TAUHID
A. Pengertian Tauhid
Tauhid, secara bahasa berasal dari kata wahhada yuwahhidu yang artinya
menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilahsyari, tauhid
berarti
hal
Mencipta,
Menguasai,
Mengatur
dan
B. Pembagian Tauhid
Tauhid dibagi menjadi tiga macam:
1. TAUHID AR-RUBUBIYYAH
Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini
bahwasanya
Dia
adalah
satu-satuNya
Pencipta
seluruh makhluk-Nya.
Allah
adalah Raja segala raja, Pengatur semesta alam, Pemberi ketentuan takdir atas segala
sesuatu, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan
2. TAUHID AL-ULUHIYYAH
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan
kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba
disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan.
3. TAUHID AL-ASMA WA SHIFAT
Tauhid Al-Asma wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat
bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai
dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Quran),Sunnah Nabi-Nya Shallallahu alaihi
waSallam tanpa Tahrif (menyelewengkanmakna), Tathil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya yang artinya:
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (Maryam : 65).
C. Aplikasi Tauhid
Pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka tidaklah cukup karena ia mempunyai
konsekuensi yang harus di tunaikan. Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah
dengan meninggalkan perbuatan syirik baik kecil maupun besar. Di antara konsekuensi
pengucapan kalimat tauhid itu adalah mengetahui kandungan maknanya kemudian
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman Maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah. Kalimat Tauhid berarti Pengingkaran kepada
segala sesuatu yg disembah selain Allah SWT dan menetapkan bahwa yang berhak disembah
hanyalah Allah semata tidak kepada selain-Nya.
Aplikasi secara sederhana dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah adalah keyakinan yang
mutlak yang patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta dalam
penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun yang sepadan
dengan-Nya kemudian menerima dengan Ikhlas akan apa-apa yang berasal dari-Nya baik berupa
perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti di tinggalkan semua itu akan
mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha Esa.
Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah ( tauhid ) sebelum kita beribadah &
beramal karena suatu ibadah itu diterima jika Tauhid kita benar & tidak tercampur dengan
kesyirikan ( menyekutukannya dalam peribadatan ) , maka tegaknya ibadah & amalan kita harus
didasari terlebih dahulu dengan At Tauhid sebagaimana akan kita jelaskan dibawah ini :
Ketahuilah ( ya Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, &
mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. ( QS. Muhammad : 19 ).
Ketahuilah
mendahulukan serta mengutamakan untuk mengetahui dan berilmu tentang At tauhid dari pada
beribadah yaitu beristifghfar, dikarenakan mengenal tauhid menunjukkan ilmu usul ( dasar
pokok & pondasinya agama ), adapun beristighfar menunjukkan ilmu furu ( cabang dan aplikasi
dari ilmu usul tersebut ).
Dan tidak ada perselisihan sedikitpun dikalangan para ulama salaf dan khalaf serta umat
islam seluruhnya bahwasanya : paling afdal & utamanya para nabi & rasul adalah ke empat
nabi tersebut ( Muhammad, Musa, Isa, & Ibrahim ) , tatkala Allah menetapkan & memerintahkan
kepada empat rasul yang mulia ini untuk marifah ( berilmu & mengetahui ) ilmu usul dan dasar
serta pondasi agama yaitu Tauhid sebelum ilmu furu ( sebagai aplikasi dari ilmu usul ).
Inti dari pembahasan diatas : jadi telah tetap (syabit) dan benar (haq) bahwasanya berilmu dan
mengetahui serta mengenal at tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok & utama sebelum
mengenal yang lainya serta beramal ( karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya
benar ).
D. Penamaan Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid juga disebut;
1. Ilmu Aqaid: Aqdun artinya tali atau pengikat. Aqaid adalah bentuk jama dari Aqdun.
Disebut Aqaid, karena didalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati
seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya.
2. Ilmu Kalam: kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini banyak
membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah (alasan) yang lebih
banyak dari ilmu lain.
3. Ilmu Ushuluddin: Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut Ilmu Ushuluddin, karena
didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama, sedang ilmu yang lainnya disebut furuadDin (cabang-cabang agama), yang harus berpijak diatas ushuluddin.
