Anda di halaman 1dari 10

Tugas Terstruktur Dasar-Dasar Epidemiologi

Penyakit Tidak Menular Hipertensi

Kelas: B
Kelompok : 9
Disusun Oleh :
PALUPI SURYA K

G1B010071

FEN ANGGRAYEDI

L1A006131

TRI FITHRIYYATI

G1B011011

RATNA JUWITA

G1B011015

IRFAN FEBIARY

G10B011026

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
2012

A. Riwayat Alamiah Penyakit


Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang member gejala yang
berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy
(untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi
penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg. Pada keadaan
normal tekanan sistolik yaitu kurang dari 130 mmHg dan atau tekanan diastolik sama
atau lebih besar dari 85 mmHg.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi essensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. (
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi menurut berat atau tingginya peningkatan tekanan darah
1. Hipertensi ringan
2. Hipertensi sedang
3. Hipertensi berat (Bustan, 2007)
Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab beberapa perubahan
pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hipertensi esensial adalah salah satu faktor resiko penting
untuk terjadinya penyakit cerebrovaskuler dan penyakit jantung koroner.
Riwayat alamiah penyakit hipertensi terdiri sebagai berikut:
A. Tahap Pre Patogenesis
Dari penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor risiko
hipertensi diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya
manifestasi penyakit. Hipertensi esensial dipengaruhi beberapa faktor yaitu: ciri
individu seperti umur, jenis kelamin, faktor riwayat keluarga serta faktor
lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi
alkohol. Adapun gambaran faktor resiko tersebut dapat dilihat dibawah ini :

1. Umur
Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa prevalensi hipertensi akan
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena pada usia
tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah
darah ke otak dan alat vital lainya. Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai
melemah dan dinding pembuluh darah menebal.
2.

Genetik
Hipertensi akibat dari riwayat keluarga disebabkan faktor genetik pada

keluarga tersebut. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen


angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Gen
angiotensinogen berperan penting dalam produksi zat penekan angiotensin,
yang mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Terjadinya
perubahan bahan angiostensinogen menjadi angiotensin I dan di dalam
sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan
selanjutnya bahan angiostensin II inilah yang berperan merangsang beberapa
pusat yang penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah.
3. Obesitas
Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks massa
tubuh dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan
memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang
dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya
dipahami, tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma
dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress
berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap (Novita,2008).
5. Merokok
Mekanisme rokok dipengaruhi oleh jumlah rokok yang dihisap, jenis
rokok yang dihisap, cara merokok yang dihisap, dan lamanya merokok
yang dihisap. Dari banyaknya rokok yang dihisap dapat mengakibatkan

vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh ginjal sehingga


terjadi tekanan darah yang meningkat. Nikotin, CO, dan bahan lainnya
dalam asap rokok terbukti merusak dininding pembuluh endotel (dinding
dalam pembuluh darah), mempermudah penggumpalan darah sehingga
dapat merusak pembuluh darah perifer dan menimbulkan terjadinya
tekanan darah yang meningkat (Angela 2012).
6. Konsumsi Alkohol
Alkohol dapat memacu jantung, sehingga jantung harus memompa darah
dengan cepat. Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang
akan menyebabkan terjadinya hipertensi (Novita,2008).
7. Konsumsi Kafein
Kafein memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut, terutama pada
penderita hipertensi. Peningkatan tekanan darah ini terjadi melalui
mekanisme biologi antara lain kafein mengikat reseptor adenosine,
mengaktifasi sistem saraf sismpatik dengan meningkatkan konsentrasi
cathelomines dalam plasma, dan menstimulasi kelenjar adrenalin serta
meningkatkan produksi kortisol. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi
dan meningkatkan total resistensi perifer, yang akan menyebabkan tekanan
darah naik .
B. Tahap Sub-klinis
Dimulai dengan artherosklerosis, gangguan stritur anatomi pemnuluh darah
peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah disertai dengan
penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat
gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah yang akhirnya dikompensasi dengan
peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran tekanan
darah dalam sistem sirkulasi (Bustan,2007)
C. Tahap Klinis
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada
hipertensi primer. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa ada gejala,
dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti
pada ginjal, mata, otak, dan jantung.gejala seperti sakit kepala, epistaksis,

pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer.
Keluhan hipertensi seperti pusing, cepat marah, dan telinga berdenging selain
gejala lain seperti mimisan, sukar tidur dan sesak napas. (Slamet,2001).
D. Tahap Penyakit Lanjut
Merupakan tahap saat akibat dari penyakit mulai terlihat, hipertensi yang
tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung dalam waktu yang snagat lama
akan menimbulkan komplikasi. Berikut ini komplikasi dari Hipertensi:
a. Jantung
Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan peningkatan kekakuan dinding
terhadap pengisian diastolik dan gelombang a (sistol atrium) yang
menonjol pada ekokardiografi. Gagal ventriker kiri (sistolik dan
diastolik) dapat terjadi, seringkali tanpa dilatasi ventrikel. Penyakit
jantung koroner sering terjadi pada hipertensi dan bersamaan dengan
disfungsi ventrikel kiri yang mungkin menyebabkan tingginya angka
kematian penyakit jantung (Huon,2003).
b. Stroke
Selama stroke, tekanan darah darah dapat meningkat secara akut dan
perlu kehati-hatian untuk menurunkannya teralalu cepat atau
mendadak. Resistensi vakular serebral akan meningkat karena efek
hipertensi jangka panjang (Huon,2003).
c. Gagal Ginjal
Hilangnya kemampuan pemekatan urin akan menyebabkan nokturia.
Mikroalbuminuria berlanjut dengan proteinuria yang lebih hebat dan
penurunan bersihan kreatinin. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal tahap
akhir dan memerlukan dialisis. Pada hipertensi hebat yang dipercepat,
gagal ginjal akut sering terjadi dan merupakan penyebab utama
kematian jika hipertensi tidak diterapi dengan tepat (Huon,2003).
E. Tahap Terminal
Tahap terminal merupakan tahap dari akhir penyakit, pada hipertensi tahap
terminal yaitu sebagai karier dimana penyakit sudah sembuh pada saat itu namun
suatu saat penyakit dapat kembali muncul lagi apabila pola makan tidak dijaga
atau mengalami stress. Selain karier hipertensi dapat berlangsung kronik, selain

itu dapat menimbulkan kecacatan akibat komplikasi dengan penyakit lainnya


seperti kompilkasi dengan stroke dapat mengalami kelumpuhan sebagian bahkan
total dan yang terburuk adalah dapat menyebabkan kematian karena kerusakan
organ akibat komplikasi tersebut.
B. Pencegahan Penyakit
1. .Pencegahan Primer
Pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang belum mengidap penyakit yaitu pada
tingkat netral dan rentan:
Pencegahan primer promosi kesehatan:
a. Promosi kesehatan meliputi kegiatan dasar gaya hidup sehat: gizi yang baik, olah
raga teratur dan istirahat yang cukup, serta menghindari resiko penyakit hipertensi.
b. Melakukan pendidikan kesehatan
Tingkat pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan pengalaman pribadi
seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Dengan
mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan lansia mendapat bekal pengetahuan
yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan
risiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskular
(Notoatmodjo, 2003).
Perlindungan khusus:
a. Pola Makan Sehat
Penelitian telah menunjukkan bahwa mengikuti rencana makanan sehat bisa
mengurangi resiko perkembangan tekanan darah tinggi dan menurunkan tekanan darah
tinggi. Bagi penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa makanan
berikut:

Buah-buahan
Dengan mengkonsumsi buah secara teratur dapat menurunkan resiko
hipertensi. Buah yang mengandung zat kimia tanaman (phytochemichal) yang
penting, seperti flavonoids, sterol, dan phenol dapat mengurangi bahaya

kolestrol dan mencegah penggumpalan darah .


Sayuran
Sebagaimana buah-buahan, sayur juga banyak mengandung vitamin dan
phytochemical serta serat. Sayur yang dapat digunakan untuk pencegahan
hipertensi ini seperti seledri, bawang dan sayur hijau lainnya. Bawang putih
misalnya mampu menurunkan tekanan darah tinggi serta menurunkan

kolesterol, berkat adanya senyawa yangdisebut ajone, yaitu senyawa yang


selain penurun hipertensi juga sebagai pencegah pengumpalan darah.

Serat
Asupan serat yang dibutuhkan oleh tubuh sebesar 25gr/hari. Asupan tinggi
serat terutama jenis kasar (crude fiber) berkaitan dengan pencegahan
hipertensi. Apabila asupan seratnya rendah, maka dapat menyebabkan obesitas
yang berdampak terhadap peningkatan tekanan darah dan penyakit

degeneratif.
Karbohidrat jenis kompleks
Karbohidrat jenis kompleks seperti nasi, pasta, kentang, roti lebihaman bagi
penderita hipertensi daripada karbohidrat sederhana seperti gula, manisan atau
soda. Hal ini dikarenakan gula sederhana lebih mudah meningkatkan kadar

gula darah dan ini berimplikasikepada terjadinya hipertensi


Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral juga sangat penting untuk menyeimbangkan prosesproses fisiologi di dalam tubuh kita, termasuk juga untuk menyeimbangkan

tekanan darah.
b. Memelihara berat badan
Menjadi gemuk meningkatkan risiko mengalami tekanan darah tinggi. Bahkan,
tekanan darah meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan. Sehingga perlu
dilakukan pemeliharaan berat badan agar tetap ideal dengan mengatur pola makan.
c. Menjadi aktif secara fisik
Merupakan salah satu langkah paling penting yang dapat anda ambil untuk mencegah
atau mengontrol tekanan darah tinggi. Hal ini juga membantu mengurangi risiko
penyakit jantung. Tidak perlu banyak upaya untuk menjadi aktif secara fisik.
2. Pencegahan Sekunder
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi dan mendeteksi penyakit
dalam tahap awal. Dengan deteksi dan diagnosis dini. Dimungkinkan untuk menyembuhkan
penyakit, meminimalkan komplikasi, dan membatasi kecacatan. Pencegahan sekunder
hipertensi.
1. Deteksi dini dengan secara aktif (skrining)
Skrining bertujuan untuk mencari penderita secara dini untuk penyakit yang secara
klinis belum tampak pada penduduk secara umum atau pada kelompok resiko tinggi.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan
Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)

