I.
PENDAHULUAN
Bronkiolitis akut adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan gejala utama
akibat peradangan bronkioli yang terutama disebabkan oleh virus. Sering mengenai anak usia
dibawah
satu
tahun
dengan
insiden
tertinggi
umur
bulan,
Bronkiolitis
akut yang terjadi dibawah umur satu tahun kira-kira 12 % dari seluruh kasus,
sedangkan
pada
tahun
kedua
lebih
jarang
lagi,
yaitu
sekitar
setengahnya.
dirawat
dipoliklinik.
Sebagian
besar
infeksi
saluran
nafas
ditularkan
lewat droplet infeksi. Infeksi primer oleh virus RSV biasanya tidak menimbulkan
gejala klinik, tetapi infeksi sekunder pada anak tahun-tahun pertama kehidupan
akan bermanifestasi berat.(2)
Sebanyak 11,4 % anak berusia dibawah 1 tahun dan 6 % anak berusia 1 2 tahun di AS
pernah mengalami bronkiolitis. Penyakit ini menyebabkan 90.000 kasus perawatan di RS dan
menyebabkan 4500 kematian setiap tahunnya. Bronkiolitis merupakan 17 % dari semua kasus
perawatan di RS pada bayi. Frekuensi bronkiolitis dinegara-negara berkembang hampir sama
dengan di Amerika Serikat. Insiden terbanyak terjadi pada musim dingin atau musim hujan di
negara-negara tropis.(4)
Diagnosis bronkiolitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Keadaan tersebut harus
dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga timbul pada usia muda. Anak dengan asma
akan memberikan respon terhadap pengobatan dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan
bronkiolitis
tidak.
Bronkiolitis
juga
harus
dibedakan
dengan
bronkopneumonia
Bronkiolitis virus dapat menyebabkan infeksi pernafasan berat pada masa kanak-kanak.
Walaupun demikian pada kondisi yang terbatas seringkali tidak memerlukan pengobatan.
Pada jumlah yang sedikit anak yang mendapatkan pengobatan penanganan utama termasuk
pemberian oksigen dan cairan yang adekuat dan pengawasan hati-hati untuk mendeteksi
sebagian anak yang mungkin memerlukan intervensi lebih.(5)
Infeksi oleh respiratory syncitial virus (RSV) memiliki morbiditas dan mortalitas yang
tinggi terutama pada anak dengan resiko tinggi dan imunokompromise. Oleh karena itu
langkah preventif dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif dan pasif. Saat ini juga sedang
dikembangkan vaksin virus. Usaha untuk mengembangkan vaksin virus hidup yang
dilemahkan (attenuated live viral vaccines) mengalami hambatan karena imunogenositas yang
rendah dan kecenderungan virus untuk berubah kembali menjadi tipe liar.(6)
Bronkhiolitis yang disebabkan oleh virus jarang terjadi pada masa neonatus. Hal ini
karena antibodi neutralizing dari ibu masih tinggi pada 4 6 minggu kehidupan, kemudian
akan menurun. Antibodi tersebut mempunyai daya proteksi terhadap infeksi saluran nafas
bawah, terutama terhadap virus.(2)
Prognosis dari bronkiolitis tergantung berat ringannya penyakit, cepatnya penangangan
dan penyakit latar belakang (penyakit jantung, defisiensi imun dan prematuritas).(1)
II.
DEFINISI
Bronkhiolitis adalah penyakit IRA bawah yang ditandai dengan adanya
inflamasipada bronkiolus.(1,2,4) yang sering di derita bayi dan anak kecil yang berumur kurang
dari 2 tahun.(3,7,8) angka kejadian tertinggi rata-rata ditemukan pada usia 6 bulan (2,3) secara
klinis ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi dinding dada dan whezing. (4,8) bronkhiolitis
bisa disertai dengan superinfeksibakteri.(1)
III.
ETIOLOGI
Bronkiolitis sebagian besar disebabkan oleh Respiratory syncytial virus(RSV)
(1,3,4,7
),
Pada tahun 1957 Chanock dan Finberg mengisolasi RSV dari 2 orang anak yang menderita
penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Beem dan rekan kerjanya pada tahun 1960
mengidentifikasi virus tersebut mula-mula diisolasi dari simpanse dan disebut dengan
chimpanze
coryza
agent
pada
anak
belia
usia
dibawah
tahun
dengan
penyakit saluran pernafasan bawah. Sesudah itu RSV ditemukan sebagai agen
penyebab pada sebagian besar kasus anak dengan bronkhiolitis baik sebelumnya
maupun saat ini. Human metapneumovirus sekarang menjadi penyebab 8 % dari
bronkhiolitis,
lainnya
dimana
terutama
sebelumnya
rhinovirus,
RSV
ditemukan
adenovirus,
negatif.
semua
tipe
Infeksi
oleh
virus
parainfluenza
virus,
enterovirus dan influenza virus telah diringkas oleh Hall dan Hall.(8)
IV.
