Anda di halaman 1dari 14

LESSON STUDY

(KAJIAN PEMBELAJARAN)
A. Sejarah Lesson Study
Lesson Study pada awalnya dimulai dengan pengkajian materi
kurikulum (jugyou kenkyuu) oleh Makoto Yoshida yang berfokus pada
pengajaran matematika bagi guru-guru di Jepang. Kajian tersebut didasarkan
pada kurikulum matematika di U.S yang dirancang berbasis temuan-temuan
penelitian unggul. Kajian tersebut melahirkan suatu perubahan paradigma
tentang materi kurikulum dari memanjakan menuju pada pemberdayaan
potensi siswa.
Lesson study telah diperaktekan secara tekun dan terus menerus di
Jepang sejak seabad lalu sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan. Lesson
study sudah menjadi budaya sekolah-sekolah Jepang terutama pada tingkat
pendidikan dasar sehingga mutu pendidikan merata di Jepang, baik di kota
maupun di desa. Peningkatan mutu pendidikan meningkatkan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang bermutu dan berakibat terhadap kemajuan bangsa jepang
walaupun mereka tidak memiliki SDA yang banyak. Pakar-pakar pendidikan
di Amerika, Eropa, dan Australia belajar lesson study dari Jepang dan
mengembangkannya di negara masing-masing.
Pengembangan lesson study di Indonesia di awali dengan Piloting,
melakukan inovasi pembelajaran MIPA berbasis hand-on activity, daily life,
dan local materials di beberapa sekolah di Bandung oleh UPI (Universitas
Pendidikan Indonesia), di Yogyakarta oleh UNY (Universitas Negeri
Yogyakarta), dan di Malang oleh UM (Univeritas Negeri Malang) sejak tahun
2001, pada pertengahan implementasi IMSTEP (Indonesia Matematics and
Science Teacher Education Project) yang didukung oleh JICA (Japan
International Cooperation Agency) dan direktorat jendral pendidikan tinggi.
Program piloting merupakan salah satu kegiatan dari IMSTEP. Kegiatan
IMSTEP terutama difokuskan pada pengembangan lembaga (capacity

building) universitas sasaran, anatara lain pengembangan kurikulum program


pre- dan in-service dan penulisan buku untuk mahasiswa. Empat puluh judul
buku dalam bidang matematika, kimia, fisika dan biologi telah diterbitkan
oleh poenerbit UM Press dan didistribusikan keseluruh LPTK sebagai buku
rujukan. Program piloting memberikan hasil positif dalam artian dapat
memotivasi siswa aktif belajar. Sekolah sasaran program piloting adalah 2
SMP dan 2 SMA perkota sasaran. Sayang, partisipasi guru dalam program
piloting sanagt terbatas pada 4 guru persekolah. Program IMSTEP kemudian
dilanjutkan dengan program Follow-up IMSTEP yang mengembangkan
model diseminasi program piloting yang diberi nama lesson study dengan
melibatkan MGMP (musawarah guru mata pelajaran) matematika dan IPA
dikota sasaran sehingga partisipan mencapai 30 saampai 50 guru. Selanjutnya
lesson study tersebut diformulasikan sesuai dengan budaya indonesia yang
didefinisikan sebagai model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui
kajian

pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan

prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas


belajar.
B. Pengertian Lesson Study (Kajian Pembelajaran)
Lesson Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou
(instruction = pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research
= penelitian atau study = kajian). Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya
jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikanperbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut
dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru.
Lewis (2002) mendeskripsikan proses-proses tersebut sebagai
langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan),
mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran
(lessons). Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa Lesson study adalah suatu
proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif,

percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan


yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit.LS
pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang
memiliki implikasi praktis dalam pendidikan.
Jadi Lesson Study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk
meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru
secara