Tujuan dibentuknya Posbindu PTM adalah untuk mendeteksi faktor resiko PTM oleh
masyarakat, terselenggaranya penanganan faktor resiko PTM oleh masyarakat serta
upaya pemantauan masyarakat terhadapnya. Kegiatan di posbindu, di antaranya,
berupa pengecekan kadar kolesterol, gula darah, hingga tekanan darah. Kegiatan yang
dilaksanakan di Posbindu berupa wawancara, penimbangan, pengukuran tekanan
darah, biokimia, konseling dan olah raga bersama.
Program pengendalian PTM merupakan program baru yang meliputi penyakitpenyakit yang semakin marak di masa mendatang yang sangat erat hubungannya
dengan pola gaya hidup modern seperti penyakit hipertensi, penyakit jantung, dan
pembuluh darah, stroke, kencing manis, asma, osteoporosis, gagal ginjal kronis,
kanker payudara, kanker serviks, kecelakaan lalu lintas dan kekerasan dalam rumah
tangga diharapkan melalui Posbindu masyarakat lebih mudah dan murah dalam
mendeteksi faktor resiko PTM secara dini.
3.

Meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi


Puskesmas untuk pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya tenaga
kesehatan yang profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM
khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas;
Peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif
(terutama promotif dan preventif) dan holistik; serta Peningkatkan ketersediaan
sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun sarana prasarana diagnostik dan

pengobatan (Depkes, 2012)


4. Meghindari beberapa makanan yaitu:
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi : (otak, ginjal,paru-paru, minyak
kelapa, gajih, dll)
b. Makanan yang diolah menggunakan garam natrium: misalnya biscuit, cracer,
keripik dan makanan kering yang asin.
c. Makanan atau minuman kaleng: contohnya adalah sarden,sosiS, korned, soft drink
dll. Hal ini dikarenakan makanan-makanan tersebut umumnya mengandung
pengawet yang tidak baik bagi kesehatan.
d. Makanan yang diawetkan: (dendeng, asinan, ikan asin, telur asin,selai kacang,
pindang dll)

e. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonise, serta sumberprotein hewani
yang mengandung banyak kolesterol, sepertidaging merah (baik sapi apalagi
kambing), kuning telur, dankulit ayam.
f. Penyedap makanan.
g. Alkohol serta makanan yang mengandung alcohol
h. Stop konsumsi daging kambing dan durian
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan mulai tingkat klinik sampai
tingkat cacat, ketika perjalan penyakit tidak dapat dihentikan. Pencegahan tersier pada
hipertensi yakni:
Memfokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier
dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum
obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang
utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan
baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi
yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama
ketahanan hidup (Depkes, 2012).
Pengobatan hipertensi ada 2 yakni pengobatan non farmakologi dan farmakologi, yakni:
1. Anti hipertensi non farmakologik
Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National Committee on Detenction,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure:
a. Turunkan BB pada obesitas
b. Pembatasan konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Mengehentikan merokok
e. Diet rendah lemak jenuh (Bustan, 2007)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengendalikan tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda.
Jika obat antihipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. (Slamet,
2001)
2. Anti hipertensi farmakologik
a. Diuretika: Menurunkan tekanan darah secara akut dengan pengeluaran garam, namun
memiliki efek samping pada penggunaannya seperti impotensi pada pria.

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Penyekat Beta (B-blocker).


Antagonis kalsium.
Inhibitor ACE (Anti Converting Enzyme)
Obat anti hipertensi sentral (Simpatokolotika)
Obat Penyekat Alpha
Vasodilatator (Bustan, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Angela Novialia Tisa K, 2012, Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Tekanan Darah
Meningkat Karyawan Laki-Laki di Nasmoco Semarang.
Jurnal kesehatan
Masyarakat Volume 1, Nmor 2, Tahun 2012, Halaman 241-250.
Ari W. Sudoyo, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, Interna Publishing,
Jakarta.
Domas fitrya Widiasari, Anika Chandrasari, 2010, Pengaruh Pendidikan tentang Hipertensi
terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Lansia di Desa Makamhaji Kartasura
Sukoharjo , Biomedika, Vol.2 No.2, Agustus 2010.
Gray, H.Huon, 2003, Lecture Notes Kardiologi, Erlangga, Jakarta.
M.N.Bustan, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta.
Novita Nining Widyaningsih, Melly Latifah, 2008, Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya
Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stress terhadap Tekanan Darah, JurnalGizi dan
Pangan, volume 3, nomer 1, Maret 2008.
Slamet Suryono, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai