KEJAHATAN SEKSUAL
Oleh :
Fadhil Alfino Azmi
1010312024
1010312046
Hamdini Humaira
1010312115
1010313011
Hadli Oktavioreta F
1110312074
Preseptor:
Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan case report yang berjudul
Kejahatan Seksual ini. Case report ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa case report ini masih memiliki
banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir
kata, semoga case report ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Padang,
2016
Januari
Penulis
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA
Kekerasan pada Anak.........................................................................................
1.2.
4
Kejahatan Seksual..............................................................................................
1.3.
6
Peran Forensik pada Kejahatan Seksual.............................................................
1.4.
9
Pemeriksaan Forensik pada Kejahatan Seksual.................................................
14
BAB 3.
LAPORAN KASUS .
.............
22
BAB 4.
25
DISKUSI ...........
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
belum waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan lukaluka diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara
paling lama delapan tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
(b) Persetubuhan di luar perkawinan:
1. Dengan persetujuan si wanita
a. Tanpa ikatan
Wanita < 15 tahun : Pasal 287 KUHP
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar
perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau
umumnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur
wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu
hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.
Tindak pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang
menurut undang-undang belum cukup umur. Jika umur korban belum
15 tahun tetapi sudah di atas 12 tahun, penuntutan baru dilakukan bila
ada pengaduan dari yang bersangkutan. Jadi dengan keadaan itu
persetubuhan tersebut merupakan delik aduan (bila tidak ada
pengaduan, tidak ada penuntutan.
Tetapi akan berbeda jika:
a. Umur korban belum cukup 12 tahun, atau
b. Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau
mati akibat perbuatan itu (KUHP pasal 291); atau
c. Korban yang belum cukup 15 tahun itu adalah anak tirinya,
muridnya, anak yang berada di bawah pengawasannya, bujangnya
atau bawahannya (pasal 294).
Dalam keadaan di atas, penuntutan dapat dilakukan walaupun
tidak ada pengaduan (delik biasa).
atas
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2002
tentang
Pasal 82
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka
pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
UU No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (KDRT)
Pada UU anti KDRT, tidak ditemukan pasal khusus mengenai pencabulan, namun
pasal 46 dan 47 dapat dipakai, namun dalam hal ini bila telah terjadi adanya
kekerasan seksual dalam rumah tangga.
Pasal 46
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana
dimaksud pada pasal 8 huruf a (pemaksaan hubungan seksual dengan diri
sendiri) dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau
denda paling banyak Rp 36 juta.
Pasal 47
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya
melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b
(dengan orang lain dengan tujuan komersil atau tujuan lain) dipidana dengan
pidana penjara 4-15 tahun atau denda paling sedikit Rp 12 juta atau denda
paling banyak Rp 300 juta.
1.2. Peran Forensik pada Kejahatan Seksual
Peran forensik adalah sebagai berikut:
1. Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan
2. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan
3. Memperkirakan umur
4. Menentukan pantas atau tidaknya korban untuk dikawin
1.2.1
Gambar 1.2. Contoh bentuk selaput dara pada wanita yang robek saat
melakukan hubungan seksual pertama kali. Tampak robekan pada bagian
belakang arah jam 4,5,7,8.
Pada keadaan-keadaan tertentu perlukaan akibat koitus dapat lebih berat.
Koitus yang dilakukan secara kasar dan keras, misalnya oleh laki-laki yang
menderita psikopatia seksualis atau yang sedang mabuk, akan menimbulkan
perlukaan-perlukaan vulva dan vagina yang luas dengan perdarahan banyak.
Lebih-lebih bila wanita menolak untuk melakukan hubungan seksual. Dalam
keadaan demikian koitus hanya mungkin dilakukan bila pihak laki-laki
memaksanya dengan kasar dan kekerasan. Faktor pradisposisi dari pihak
wanita untuk mengalami trauma pad koitus ialah hipoplasia genitalis,
penyempitan introitus vagina, vagina yang kaku, dan selaput dara yang tebal.
Tidak adanya pengalaman, sedang mabuk, memiliki penis yang besar
merupakan faktor-faktor dari pihak laki yang memudahkan terjadinya trauma
pada waktu koitus. 7
Celah bawaan pada selaput dara dapat dibedakan dari ruptur dengan
memperhatikan sampai di insertio (pangkal) selaput dara. Celah bawaan tidak
mencapai insertio, sedangkan ruptur dapat sampai ke dinding vagina. Pada
vagina akan ditemukan parut bila ruptur sudah sembuh, sedangkan ruptur yang
tidak mencapai basis tidak akan menimbulkan parut. Ruptur akibat
persetubuhan biasa ditemukan di bagian posterior kanan atau kiri dengan
asumsi bahwa persetubuhan dilakukan dengan posisi saling berhadapan. 7
Robekan baru pada selaput dara dapat diketahui jika pada daerah robekan
tersebut masih terlihat darah atau hiperemi/kemerahan. Letak robekan
dinyatakan sesuai menurut angka pada jam.9
2. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan barang
bukti
3. Visum dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh korban pada
4.
5.
6.
7.
8.
perkawinan.
Spesifik
waktu kejadian
dimana tempat kejadian
apakah korban melawan
apakah korban pingsan
apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi
apakah setelah kejadian korban mencuci, mandi, dan mengganti
pakaian
Tanda-tanda bekas kekerasan, seperti memar atau luka lecet di daerah mulut,
leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam dan pinggang.
Ada tidaknya rambut kemaluan yang saling melekat menjadi satu akibat air
mani yang mengering. Gunting rambut tersebut untuk pemeriksaan
laboratorium.
Ada tidaknya bercak air mani di sekitar alat kelamin. Kerok bercak tersebut
dengan sisi tumpul skalpel atau swab dengan kapas lidi yang dibasahi dengan
Satu tetes lendir vagina diletakkan pada kaca obyek, dilihat dengan
pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan pergerakan
sperma.
- Lama bertahannya spermatozoa :
Umumnya disepakati bahwa dalam 2-3 jam setelah persetubuhan
masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina.
Haid akan memperpanjang masa ini menjadi 3-4 jam. Setelah itu
spermatozoa tidak bergerak lagi dan akhirnya ekornya akan
menghilang (lisis), sehingga harus dilakukan pemeriksaan dengan
pewarnaan.
Menurut Voight, sperma masih bergerak kira-kira 4 jam
pascapersetubuhan.
Menurut Gonzales,
sperma
masih
bergerak
30-60
menit
pascapersetubuhan.
Menurut Ponzold, kurang dari 5 jam pascapersetubuhan, tetapi
kadang-kadang bila ovulasi atau terdapat sekret serviks, dapat
bertahan sampai 20 jam.
Menurut Nickols, sperma masih dapat ditemukan 5-6 hari
pascapersetubuhan walaupun setelah 3 hari hanya tinggal beberapa
saja. Menurut Voight, 66 jam pascapersetubuhan, sedangkan
menurut Davies dan Wilson 30 jam.
Pada orang yang mati setelah persetubuhan, sperma masih dapat
ditemukan sampai 2 minggu pascapersetubuhan, bahkan mungkin
lebih lama.
Dapat disimpulkan, spermatozoa masih dapat ditemukan sampai 3
hari pasca persetubuhan, kadang-kadang sampai 6 hari pasca
persetubuhan. Bila sperma tidak ditemukan, belum tentu dalam
vagina tidak ada ejakulat mengingat kemungkinan azoospermia atau
pascavasektomi sehingga perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam
cairan vagina.
b) Dengan pewarnaan
Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah
dengan pulasan malachite green dengan prosedur sebagai berikut :
Warnai dengan larutan Malachite Green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci
dengan air mengalir dan setelah itu lakukan counter stain dengan larutan Eosin
Yellowish 1% selama 1 menit, terakhir cuci dengan air.
Keuntungan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak
terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak
terwarnai. Kepala sperma tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya
bewarna hijau.
b. Penentuan cairan mani (kimiawi)
Untuk membuktikan adanya cairan mani dalam sekret vagina, perlu
dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani dengan
pemeriksaan laboratorium berikut :
a) Reaksi fosfatase asam
Cara pemeriksaan : bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring
yang telah terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa
menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprot dengan reagens.
Ditentukan waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna
ungu.
b) Cara elektro-imunodifusi (baxter)
Cara ini adalah satu-satunya cara untuk menentukan dengan pasti adanya
mani manusia pada keadaan azoospermia. Dengan cara ini, Baxter dapat
menentukan adanya semen di dalam vagina sampai 4 hari pasca
persetubuhan.
c) Elektroforetik (Adam & Wraxall)
Cara ini menggunakan lempeng akrilamid dan dikembangkan dengan
bufer (pH3), dilihat di bawah sinar ultra violet. Hasil : fosfatase asam
seminal bergerak sejauh 4 cm, sedangkan fosfatase asam vaginal
bergerak sejauh 3 cm.
d) Reaksi florence
Cara pemeriksaan : bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak
diletakkan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup dengan kaca
penutup. Reagen dialirkan dengan pipet di bawah kaca penutup. Bila
terdapat mani, tampak kristal kholin-peryodida berwarna coklat,
berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah . Reaksi ini dilakukan bila
terdapat azoospermi dan cara lain untuk menentukan semen tidak dapat
dilakukan.
e) Reaksi Berberio
Dasar reaksi adalah untuk menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagen adalah larutan asam pikrat jenuh.
Cara pemeriksaan : sama seperti reaksi Florence.
Hasil positif memperlihatkan adanya kristal spermin pikrat yang
kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul, dan kadangkadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal mungkin
pula berbentuk ovoid. Reaksi tersebut mempunyai arti bila mikroskopik
tidak ditemukan spermatozoa.
Penentuan adanya spermin dapat pula dengan tes Puranen yang khas
untuk cairan mani, tetapi mungkin terjadi hasil negatip semu dan
reaksinya lebih lambat dibandingkan dengan tes berberio, reagen adalah
larutan 5 g naphothol S yellow dalam 100 cc aquadest. Cara pemeriksaan
: sama seperti tes florence, tunggu kira-kira 1 jam, hasilnya positif
terlihat kristal-kristal spermin flavinat berwarna kuning.
B. Penentuan golongan darah ABO pada cairan mani
Penentuan golongan darah ABO pada semen golongan sekretor dilakukan
dengan cara absorpsi inhibisi. Hanya untuk golongan sekretor saja dapat
ditentukan golongan darah dalam semen.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai substansi golongan
darah dalam bahan pemeriksaan yang berasal dari forniks posterior vagina, dapat
dilihat dari tabel berikut ini.
Substansi
sendiri
dalam
A
B
A+B
asing
semen
AB
A+B
A
H*
H*
A+H
sekret
vagina
Substansi
berasal
B
B
B+H
dari
B
H*
H* : hanya H
Jika dari sekret vagina wanita golongan O, ditemukan substansi A dan H
atau B dan H berarti terdapat substansi sendiri bersama dengan substansi
asing. Jika ditemukan substansi A atau B atau A dan B, berarti pada sekrit
vagina
tersebut
terdapat
substansi
asing.
Adanya
substansi
asing
- Smegma
Pemeriksaan pria tersangka :
Tujuan : untuk membuktikan bahwa seorang pria baru saja melakukan
persetubuhan dengan seorang wanita, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
sebagai berikut :
Cara lugol.
Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama
pada bagian kolum, korona serta frenulum. Kemudian letakkan dengan
spesimen menghadap ke bawah di atas tempat yang berisi larutan Lugol
dengan tujuan agar uap yodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasil positif
akan menunjukkan sel-sel epitel vagina dengan sitoplasma berwarna coklat
karena mengandung banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu
ditentukan adanya kromatin seks (Barr bodies) pada inti. Dengan pembesaran
besar, perhatikan inti sel epitel yang ditemukan dari Carl Barr Bodies. Ciricirinya adalah menempel erat pada permukaan membran inti dengan diameter
kira-kira 1 u yang berbatas jelas dengan tepi tajam dan terletak pada satu
dataran fokus dengan inti.
Apabila persetubuhan tersebut telah berlangsung lama atau telah
dilakukan pencucian pada alat kelamin pria, maka pemeriksaan tersebut di atas
tidak akan berguna lagi.
BAB II
LAPORAN KASUS
PRO JUSTITIA
Yang bertanda tangan di bawah ini, Rika Susanti, Doktor, dokter spesialis
forensik pada Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang, berdasarkan surat
permintaan visum et repertum Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Barat Resor
Kota Padang, dengan surat nomor VER/05/I/2016/Sektor, tertanggal 11 Januari
2016, maka menerangkan dengan ini bahwa pada tanggal sebelas Januari dua ribu
enam belas, pukul sebelas lewat lima puluh lima menit Waktu Indonesia Bagian
Barat, bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat DR. M. Djamil Padang, telah
dilakukan pemeriksaan korban yang menurut Surat Permintaan Visum tersebut
adalah :----------------------------------------------------------------------------------------Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Alamat
: Elisa Efrilia Nanggolan----------------------------------: Perempuan------------------------------------------------: 14 tahun----------------------------------------------------: Pelajar------------------------------------------------------: Perumahan Jondul V Blok A No. 06 RT/RW 04/03
Kelurahan
Parupuk
Tabing
Kecamatan
Koto
Tangah.----------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------
Lanjutan VeR No
______
Halaman 2 dari 2
1. Korban datang dalam keadaan sadar, keadaan umum baik, dan pakaian sudah
diganti. Sikap selama pemeriksaan membantu dan emosi tenang.-----------------
pemakaian
kondom
tidak
diketahui.
Riwayat
persetubuhan
sebelumnya diakui korban dengan orang yang berbeda.---------------------------3. Korban menarche usia 11 tahun, haid belum teratur dan HPHT pada tanggal
tiga satu Desember tahun dua ribu lima belas.--------------------------------------4. Pertumbuhan seks sekunder: rambut axila dan pubis baru tumbuh; payudara
menonjol delapan sentimeter. ---------------------------------------------------------Lanjutan VeR No
5. Pada korban ditemukan : tidak ditemukan luka-luka--------------------------------
VER/06/I/2016/Reskrim
Halaman 2 dari 2
6. Pada pemeriksaan genitalia--------------------------------------------------------------
1) Pada bagian luar: tidak ditemukan luka.------------------------------------------2) Pada selaput dara: terdapat robekan lama mencapai dasar pada arah jam
sembilan dan arah jam tiga sesuai arah jarum jam.------------------------------3) Bagian dalam: tidak diperiksa.-----------------------------------------------------7. Pemeriksaan tambahan :-----------------------------------------------------------------1) pemeriksaan swab vagina dilakukan : tidak ditemukan sel sperma dan
cairan mani pelaku.-----------------------------------------------------------------KESIMPULAN-----------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban perempuan yang menurut surat permintaan Visum
berumur empat belas tahun ditemukan robekan lama pada selaput dara akibat
kekerasan tumpul yang melalui liang senggama. Selanjutnya tidak ditemukan
luka-luka pada bagian tubuh lainnya.------------------------------------------------------
: Elisa Efrilia Nanggolan----------------------------------: Perempuan------------------------------------------------: 14 tahun----------------------------------------------------: Pelajar------------------------------------------------------: Perumahan Jondul V Blok A No. 06 RT/RW 04/03 Kelurahan
Parupuk Tabing Kecamatan Koto Tangah.---------------------------
Korban datang diantar oleh orang tua dengan membawa surat permintaan
visum. Berdasarkan literatur seharusnya korban datang didampingi oleh polisi.
Pemeriksaan dilakukan segera setelah SPV datang dengan sebelumnya mengisi
lembaran persetujuan informed consent. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter
spesialis forensik didampingi dokter muda, dan orang tua korban. Untuk
pemeriksaan yang lebih pribadi terhadap korban hanya dilakukan oleh dokter dan
dokter muda. Diawali dengan anamnesis terhadap korban, didapatkan bahwa
korban berusia 14 tahun, belum menikah, kronologis kejadian (melakukan
persetubuhan dengan persetujuan korban), dan bersetubuh telah dilakukan 3 kali
dengan 2 riwayat persetubuhan sebelumnya diakui korban dengan dua orang lain
yang berbeda.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan korban telah mandi, pakaian sudah
diganti. Pada pemeriksaan genitalia terdapat robekan lama mencapai dasar pada
arah jam sembilan dan arah jam tiga sesuai arah jarum jam menunjukkan telah
terjadinya penetrasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
WHO.
Diakses
melalui
UU
Perlindungan
Anak
diakses
melalui
3.
4.
5.
3 November 2014
7.
8.
melalui
http://drprima.com/ginekologi-estetik/variasi-anatomi-dan-