Anda di halaman 1dari 4

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai


berikut:

1. Hasil identifikasi yang dilakukan antara lain:


a. Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan bengkel, antara
lain: oli bekas, onderdil bekas yang terkontaminasi, majun
bekas yang terkontaminasi, kemasan yang terkontaminasi,
botol/kaleng oli, dan aki bekas. Limbah B3 bengkel yang
mempunyai karakteristik beracun antara lain: oli bekas,
onderdil bekas terkontaminasi, kemasan terkontaminasi,
majun bekas terkontaminasi, botol/kaleng oli. Sedangkan
untuk yang bersifat korosif adalah aki bekas (mengandung
cairan H2SO4)
b. Rata-rata jumlah timbulan dari limbah B3 yang dihasilkan
untuk bengkel KPR 0,608 kg/motor, bengkel KPS 0,659
kg/motor, dan untuk bengkel KPT 0,497 kg/motor. Dan
untuk presentase limbah B3 bengkel berdasarkan
karakteristik adalah 67% oli bekas, 16% onderdil bekas,
9% botol/kaleng oli, 4% sampah non B3, 2% kemasan
terkontaminasi, dan 2% majun bekas.
2. Evaluasi tentang pengelolaan limbah B3 bengkel di
Kecamatan Kenjeran antara lain:
a. Kegiatan pengelolaan dari limbah B3 bengkel yang ada di
Kecamatan Kenjeran ini belum sesuai dengan peraturan
yang ada, yaitu Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999 jo
85 Tahun 1995 tentang Pengelolaan Limbah B3, Keputusan
Kepala Bapedal No.5 Tahun 1995 tentang Simbol dan
Label Limbah B3, Keputusan Kepala Bapedal No.1 Tahun
1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3, dan Peraturan

147
Walikota Surabaya No.26 Tahun 2010 tentang Tata
Laksana Perizinan Pengelolaan Limbah B3. Ini
dikarenakan untuk pewadahan limbah B3 tidak dilengkapi
dengan simbol dan label serta tidak menggunakan wadah
yang sesuai dengan karakteristik limbah. Selain itu untuk
penyimpanan sementara yang dilakukan, tidak
menggunakan gudang/tempat khusus dan tidak disertai
dengan izin penyimpanan sementara.
b. Pengangkutan dan pengumpulan limbah B3 masih belum
sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tentang
Penyelenggaraan Pengangkutan B3. Ini karena
pengangkutan limbah B3 bengkel belum melakukan
pengangkutan dengan alat yang benar dan sesuai dengan
karakteristik limbah B3 bengkel. Untuk alur/pola
pengangkutan dari oli bekas sudah melalui jalan-jalan besar
sehingga tidak perlu kesulitan untuk melakukan
pengangkutan, tetapi waktu untuk pengangkutan dari
masing-masing bengkel berbeda-beda. Selain itu dalam
pengangkutan limbah B3 oli bekas belum disertai dengan
lembar manifest.
c. Rekomendasi pengelolaan yang diajukan ini berupa desain
pewadahan yang sesuai dengan timbulan dan karakteristik
limbah B3 bengkel, dan rekomendasi tentang reduksi
limbah B3 bengkel. Selain itu juga, untuk pewadahan ini
harus dilengkapi dengan simbol dan label yang memuat
tentang karakteristik dari limbah B3.
d. Rekomendasi pengangkutan dan pengumpulan limbah B3
bengkel ini seharusnya menggunakan kendaraan yang
sesuai dengan karakteristik dari limbah B3 dan tertutup
rapat. Untuk waktu pengangkutan masing-masing bengkel
seharusnya berlangsung pada waktu yang hampir sama,
sehingga lebih efisien dalam proses pengangkutan dan
pengumpulannya. Dalam proses pengangkutan ini harus
menyertakan lembar manifest.

148
5.2 Saran

Saran yang ditujukan untuk penelitian berikutnya adalah:

1. Penggunaan kuisoner kurang sesuai untuk mengetahui data


tentang timbulan limbah B3, sehingga untuk kedepannya
kuisoner ini lebih sesuai untuk digunakan mendapatkan
informasi data tentang pengelolaan limbah B3.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan sampai ke pihak
pengolah dari limbah B3 yang dihasilkan oleh bengkel.

149
Halaman ini sengaja dikosongkan

150

Anda mungkin juga menyukai