Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yag mengenai jaringan paru ( alveoli),
dengan gejala batuk pilek yang disertai dengan sesak nafas atau nafas cepat. Penyakit
ini memiliki tingkat kematian yasng tinggi. Secara klinis pada anak yang lebih tua
selalu disertai dengan batuk dan nafas cepat dan tarikan dinding dada ke dalam.
Namun pada bayi seringkali tidak disertai batuk (Stansfield, 1978).
Penyebab kematian terbanyak pada balita akibat ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut) adalah terjadinya pneumonia (WHO,2007). Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA),khususnya pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan
dan kematian bayi dan balita di negara berkembang. Pneumonia juga menyebabkan
empat juta kematian pada anak balita di dunia (Depkes RI, 2005).
Tahun 2007 1,2 juta orang di Amerika Serikat dirawat di rumah sakit dengan
pneumonia dan lebih dari 52.000 orang meninggal akibat penyakit ini. Daerah Eropa
dan Amerika Utara kejadian pneumonia 34- 40 kasus per 1.000 anak, kebanyakan
kasus pneumonia pada anak usia prasekolah yaitu, empat bulan sampai lima tahun. Di
dunia setiap 20 detik seorang anak meninggal akibat pneumonia dan setiap tahun
diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1 balita/15 detik)
dari 9 juta total kematian balita (Kartasasmita,2010). Indonesia menduduki tempat
ke-6 dengan jumlah kasus sebanyak 6 juta. Persentase pneumonia di Indonesia pada
tahun 2008 meningkat hingga mencapai 49,45%. Tahun 2009 sebanyak 49,23% dan
tahun 2010 menurun hingga mencapai 39,38% dari jumlah balita di Indonesia
(Kartasasmita, 2010).
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian pneumonia sejauh ini belum merata
dan terkoordinasi. Hanya 54% anak dengan pneumonia di negara berkembang yang
dilaporkan dibawa kepenyedia pelayanan kesehatan yang berkualitas dan hanya 19%
anak balita dengan tanda-tanda klinis pneumonia yang mendapat antibiotik.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian akibat
pneumonia balita. Menutrun Ditjen PP dan PL tahun 2005 berdasar kan penelitian di
beberapa negara dan di indoneia dan berdasarkan publikasi ilmiah, di laporkan bahwa
faktor resiko yang dapat meningkatkan insiden pneumonia balita yaitu umur kurang
dari 2 bulan, jenis kelamin laki-laki, status gizi kurang, BBLR, tidak ASI ekslusif,
defisiensi vitamin A, dan pemberian makanan terlalu dini.
Hasil penelitiaan yang dilakukan menunjukkan hasil yang bervariasi. Menurut
Herman (2002) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada
anak adalah pemberian Vitamin A dosis tinggi, imunisasi Campak, Ventilasi Hunian,
Kepadatan Hunian, Adanya Perokok pada keluarga,

Sedangkan menurut Hatta

(2001), variable yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita adalah
pendidikan formal Ibu, pengeluaran keluarga, Polusi Asap dapurm Kepadatan rumah,
Jarak sarana kesehatan, status imunisasi campak.
Berdasarkan profil UPTD puskesmas Pontianak selatan masih ditemukan 633
kasus pneumonia pada balita, dan pada wilayah ini merupakan kasus kedua terbanyak
setelah Diare pada balita yaitu dengan 640 kasus. Dengan melihat tingginya kasus
tersebut tersebut salah satu strategi dalam menurunkan prevalensi pneumonia adalah
dengan melihat faktor-faktor

resiko terjadinya pneumonia, dengan diketahuinya

faktor resiko tersebut diharapkan perencanaan penanggulangan penyakit pneumonia


yang lebih efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor apa saja
yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah UPTD
Puskesmas Pontianak Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penyakit pneumonia pada balita
di wilayah UPTD Puskesmas Pontianak Selatan

1.4. Mamfaat penelitian


1.4.1 Aspek Ilmiah
Diharapkan dapat menjadi acuan ilmiah bagi penelitian selanjutnya mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
1.4.2 Aspek praktis
a. Bagi peneliti, diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman belajar
mengenai penelitian faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
pada balita di masyarakat.
b. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai
beberapa faktor risiko yang berhubungan kejadian pneumonia pada balita

Anda mungkin juga menyukai