Kelas: B
Kelompok : 9
Disusun Oleh :
PALUPI SURYA K
G1B010071
FEN ANGGRAYEDI
L1A006131
TRI FITHRIYYATI
G1B011011
RATNA JUWITA
G1B011015
IRFAN FEBIARY
G10B011026
1. Umur
Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa prevalensi hipertensi akan
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena pada usia
tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah
darah ke otak dan alat vital lainya. Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai
melemah dan dinding pembuluh darah menebal.
2.
Genetik
Hipertensi akibat dari riwayat keluarga disebabkan faktor genetik pada
pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer.
Keluhan hipertensi seperti pusing, cepat marah, dan telinga berdenging selain
gejala lain seperti mimisan, sukar tidur dan sesak napas. (Slamet,2001).
D. Tahap Penyakit Lanjut
Merupakan tahap saat akibat dari penyakit mulai terlihat, hipertensi yang
tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung dalam waktu yang snagat lama
akan menimbulkan komplikasi. Berikut ini komplikasi dari Hipertensi:
a. Jantung
Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan peningkatan kekakuan dinding
terhadap pengisian diastolik dan gelombang a (sistol atrium) yang
menonjol pada ekokardiografi. Gagal ventriker kiri (sistolik dan
diastolik) dapat terjadi, seringkali tanpa dilatasi ventrikel. Penyakit
jantung koroner sering terjadi pada hipertensi dan bersamaan dengan
disfungsi ventrikel kiri yang mungkin menyebabkan tingginya angka
kematian penyakit jantung (Huon,2003).
b. Stroke
Selama stroke, tekanan darah darah dapat meningkat secara akut dan
perlu kehati-hatian untuk menurunkannya teralalu cepat atau
mendadak. Resistensi vakular serebral akan meningkat karena efek
hipertensi jangka panjang (Huon,2003).
c. Gagal Ginjal
Hilangnya kemampuan pemekatan urin akan menyebabkan nokturia.
Mikroalbuminuria berlanjut dengan proteinuria yang lebih hebat dan
penurunan bersihan kreatinin. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal tahap
akhir dan memerlukan dialisis. Pada hipertensi hebat yang dipercepat,
gagal ginjal akut sering terjadi dan merupakan penyebab utama
kematian jika hipertensi tidak diterapi dengan tepat (Huon,2003).
E. Tahap Terminal
Tahap terminal merupakan tahap dari akhir penyakit, pada hipertensi tahap
terminal yaitu sebagai karier dimana penyakit sudah sembuh pada saat itu namun
suatu saat penyakit dapat kembali muncul lagi apabila pola makan tidak dijaga
atau mengalami stress. Selain karier hipertensi dapat berlangsung kronik, selain
Buah-buahan
Dengan mengkonsumsi buah secara teratur dapat menurunkan resiko
hipertensi. Buah yang mengandung zat kimia tanaman (phytochemichal) yang
penting, seperti flavonoids, sterol, dan phenol dapat mengurangi bahaya
Serat
Asupan serat yang dibutuhkan oleh tubuh sebesar 25gr/hari. Asupan tinggi
serat terutama jenis kasar (crude fiber) berkaitan dengan pencegahan
hipertensi. Apabila asupan seratnya rendah, maka dapat menyebabkan obesitas
yang berdampak terhadap peningkatan tekanan darah dan penyakit
degeneratif.
Karbohidrat jenis kompleks
Karbohidrat jenis kompleks seperti nasi, pasta, kentang, roti lebihaman bagi
penderita hipertensi daripada karbohidrat sederhana seperti gula, manisan atau
soda. Hal ini dikarenakan gula sederhana lebih mudah meningkatkan kadar
tekanan darah.
b. Memelihara berat badan
Menjadi gemuk meningkatkan risiko mengalami tekanan darah tinggi. Bahkan,
tekanan darah meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan. Sehingga perlu
dilakukan pemeliharaan berat badan agar tetap ideal dengan mengatur pola makan.
c. Menjadi aktif secara fisik
Merupakan salah satu langkah paling penting yang dapat anda ambil untuk mencegah
atau mengontrol tekanan darah tinggi. Hal ini juga membantu mengurangi risiko
penyakit jantung. Tidak perlu banyak upaya untuk menjadi aktif secara fisik.