kolaboratif

dan

berkesinambungan

dalam

merencanakan,

melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran yang dapat


mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang
secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran
individual maupun manajerial.
C. Tujuan Dan Ciri-Ciri Lesson Study
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study
memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2)
memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru
lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara
sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan
pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru
lainnya.
Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri dari
Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap
beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang.
Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan
bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang
dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan
kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa,
pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang

menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan


sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang
dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta
sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat dari pengembangan dan pembelajaran
yang dilakukan siswa
Misalnya apakah siswa menunjukan minat dan motivasinya dalam belajar,
bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa
melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainnya yang
berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
4. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan
pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan
minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam
kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan
guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta
kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan
demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara
guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas
yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah
5. Observasi pembelajaran secara langsung.
Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study.
Untuk

menilai

kegiatan

pengembangan

dan

pembelajaran

yang

dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari
tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara
langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh
tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan
sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape

atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan
sebagai pengganti.
D. Pelaksanaan Lesson Study
Lesson Study sebagai kegiatan kolaboratif seharusnya dimulai dari
kepala sekolah bersama guru sebagai inisiator. Pelaksana Lesson Study
bergantung kepada model Lesson Study. Model pertama adalah Lesson Study
Berbasis Sekolah yang dilakukan dengan melibatkan semua guru dari
berbagai bidang studi serta kepala sekolah.
Berarti, Lesson Study berbasis

sekolah

dilaksanakan

untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran setiap bidang studi.Seluruh guru harus


terlibat langsung dalam setiap tahapan Lesson Study, yaitu merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksi.Dalam Hendayana dkk. (2006 : 10) ditegaskan
bahwa setiap guru berkesempatan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
1. Identifiaksi masalah pembelajaran.
2. Mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan.
3. Memilih alternatif model pembelajaran yang digunakan.
4. Merancang rencana pembelajaran.
5. Mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang
dipilih.
6. Melaksanakan pembelajaran.
7. Mengobservasi proses pembelajaran.
8. Mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa
di kelas.
9. Melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas.
10. Mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk
kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya.
Pada pelaksanaannya, sekolah mungkin saja melibatkan pihak luar sebagai
tenaga ahli seperti dosen dari perguruan tinggi atau undangan lain yang
dirasakan perlu dan berkepentingan.
Model kedua dari Lesson Study adalah Lesson Study Berbasis
Kelompok Guru.Kelompok guru biasanya berdasarkan bidang studi pada
wilayah kerja tertentu, misalnya MGMP atau KKG. Kegiatan Lesson Study

biasanya dikoordinir oleh kelompok guru tersebut dan dibina oleh dinas
pendidikan yang terkait. Beberapa tim ahli dari dosen juga dilibatkan beserta
para mahasiswa dengan bidang yang sama. Hal ini bertujuan agar terjadi
kerjasama ilmiah di antara praktisi pendidikan.
E. Siklus Lesson Study
Lesson Study dapat berfungsi sebagai salah satu upaya pelaksanaan
program in-service training bagi para guru.Upaya tersebut dilakukan secara
kolaboratif dan berkelanjutan.Pelaksanaanya adalah di dalam kelas dengan
tujuan memahami siswa secara lebih baik.Lesson Study dilaksanakan secara
bersama-sama dengan guru lain. Lesson Study merupakan salah satu strategi
pengembangan profesi guru.
Kelompok guru mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama,
salah seorang guru ditugasi melaksanakan pembelajaran, guru lainnya
mengamati belajar siswa. Proses ini dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru-guru berkumpul dan melakukan tanya
jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun
pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi.
Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson Study
juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam
mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara
lebih sederhana, siklus lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian
kegiatan: Planning-Doing-Seeing (Plan-Do-See) (Saito, et al. (2005).Ketiga
kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran berorientasi praktik.
1. Perencanaan (Plan)
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang
diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Dalam perencanaan, guru secara kolaboratif berbagi ide menyusun
rancangan pembelajaran untuk menghasilkan cara-cara pengorganisasian

