

Laporan Tugas Akhir


Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-5

Bab I Pendahuluan
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambahnya luas areal perkebunan kelapa sawit maka semakin
banyak pula CPO yang dihasilkan. Hal tersebut tentunya sangat
berpengaruh terhadap produksi RBDPs yang merupakan salah
satu produk diversifikasi dari CPO.
I.1.4. Kebutuhan dan aspek pasar
Semakin hari trend tentang berbagai macam jenis sabun
semakin marak. Hal tersebut didasari oleh semakin banyak
khasiat yang ditawarkan pada masing-masing jenis produk
membuat para konsumen tertarik. Hal tersebut menyebabkan
industri sabun semakin berlomba-lomba untuk memperbanyak
macam sabun yang diproduksinya.
Berikut adalah data kebutuhan sabun dalam negeri dan
ekspor.
Tabel I.1.4.1 Data produksi, konsumsi, ekspor dan impor
sabun
Produksi Konsumsi
Ekspor
Impor
Tahun
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
2004
54.791,57 55.832,930
6.102,72
5.579,31
2005
62.611,25 65.013,600
8.274,91
4.600,20
2006
65.841,33 70.138,500 14.606,06
3.724,85
2007
79.322,44 85.045,930 13.986,00
2.180,89
2008
89.750,82 96.246,210 24.564,83
1.372,06
2009
93.053,60 101.631,090 26.296,70
245,54
rata-rata
74.228,50
78.984,71
15.638,54
2.950,48
(Data Badan Pusat Statistik,2004-2009)

Dengan indeks peningkatan tiap tahun seperti pada Tabel


I.1.4.2. Dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin lama kebutuhan konsumen akan sabun semakin
meningkat. Hal tersebut tentunya dapat berpengaruh pada
kebutuhan sabun dimasa yang akan datang.
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-6

Bab I Pendahuluan
Tabel I.1.4.2 Data indeks peningkatan produksi, konsumsi,
ekspor dan impor sabun
Tahun Produksi
Konsumsi
Ekspor
Impor
2004
0,000
0,000
0,000
0,000
2005
0,143
0,164
0,356
-0,175
2006
0,052
0,079
0,765
-0,190
2007
0,205
0,213
-0,042
-0,415
2008
0,131
0,132
0,756
-0,371
2009
0,037
0,056
0,071
-0,821
rata
0,095
0,107
0,318
-0,329
I.1.5. Kapasitas dan lokasi pabrik
Untuk menghitung kapasitas produksi pada tahun 2014,
dapat diperoleh dari data Tabel I.1.4.1 dan Tabel I.1.4.2 diatas.
Nilai masa depan (F) dalam arti nilai pada tahun 2014,
dapat dihitung menggunakan rumus F= Fo (1 + i )n
Tabel I.1.4.3 Nilai masa depan produksi, konsumsi, ekspor
dan impor sabun
Produksi
Konsumsi
Ekspor
Impor
Tahun
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
2014 146.190,657 169.136,747 104.420,401 33,474

Kebutuhan pasar :
F = [F (ekspor) + F (konsumsi)] [F (impor) + F (produksi)]
= [104.420,401+169.136,747] [33,474+146.190,657]
= 127.333,017 ton/tahun

Kapasitas pabrik sabun :


= 25 % x Kapasitas produksi total
= 25 % x 127.333,017 ton/tahun
= 31.833,254 ton/tahun
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-7

Bab I Pendahuluan
Jadi kapasitas dari pabrik sabun yang akan didirikan pada
tahun 2014 adalah 32.000 ton/tahun dengan waktu kerja 330 hari.
Lokasi pabrik sabun direncanakan berdiri di Sumatera Barat,
dimana di daerah ini terdapat perkebunan serta pabrik kelapa
sawit dan kelapa yang masing-masing dikelola oleh PT. Kencana
Sawit Indonesia dan PT. Bumi Sarimas Indonesia. Hal ini
berdasarkan pada tujuan pendirian pabrik sabun padat adalah
merupakan diversifikasi produk yang berbahan baku minyak
kelapa sawit.
I.2 Dasar Teori
I.2.1. Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan alkali yang digunakan
dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut.
Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras adalah
NaOH dan alkali yang digunakan pada sabun lunak adalah KOH.
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran
berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat
melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali
membebaskan gliserin. Lemak minyak yang digunakan dapat
berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan
laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat.
Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh
dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik
untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga
sabun yang digunakan dalam industri.
Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga
bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Zat-zat tersebut
dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan
kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan
menggunakannya.
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-8

