Anda di halaman 1dari 11

1.

TAUHID
A. Pengertian Tauhid
Tauhid, secara bahasa berasal dari kata wahhada yuwahhidu yang artinya
menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilahsyari, tauhid
berarti

mengesakan Allah dalam

hal

Mencipta,

Menguasai,

Mengatur

dan

mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan


kepada selain-Nya serta menetapkan Asmaul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat
Al-Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.

B. Pembagian Tauhid
Tauhid dibagi menjadi tiga macam:
1. TAUHID AR-RUBUBIYYAH
Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini
bahwasanya

Dia

adalah

satu-satuNya

Pencipta

seluruh makhluk-Nya.

Allah

berfirman yang artinya:


Katakanlah: Siapakah Tuhan langit dan bumi? Jawabnya: Allah. Katakanlah: Maka
Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka
tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?.
Katakanlah: Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita
dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang
dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka? Katakanlah: Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah
Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (Ar-Rad : 16) dan Dia adalah Pemberi
Rezeki bagi seluruh binatang dan manusia, Firman-Nya yang artinya: Dan tidak ada
suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. (Hud : 6). Dia

adalah Raja segala raja, Pengatur semesta alam, Pemberi ketentuan takdir atas segala
sesuatu, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan
2. TAUHID AL-ULUHIYYAH
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan
kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba
disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan.
3. TAUHID AL-ASMA WA SHIFAT
Tauhid Al-Asma wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan Sifat-sifat
bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai
dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Quran),Sunnah Nabi-Nya Shallallahu alaihi
waSallam tanpa Tahrif (menyelewengkanmakna), Tathil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Dan ketiga macam Tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya yang artinya:
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka
sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada
seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (Maryam : 65).

C. Aplikasi Tauhid
Pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka tidaklah cukup karena ia mempunyai
konsekuensi yang harus di tunaikan. Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah
dengan meninggalkan perbuatan syirik baik kecil maupun besar. Di antara konsekuensi
pengucapan kalimat tauhid itu adalah mengetahui kandungan maknanya kemudian
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman Maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah. Kalimat Tauhid berarti Pengingkaran kepada
segala sesuatu yg disembah selain Allah SWT dan menetapkan bahwa yang berhak disembah
hanyalah Allah semata tidak kepada selain-Nya.
Aplikasi secara sederhana dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah adalah keyakinan yang
mutlak yang patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta dalam
penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun yang sepadan

dengan-Nya kemudian menerima dengan Ikhlas akan apa-apa yang berasal dari-Nya baik berupa
perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti di tinggalkan semua itu akan
mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha Esa.
Sesungguhnya wajib bagi kita untuk mengenal Allah ( tauhid ) sebelum kita beribadah &
beramal karena suatu ibadah itu diterima jika Tauhid kita benar & tidak tercampur dengan
kesyirikan ( menyekutukannya dalam peribadatan ) , maka tegaknya ibadah & amalan kita harus
didasari terlebih dahulu dengan At Tauhid sebagaimana akan kita jelaskan dibawah ini :
Ketahuilah ( ya Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, &
mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. ( QS. Muhammad : 19 ).
Ketahuilah

semoga Allah merohmatimu- sesungguhnya Allah menegaskan &

mendahulukan serta mengutamakan untuk mengetahui dan berilmu tentang At tauhid dari pada
beribadah yaitu beristifghfar, dikarenakan mengenal tauhid menunjukkan ilmu usul ( dasar
pokok & pondasinya agama ), adapun beristighfar menunjukkan ilmu furu ( cabang dan aplikasi
dari ilmu usul tersebut ).
Dan tidak ada perselisihan sedikitpun dikalangan para ulama salaf dan khalaf serta umat
islam seluruhnya bahwasanya : paling afdal & utamanya para nabi & rasul adalah ke empat
nabi tersebut ( Muhammad, Musa, Isa, & Ibrahim ) , tatkala Allah menetapkan & memerintahkan
kepada empat rasul yang mulia ini untuk marifah ( berilmu & mengetahui ) ilmu usul dan dasar
serta pondasi agama yaitu Tauhid sebelum ilmu furu ( sebagai aplikasi dari ilmu usul ).
Inti dari pembahasan diatas : jadi telah tetap (syabit) dan benar (haq) bahwasanya berilmu dan
mengetahui serta mengenal at tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok & utama sebelum
mengenal yang lainya serta beramal ( karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya
benar ).
D. Penamaan Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid juga disebut;

1. Ilmu Aqaid: Aqdun artinya tali atau pengikat. Aqaid adalah bentuk jama dari Aqdun.
Disebut Aqaid, karena didalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati
seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya.
2. Ilmu Kalam: kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini banyak
membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah (alasan) yang lebih
banyak dari ilmu lain.
3. Ilmu Ushuluddin: Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut Ilmu Ushuluddin, karena
didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama, sedang ilmu yang lainnya disebut furuadDin (cabang-cabang agama), yang harus berpijak diatas ushuluddin.
4.