EPIDEMIOLOGI
Bronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratory tersering pada bayi. Paling sering
terjadi pada usia 2 24 bulan, puncaknya pada usia 2 8 bulan. Sembilan puluh lima persen
kasus terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun dan 75 % diantaranya terjadi pada anak
dibawah usia 1 tahun. Orenstein menyatakan bahwa bronkiolitis paling sering terjadi pada
bayi laki-laki berusia 3 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, dan hidup dilingkungan padat
penduduk.
bronkiolitis
Selain
terjadi
Orenstein,
1,25 kali
lebih
Louden
banyak
pada
menyatakan
anak
laki-laki
bahwa
daripada
anak
perempuan. Dominasi pada anak laki-laki yang dirawat juga disebutkan oleh Shay,
yaitu
1,6
kali
lebih
banyak
daripada
anak
perempuan;
sedangkan
Fjaerli
adalah
jenis
kelamin
laki-laki,
status
sosial
ekonomi
rendah,
jumlah anggota keluarga yang besar, perokok pasif, berada pada tempat penitipan
anak
atau
ke
tempat-tempat
umum
yang
ramai,
rendahnya
antibodi
maternal
terhadap RSV, dan bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu. RSV menyebar
virus
tersebut
selama
10
hari.
Di
negara
dengan
musim,
bronkiolitis banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi, di
negara tropis pada musim hujan. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo
Surabaya pada tahun 2002 dan tahun 2003, bronkiolitis banyak didapatkan pada
bulan Januari sampai bulan Mei.(10)
Pada tahun 2005 pada pola rawat jalan umur 65 tahun 558 kasus atau 10.8 %.(11)
Rerata
insidens
perawatan
setahun
pada
anak
berusia
di
bawah
tahun
adalah 21,7 per 1000 dan semakin menurun seiring dengan pertambahan usia, yaitu
6,8 per 1000 pada usia 1 2 tahun. Lama perawatan adalah 2 4 hari, kecuali
pada bayi prematur dan kelainan bawaan seperti penyakit jantung bawaan (PJB).
Bradley menyebutkan bahwa penyakit akan lebih berat pada bayi muda. Hal ini
ditunjukkan
terpapar
asap
bronkiolitis
gestasi
dengan
70
lebih
rokok
atau
yang
x/menit,
rendahnya
pasca
natal.
akan
saturasi
Beberapa
menimbulkan
adanya
ronki,
O2
prediktor
komplikasi
dan
juga
riwayat
pada
lain
yaitu
bayi
untuk
bayi
displasia
yang
beratnya
dengan
masa
bronkopulmoner
strain
RSV.
diagnostik
mortalitas
bayi
Selain
terutama
prematur
itu
mikrobiologis
dan
bayi
terdapat
dan
dengan
juga
panduan
kelainan
faktor
terapi
bawaan
perubahan
serta
kompleks
turunya
yang
V.
paramyxovirus.
Terdapat
dua
glikoprotein
permukaan
yang
merupakan
bagian
penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment protein
)yang mengikat sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan partikel
virus
dengan
antibodi
sel
target
neutralisasi
dan
sel
protektif
tetangganya.
pada
host.
Kedua
Terdapat
protein
dua
ini
macam
merangsang
strain
antigen
RSV yaitu A dan B. RSV strain A menyebabkan gejala yang pernapasan yang lebih
berat dan menimbulkan sekuele. Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari. Virus bereplikasi
di dalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke saluran nafas
bawah
melalui
penyebaran
langsung
aspirasi
sekresi
nasofaring.
RSV
pada
epitel
mempengaruhi
saluran
sistem
nafas
saluran
dan
melalui
napas
melalui
kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang memberi
gambaran
patologi
awal
berupa
nekrosis
sel
epitel
silia.
Nekrosis
sel
epitel
saluran napas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan debris dan
fibrin kedalam lumen bronkiolus.(8,10)
Infeksi virus pada epitel bersilia bronkus menyebabkan respon inflamasi akut, ditandai
dengan
obstruksi
selular/sel-sel
limfosit
bronkiolus
mati
yang
peribronkial
akibat
edema,
terkelupas,
dan
sekresi
kemudian
timbunan
diikuti
submukosa.(4)
edema
mucus,
dengan
Karena
debris
infiltrasi
tahanan
aliran
meningkat
tetapi
radius
akan
karena
menyebabkan
air
selama
saluran
fase
respiratori
traping
dan
lebih
inspirasi
kecil
hiperinflasi.
dan
selama
Ateletaksis
ekspirasi,
ekspirasi,
dapat
terjadi
maka
pada
saat terjadi obstruksi total dan udara yang terjebak diabsorbsi total.(4)
Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan mukosilier, mukus
tertimbun di dalam bronkiolus . Kerusakan sel epitel saluran napas juga mengakibatkan saraf
aferen
lebih
terpapar
terhadap
alergen/iritan,
sehingga
dilepaskan
saluran
meningkatkan
napas.
ekpresi
Pada
akhirnya
Intercellular
kerusakan
Adhesion
epitel
saluran
Molecule-1
napas
juga
(ICAM-1)
dan produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi. Jadi,
bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran
nafas,
akumulasi
napas.Adapun
sel-sel
respon
debris
paru
ialah
dan
mukus
dengan
serta
spasme
meningkatkan
otot
polos
saluran
kapasitas
fungsi
residu,
anak
keci
wheezing
berulang
seringkali
mengalami
seringkali
yang
disertai
infeksi
virus
disertai
dengan
saluran
wheezing.
penurunan
napas
tes
pada
(2)
faal
saat
Penderita
paru,
bayi/usia
ternyata
muda.
Infeksi RSV dapat menstimulasi respon imun humoral dan selular. Respon antibodi
sistemik terjadi bersamaan dengan respon imun lokal. Bayi usia muda mempunyai
respon imun yang lebih buruk.(10)
VI.
Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam dan nafsu
makan
berkurang.
Kemudian
timbul
distres
nafas
yang
ditandai
oleh
batuk
paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel, muntah serta
sulit
makan
dan
minum.
Bronkiolitis
biasanya
terjadi
setelah
kontak
dengan
orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas yang
ringan. Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan bahkan ada
yang mengalami hipotermi.(2,3,10)
Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit,
kadang-kadang
disertai
sianosis,
nadi
juga
biasanya
meningkat.
Terdapat
nafas
cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Retraksi biasanya
tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru).
Terdapat
ekspirasi
yang
memanjang
wheezing
yang
dapat
terdengar
dengan
ataupun tanpa stetoskop. Hepar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma
karena
tertekan
halus
kadang-kadang
oleh
paru
terdengar
yang
pada
akhir
hiperinflasi.(2,10)
inspirasi
atau
Ronkhi
pada
nyaring
permulaan
ekspirasi.(2,3) Pada keadaan yang berat sekali suara pernafasan hampir tidak terdengar karena
kemungkinan obstruksi hamper total.(3) Ekspirasi memanjang dan mengi kadang-kadang
terdengar dengan jelas.(2) Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan skala klinis. Digunakan
berbagai skala klinis, misalnya Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI) atau
modifikasinya yang mengukur laju pernafasan/respiratory rate (RR), usaha nafas, beratnya
wheezing dan oksigenasi.
Skala klinis yang digunakan Abul Ainine dan Luyt adalah :
1. Respiratory Rate (RR) : dihitung manual, baik dengan palpasi dan melihat gerakan dada,
dilakukan selama 1 menit penuh, dua kali perhitungan diambil rata-ratanya.
2. Heart Rate (HR) diambil dari pulse oxymetri yang dibaca lima kali selama pengamatan 1
menit, diambil rata-ratanya.
3. Saturasi O2 : dari pulse oxymetri yang dibaca lima kali selama pengamatan 1 menit,
diambil rata-ratanya.
4. Respiratory clinical status yang dinilai menggunakan RDAI menurut Lowell dkk.
5. Status aktivitas bayi (empat tingkat : tidur, tenang, rewel dan menangis).
Sedangkan Shuh, yang diadaptasi oleh Dobson, menilai skor klinis sebagai berikut :
1.
2.
Penggunaan otot bantu nafas : Skor 0 (tidak ada retraksi) hingga 3 (retraksi berat)
3.
Wheezing : skor 0 (tidak ada) hingga 3 (wheezing hebat inspiratorik dan ekspiratorik).(4)
Atas dasar frekuensi nafas dan keadaan umum bronkiolitis dibagi menjadi : bronkiolitis
ringan dan bronkiolitis berat (R 60 x/ menit).(1)
Berdasarkan gejala klinis, bronkiolitis juga dibagi menjadi bronkiolitis ringan, sedang, berat
dengan tanda sebagai berikut(5,12) :
Tabel 1.
Klasifikasi Bronkiolitis
berdasarkan gejala klinis
Bronkiolitis
Ringan
-
Sedang
Kemampuan
untuk -
makan normal
Gangguan
Berat
pernafasan -
dinding
dengan
gangguan pernafasan
hidung
retraksi
yang
cuping
-
Tidak
akan
kebutuhan
oksigen
dinding
jelas,
hidung
nafas
dan
dengkuran.
tambahan (saturasi O2
oksigen
> 95 %
Hipoksemia
yang
tidak
Mungkin menampakkan
tambahan
ketika
Mungkin
makan
episode
-
Mungkin
episode
terdapat
memiliki
apnoe
yang
panjang.
apnoe
yang
singkat
Mungkin
menampakkan
peningkatan kelelahan.
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
pilek,
demam
dan
(4)
menyingkirkan
pneumonia
atau
riwayat
7.3.1. Laboratorium
Tes laboratorium rutin tidak spesifik. Hitung lekosit biasanya normal demikian
pula dengan elektrolit. Pada pasien dengan peningkatan lekosit biasanya
didominasi oleh PMN dan bentuk batang.(4,10) Analisa gas darah (AGD) diperlukan
untuk
anak
dengan
gangguan
pernafasan
berat,
khususnya
yang
7.3.2. Radiologi
Foto Thorak diindikasikan pada :
-
benda
asing,
refluks
gastroesophageal,
sistik
fibrosis,
miokarditis,
pneumothorak, pertussis.(1,4,5,9,10)
IX.
PENATALAKSANAAN
Infeksi virus RSV biasanya sembuh sendiri (self limited) sehingga sebagian
besar
tatalaksana
oksigen,
minimal
bronkiolitis
handling
pada
pada
bayi
bayi,
bersifat
cairan
suportif,
intravena
dan
yaitu
pemberian
kecukupan
cairan,
perlu,
antiinflamasi
dan
nutrisi.
seperti
Setelah
itu
kortikosteroid,
barulah
antiviral
digunakan
seperti
bronkodilator,
ribavirin,
dan
pencegahan dengan vaksin RSV, RSV immunoglobuline (polyclnal) atau humanized RSV
monoclonal antibody (palvizumad).(2,4)
Bronkiolitis ringan biasanya bisa rawat jalan dan perlu diberikan cairan peroral yang
adekuat.
Bayi
dengan
bronkiolitis
sedang
sampai
berat
harus
dirawat
inap.
Penderita resiko tinggi harus dirawat inap, diantaranya: berusia kurang dari 3
bulan,
prematur,
kelainan
jantung,
kelainan
neurologi,
penyakit
paru
kronis,
defisiensi imun, distres napas. Tujuan perawatan di rumah sakit adalah terapi
suportif,
mencegah
antivirus.(10)
dan
mengatasi
komplikasi,
atau
bila
diperlukan
pemberian
Apnoe
Hypoxemia
Pengobatan Suportif
A. Pengawasan
Untuk pasien yang dirawat inap penting dilakukan pengawasan sistem jantung paru dan
jika ada indikasi dilakukan pemasanag pulse oxymetri.(7,13)
B. Oksigenasi
Oksigenasi sangat penting untuk menjaga jangan sampai terjadi hipoksia, sehingga
memperberat penyakitnya. Hipoksia terjadi akibat gangguan perfusi ventilasi paru-paru. (2)
Pemberian oksigen tambahan direkomendasikan ketika saturasi oksigen menetap dibawah
91% dan dihentikan ketika saturasi oksigen menetap diatas 94%. (13) Oksigenasi dengan
kadar oksigen 30 40 % sering digunakan untuk mengoreksi hipoksia. (2,8) gunakan nasal
kanul (dengan kecepatan maksimun 2L/m); masker muka atau kotak kepala.
Jika mungkin gunakan oksigen yang dilembabkan. Jika hipoksemia menetap dengan atau
tanpa distress berat, meskipun sudah diberikan oksigen dengan kecepatan tinggi, maka
segera lakukan permintaan untuk penangan ICU anak dengan pemasangan ventilator.(5,8)
C. Pengaturan Cairan
Pemberian cairan sangat penting untuk mencegah dehidrasi akiba keluarnya cairan lewat
evaporasi, karena pernafasan yang cepat dan kesulitan minum. Jika tidak terjadi dehidrasi
diberikan cairan rumatan. Berikan tambahan cairan 20 % dari kebutuhan rumatan jika
didapatkan demam yang naik turun atau menetap (suhu > 38,5
cairan ini bisa secara intravena atau pemasangan selang nasogastrik. Akan tetapi harus
hati-hati pemberian cairan lewat lambung karena dapat terjadi aspirasi dan menambah
sesak nafas, akibat lambung yang terisi cairan dan menekan diafragma ke paru-paru.
Selain itu harus dicegah terjadinya overload cairan.(2,5,7) Lakukan pemeriksaan serum
elektrolit dan jika mendapatkan nilai yang tidak normal lakukan penggantian dengan
cairan elektrolit.(5)
Pengobatan Medikamentosa
A. Antivirus (Ribavirin)
Bronkiolitis paling banyak disebabkan oleh virus sehingga ada pendapat untuk
mengurangi beratnya penyakit dapat diberikan antivirus. Ribavirin adalah obat antivirus
yang bersifat virus statik. Tetapi, penggunaan obat ini masih kontroversial
mengenai
efektivitas
dan
keamanannya.
The
American
of
Pediatric
lebih
berat
seperti
pada
penderita
bronkiolitis
dengan
kelainan
pada saat
awal. Penggunaan
ribavirin biasanya dengan cara nebulizer aerosol 12-18 jam per hari atau dosis
kecil dengan 2 jam 3 x/hari.(2,4)
B. Bronkodilator
Peran bronkodilator sampai saat ini masih kontroversial.(2,4,8) Secara umum jangan
gunakan bronkodilator pada pasien anak dengan usia dibawah 6 bulan.(5) bronkodilator
juga tidak dianjurkan dan sebetulnya merupakan kontra indikasi karena dapat
memperberat keadaan anak. Penderita dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen
akan meningkat.(3)
Bronkodilator digunakan secara luas untuk bayi dengan bronkiolitis, yaitu sekitar 68-96%
bayi dipusat pelayanan pediatrik tersier di Kanada. Pada survey yang dilakukan pada 88
pusat pelayanan pediatrik di Eropa, 54 pusat pelayanan melaporkan penggunaan
bronkodilator pada semua pasien dengan bronkiolitis, dan 15 pusat pelayanan melaporkan
hanya menggunakan bronkodilator pada pasien dengan resiko tinggi. Di Inggris dan
Australia, penggunaan bronkodilator lebih jarang.
Wohl dan Chernick menyatakan bahwa penyebab obstruksi saluran respiratory adalah
inflamasi dan penyempitan akibat edema mukosa dan sumbatan mukosa, serta kolapsnya
saluran respiratori kecil pada bayi dengan bronkiolitis, sehingga pendekatan logis terapi
adalah kombinasi -adrenergik dan agonis -adrenergik.
Kelebihan epinefrin dibandingkan dengan bronkodilator -adrenergik selektif adalah :
-
C. Kortikosteroid
Sedangkan
pemberian
steroid
inhalasi
(budesonide
&
sekunder
tersebut.(2)
Antibiotik
oleh
bila
kuman
yang
dicurigai
resisten
adanya
terhadap
infeksi
bakteri
antibiotik
dapat
Terjadi progresivitas untuk gangguan pernafasan berat terutama pada kelompok yang
beresiko.
Terdapat episode apnoe yang signifikan dengan gangguan saturasi atau adanya frekuensi
pernafasan pendek lebih dari 15 detik.
Ketika pemeriksaan analisa gas darah telah selesai dan menggambarkan gangguan
pernafasan dimana pada darah arteri didapatkan : pO22 > 50 mmHg; pH (5,12)
Tabel 2.
Penatalaksanaan
Bronkiolitis Berdasarkan Berat Ringannya Gejala(12)
Bronkiolitis
Ringan
-
Tidak
Sedang
memerlukan -
Berat
Perawatan
di -
rumah sakit
-
Berikan
oksigen
sehingga
saturasi
dan
oksigen > 93 %
sudah
dijelaskan
kemudian
serta
mempunyai kendaraan.
-
kemungkinan
Pertimbangkan
memerlukan
pemberian
intubasi
cairan
intravena
dan
pemakaian
ventilator
hari
-
Pengamatan
seksama
Monitor
terhadap
perburukan kondisi
system
cardiorespiratori
-
Foto thorak
-
Foto thorak
Aspirasi
Aspirasi
nasopharyngeal
untuk
untuk
virus
virus
imunoflurorecency
dan kultur
nasopharyngeal
Pertimbangkan
pengawasan
Pertimbangkan
konsultasi
untuk
perawatan
ICU
anak.
Kriteria Pulang
Pasien direkomendasikan pulang dengan kriteria :
-
Status pernafasan
o Laju pernafasan kurang dari 70 kali dalam 1 menit dan tidak didapatkan tanda
klinis usaha pernafasan lebih
o Orang tua dapat membersihkan saluran pernafasan anak dengan menggunakan
alat sedot gelembung.
o Pasien dapat berada dalam ruang dengan udara bebas dengan oksigen terapi
yang stabil.
o Saturasi oksigen harus lebih dari 90% tanpa pemberian oksigen tambahan
kecuali anak dengan penyakit paru kronis, penyakit jantung atau mempunyai
faktor resiko lain harus dilakukan diskusi terlebih dahulu dengan konsultan.(5)
Status nutrisi
o Pasien dapat makan melalui mulut pada tingkatan dapat mencegah dehidrasi
Sosial
o Peralatan dirumah mampu untuk digunakan dalam perawatan dirumah
o Orang tua atau penjaga anak mampu untuk melakukan perawatan dirumah
o Dilakukan edukasi keluarga yang lengkap
Edukasi Keluarga
Dilakukan pada saat pasien akan dipulangkan. Yaitu dengan memberitahukan :
-
Segera memanggil bantuan atau membawa pasien ke rumah sakit kembali jika
didapatkan gangguan pernafasan
X.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronkiolitis sangat minimal dan tergantung dari penatalaksanaan
penyakit sebelumnya. Pada beberapa kasus didapatkan adanya gangguan fungsi paru yang
menetap, dimana timbulnya whezing berulang dan hiperaktifitas bronkial. (1,8) Komplikasi
seperti otitis media akut, pneumonia bakterial dan gagal jantung jarang dijumpai. (3) Beberapa
studi kohort menghubungkan infeksi bronkiolitis akut berat pada bayi akan berkembang
menjadi asma. Suau studi kohort prospektif menemukan bahwa 23 % bayi dengan riwayat
bronkhiolitis berkembang menjadi asma pada usia 3 tahun, dibandingkan dengan 1 % pada
kelompok kontrol.(4)
XI.
PENCEGAHAN
Langkah preventif yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian imunisasi aktif dan
pasif. Imunisasi pasif dapat dilakukan dengan pemberian gammaglobulin yang mengandung
titer antibodi protektif tinggi, (respigrama). Dosis yang dianjurkan 750 mg/KgBB setiap
bulan, diberikan secara intravena pada anak dibawah umur 24 bulan. Indikasi lain adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan (6) Pendekatan profilaksis pada populasi resiko tinggi
adalah meningkatkan (augmentation) antibodi yang menetralisasi protein F dan G dengan cara
pemberian dari luar dan imunisasi dari ibu. Pada manusia, efek imunoglobulin yang
mengandung neutralizing antibody titer tinggi atau monoklonal terhadap protein F akan
mengurangi beratnya penyakit. Bila pada bayi premature atau bayi dengan penyakit paru
kronis diberikan RSV hyperimmune globulin atau antibodi monoklonal terhadap protein F
yang disebut dengan Palizumab setiap bulan, diberikan secara intramuskular setiap hari, lama
perawatan RSV akan berkurang secara bermakna. Akan tetapi resiko efek samping
kemungkinan meningkat pada bayi dengan penyakit jantung sianotik.(4)
Sesudah penelitian dengan vaksin inaktif, dikembangkan vaksin
live attenuated.
Vaksin RSV pertama, yang terdiri dari cold passaged mutan, efektif untuk
orang dewasa, tetapi pada anak terlalu virulen dan tidak stabil karena dapat berubah
menjadi
virus
dikembangkan
biasa
kembali.
DNA dan
peptik
Kemudian
dari
sintetik.
Vaksin
permukaan
live
glikoprotein
attenuated
murni,
mempunyai
kelebihan, yaitu dapat diberikan intranasal dan menginduksi imunitas mukosa dan
sistemik.(4) Selain itu dilakukan pencegahan penyebaran silang dari virus RSV. RSV menyebar
melalui hidung/muka ke tangan atau muka dari individu lain, sehingga perlu dilakukan
prosedur cuci tangan yang baik terhadap perawat, pegawai maupun orang tua pasien untuk
meminimalisir masalah tersebut. Dan hindari perawatan pasien anak dengan bronkiolitis
(RSV positif atau sedang menunggu hasil) dengan anak-anak yang mempunyai resiko tinggi
tertular RSV.(5)
XII.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung berat ringannya penyakit, cepatnya penanganan, dan penyakit
minum.(3) Penelitian di Norwegia menunjukkan bahwa bayi yang dirawat dengan bronkhiolitis
mempunyai kecendrungan menderita asma dan penurunan fungsi paru pada usia 7 tahun
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan adanya hipereaktifitas bronkhial yang
menetap selama beberapa tahun setelah menderita bronkiolitis pada bayi muda, baik para
RSV positif, maupun RSV negatif.
Tidak dapat dibuktikan secara jelas bahwa bronkiolitis terjadi pada anak dengan
kecendrungan asma, keberhasilan pengobatan dengan kortikosteroid mungkin dapat
mengurangi prevalens asma pada anak dari kelompok pengobatan.(4)
XIII.
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
Faktor resiko terjadinya bronkiolitis adalah jenis kelamin laki-laki, status sosial
ekonomi rendah, jumlah anggota keluarga yang besar, perokok pasif, berada pada
tempat penitipan anak atau ke tempat-tempat umum yang ramai, rendahnya
antibodi maternal terhadap RSV, dan bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu.
5.
Bronkiolitis secara klinis ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi dinding dada
dan whezing.
6.
7.
Infeksi
virus
RSV
biasanya
sembuh
sendiri
(self
limited)
10. Pencegahan dengan imunisasi aktif dan pasif serta menghindari penyebaran virus
RSV
11. Prognosis tergantung berat ringannya penyakit, cepatnya penanganan, dan
penyakit latar belakang (penyakit jantung, defisiensi imun, prematuritas).
ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKHIOLITIS
PENGKAJIAN
Pernafasan : Takipnea, Retraksi, Nasal flaring, Dispnea, Pernafasan dangkal, Penurunan
bunyi nafas, Crakel, Wheezing, Ekspirasi yang memanjang, Batuk
Kardiovaskuler : Takipnea
Neurologis : Iritabilitas, Kesulitan tidur
Gastrointestinal : Kesulitan makan
Integumen: Peningkatan temperature Sianosis
Psikososial : Cemas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema bronkial dan peningkatan produksi
mucus
Hasil yang diharapkan :
Anak akan meningkat petukaran gas yang ditandai bernafas secara mudah dan warna kulit
merak muda.
Intervensi
1. Ciptakan lingkungan dengan tinggi kelembabannya dengan cara menempatkan ke dalam
tenda lembab atau alat dengan humidifikasi yang dingin.
2. Berikan oksigen melalui sungkup muka, kanule hidung, atau oksigen tenda, sesuai
3.
4.
5.
6.
7.
8.
petunjuk.
Posisikan anak dengan kepala dan dada lebih tinggi dan leher agak enstensi.
Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam, atau sesuai petunjuk.
Berikan bronkodilator sesuai petunjuk
Lakukan pengisapan lendir sesuai kebutuhan untun mengeluarkan secret
Berikan obat antivirus sesuai petunjuk.
Berikan istirahat yang adekuat dengan mengurangi kegaduhan dan pencahayaan dan
10. Takikardia dapat disebabkan adanya hipoksia atau pengaruh penggunaan bronkodilator.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui ekshalasi
dan penurunan asupan cairan.
Hasil yang diharapkan :
Intervensi :
1. Berikan cairan melalui infus sesuai petunjuk.
2. Yakinkan bahwa anak istirahat adekuat. monitor asupan cairan pada anak dan luaran
cairan secara hati-hati.
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi, termasuk kehilangan berat badan, pucat, turgor kulit jelek,
membran mukosa kering, oliguria, dan peningkatan frekuensi nadi.
4. Tingkatkan asupan cairan melalui mulut saat serangan akut terjadi.
Rasional :
1. Cairan via I.V. digunakan untuk hidrasi hingga anak melewati saat kritis.
2. Istirahat memungkinkan frekuensi pernafasan anak kembali pada batas normal, akan
mengurangi jumlah kehilangan cairan melalui ekshalasi.
3. Hati-hati melakukan monitoring yang menjamin hidrasi adekuat. Jika haluaran urine
berkurang, anak dapat dipertimbangkan untuk penambahan cairan. Tanda-tanda ini
menunjukkan bahwa anak tidak menerima cairan yang cukup.
4. Cairan membantu mengencerkan lendir.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermi berhubungan dengan infeksi.
Hasil yang diharapkan.:
Anak akan mempertahankan temperatur tubuhnya kurang dari 100 F (37,8C). (Temperatur
secara khusus bergantung pada metoda yang digunakan dalam pengambilan temperatur).
Intervensi :
1. Pertahankan lingkungan yang sejuk melalui penggunaan piyama sinar kuat dan selimut
2.
3.
4.
5.
dan pertahankan temperatur ruangan antara 72 dan 75F (22 dan 24 C).
Berikan antipiretik sesuai petunjuk.
Monitor temperatur anak setiap 1 sampai 2 jam bila terjadi peningkatan secara tiba-tiba.
Berikan antimikroba, jika disarankan.
Berikan kompres pada anak. (98,6 F [37C]) guna menurunkan demam
Rasional.
1. Lingkungan yang sejuk akan membantu menurunkan temperatur tubuh melalui
kehilangan panas melalui radiasi..
2. Antipiretika seperti acetaminophen (Tyleno), efektif menurunkan demam.
3. Peningkatan temperatur secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang-kejang.
4. Antimikroba sesuai dengan petunjuk guna mengobati organisma penyebab. Antibiotik
biasanya tidak disarnkan untuk mengobati RSV.
5. Kompres air efektif menyebabkan tubuh menjadi dingin melalui peristiwa konduksi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial berhubungan dengan pencegahan isolasi
Hasil yang diharapkan Anak akan mempertahankan kontak sosial walaupun ia diisolasi
akibat kondisi pernafasan
Intervensi :
1. Jelaskan pada anak (jika perlu) dan orang tua tujuan dan sifat isolasi, termasuk detail
2.
3.
4.
5.
tentang hal disekitar yang kurang familiar dan gunakan masker dan celemek.
Perkenalkan diri anda saat masuk kedalam ruang anak.
Ajarkan orang tua dan anak (jika perlu) bagaimana menggunakan call system.
Kaji anak setiap jam untuk mengetahui perobahan yang terkadi pada kondisi anak.
Jika perlu, berikan aktifitas yang bervariasi, seperti permainan, baca buku, televisi, dan
musik. Jika anak menerima oksigen, hindari permainan yang dapat menimbulkan cetusan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelelahan berhubungan dengan gangguan pernafasan.
Hasil yang diharapkan:
Anak akan isitirahat paling sedikit 1 jam pada pagi dan siang hari
Intervensi:
1. Membantu menurunkan kelelahan pada anak, berikan istirahat secara teratur setiap 2 jam.
Juga mengganti seprei saat anak mandi, dan lakukan pengkajian neurologis selama
kunjungan guna mencegah istirahat yang terganggu.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional :
1. Kebutuhan istirahat anak yang adekuat mencegah kelelahan akibat peningkatan gangguan
pernafasan.
2. Kegaduhan yang tidak dikehendaki dan aktifitas yang menyebabkan kelelahan pada anak
akan meningkatkan terjadinya gangguan pernafasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik.
Hasil yang diharapkan :
Anak akan meningkat asupan nutrisi ditandai dengan anak mengkonsumsi paling sedikit 80 %
pada setiap kali makan.
Intervensi :
1. Berikan makan sedikit, tapi sering pada makanan yang dapat diterima anak.
2. Berikan diet tinggi kalori dan protein.
Rasional :
1. Makan yang sedikit tapi sering memerlukan sedikit pengeluaran energi dan penggunaan
pernafasan.
2. Anak makan banyak pada setiap kali makan termasuk makanan kesukaannya. Diet tinggi
protein,tinggi kalori diperlukan anak untuk meningkatkan kebutuhan metabolik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kecemasan (anak dan orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kondisi anak.
Hasil yang diharapkan:
Anak dan orang tua akan berkurang kecemasannya yang ditandai mengekspresikan
pemahamannnya tentang kondisi anak.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan orang tua dan (jika perlu) anak tentang kondisi anak dan program
pengobatan yang diberikan.
2. Dorong orang tua tinggal bersama anak
3. Jelaskan semua prosedur sesuai dengan perkembangan anak.
4. Berikan dukungan emosional pada orang tua selama tinggal dirumah sakit.
Rasional :
1. Pengkajian sebagai dasar memulai pengajaran.
2. Tinggal bersama dengan anak memungkinkan orang tua memberikan dukungan dan
membantu mengurangi kecemasan pada keduanya yaitu anak dan orang tua.
3. Memberikan penjelasan sebelum prosedur dan selama tinggal di rumah sakit akan
menurunkan kecemasan akibat kesalahan pemahaman dan kuirangnya pengetahuan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah.
Hasil yang diharapkan:
Orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang pentunjuk perawatan dirumah.
Intervensi :
1. Ajarkan orang tua dan anak (jika perlu) bagaimana dan kapan pemberian pengobatan,
termasuk uraian tentang dosis dan reaksi nya.
2. Jelaskan tanda tanda dan gejala-gejala kesukaran pernafasan dan infeksi, termasuk
demam, dispnea, takipnea, perubahan warna sputum, dan adanya wheezing.
3. Jelaskan pentingnya istirahat yang adekuat pada anak.
4. Ajarkan perlunya nutrisi yang adekuat dan hidrasi, tekankan pada kebutuhan cairan yang
cukup dan diet tinggi kalori.
5. Ajarkan perlunya menciptakan lingkungan yang lembab dan sejuk.
Rasional:
1. Pemahaman diperlukan untuk mempertahankan program pengobatan yang teraur yang
dapat membantu orang tua berada dengan anak selama pengobatan. Mengetahui akibat
lanjut pengobatan diharapkan orang tua segera meminta bantua seuai kebutuhan.
2. Pengetahuan yang tepat pada orang tua akan memberikan perhatian pada saran dokter
saat diperlukan.
3. Setelah infeksi,anak akan isitirahat secara teratur merupakan alat untuk kembali pulih dan
mencegah kambuhnya infeksi.
4. Pemberian cairan akan mengencerkan lendir. Diet tinggi kalori akan membantu
mengembalikan kalori yang diperlukan dalam melawan penyakit.
5. Udara yang lembab membantu mengencerkan lendir. Udara yang lembab dan sejuk yang
berasal dari tenda yang terpasang pada anak akan menjamin penguapan dan udara yang
hangat, yang dapat menyebabkan kebakaran.
diagnostic.
Asupan dan haluaran cairan
Asupan nutrisi
Respon anak terhadap pengobatan
Reaksi anak dan orang tua terhadap sakit dan tinggal rawat
Pedoman pengajaran pasien dan keluarga.
Pedoman rencana tindak lanjut.