Bab I Pendahuluan
Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa
digunakan adalah : C12 C18. Jika rantai karbon kurang dari 12
akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon
lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sukar larut.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan
baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun
adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah
kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya
tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat,
natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
(Kasim, 2010)

I.2.2. Macam-Macam Sabun :


1. Sabun Transparan
Sabun transparan ini merupakan sabun tembus pandang yang
tampilannya jernih dan cenderung memiliki kadar rendah.
Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar
mengering.
2. Castile Soap
Sabun yang terbuat dari olive oil ini untuk formulanya aman
dikonsumsi karena tidak mengandung lemak hewani sama
sekali.
3. Deodorant Soap
Sabun ini bersifat sangat aktif untuk menghilangkan aroma
tak sedap pada bagian tubuh. Tidak dianjurkan untuk kulit
wajah karena memiliki kandungan yang cukup keras yang
dapat menyebabkan kulit teriritasi.
4. Acne Soap
Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada
jerawat. Seringkali sabun jerawat ini mengakibatkan kulit
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-9

Bab I Pendahuluan
kering bila pemakaiannya dibarengi dengan penggunaan
produk anti acne lain. Maka kulit akan sangat teriritasi,
sehingga akan lebih baik jika memberi pelembab atau
clarning lotion setelah menggunakan acne soap.
5. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser
Sabun ini memiliki formula khusus seperti pemutih.
Cosmetic soap biasanya memfokuskan formulanya untuk
member hasil tertentu, seperti pada whitening facial soap dan
firming facial soap.
6. Superfatted Soap
Sabun ini memiliki kandungan minyak dan lemak lebih
banyak sehingga terasa lembut dan kenyal. Sabun ini sangat
cocok digunakan untuk kulit kering karena di dalamnya
terdapat kandungan gliserin, petrolium dan beeswax yang
dapat melindungi kulit dan mencegah iritasi serta jerawat.
7. Oatmeal Soap
Sabun yang terbuat dari gandum ini mempunyai kandungan
anti iritasi. Sabun gandum ini lebih baik dalam menyerap
minyak, menghaluskan kulit kering dan sensitif.
8. Natural Soap
Sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap
seperti vitamin, ekstrak buah, minyak nabati, ekstrak bunga,
Aloe vera dan essential oil. Cocok untuk semua jenis kulit
dan kemungkinan membahayakan kulit sangat kecil.

I.2.3. Jenis-jenis Minyak atau Lemak


Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses
pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti
kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah
teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-10

Bab I Pendahuluan
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam
proses pembuatan sabun di antaranya :
1. Tallow
Tallow adalah lemak hewani yang paling umum
digunakan dalam pembuatan sabun. Tallow merupakan produk
yang didapat dari industri pengolahan daging yang diambil dari
lemak sapi dan domba. Kualitas dari tallow ditentukan dari
warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan
FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan
kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi
dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan
sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling
banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar
antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40C.
Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal dengan nama grease.
2. Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak
mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan
asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan
sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang
dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
3. Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai
pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari
pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna
jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid
sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun harus dipucatkan terlebih dahulu.

Laporan Tugas Akhir


Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-11

Bab I Pendahuluan
4. Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering
digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa
berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging
buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang
menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki
kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
5. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip
dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek
lebih rendah daripada minyak kelapa.
6. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari
ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut
aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam
minyak ini adalah stearin.
7. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut.
Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang
cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan
untuk membuat sabun transparan.

Laporan Tugas Akhir


Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-12

Bab I Pendahuluan
9. Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak
zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun
yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi
lembut bagi kulit.
10. Campuran minyak dan lemak
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang
berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak
kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang
saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam
laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah
larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang
tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
(Kasim, 2010)

I.2.4. Minyak Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaises Guinensis JAQC) adalah
tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae,
yang merupakan salah satu sumber utama minyak nabati. Nama
genus Elaises berasal dari bahasa Yunani, yaitu elainon atau
minyak, sedangkan nama species guinensis berasal dari kata
guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin
menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.
Kelapa sawit dikenal terdiri dari 4 (empat) macam tipe atau
varietas yaitu tipe macrocarya, dura, tenera dan pisifera. Masingmasing dibedakan berdasarkan tebal tempurung.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran
suhu 220C sampai 320C. Pada saat ini dikenal bermacam-macam
varietas kelapa sawit yang dibedakan berdasarkan warna kulit dan
bentuk buah. Kulit buah terdiri dari 70% sampai 80% berat buah
kelapa sawit dan 45% sampai 50% kulit buah ini adalah minyak.
Buah ini meliputi kulit, inti, air dan serabut non lemak. Minyak
sawit berasal dari serabut dan minyak inti sawit berasal dari
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-13

Bab I Pendahuluan
tempurung. Minyak sawit yang diekstraksi dikenal dengan Crude
Palm Oil (CPO). CPO merupakan komoditas yang baik saat ini.
Adapun minyak yang dihasilkan dari kelapa sawit terdiri atas:
1. Minyak hasil ekstraksi serabut
Minyak ini dihasilkan dari lapisan serabut atau kulit buah
sawit melalui proses ekstraksi serabut, dimana akan
dihasilkan minyak mentah (CPO) dengan warna merah
kekuning-kuningan oleh adanya zat warna (pigmen karotein
dan klorofil) dalam jumlah besar dan memiliki bau yang
khas. Minyak ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan
minyak goreng, sabun dan margarin.
2. Minyak dari inti sawit
Minyak ini dihasilkan dari inti buah kelapa sawit, yaitu
minyak inti sawit (CPKO) yang memiliki rasa dan bau yang
khas. Minyak ini biasa digunakan sebagai bahan baku
pembuatan margarin.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan non pangan masing- masing
berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran maupun
aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu
minyak sawit sangat ditentukan oleh faktor yang dapat langsung
dilihat dari sifat induknya, penanganan pasca panen atau
kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Pemurnian minyak sawit dilakukan untuk menghilangkan
asam lemak bebas, fosfolipid, bahan-bahan pigmen, dan bahanbahan yang mudah menguap dengan melakukan netralisasi,
pemucatan dan penghilangan bau. Kemudian dilakukan
pemisahan dengan cara didestilasi sehingga terbentuk dua fraksi,
yaitu fraksi liquid yang disebut dengan olein dan fraksi padat
yang dinamakan stearin.
(anonim, 2010)2

I.3 Kegunaan Sabun


Kegunaan utama sabun adalah sebagai bahan pencuci dan
pembersih. Sabun merupakan bahan pencuci dan pembersih yang
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-14

Bab I Pendahuluan
baik karena molekul-molekul sabun dapat terikat baik dengan
molekul nonpolar (seperti lemak dan minyak) ataupun dengan
molekul polar (seperti air). Rantai hidrokarbon pada sabun
bersifat nonpolar dan hidrofobik sehingga dapat mengikat lemak
sedangkan rantai karboksilat bersifat polar dan hidrofilik sehingga
mampu mengikat molekul air. Meskipun lemak ataupun minyak
dapat melekat pada kulit ataupun pakaian, molekul-molekul
sabun dapat menempel pada lemak tersebut sehingga kulit atau
pakaian menjadi lebih mudah untuk dibersihkan.
Berdasarkan kegunaannya, sabun dapat dikelompokkan
menjadi sabun kecantikan dan sabun kesehatan. Sabun kecantikan
mengandung berbagai bahan aditif yang menunjang kecantikan
dan keindahan kulit sedangkan sabun kesehatan mengandung
bahan aditif yang dapat menekan pertumbuhan bakteri seperti zat
antiseptik. Sabun deodorant termasuk dalam sabun kesehatan
sedangkan sabun jerawat termasuk ke dalam sabun kecantikan.
Selain sebagai pembersih kulit dan wajah, sabun juga
digunakan sebagai pembersih dalam industri. Sabun yang mudah
larut seperti kalium dapat digunakan dalam industri tekstil karena
sifat emulsinya yang dapat ditingkatkan sehingga berguna dalam
proses pembersihan serat dan penghilangan lemak pada bahan
yang terbuat dari kulit. Sabun juga digunakan untuk bermacam
jenis produk kosmetik dan mengemulsi polimer.
(Panindoan, 2008)

I.4 Sifat-sifat Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan
sabun padat ini terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
penolong. Yang termasuk bahan baku utama adalah RBDPs dan
NaOH, sedangkan bahan baku penolong adalah air, PAC, HCl,
asam sitrat, brine dan turpinal.
I.4.1. Bahan baku utama
I.4.1.1 RBDPs (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin)
1. Sifat-sifat fisika
:
a. Berbentuk padatan
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-15

Bab I Pendahuluan
b.
c.
d.
e.

Berbau khas
Berat molekul
Titik leleh
Titik didih

: 312 gr/mol
: 20 0C
: 2910C

(Perry, 1997)

2. Sifat-sifat kimia
:
a. - Tidak larut dalam air,
- Sedikit larut dalam alkohol dingin,
- Sangat larut dalam alkohol panas dan eter
b. Dengan alkohol membentuk ester asam lemak
menurut reaksi esterifikasi biasa
c. Rantai alkil (R) bisa berupa rantau karbon jenuh
atau tak jenuh
d. Ikatan karbon tak jenuh dapat dihidrogenasi
membentuk ikatan jenuh
e. Ikatan karbon tak jenuh mudah teroksidasi oleh
oksigen di udara
f. Bersifat asam dalam air, dengan air membentuk ion
H3O+
g. Bereaksi dengan basa membentuk garam
(Othmer , 1976)

I.4.1.2 CNO
1. Sifat-sifat fisika
:
a. Bilangan penyabunan
b. Titik lebur
c. Bilangan iodin
d. Bahan yang tidak tersabunkan

: 250 264
: 23 260C
: 7,5 10,5
: maks 0,5%

(OBrien, 1998)

I.4.1.3 NaOH
1. Sifat-sifat fisika
:
a. Berat molekul
b. Titik didih pada 1 atm
c. Densitas

: 40 gr/mol
: 139 0C
: 2,130 gr/cm3

Laporan Tugas Akhir


Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-16

Bab I Pendahuluan
d. Hf 0 kristal
: -426,73 KJ/mol
e. Kapasitas panas pada 00C : 80,3 J/K.mol
(Perry, 1997)

2. Sifat-sifat kimia
:
a. Termasuk dalam golongan basa kuat, sangat larut
dalam air
b. Bereaksi dengan CO2 di udara membentuk Na2CO3
dan air
c. Bereaksi dengan asam membentuk garam
d. Bereaksi dengan Al2O3 membentuk AlO2- yang
larut dalam air
e. Bereaksi dengan halida (X) menghasilkan NaOX
dan asam halida
f. Bereaksi dengan trigliserida membentuk sabun dan
gliserin
g. Bereaksi dengan ester membentuk garam dan
senyawa alkohol
(Othmer, 1976)

I.4.2. Bahan baku penolong


I.4.2.1. Larutan garam (Brine)
1. Sifat-sifat fisika
:
a. Zat cair bening
b. Tidak berbau
c. pH
: 6,5 8,5
d. Titik beku
: -10 0C
e. Titik didih
: > 100 0C
2. Sifat-sifat kimia
:
a. Dapat bercampur dengan air
b. Tidak mudah terbakar
(Nova Chemical, 2010)

I.4.2.2. Parfum
1. Sifat-sifat fisika
a. Specific gravity

:
: 0,992
Laporan Tugas Akhir

Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-17

Bab I Pendahuluan
b. Vapor density
c. Flash Point
2. Sifat-sifat kimia
a. Tidak larut dalam air

: Lebih besar dari udara


(> 1)
: 230oC
:

(Seidel,Robert, 2010)

I.4.2.3. Pewarna
1. Sifat-sifat fisika
a. Berbentuk bubuk
b. Berwarna biru
c. Tidak berbau
2. Sifat-sifat kimia
b. Tidak larut dalam air

(Anonim, 2007)

I.4.3. Produk
I.4.3.1. Produk utama
: sabun padat
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku
tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air.
Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa+ H2O
CH3(CH2)16COOH
+ OHa. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan
menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi
pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca
dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4
Na2SO4 +
Ca(CH3(CH2)16COO)2
b. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini
disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
Laporan Tugas Akhir
Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) dan CNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

I-18

Bab I Pendahuluan
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena
sabun mempunyai gugus polar dan non polar.
Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen
CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic
sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat
hidrofilik dan larut dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak,
hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran non polar)
Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan
juga memisahkan kotoran polar)
(Kasim, 2010)

I.4.3.2. Produk samping


: gliserin
1. Sifat-sifat fisika
:
a. Berat Molekul
: 92 gr/mol
b. Titik leleh pada 1 atm
: 17,9 0C
c. Titik didih pada 1 atm
: 290 0C
d. Densitas
: 1,26 gr/cm3
e. Hf 0
: 139,8 kcal/mol
(Perry, 1997)

2. Sifat-sifat kimia
:
a. Zat cair bening, lebih kental dari air dan rasanya manis
b. Larut dalam air dan alkohol dengan semua
perbandingan
c. Tidak larut dalam eter, benzene dan kloroform
d. Senyawa turunan alkohol (polialkohol) dengan tiga
gugus OH
e. Dengan asam nitrat membentuk gliserol trinitrat
f. Bersifat higroskopis sehingga digunakan sebagai
pelembab
g. Bereaksi dengan kalsium bisulfat membentuk
akrolein
(Othmer, 1976)

Laporan Tugas Akhir


Pabrik Sabun Padat dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearine) danCNO
(Coconut Natural Oil) Menggunakan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu

Anda mungkin juga menyukai