Ilmu Marifat: marifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu marifat, karena didalamnya

mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada umat manusia untuk mengenal khaliqnya.
(Zakaria, 2008:1)

2. TEORI EVOLUSI MENURUT CHARLES DARWIN


Teori evolusi yang dipelopori oleh Charles Darwin lewat bukunya Origin of the Species
pada tahun 1859 telah menyulut perdebatan yang sengit dalam lingkungan ilmiah dan agama.
Pemegang teori ini memang memiliki pandangan yang sedikit beragam, namun secara umum
teori evolusi bisa dipahami sebagai pandangan yang menyatakan bahwa manusia berasal dari
suatu proses evolusi yang panjang, dimulai dari zat yang paling sederhana sampai terbentuknya
makhluk yang sangat kompleks yang disebut manusia. Keberadaan zat hidup pertama ini
biasanya dipahami sebagai hasil dari sebuah peristiwa alam yang kebetulan dan tiba-tiba. Proses
yang diperlukan untuk evolusi ini bisa memakan waktu berjuta-juta tahun.
Paham evolusi sebenarnya tidak layak disebut sebagai teori, karena pandangan ini
belum terbukti secara ilmiah. Paham ini lebih tepat disebut sebagai sebuah hipotesa (dugaan
ilmiah yang masih memerlukan pembuktian). Lebih jauh daripada itu, hukum alamiah dan
penemuan modern ilmu pengetahuan justru bertentangan dengan paham evolusi. Tidak heran,
sebagian besar pakar ilmu pengetahuan yang ateis (tidak percaya adanya Tuhan) sekarang

bahkan mencari solusi lain untuk menjelaskan misteri keberadaan manusia. Berikut adalah fosilfosil yang diduga sebagai mata rantai yang hilang.

Manusia Piltdown: hasil rekayasa rekonstruksi yang menggabungkan sebuah rahang kera

dengan tengkorak manusia, kemudian diberi warna yang sama.


Manusia Jawa: para ahli modern menolak istilah ini. Mereka meyakini bahwa yang terjadi
sebenarnya hanyalah seorang manusia dan kera ditemukan di tempat yang sama. Fosil-fosil
keduanya kemudian direkontruksi menjadi manusia Jawa purba yang dipercaya menjadi

mata rantai dari binatang ke manusia.


Manusia Peking: alat-alat dan tulang-tulang manusia ditemukan di dekat kera-kera yang
otaknya dimakan manusia (orang di daerah tersebut memang memiliki kebiasaan memakan

otak kera).
Lucy: ia diklasifikasi ulang sebagai salah satu jenis kera yang sudah punah.
Ramapithecus: sebuah rahang dan geligi-geligi yang akhirnya dinyatakan bukan berasal dari

manusia, melainkan dari orang utan.


Sanggahan Harun Yahya tentang Teori Evolusi
Mengcounter teori evolusinya Darwin, Harun Yahya yang konsern mengadakan

penelitian dan menulis buku-buku keislaman jelas merasa keberatan dengan evolusi Darwin
tersebut. Dengan teorinya yang secara khusus membantah teori Darwin yang fenomenal
sekaligus kontrovesial itu Harun Yahya banyak menyebutkan dan mengalirkan data-data yang
menggugurkan teori evolusi yang telah banyak disembah orang selama berabad-abad silam. Hal
bantahan tersebut misalnya, Teori pembentuk evolusi itu, ternyata jika diamati secara mendalam
banyak sekali contoh adanya rancangan yang seolah by design atau disengaja oleh Sang Maha
Pengatur. Dari beragam bukti ilmiah yang di temukan para ilmuwan tak ada indikasi yang
menyeret bahwa makhluk hidup terbentuk melalui proses evolusi dimana makhluk hidup yang
berbeda tak muncul ke muka bumi dengan jalan berevolusi. Sebaliknya, by design dari
rancangan Tuhan secara nyata dibuktikan dengan munculnya spesies makhluk hidup yang
muncul secara serentak dan bersama-sama dengan sempurna. Misalnya reptile, dari awal
kemunculan memiliki bentuk sebagaimana reptile yang ada saat ini, tidak merupakan evolusi
dari bentuknya semula sebagai bukan reptile. Dan masih banyak dalil lain yang mengungkap
dari teori evolusi menurut Harun Yahya yang ternyata jika dikaji lebih mendalam lebih masuk
akal dan diakui oleh berbagai ilmuwan barat sekali pun.

Filsafat tersebut adalah "materialisme", yang mengandung sejumlah pemikiran penuh


kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul di muka bumi. Materialisme
mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi dan materi adalah esensi dari segala
sesuatu, baik yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme
mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke
tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada
materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan
menimpa hidup manusia. Jika ilmuwan yang sama melewati sebuah jalan datar, dan menemukan
tiga buah batu bata bertumpuk rapi, tentunya ia tidak akan pernah menganggap bahwa ketiga
batu bata tersebut terbentuk secara kebetulan dan selanjutnya menyusun diri menjadi tumpukan,
juga secara kebetulan. Sudah pasti, siapa pun yang membuat pernyataan seperti itu akan
dianggap tidak waras.
Mereka yang terus-menerus mengabaikan tanda-tanda dan bukti-bukti nyata keberadaan
Pencipta akan kehilangan seluruh kepekaan. Mereka terperangkap dalam kepercayaan diri yang
menyesatkan akibat memudarnya kepekaan, dan akhirnya menjadi pendukung kemustahilan.
Contohnya Richard Dawkins, seorang evolusionis terkemuka yang menyeru umat Kristen untuk
tidak meyakini mukjizat, bahkan jika mereka melihat patung Bunda Maria melambaikan
tangannya. Menurut Dawkin, "Mungkin saja semua atom penyusun lengan patung itu kebetulan
bergerak ke arah yang sama pada saat bersamaan - suatu kejadian dengan probabilitas teramat
kecil, tetapi mungkin terjadi."
Masalah psikis orang-orang yang tidak beriman telah ada sepanjang sejarah. Dalam Al
Quran dinyatakan: "Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang
yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke
hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Al An'aam, 6: 111)

3. PENJELASAN ALQURAN MENGENAI PENEMUAN SAINS


1. Penjelasan sains terhadap ayat Alquran tentang alam semesta
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah satu padu, kemudian Kami pisahkan antar keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka, mengapakah mereka tiada juga
beriman? (QS. Al-Anbiyaa: 30). Pada hampir 14 abad lalu, ayat di atas menjadi satu di

antara firman-firman Allah yang turun kepada Rasulullah saw dengan muatan sains. Ayat
tersebut menjelaskan tentang asal-mula langit dan bumi, yang mulanya satu dan
kemudian dipisahkan. Teori Big Bang atau Letupan Besar yang dikemukakan pada abad
20 menjadi bukti sekaligus penegas kebenaran ayat Alquran di atas. Ayat tersebut
menjelaskan proses awal penciptaan alam semesta sejak 14 abad lalu, ketika teknologi
belum menunjang penelitian astronomi dan bahwa sang penerima wahyu, Rasulullah saw,
bahkan tak mengenal baca-tulis. Teori tersebut menjelaskan, semesta bermula dari sebuah
benda seukuran bola tenis pada masa 0 detik atau sebelum semuanya ada. Materi tersebut
sangat padat dengan kepadatan tak terkira dan suhu yang luar biasa. Ia meledak, dan pada
detik pertama menghasilkan partikel dan energi eksotis. Lalu, tiga menit pertama, tercipta
hydrogen (unsur pembentuk air) dan helium. Proses tersebut berlangsung sampai dengan
enam tahap hingga tercipta alam semesta seperti sekarang.
Teori abad 20 tersebut sekaligus menjelaskan apa yang telah dipaparkan Alquran
dalam surah Yunus ayat 3, Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy untuk
mengatur segala urusan. Namun untuk memperdetil tahapan dalam enam hari itu, ayat
27-32 surah An-Naziat adalah dalil yang paling menjelaskan. Pertama, ayat 27 yang
berbunyi Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membangunnya menunjukkan penciptaan langit sebagai tahap pertama pembangunan
semesta, yang menurut perkembangan sains hari ini diyakini sebgai peristiwa big bang
tersebut.

Sedangkan

ayat

selanjutnya,

Dia

meninggikan

bangunannya

lalu

menyempurnakannya, menunjukkan ekspansi yang dilakukan Allah. Jika dikaitkan


dengan Teori Big Bang, tahap ini adalah tahap evolusi bintang. Setelah itu, pada ayat 29,
firman Allah Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya
terang benderang menunjukkan proses terbentuknya matahari dan juga tata planet,
karena telah ada siang dan malam. Sementara ayat 30, Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya mengindikasikan proses evolusi yang terjadi di bumi, seperti
pergeseran lempeng bumi. Proses evolusi tersebut kemudian melahirkan benua-benua,
hingga kemudian terjadi tahap selanjutnya yakni evolusi kehidupan di bumi. Allah mulai
memancarkan air dan menciptakan makhluk pertama di bumi berupa tumbuh-tumbuhan.
Tahap ini dijelaskan dalam ayat Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan

(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Sebagai tahap akhir, gunung dalam ayat Dan


gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh menjadi simbol tahap penyempurnaan
bumi oleh Allah swt, sebelum akhirnya ia menciptakan binatang dan manusia. Tahaptahap yang enam ini juga dijelaskan dalam beberapa ayat dan surah lain. Salah satunya
adalah Fushshilat ayat 9-11.

2. Penjelasan sains terhadap Al-Quran tentang embriologi


Di tahun 1982 Keith Moore, seorang profesor di Universitas Toronto,
menghasilkan sebuah buku berjudul The Developing Human, edisi ke 3. Dalam buku
ini Moore menyatakan keterkejutannya mengenai bagaimana perkembangan embrio
dikisahkan dalam Al-Quran. Moore dan para kaum Muslim pendukungnya merujuk
kepada ayat berikut ini: Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani dalam tempat yang
kokoh; Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah; lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging; dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging; kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang lain. (Surah 23:13-14). Al-Quran mengatakan bahwa gumpalan darah
kemudian menjadi tulang dan kemudian Tuhan membungkus tulang dengan daging
(Surah 23:13-14). Adalah suatu fakta ilmiah bahwa jaringan terbentuk lebih dulu, dan
tulang tumbuh sesaat kemudian, dan terus bertambah kuat (dengan membangun kalsium)
bertahun-tahun setelah kelahiran. Oleh sebab itu, ini sudah jelas adalah satu dari banyak
ketidakcermatan ilmiah dalam al-Quran.

3. Penjelasan sains terhadap Al-Quran tentang pengiraan kecepatan cahaya


Siapa tidak kenal dengan Albert Einstein, namanya melekat dengan dunia fisika dan
menjadi ikon fisika modern. Rumus E = mc^2 dianggap sebagai rumus Einstein yang dalam
pandangan awam merupakan rumus untuk membuat bom atom. Albert Einstein memang
pantas dianggap sebagai tokoh utama yang memimpin revolusi di dunia fisika. Salah satu
teorinya yang menganjak paradigma fisika berbunyi kecepatan cahaya merupakan ketetapan

alam yang besarnya bersifat tetap dan tidak bergantung kepada kecepatan sumber cahaya dan
kecepatan pengamat. Menurut Einstein, tidak ada yang mutlak di dunia ini (termasuk waktu )
kecuali kecepatan cahaya. Selain itu, kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi di alam ini.
Pendapat Einstein ini mendapat dukungan dari percobaan yang dilakukan pada akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20 oleh Michelson-Morley, Fizeau, dan Zeeman.
Secara umum, keberadaan Einstein ini menimbulkan banyak keanehan. Misalnya, sejak
dulu logika kita berpendapat bahwa jika kita bergerak dengan kecepan v_1 di atas kenderaan
yang berkecepatan v_2 , kecepatan total kita terhadap pengamat yang diam adalah v_1 + v_2 .
Tetapi, menurut Einstein, cara penghitungan tersebut salah kerana dapat mengakibatkan
munculnya kelajuan yang melebihi kelajuan cahaya. Oleh kerana itu, menurut Einstein, formula
penjumlahan kelajuan yang benar adalah sebagai berikut:
(v_1 + v_2) / (1+(v_1 \times v_2 / c^2 )).
Mengetahui besar kelajuan cahaya adalah sesuatu yang sangat menarik bagi manusia.
Sifat unik cahaya menurut Einstein adalah satu-satunya komponen alam yang tidak pernah
berubah, membuat sebahagian ilmuwan terobsesi untuk menghitung sendiri besarnya kecepatan
cahaya dari berbagai informasi. Seorang ilmuwan matematik dan fisika dari Mesir, Dr. Mansour
Hassab Elnaby merasa adanya bukti-bukti dari Alquran yang membuat ia tertarik untuk
menghitung kecepatan cahaya, terutama berdasarkan data-data yang disajikan Alquran. Dalam
bukunya yang berjudul A New Astronomical Quranic Method for The Determination of the
Speed C, Mansour Hassab Elnaby menghuraikan secara jelas dan sistematik tentang cara
menghitung kecepatan cahaya berdasarkan redaksi ayat-ayat Alquran. Dalam menghitung
kelajuan cahaya ini, Mansour menggunakan sistem yang lazim dipakai oleh ahli astronomi iaitu
sistem Siderial.

Ada beberapa ayat Alquran yang menjadi rujukan Dr. Mansour Hassab Elnaby.
Pertama, Dialah (Allah) yang menciptakan Matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan
ditetapkannya tempat bagi perjalanan Bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (Q.S. Yunus ayat 5).

Kedua, Dialah (Allah) yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan masingmasing beredar dalam garis edarnya (Q.S. Anbia ayat 33).
Ketiga, Dia mengatur urusan dari langit ke Bumi, kemudian (urusan) itu kembali
kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitunganmu (Q.S. Sajdah
ayat 5).
Dari ayat-ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahawa jarak yang dicapai sang urusan
selama satu hari adalah sama dengan jarak yang ditempuh Bulan selama 1.000 tahun atau 12.000
bulan. Dalam bukunya, Dr. Mansour menyatakan bahawa sang urusan inilah yang diduga
sebagai sesuatu yang bekecepatan cahaya .
Hitungan Alquran tentang kecepatan cahaya
Dari ayat di atas dan menggunakan rumus sederhana tentang kelajuan, kita mendapatkan
persamaan sebagai berikut:
c \times t = 12.000 \times L
c = kecepatan sang urusan atau kecepatan cahaya
t = kala rotasi Bumi = 24 x 3600 detik = 86164,0906 detik
L = jarak yang ditempuh Bulan dalam satu pusingan = V \times T
Untuk menghitung L , kita perlu menghitung kelajuan Bulan. Jika kelajuan Bulan kita notasikan
dengan V , maka kita perolehi persamaan:
V = (2 \times \pi \times R) / T
R = jari-jari lintasan Bulan terhadap Bumi = 324264 km
T = kala Revolusi Bulan = 655,71986 jam, sehingga diperolehi
V = 3682,07 km / jam (sama dengan hasil yang diperoleh NASA)

Meskipun demikian, Einstein mengusulkan agar faktor graviti Matahari dieliminir


terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat. Menurut Einstein, graviti matahari
membuat Bumi berputar sebesar :
a = T_m / T_e \times 360 \pi
T_m = waktu edar Bulan = 27,321661 hari
T_e = waktu edar Bumi = 365,25636 hari, didapat a= 26,92848
Besarnya putaran ini harus dieliminasi sehingga didapati kecepatan tepat Bulan adalah
V_e= V \cos a.
Jadi, L = v_e \times T , di mana T waktu peredaran Bulan = 27,321661 hari = 655,71986 jam
Sehingga L = 3682,07 \times \cos 26,92848 \times 655,71986 = 2152612,336257 km
Dari persamaan (1) kita mendapatkan bahwa c \times t = 12.000 \times L
Jadi, diperolehi c = 12.000 \times 2152612,336257 km / 86164,0906 detik
c = 299.792,4998 km /detik
Hasil hitungan yang diperolehi oleh Dr. Mansour Hassab Elnaby ternyata sangat mirip
dengan hasil hitungan lembaga lain yang menggunakan peralatan sangat canggih. Berikut
hasilnya :
Hasil hitung Dr. Mansour Hassab Elnaby c = 299.792,4998 km/detik
Hasil hitung US National Bureau of Standard c = 299.792,4601 km/ detik
Hasil hitung British National Physical Labs c = 299.792,4598 km/detik
Hasil hitung General Conf on Measures c = 299.792,458 km/detik

Anda mungkin juga menyukai