2. Pencegahan Sekunder
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi dan mendeteksi penyakit
dalam tahap awal. Dengan deteksi dan diagnosis dini. Dimungkinkan untuk menyembuhkan
penyakit, meminimalkan komplikasi, dan membatasi kecacatan. Pencegahan sekunder
hipertensi.
1. Deteksi dini dengan secara aktif (skrining)
Skrining bertujuan untuk mencari penderita secara dini untuk penyakit yang secara
klinis belum tampak pada penduduk secara umum atau pada kelompok resiko tinggi.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan
Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)
Tujuan dibentuknya Posbindu PTM adalah untuk mendeteksi faktor resiko PTM oleh
masyarakat, terselenggaranya penanganan faktor resiko PTM oleh masyarakat serta
upaya pemantauan masyarakat terhadapnya. Kegiatan di posbindu, di antaranya,
berupa pengecekan kadar kolesterol, gula darah, hingga tekanan darah. Kegiatan yang
dilaksanakan di Posbindu berupa wawancara, penimbangan, pengukuran tekanan
darah, biokimia, konseling dan olah raga bersama.
Program pengendalian PTM merupakan program baru yang meliputi penyakitpenyakit yang semakin marak di masa mendatang yang sangat erat hubungannya
dengan pola gaya hidup modern seperti penyakit hipertensi, penyakit jantung, dan
pembuluh darah, stroke, kencing manis, asma, osteoporosis, gagal ginjal kronis,
kanker payudara, kanker serviks, kecelakaan lalu lintas dan kekerasan dalam rumah
tangga diharapkan melalui Posbindu masyarakat lebih mudah dan murah dalam
mendeteksi faktor resiko PTM secara dini.
3.
e. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonise, serta sumberprotein hewani
yang mengandung banyak kolesterol, sepertidaging merah (baik sapi apalagi
kambing), kuning telur, dankulit ayam.
f. Penyedap makanan.
g. Alkohol serta makanan yang mengandung alcohol
h. Stop konsumsi daging kambing dan durian
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan mulai tingkat klinik sampai
tingkat cacat, ketika perjalan penyakit tidak dapat dihentikan. Pencegahan tersier pada
hipertensi yakni:
Memfokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier
dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum
obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang
utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan
baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi
yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama
ketahanan hidup (Depkes, 2012).
Pengobatan hipertensi ada 2 yakni pengobatan non farmakologi dan farmakologi, yakni:
1. Anti hipertensi non farmakologik
Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee on Detenction,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
a. Turunkan BB pada obesitas
b. Pembatasan konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Mengehentikan merokok
e. Diet rendah lemak jenuh (Bustan, 2007)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengendalikan tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda.
Jika obat antihipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. (Slamet,
2001)
2. Anti hipertensi farmakologik
a. Diuretika: Menurunkan tekanan darah secara akut dengan pengeluaran garam, namun
memiliki efek samping pada penggunaannya seperti impotensi pada pria.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
DAFTAR PUSTAKA
Angela Novialia Tisa K, 2012, Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Tekanan Darah
Meningkat Karyawan Laki-Laki di Nasmoco Semarang.
Jurnal kesehatan
Masyarakat Volume 1, Nmor 2, Tahun 2012, Halaman 241-250.
Ari W. Sudoyo, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, Interna Publishing,
Jakarta.
Domas fitrya Widiasari, Anika Chandrasari, 2010, Pengaruh Pendidikan tentang Hipertensi
terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Lansia di Desa Makamhaji Kartasura
Sukoharjo , Biomedika, Vol.2 No.2, Agustus 2010.
Gray, H.Huon, 2003, Lecture Notes Kardiologi, Erlangga, Jakarta.
M.N.Bustan, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta.
Novita Nining Widyaningsih, Melly Latifah, 2008, Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya
Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stress terhadap Tekanan Darah, JurnalGizi dan
Pangan, volume 3, nomer 1, Maret 2008.
Slamet Suryono, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.