bahan ajar, proses pembelajaran, maupun penyiapan alat bantu


pembelajaran. Sebelum diimplementasikan dalam kelas, rancangan
pembelajaran yang telah disusun kemudian disimulasikan.Pada tahap ini
ditetapkan prosedur pengamatan dan instrumen yang diperlukan dalam
pengamatan.
2. Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan lesson study bertujuan untuk mengimplementasikan
rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu
guru berperan sebagai pelaksana lesson study dan guru yang lain sebagai
pengamat. Fokus pengamatan bukan pada penampilan guru yang
mengajar, tetapi lebih diarahkan pada kegiatan belajar siswa dengan
berpedoman pada prosedur dan insturumen yang telah disepakati pada
tahap perencanaan. Pengamat tidak diperkenankan mengganggu proses
pembelajaran.
3. Refleksi (See)
Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan pembelajarn.Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan
dari pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat.Kritik dan
saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan
disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru
yang membelajarkan.Masukan yang positif dapat digunakan untuk
merancang kembali pembelajaran yang lebih baik.
DO
(melaksanakan)

PLAN
(merencanakan)

SEE
(merefleksi)

Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru, apabila dia
melaksanakan lesson study secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut
sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru (Lewis,
2002), yaitu:
(1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok,
dan bidang studi,
(2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat
dikembangkan,
(3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan,
(4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai
(5)
(6)
(7)
(8)

yang berkaitan dengan siswa,


merancang pembelajaran secara kolaboratif,
mengkajisecara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa
mengembangkanpengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan
melihat hasil pembelajaransendiri melalui mata siswa dan kolega.

F. Kelebihan Lesson Study sebagi Suatu Inovasi Pendidikan


Sebagai model pembinaan guru, Lewis, Perry, dan Hurd (2003,
Hendayana, dkk, 2006:38) mengemukakan keunggulan atau kelebihan Lesson
Studysebagai berikut:
a) Meningkatnya pengetahuan tentang materi ajar
b) Meningkatnya pengetahuan tentang pembelajaran
c) Meningkatnya kemampuan mengobservasi aktivitas belajar
d) Semakin kuatnya hubungan kolegalitas
e) Semakin kuatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran seharihari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai
f) Semakin meningkatnya motivasi untuk selalu berkembang
g) Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran
G. Masalah-Masalah Dalam Implementasi Lesson Study Sebagai Suatu
Inovasi Pendidikan
Pelaksanaan Lesson Study melibatkan berbagai pihak-pihak yang
terkait, tidak hanya guru, tetapi pihak dinas kependidikan, dosen dan

mahasiswa. Dari beberapa pengalaman yang dilaksanakan di Indonesia, tidak


sedikit masalah-masalah yang muncul mulai dari sumber daya manusia,
sarana prasarana, atau kebijakan teknis. Berikut ini akan dipaparkan tentang
masalah-masalah yang teridentifikasi berkaitan dengan pelaksanaan Lesson
Study sebagai suatu Inovasi dalam Pendidikan (Hendayana dkk., 2006).
1) Faktor Sumber Daya Manusia
Lesson Study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif
pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa
yang terlibat dalam Lesson Study tergantung model Lesson Study yang
digunakan. Jika yang digunakan adalah Lesson Study berbasis sekolah
maka yang terlibat adalah guru-guru dan kepala sekolah pada suatu
sekolah.Sedangkan jika Lesson Study berbasis KKG atau MGMP,
maka yang dilibatkan guru-guru dalam suatu gugus kerja, misalnya
untuk guru sekolah dasar dalam suatu Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, berbagai pihak dari dinas terkait, termasuk
pengawas juga dapat dilibatkan. Sementara untuk pertimbangan ahli
dapat