4.
Ilmu Marifat: marifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu marifat, karena didalamnya
mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada umat manusia untuk mengenal khaliqnya.
(Zakaria, 2008:1)
bahkan mencari solusi lain untuk menjelaskan misteri keberadaan manusia. Berikut adalah fosilfosil yang diduga sebagai mata rantai yang hilang.
Manusia Piltdown: hasil rekayasa rekonstruksi yang menggabungkan sebuah rahang kera
otak kera).
Lucy: ia diklasifikasi ulang sebagai salah satu jenis kera yang sudah punah.
Ramapithecus: sebuah rahang dan geligi-geligi yang akhirnya dinyatakan bukan berasal dari
penelitian dan menulis buku-buku keislaman jelas merasa keberatan dengan evolusi Darwin
tersebut. Dengan teorinya yang secara khusus membantah teori Darwin yang fenomenal
sekaligus kontrovesial itu Harun Yahya banyak menyebutkan dan mengalirkan data-data yang
menggugurkan teori evolusi yang telah banyak disembah orang selama berabad-abad silam. Hal
bantahan tersebut misalnya, Teori pembentuk evolusi itu, ternyata jika diamati secara mendalam
banyak sekali contoh adanya rancangan yang seolah by design atau disengaja oleh Sang Maha
Pengatur. Dari beragam bukti ilmiah yang di temukan para ilmuwan tak ada indikasi yang
menyeret bahwa makhluk hidup terbentuk melalui proses evolusi dimana makhluk hidup yang
berbeda tak muncul ke muka bumi dengan jalan berevolusi. Sebaliknya, by design dari
rancangan Tuhan secara nyata dibuktikan dengan munculnya spesies makhluk hidup yang
muncul secara serentak dan bersama-sama dengan sempurna. Misalnya reptile, dari awal
kemunculan memiliki bentuk sebagaimana reptile yang ada saat ini, tidak merupakan evolusi
dari bentuknya semula sebagai bukan reptile. Dan masih banyak dalil lain yang mengungkap
dari teori evolusi menurut Harun Yahya yang ternyata jika dikaji lebih mendalam lebih masuk
akal dan diakui oleh berbagai ilmuwan barat sekali pun.
antara firman-firman Allah yang turun kepada Rasulullah saw dengan muatan sains. Ayat
tersebut menjelaskan tentang asal-mula langit dan bumi, yang mulanya satu dan
kemudian dipisahkan. Teori Big Bang atau Letupan Besar yang dikemukakan pada abad
20 menjadi bukti sekaligus penegas kebenaran ayat Alquran di atas. Ayat tersebut
menjelaskan proses awal penciptaan alam semesta sejak 14 abad lalu, ketika teknologi
belum menunjang penelitian astronomi dan bahwa sang penerima wahyu, Rasulullah saw,
bahkan tak mengenal baca-tulis. Teori tersebut menjelaskan, semesta bermula dari sebuah
benda seukuran bola tenis pada masa 0 detik atau sebelum semuanya ada. Materi tersebut
sangat padat dengan kepadatan tak terkira dan suhu yang luar biasa. Ia meledak, dan pada
detik pertama menghasilkan partikel dan energi eksotis. Lalu, tiga menit pertama, tercipta
hydrogen (unsur pembentuk air) dan helium. Proses tersebut berlangsung sampai dengan
enam tahap hingga tercipta alam semesta seperti sekarang.
Teori abad 20 tersebut sekaligus menjelaskan apa yang telah dipaparkan Alquran
dalam surah Yunus ayat 3, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy untuk
mengatur segala urusan. Namun untuk memperdetil tahapan dalam enam hari itu, ayat
27-32 surah An-Naziat adalah dalil yang paling menjelaskan. Pertama, ayat 27 yang
berbunyi Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membangunnya menunjukkan penciptaan langit sebagai tahap pertama pembangunan
semesta, yang menurut perkembangan sains hari ini diyakini sebgai peristiwa big bang
tersebut.
Sedangkan
ayat
selanjutnya,
Dia
meninggikan
bangunannya
lalu
alam yang besarnya bersifat tetap dan tidak bergantung kepada kecepatan sumber cahaya dan
kecepatan pengamat. Menurut Einstein, tidak ada yang mutlak di dunia ini (termasuk waktu )
kecuali kecepatan cahaya. Selain itu, kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi di alam ini.
Pendapat Einstein ini mendapat dukungan dari percobaan yang dilakukan pada akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20 oleh Michelson-Morley, Fizeau, dan Zeeman.
Secara umum, keberadaan Einstein ini menimbulkan banyak keanehan. Misalnya, sejak
dulu logika kita berpendapat bahwa jika kita bergerak dengan kecepan v_1 di atas kenderaan
yang berkecepatan v_2 , kecepatan total kita terhadap pengamat yang diam adalah v_1 + v_2 .
Tetapi, menurut Einstein, cara penghitungan tersebut salah kerana dapat mengakibatkan
munculnya kelajuan yang melebihi kelajuan cahaya. Oleh kerana itu, menurut Einstein, formula
penjumlahan kelajuan yang benar adalah sebagai berikut:
(v_1 + v_2) / (1+(v_1 \times v_2 / c^2 )).
Mengetahui besar kelajuan cahaya adalah sesuatu yang sangat menarik bagi manusia.
Sifat unik cahaya menurut Einstein adalah satu-satunya komponen alam yang tidak pernah
berubah, membuat sebahagian ilmuwan terobsesi untuk menghitung sendiri besarnya kecepatan
cahaya dari berbagai informasi. Seorang ilmuwan matematik dan fisika dari Mesir, Dr. Mansour
Hassab Elnaby merasa adanya bukti-bukti dari Alquran yang membuat ia tertarik untuk
menghitung kecepatan cahaya, terutama berdasarkan data-data yang disajikan Alquran. Dalam
bukunya yang berjudul A New Astronomical Quranic Method for The Determination of the
Speed C, Mansour Hassab Elnaby menghuraikan secara jelas dan sistematik tentang cara
menghitung kecepatan cahaya berdasarkan redaksi ayat-ayat Alquran. Dalam menghitung
kelajuan cahaya ini, Mansour menggunakan sistem yang lazim dipakai oleh ahli astronomi iaitu
sistem Siderial.
Ada beberapa ayat Alquran yang menjadi rujukan Dr. Mansour Hassab Elnaby.
Pertama, Dialah (Allah) yang menciptakan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan
ditetapkannya tempat bagi perjalanan Bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (Q.S. Yunus ayat 5).
Kedua, Dialah (Allah) yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan masingmasing beredar dalam garis edarnya (Q.S. Anbia ayat 33).
Ketiga, Dia mengatur urusan dari langit ke Bumi, kemudian (urusan) itu kembali
kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu (Q.S. Sajdah
ayat 5).
Dari ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahawa jarak yang dicapai sang urusan
selama satu hari adalah sama dengan jarak yang ditempuh Bulan selama 1.000 tahun atau 12.000
bulan. Dalam bukunya, Dr. Mansour menyatakan bahawa sang urusan inilah yang diduga
sebagai sesuatu yang bekecepatan cahaya .
Hitungan Alquran tentang kecepatan cahaya
Dari ayat di atas dan menggunakan rumus sederhana tentang kelajuan, kita mendapatkan
persamaan sebagai berikut:
c \times t = 12.000 \times L
c = kecepatan sang urusan atau kecepatan cahaya
t = kala rotasi Bumi = 24 x 3600 detik = 86164,0906 detik
L = jarak yang ditempuh Bulan dalam satu pusingan = V \times T
Untuk menghitung L , kita perlu menghitung kelajuan Bulan. Jika kelajuan Bulan kita notasikan
dengan V , maka kita perolehi persamaan:
V = (2 \times \pi \times R) / T
R = jari-jari lintasan Bulan terhadap Bumi = 324264 km
T = kala Revolusi Bulan = 655,71986 jam, sehingga diperolehi
V = 3682,07 km / jam (sama dengan hasil yang diperoleh NASA)