(KAJIAN PEMBELAJARAN)
A. Sejarah Lesson Study
Lesson Study pada awalnya dimulai dengan pengkajian materi
kurikulum (jugyou kenkyuu) oleh Makoto Yoshida yang berfokus pada
pengajaran matematika bagi guru-guru di Jepang. Kajian tersebut didasarkan
pada kurikulum matematika di U.S yang dirancang berbasis temuan-temuan
penelitian unggul. Kajian tersebut melahirkan suatu perubahan paradigma
tentang materi kurikulum dari memanjakan menuju pada pemberdayaan
potensi siswa.
Lesson study telah diperaktekan secara tekun dan terus menerus di
Jepang sejak seabad lalu sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan. Lesson
study sudah menjadi budaya sekolah-sekolah Jepang terutama pada tingkat
pendidikan dasar sehingga mutu pendidikan merata di Jepang, baik di kota
maupun di desa. Peningkatan mutu pendidikan meningkatkan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang bermutu dan berakibat terhadap kemajuan bangsa jepang
walaupun mereka tidak memiliki SDA yang banyak. Pakar-pakar pendidikan
di Amerika, Eropa, dan Australia belajar lesson study dari Jepang dan
mengembangkannya di negara masing-masing.
Pengembangan lesson study di Indonesia di awali dengan Piloting,
melakukan inovasi pembelajaran MIPA berbasis hand-on activity, daily life,
dan local materials di beberapa sekolah di Bandung oleh UPI (Universitas
Pendidikan Indonesia), di Yogyakarta oleh UNY (Universitas Negeri
Yogyakarta), dan di Malang oleh UM (Univeritas Negeri Malang) sejak tahun
2001, pada pertengahan implementasi IMSTEP (Indonesia Matematics and
Science Teacher Education Project) yang didukung oleh JICA (Japan
International Cooperation Agency) dan direktorat jendral pendidikan tinggi.
Program piloting merupakan salah satu kegiatan dari IMSTEP. Kegiatan
IMSTEP terutama difokuskan pada pengembangan lembaga (capacity
kolaboratif
dan
berkesinambungan
dalam
merencanakan,
menilai
kegiatan
pengembangan
dan
pembelajaran
yang
dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari
tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara
langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh
tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan
sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape
atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan
sebagai pengganti.
D. Pelaksanaan Lesson Study
Lesson Study sebagai kegiatan kolaboratif seharusnya dimulai dari
kepala sekolah bersama guru sebagai inisiator. Pelaksana Lesson Study
bergantung kepada model Lesson Study. Model pertama adalah Lesson Study
Berbasis Sekolah yang dilakukan dengan melibatkan semua guru dari
berbagai bidang studi serta kepala sekolah.
Berarti, Lesson Study berbasis
sekolah
dilaksanakan
untuk
biasanya dikoordinir oleh kelompok guru tersebut dan dibina oleh dinas
pendidikan yang terkait. Beberapa tim ahli dari dosen juga dilibatkan beserta
para mahasiswa dengan bidang yang sama. Hal ini bertujuan agar terjadi
kerjasama ilmiah di antara praktisi pendidikan.
E. Siklus Lesson Study
Lesson Study dapat berfungsi sebagai salah satu upaya pelaksanaan
program in-service training bagi para guru.Upaya tersebut dilakukan secara
kolaboratif dan berkelanjutan.Pelaksanaanya adalah di dalam kelas dengan
tujuan memahami siswa secara lebih baik.Lesson Study dilaksanakan secara
bersama-sama dengan guru lain. Lesson Study merupakan salah satu strategi
pengembangan profesi guru.
Kelompok guru mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama,
salah seorang guru ditugasi melaksanakan pembelajaran, guru lainnya
mengamati belajar siswa. Proses ini dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru-guru berkumpul dan melakukan tanya
jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun
pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi.
Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson Study
juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam
mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara
lebih sederhana, siklus lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian
kegiatan: Planning-Doing-Seeing (Plan-Do-See) (Saito, et al. (2005).Ketiga
kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran berorientasi praktik.
1. Perencanaan (Plan)
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang
diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Dalam perencanaan, guru secara kolaboratif berbagi ide menyusun
rancangan pembelajaran untuk menghasilkan cara-cara pengorganisasian
PLAN
(merencanakan)
SEE
(merefleksi)
Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diperoleh oleh guru, apabila dia
melaksanakan lesson study secara berkesinambungan. Ke-8 peluang tersebut
sangat erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru (Lewis,
2002), yaitu:
(1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok,
dan bidang studi,
(2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat
dikembangkan,
(3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan,
(4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai
(5)
(6)
(7)
(8)
melibatkan
dosen
dan
mahasiswanya
sebagai
sarana
kepada
bagaimana
guru
mengajar
tetapi
lebih
terutama
yang
menunjang
pelaksanaan
Lesson
relatif,
yaitu
sejauhmana
inovasi
dianggap
yaitu
tingkat
kesukaran
utuk
memahami
dan
Mengembangkan
komitmen
dinas
pendidikan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta:Gaya Media
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada