KAJIAN TEORI
A. Irigasi
Irigasi adalah usaha untuk mendatangkan air dengan membuat bangunanbangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian
dengan membagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara teratur
dan membuang air yang tidak diperlukan. Irigasi dibuat karena sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia terutama dalam kaitannya dengan kebutuhan makanan
nabati, khususnya beras (Syaranamual, 2014). Bangunan, saluran, sawah, dan air
merupakan komponen-komponen dari sistem yang membentuk sebuah jaringan
irigasi. Sistem jaringan irigasi selain sebagai suatu usaha pemenuhan kebutuhan
manusia juga memiliki tujuan dan manfaat khusus bagi daerah irigasi. Secara
umum sistem jaringan irigasi bertujuan untuk penyedian dan pengaturan air,
dengan cara mendistribusikan air secara teknis dan sistematis dari sumber air ke
daerah yang memerlukan air atau disebut sebagai daerah layanan irigasi. Secara
khusus manfaat sistem jaringan irigasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk membasahi tanah.
2. Untuk merabuk tanah.
3. Untuk mengatur suhu tanah.
4. Untuk membersihkan tanah.
5. Untuk kolmatase.
Sistem irigasi dan klasifikasi jaringan irigasi terus berkembang seiring
dengan berjalanya waktu sesuai dengan konteks kebutuhan manusia dan keadaan
air pada suatu daerah tertentu. Berikut adalah sistem irigasi dan kalsifikasi
jaringan irigasi menurut Syaranamual, 2014.
Sami teknis
Bangunan
permanen
permanen
Baik
Sedang
Sederhana
Bangunan sederhana
Tidak mampu
mengatur/mengukur
debit
Jaringan saluran
Saluran pemberi
dan pembuang
menyatu.
Dikembangkan
sepenuhnya
yang dikembangkan
50-60%
40-50%
<40%
Ukuran
<2000 hektar
<500 hektar
terpisah
Petak tersier
Sumber: https://surososipil.files.wordpress.com/2008/09/irigasi1-bab-2-jaringanirigasi.pdf.
B. Saluran Irigasi
Saluran irigasi atau sering dikenal sebagai bangunan pembawa berfungsi
mengalirkan air dari sumbernya ke petak iragasi. Bangunan ini meliputi saluran
primer, saluran skunder, saluran tersier, dan saluran kuarter. Talang, gorong7
gorong, siphon, tedunan, dan got miring juga merupakan bagian dari bangunan ini
dan dikenal sebagai bangunan pelengkap.
1. Saluran primer
Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder
Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir. Pada
jaringan sederhana saluran sekunder merupakan cabang dari saluran primer yang
membagi saluran induk ke saluran yang lebih kecil (saluran tersier).
3. Saluran Tersier.
Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir.
Dengan kata lain saluran tersier adalah cabang dari saluran sekunder yang
berhubungan langsung dengan lahan atau petak-petak sawah.
4. Saluran Kuarter.
Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir.
C. Efisiensi Irigasi
Secara kuantitatif efisiensi irigasi pada suatu jaringan irigasi sangat sulit
untuk diketahui, karena parameter yang digunakan sangat sukar diukur. Efisiensi
irigasi selalu berkaitan dengan kehilangan air pada jaringan irigasi. Khusus untuk
tanaman padi, Kehilangan air irigasi terjadi pada saluran primer, skunder, dan
tersier melalui rembesan, evaporasi, dan pengambilan air tanpa ijin. Selain itu
kehilangan air juga terjadi akibat pengoperasian pengambilan air yang berlebihan.
1. Defenisi Efisiensi Irigasi
Terdapat banyak jenis efisiensi irigasi dalam jaringan irigasi. Namun,
dalam pengamatan ini akan dibahas efisiensi irigasi yang erat kaitannya dengan
efisiensi saluran, khususnya efisiensi saluran tersier yaitu effisiensi penyaluran. Di
mana, saluran tersier merupakan saluran yang mendistribusikan air ke petak-petak
sawah tersier.
2. Efisiensi Penyaluran
Efiseisensi irigasi menunjukkan daya guna pemakaaian air yaitu
merupakan perbandingan air antara jumlah air yang digunakan dan jumlah air
yang diberikan. Sehinga dapat disimpulkan bahwa dalam konsteks saluran tersier,
efisiensi penyaluran adalah perbandingan jumlah air yang masuk ke ujung saluran
tersier dengan air yang keluar pada pangkal saluran tersier. Secara umum efisiensi
di saluran merupakan rasio antara debit air yang keluar (Qout) dengan debit air
yang masuk (Qin). Efisiensi saluran juga sering diartikan sebagai efisiensi
volumetris (Ef vs). Untuk mengetahui besarnya nilai efisiensi di saluran, dihitung
menggunakan rumus berikut:
Eff
QinQout
x 100
..................................................................
Qin
2.1
Di mana,
Qin = debit air yang masuk (pada saluran tinjau in ), m3/sekon.
Qout = debit air yang keluar (pada saluran tinjau out), m3/sekon.
Eff
= efisiensi saluran, %.
10
11
Eto
= evaporasi (mm/hari),
ea
ed
2. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air dalam tanah dengan arah vertikal ke bawah
(Syaranamual, 2014 : 37). Setelah lapisan tanah jenuh air (seluruh ruang pori terisi
12
air) dan curah hujan masih berlangsung terus, maka karena pengaruh gravitasi air
akan terus bergerak ke bawah sampai ke permukaan air tanah.
Laju perkolasi didapat dari hasil penelitian lapangan, yang besarnya
tergantung sifat tanah (teksture dan struktur) dan karakteristik pengolahannya.
Perkolasi atau resapan air ke dalam tanah merupakan penjenuhan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Tekstur tanah
b. Permeabilitas tanah
c. Tebal Top Soil
d. Letak permukaan air tanah, semakin tinggi letak muka air tanah semakin
rendah perkolasinya.
Untuk saluran yang baik dan pada peroses pengolahan yang baik, laju
perkolasi adalah sebesar 1-3 mm/hari (Syaranamual, 2014 : 37).
3. Infiltrasi
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di
dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow)
menuju mata air, danau dan sungai, atau secara vertikal yang dikenal dengan
perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak air di dalam tanah melalui poripori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler.
Air yang mengalami infiltrasi itu pertama-tama diserap untuk
meningkatkan kelembaban tanah, selebihnya akan turun ke permukaan air tanah
melalui proses perkolasi dan mengalir ke samping. Pada lahan yang datar, sekali
menampung akan menjadi jenuh, maka laju infiltrasi akan berkurang hingga pada
suatu laju yang ditentukan oleh permeabilitas lapisan di bawahnya. Sedangkan
pada tanah yang miring, karena air yang mengalami infiltrasi akan menghadapi
tahanan yang lebih besar untuk mengalir dalam arah vertikal, maka air tersebut
akan dialihkan dalam arah lateral ke dalam lapisan-lapisan tanah yang lebih
permeabel.
13
Provinsi
Kalimantan
Tengah)
membagi
beberapa
faktor
yang
14
Rembesan
Tanah Pasir
5,50
Tanah Sedimen
2,50
Tanah Lempung
1,60
Pasangan Batu
0,90
0,40
Adukan Semen
0,17
0,13
Sumber:
http://pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Studi-Pola-
Pemberiam-Air-Irigasi-Berdasarkan-Faktor-Jarak-Sebagai-UpayaPemenuhan-Kebutuhan-Air-Di-Daerah-Irigasi-Kedungkandang-KabupatenMalang-Prayogi-Adhiatma-0910640060.pdf.
E. Debit Air di Saluran
Menurut Sumadiyono (dalam jurnal yang berjududl Analisis Efisiensi
Pemberian Air di Jaringan Irigasi Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi
Kalimantan Tengah), debit air di saluran merupakan dasar dalam mengetahui
kehilangan air pada saluran. Debit air adalah suatu koefisien yang menyatakan
banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatu-satuan waktu, biasanya
diukur dalam satuan m per detik. Dalam pengukuran debit air secara tidak
langsung, yang sangat perlu diperhatikan adalah kecepatan aliran dan luas
penampang aliran.
Pengukuran debit dapat dilaksanakan secara langsung (direct) atau secara
tidak langsung (indirect). Pengukuran debit secara langsung dilakukan dengan
memakai bangunan ukur yang dibuat sedemikian sehingga debit dapat langsung
dibaca atau dengan mempergunakan tabel. Pengukuran secara tidak langsung
dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang
basah. Debit dihitung berdasarkan hasil-hasil pengukuran.
Oleh karena itu maka dalam mengukur debit air secara tidak langsung
digunakan rumus sebagai berikut:
15
Q = A x V........................................................................................ 2.5
Di mana,
Q
= koefisien manning,
= jari-jari hidraulik,
16
P = (b + 2h.
1+ m2
).....................................................................
2.10
Q = v x A......................................................................................... 2.11
B = n x h.......................................................................................... 2.12
Di mana;
Q
17