melibatkan

dosen

dan

mahasiswanya

sebagai

sarana

pembelajaran dan latihan di lapangan.Berdasarkan hal tersebut, salah


satu faktor kesuksesan Lesson Study sebagai inovasi dalam pendidikan
adalah bagaimana pihak-pihak yangdisebutkan di atas dapat bertemu,
menggagas bersama-sama dan kemudian melaksanakan kegiatan
Lesson Study.Hal ini terutama bagi guru dan kepala sekolah sebagai
ujung tombak inovasi.Tentunya pihak sekolah perlu didorong oleh
kebijakan serta didukung oleh tenaga ahli dari universitas. Beberapa
masalah yang terjadi dalam pelakanaan Lesson Study berkaitan dengan
sumber daya manusianya adalah:
Belum seragamnya pemahaman tentang Lesson Study.
Terjadinya kesenjangan dalam memahami kegiatan Lesson
Study dapat menimbulkan beda pendapat, seperti apakah

munculnya ide inovasi dalam pembelajaran harus dimulai dari


guru atau dari dosen. Pendapat pertama berimplikasi dosen
tidak terlalu aktif karena hanya memonitor dan mendapatkan
laporan. Sementara pendapat yang kedua, dosen lebih aktif

mendorong inovasi dalam pembelajaran.


Kesiapan kerja sama. Mungkin saja terjadi ketika memilih
guru yang akan tampil untuk mengujicobakan suatu inovasi
pembelajaran. Guru yang akan tampil masih dipersepsikan
harus mempersiapkan segalanya, padahal itu dilakukan oleh
tim kerja semuanya. Guru yang tampil merasa menjadi pusat
perhatian dan dinilai, padahal fokus pelaksanan Lesson Study
bukan

kepada

bagaimana

guru

mengajar

tetapi

lebih

difokuskan pada aktivitas siswa dalam merespon pembelajaran

yang dilakukan oleh guru.


Koordonasi. Walaupun sudah melalui tahap sosilsisasi, secara
teoritis bahwa keinginan meningatkan mutu pembelajaran
seharusnya keluar dari niat para guru. Tapi mengingat berbagai
kesibukan sekolah terkadang niat ini terlupakan, terlebih
sulitnya menentukan waktu yang pas agar semua pihak dapat
terlibat.

2) Faktor Sarana Prasarana


Dalam pelaksanaan Lesson Study, sarana yang dibutuhkan tidak lah
sulit karena kegiatan ini berbasis kegiatan sekolah sehingga tempat
pelaksanaan di lakukan di suatu sekolah.Yang diperlukan hanyalah ijin
dari pihak sekolah.Adapun yang sering menjadi kendala adalah justru
biaya operasional pelaksanaan Lesson Study, meliputi transport, alatalat pembelajaran, dan konsumsi pelaksanaan.

Akan tetapi, sering terjadi kesulitan menentukan lokasi sekolah tempat


pelaksanaan

terutama

yang

menunjang

pelaksanaan

Lesson

Study.Ruang kelas sering tidak memadai untuk dimasuki para observer


dengan jumlah yang sedikit banyak. Alat-alat pembelajaran yang
bervariasi harganya tentunya membutuhkan alokasidana khusus yang
teranggarkan.

3) Faktor Kebijakan Teknis


Dari beberapa pengalaman pelaksanaan Lesson Study di Indonesia itu
masih di dorong oleh proyek IMSTEP.Perguruan tinggi yang
membidani Lesson Study di Indonesia menjadi ujung tombak dalam
menyosialisasikan Lesson Study baik melalui seminar, maupun
pengembangan kegiatan di daerah yang lainnya.
Selama inisiatif dari sekolah sendiri masih kurang, maka inisiatif dapat
dimulai dari Dinas Pendidikan Daerah.Inisiatif ini sangat penting
untuk mendongkrak mutu pendidikan.Selama ini keberadaan KKG dan
MGMP belum optimal sebagai wadah peningkatan mutu guru. Dalam
berbagai situasi, tanpa ada kebijakan teknis dari dinas pelaksanaan
Lesson Study sulit untuk terjadi.
H. Upaya Untuk Mengatasi Masalah
Mengingat pentingnya Lesson Study sebagai Inovasi Pendidikan, maka
perlu diupayakan usahan untuk mengatasi masalah-masalah yang telah
diungkapkan di atas. Menurut Roger (1983), suatu inovasi akan diterima
dengan cepat atau tidaknya bergantung kepada hal-hal berikut, yaitu:
a) Keuntungan

relatif,

yaitu

sejauhmana

inovasi

dianggap

menguntungkan bagi penerimanya, dari segi-segi : ekonomi, faktor


status sosial, kesenangan atau kepuasan.

b) Kompatibel, yaitu tingkat kesesuian inovasi dengan nilai, pengalaman,


dan kebutuhan penerima.
c) Kompleksitas,

yaitu

tingkat

kesukaran

utuk

memahami

dan

menggunakan inovasi bagi peneriman.


d) Triabilitas, ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima.
e) Dapat diamati, ialah mudah tidaknya suatu hasil inovasi.
Sementara keputusan suatu inovasi itu akan diadaptasi atau tidaknya
mengikuti 5 langkah, yaitu : (1) pengetahuan tentang inovasi, (2) bujukan dan
imbauan, (3) penetapan atau keputusan, (4) penerapan, dan (5) konfirmasi.
Berdasarkan asumsi teori tersebut, maka pelu ditinjau dari sudut pandang
mana masalah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Lesson Study sebagai
inovasi pendidikan.
Masalah Sumber Daya Manusia
Masalah sumberdaya manusia selalu menjadi hambatan dalam setiap
usaha inovasi, baik cara pandang, prilaku, kebiasaan atau peresepsi
tentang suatu inovasi. Oleh karena itu, dalam kasus pelaksanaan
Lesson Study di Indonesia faktor inisiatif dari guru dan sekolah
maapun dinas terkait masih kurang. Bebrapa hal yang dapat
dilakuakan adalah:

Mengintensifkan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk menyebarkan


pengetahuan dan pengalaman pelaksanaan Lesson Study.

Melibatkan guru-guru dalam kegiatan ilmiah tersebut.

Mengembangkan model-model percontohan kegiatan Lesson


Study.

Meningkatkan partisipasi KKG dan MGMP dalam kegiatan


Lesson Study bahkan dapat dijadikan sebagai pelaksana di
lapangan.

Masalah Sarana Prasarana


Sarana yang digunakan dalam kegiatan Lesson Study tidak lah sulit
untuk dicari.Hanya saja sulitnya mencari sekolah yang memiliki
kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan terutama di daerah.Biaya yang
tidak kalah pentingnya adalah biaya operasional kegiatan yang sering
menjadi kendala terutama jika kegiatan Lesson Study tidak berbasis
proyek. Beberapa hal yang dapat dialakukan untuk memecahkannya
adalah:

Mengembangkan

komitmen

dinas

pendidikan

untuk

mengalokasikan kegiatan Lesson Study

Mengembangkan komitmen sekolah dalam mengalokasikan


biaya operasinal bagi guru yang terlibat dalam Lesson Study

Pihak perguruan tinggi mengembangkan proyek-proyek Lesson


Study untuk diajukan pada lembaga-lembaga pemerintah atau
internasional.

Masalah Kebijakan Teknis


Kebijakan pelaksanaan Lesson Study sudah direspon dengan baik oleh
pemerintah pusat.Hanya saja, pelaksana program pendidikan tingkat
daerah belum semuanya mengadaptasi Lesson Study sebagai sebuah
inovasi. Padahal kebijakan teknis tingkat daerah sangat dibutuhkan
untuk mendorong sekolah-sekolah.Oleh karena itu, perlu usaha
sosialisasi dan persuasi yang lebih intensif dengan pemerintah daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta:Gaya Media
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai