Anda di halaman 1dari 7

Pemeriksaan Motorik LMN dan UMN

Gambar 1. Representasi otot lurik di korteks motorik (girus presentralis).


Sel piramid di girus presentralis ialah neuron motorik sentral
Sebagian besar manifestasi objektif kelainan saraf bermanisfestasi terhadap gangguan gerak.
Justru adanya manifestasi inilah yang merupakan bukti riil adanya kelainan suatu penyakit.
Perbedaan gangguan pada lower motor neuron dan upper motor neuron
Lower Motor Neuron
Lumpuh
Atoni
Atrofi
Arefleksi

Upper Motor Neuron


Lumpuh
Hipertoni
Hiperefleksi dan klonus
Reflek patologis

Pemeriksaan gerakan aktif


Pada pemeriksaan ini akan menilai kekuatan otot. Ada 2 cara yang dilakukan yaitu:
1. Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan kita menahan
tahanan ini
2. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan.
Jadi dengan 2 cara tersebut kita dapat menilai kekuatan otot. Tenaga orang berbeda-beda. Tidak
selalu mudah membedakan parese (lumpuh ringan) atau tidak ada parese. Kita mungkin dapat
pertolongan dari hal-hal berikut:

Keluhan pasien (mungkin pasien mengemukakan tenaga berkurang)


Otot dibagian yang simetris tidak sama tenaganya
Berkurangnya kelancaran gerakan. Parese ringan kadang-kadang ditandai oleh
menurunnya kelancaran gerakan.
Didapatkan gejala lain, misalnya : arefleksi, atrofi, hiper refleksi, dan refleks patologis

Dalam praktek sehari-hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari 0-5
(0=lumpuh sama sekali, dan 5 normal).

0= tidak terdapat sedikitpun kontraksi otot;lumpuh total


1= terdapat sedikit kontaksi otot namun tidak terdapat gerakan pada persendian
2= didapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mampu menahan gravitasi
3=dapat melawan gaya berat
4=disamping dapat menahan gaya berat dapat pula mengatasi tahanan yang diberikan
5= tidak ada kelumpuhan (normal)

Akan dikemukakan beberapa pemeriksaan yang berkaitan dengan praktek sehari-hari, yaitu
pemeriksaan gerakan kepala, anggota gerak atas, badan, dan anggota gerak bawah.
A. Kepala
Perhatikan sikap kepala. Pada paralisis agitans (sindrom Parkinson) , kepala ditekukkan
kedepan; pada meningitis penderita berbaring dengan kepala sedikit dikedikkan ke
belakang; pada gangguan di serebelum, kepala terotasi sedikit kearah kontralateral dari
lesi.
Periksalah apakah terdapat tahanan apabila digerakkan secara pasif (misalnya pada
radang selaput otak terdapat kaku kuduk). Gerakan aktif dengan cara menyuruh pasien
menekukkan kepala kedepan, kebelakang, kesamping kiri dan kanan, serta melakukan
gerakan rotasi. Pemeriksa menilai tenaganya dengan membandingkan tenaga gerakan ke
kiri dan ke kanan.
B. Anggota gerak atas
Periksalah gerakan jari-jari bagaimana tenaga fleksi, ekstensi, abduksi, dan aduksi.
Periksalah tenaga menggenggam. Pemeriksaan juga dilakukan pada pergelangan tangan
tentukan adanya gerakan pronasi atau supinasi. Gerakan persendian bahu juga diperiksa
dengan menggerakakn lenganyang diekstensi kebagian frontal dan sagital, dan
melakukan roatasi persendian bahu. Gerakan bahu juga di nilai keatas, kebawah,
kedepan, kebelakang setelah itu periksa otot pektoralis mayor, lastrisimus dorsi seratus
magnus, deltoid, bisep, dan trisep.

C. Badan
Efektor spina. Jika pasien mengalami kelemahan otot m. erector spina, pasien akan sukar
berdiri lagi; dan ini akan dilakukan dengan bantuan tangannya yaitu dengan
menempatkan tangannya pada lutut, paha dan kemudian mendorongnya sampai berdiri
lagi.
Otot dinding perut . pasien yang baring disuruh mengangkat kepalanya dan perhaatikan
peranjakan dari pusar. Perhatiakn pergerakan saat pasien duduk dari sikap berbaring. Otot
yang bekerja adalah otot dinding perut dan iliopsoas.
D. Anggota gerak bawah
Pada pemeriksaan ini lihat gerakan pada persendian jari, pergelangan kaki, lutut, dan
paha. Selain itu periksa otot kuadrisep femoris, iliopsoas, aduktor, abductor, dan fleksor
tungkai bawah.

GBS
epidemiologi
Di Amerika Serikat, insiden terjadinya GBS berkisar antara 0,4 2,0 per 100.000
penduduk. GBS merupakan a non sesasonal disesae dimana resiko terjadinya adalah
sama di seluruh dunia pada pada semua iklim. Perkecualiannya adalah di Cina , dimana
predileksi GBS berhubungan dengan Campylobacter jejuni, cenderung terjadi pada
musim panas. GBS dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia maupun ras.
Insiden kejadian di seluruh dunia berkisar antara 0,6 1,9 per 100.000 penduduk. Insiden
ini meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. GBS merupakan penyebab paralisa
akut yang tersering di negara barat. Angka kematian berkisar antara 5 10 %. Penyebab

kematian tersering adalah gagal jantung dan gagal napas. Kesembuhan total terjadi pada
+ penderita GBS. Antara 5 10 % sembuh dengan cacat yang permanen.
Patofisiologi
Infeksi , baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, dan antigen lain
memasuki sel Schwann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. Antigen tersebut
mengaktivasi sel limfosit T. Sel limfosit T ini mengaktivasi proses pematangan limfosit B
dan memproduksi autoantibodi spesifik. Ada beberapa teori mengenai pembentukan
autoantibodi , yang pertama adalah virus dan bakteri mengubah susunan sel sel saraf
sehingga sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda asing. Teori yang kedua
mengatakan bahwa infeksi tersebut menyebabkan kemampuan sistem imun untuk
mengenali dirinya sendiri berkurang. Autoantibodi ini yang kemudian menyebabkan
destruksi myelin bahkan kadang kadang juga dapat terjadi destruksi pada axon.
Teori lain mengatakan bahwa respon imun yang menyerang myelin disebabkan oleh
karena antigen yang ada memiliki sifat yang sama dengan myelin. Hal ini menyebabkan
terjadinya respon imun terhadap myelin yang di invasi oleh antigen tersebut.
Destruksi pada myelin tersebut menyebabkan sel sel saraf tidak dapat mengirimkan
signal secara efisien, sehingga otot kehilangan kemampuannya untuk merespon perintah
dari otak dan otak menerima lebih sedikit impuls sensoris dari seluruh bagian tubuh.
Respon Fisiologis Stres
Keadaan stres menimbulkan respon fisiologis, reaksi fisiologis stres dimulai dengan persepsi
stres yang menghasilkan aktivasi simpatetik pada sistem saraf otonom, yang mengarahkan
tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, stressfull, dan keadaan darurat. Pengarahan ini terjadi
dalam dua jalur, yang pertama melalui aktivasi simpatetik terhadap ANS (autonomic nervus
system) dari sistem medula adrenal, mengaktifkan medula adrenal untuk menyekresi
epinefrin dan norepinefrin yang mempengaruhi sistem kardiovaskular, pencernaan dan
respirasi. Rute kedua yaitu hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) aksis, yang meliputi semua
struktur ini. Tindakan ini mulai dengan persepsi terhadap situasi yang mengnacam, aksi yang
cepat pada hipotalamus. Hipotalamus merespon pelepasan corticotrophin releasing hormone
(CRH), yang akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan adrenocorticotropic

hormone

(ACTH).

Hormon

ini

merangsang

korteks

adrenal

untuk

menyekresi

glukokortikoid, termasuk kortisol. Sekresi kortisol mengarahkan sumber energi tubuh,


meningkatkan kadar gula darah yang berguna untuk energi sel. Kortisol juga sebagai
antiinflamasi yang memberikan perlawanan alami selama respon fight or flight.
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing, S.M.2012. Neurologi Klinik Pemeriksaan Klinis dan Mental.Jakarta;FKUI
Dewanto, George et al.2009. panduan praktis diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta;EGC
Ginsberg, Lionel. 2008. Lectures Notes Neurologi ed 8. Jakarta Erlangga

Anda mungkin juga menyukai