Status Psikiatri
Status Psikiatri
Status Psikiatri
Disusun Oleh :
Denia Mariella Chantika
030.10.073
Penguji :
dr. Yuniar Pukuk Kesuma, Sp. KJ
Pembimbing :
dr. Sucipto , Sp. KJ, M.Kes
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 42 tahun
Tanggal Lahir
: 8 Juli 1973
Agama
: Islam
: Sunda / Indonesia
Status Pernikahan
: Menikah
Pendidikan Terakhir
: SD
Pekerjaan
Alamat
: 13 November 2015
II.RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari:
Autoanamnesis pada Tanggal 17, 18, 19 Desember 2015 di Bangsal Gatot Kaca.
Alloanamnesis diperoleh dari Ibu Halimah dan Pak Mahfudin (Kedua adik Pasien)
pada tanggal 18 Desember 2015 saat kunjungan ke rumah pasien.
A. Keluhan Utama
Berdasarkan alloanamnesis, pasien dibawa ke UGD RSMM karena pasien sering
marah-marah, membawa senjata tajam dan mukul adik dan hampir mencangkul ibunya serta
sulit tidur sejak 1 bulan SMRS.
karena itu orang-orang sekampung menganggap ia stress padahal pasien tidak merasa bahwa
dirinya stress. Menurut adik pasien memang benar pasien pernah dirantai dengan alasan
perilaku pasien yang sering mengamuk dan sulit ditenangkan walaupun sudah ditangani
oleh 7 orang oleh karena itu pasien dibawa ke pengobatan alternatif kebatinan di Cimande
untuk dirawat selama 4 hari, tetapi tidak mengalami perbaikan.
Setelah kejadian itu pasien mulai menunjukkan tingkah laku yang aneh seperti
sering marah-marah, mengamuk dan memukul adiknya.
Pasien mengatakan akhir-akhir ini sulit tidur karena sering terbayang-bayang
orang jahat dimana orang tersebut adalah mertuanya. Menurut penuturan adik perempuan
pasien, pasien memang pernah bercerita bahwa ia pernah bermimpi tentang mertuanya yang
hendak membunuh anaknya, lalu pasien terbangun dan segera membawa kayu besar disaat
tengah malam karena takut mertuanya akan membunuh anaknya. Dalam 1 bulan ini memang
pasien mengalami sulit tidur saat malam hari dan ia sering keluyuran keluar rumah atau
mondar mandir keluar masuk rumah seperti tidak betah di dalam rumah. Saat keluyuran
keluar rumah bila ada sepatu dirumah orang pasien mengambil seenaknya dan membawa
pulang kemudian membersihkannya lalu merebus sepatu tersebut. Tidak hanya sepatu yang
ia rebus pisau dan tasbih pun ia rebus. Bila sudah matang airnya ia buang kemudian barangbarang tersebut direbus kembali. Selain itu pasien juga sering mengeluarkan barang-barang
yang ada dirumah seperti kompor gas, gayung, sepatu dan lain-lain, kemudian menyusunnya
di teras rumah dengan tujuan untuk memberikan barang-barang tersebut kepada orang lain.
Disamping itu pasien juga sering membawa-bawa tas anaknya dan merasa bahwa dirinya
sebagai bos. Terkadang bila ada orang yang datang kerumah pasien selalu merasa curiga
kemudian memarahi dan mengusir orang tersebut.
1 minggu SMRS ( 6 Desember 2015, usia 42 tahun ), adik perempuan pasien
mengatakan bahwa pasien tidak mengenalinya ataupun anak-anaknya sendiri sehingga
pasien hampir menggergaji anaknya maka dari itu pihak keluarga mulai menyimpan senjatasenjata tajam seperti golok, gergaji dan pisau ditempat yang aman dan tidak dapat dijangkau
oleh pasien. Pasien juga sering komat kamit dan tertawa sendiri. Untuk aktifitas perawatan
diri seperti makan dan mandi pasien masih dapat melakukannya sendiri. Pasien juga
memiliki kebiasaan merokok dalam semalam dapat mencapai 6 bungkus dan pasien juga
suka minum kopi.
Beberapa jam SMRS (13 Desember 2015, usia 42 tahun) saat magrib tiba-tiba
pasien mengamuk sambil membawa cangkul dan berlari kearah ibunya hendak akan
mencangkul ibunya, karena melihat pasien membawa cangkul ibunya pun refleks berteriak
dan berlari meminta pertolongan keluar rumah karena takut akan dicelakakan oleh anaknya.
Karena sebab itulah pasien segera dibawa oleh anak pertama dan adik pasien ke UGD
RSMM dengan menggunakan mobil desa. Pasien dibawa ke RS karena dianggap sudah
meresahkan warga. Selama di UGD pasien diobservasi karena kondisi pasien yang masaih
mengalami gaduh gelisah sambil menunggu di pindahkan ke Ruang Kresna.
Setelah beberapa hari dirawat di Ruang Kresna, keadaan pasien sudah mulai
relatif tenang sehingga dapat dipindahkan ke ruang Gatot Kaca. Saat diwawancarai di ruang
Gatot Kaca pun ( 17-19 Desember 2015, usia 42 tahun) keadaan pasien sudah mulai tenang
dan stabil dan sudah tidak mengamuk lagi.
C. Riwayat Gangguan Dahulu
1. Riwayat Psikiatri
Pasien mengatakan ini adalah pertama kalinya pasien berada di RSMM. Kemudian ia
tidak pernah marah ataupun mengamuk seperti yang dikatakan oleh keluarga dan orang
sekampung. Pasien juga tidak pernah mendengar suara suara yang menyuruhnya untuk
melakukan suatu hal. Pasien menuturkan yang ia ingin kan hanyalah pulang kerumah
bertemu anak-anaknya, dan mengurus wakaf mesjid.
Adik pasien mengatakan kejadian ini merupakan yang pertama kali seumur hidup
pasien. Adik pasien mengatakan pasien tidak pernah menunjukkan gejala marah-marah,
komat kamit, tertawa sendiri, keluyuran keluar rumah sampai mengamuk dan memukuli
orang lain sebelumnya.
2. Riwayat Kondisi Medis
Baik pasien maupun keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami
cedera kepala, ataupun penyakit yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.
Keterangan:
1.
2.
3.
6 Desember 2015 : pasien mengamuk, lupa dengan anaknya anaknya ingin digergaji
oleh pasien sering komat kamit dan tertawa sendiri
4.
13 Desember 2015 : pasien mengamuk dan hendak melukai ibunya dengan cangkul
pasien dibawa ke IGD RSMM
5.
17 Desember 2015 : pasien sudah merasa tenang dan tidak pernah mengamuk lagi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mengalami masalah pada saat awal masuk sekolah
dasar. Pasien juga tidak menolak perpisahan dengan ibunya saat masuk sekolah dasar. Ibu
pasien mengatakan pasien adalah orang yang cukup dapat bergaul. Hubungan pasien dengan
guru dan teman-teman setau ibu pasien tidak terdapat masalah. Pasien selalu naik kelas saat
sekolah dasar.
Hubungan Sosial
Menurut pasien dan ibu pasien, pasien mempunyai banyak teman di lingkungan
pergaulannya. Pasien juga tidak pernah mempunyai masalah dengan teman-teman
maupun orang sekitarnya. Menurut pasien, ia adalah orang yang biasa saja dalam
pergaulan dan bukan merupakan pemimpin dalam kelompoknya.
Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan hanya sampai tamat SD setelah itu pasien tidak
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dikarenakan keterbatasan
biaya yang dimiliki orang tua untuk menyekolahkan lebih lanjut.
Pasien mengatakan mulai kebiasaan merokok sejak umur 12 tahun dan tidak
pernah meminum alkohol. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami perasaan
depresi atau timbul ide untuk bunuh diri.
5. Masa Dewasa
-
Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan dan penjaga wakaf
di mesjid, ia sering mencabuti rumput dan membersihkan wakaf tersebut sampai
tampak rapi. Adik pasien juga mengatakan pekerjaan pasien adalah serabutan kadang
pasien menerima pekerjaan yang diberikan orang seperti menggali sumur,
memperbaiki sanyo, memperbaiki atap rumah yang bocor
Agama
Pasien beragama Islam, sama dengan kedua orang tua dan kakak adiknya. Pasien
merupakan seorang yang cukup rajin dalam beribadah.pasien sering melkaukan solat
tahajud dan solat sunnah lainnya.
-
Aktifitas Sosial
Menurut pasien, saat ini pasien mengatakan memiliki beberapa teman dekat yang
sering berkumpul dengannya yang sama-sama tinggal didekat rumah pasien dalam
organisasi humas.
Riwayat Seksual
Pasien mengatakan pernah beberapa kali melakukan hubungan seksual dengan
perempuan yang dijadikan istri nya sebelum mereka menikah. Walaupun pasien tahu
hubungan seksual seharusnya dilakukan setelah pernikahan pasien menganggapnya
sebagai kesalahan di masa muda. Pasien mengatakan pengetahuan seksualnya
didapatkan dari teman-temannya di pergaulan dan sekolah.
E. Riwayat Keluarga
Menurut penuturan ibu pasien, dalam keluarga pasien tidak terdapat riwayat
anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti pasien atau gangguan mental lainnya.
Tidak ada yang pernah dirawat akibat gangguan psikiatri ataupun penyakit medis lainnya.
Tidak ada juga riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat lain serta perilaku antisosial di
dalam keluarga pasien.
Pasien merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara. Pasien tinggal bersama dengan
ketujuh anaknya. Orangtua, kakak dan adik pasien tinggal berdekatan dengan rumah pasien.
Semua kakak dan adik pasien merupakan tamatan SD.
Adik pasien mengatakan sikap pasien dalam keluarga cenderung terbuka. Pasien
sering menceritakan masalahnya seperti masalah ekonomi dan mengurus anaknya sendirian
kalimat yang diingat adiknya yaitu pusing mikirin anak, kalau masak juga masak sendiri
apa-apa sendiri. Pasien mengatakan bahwa ia adalah tulang punggung dalam keluarga.
Genogram keluarga pasien :
Keterangan :
Impian : pasien mengatakan ingin sekali bila mendapat rezeki bisa melebarkan
tanah wakaf
Hal yang menjadi sumber kejengkelan dan yang membuat bahagia : pasien
mengatakan seringkali kesal karena adik laki-lakinya selalu berbicara soal uang dan
uang padahal menurut pasien uang bukan menjadi permasalahan yang utama dan ia
sering kesal dengan mertuanya apabila berbicara menyangkut rumah, karena
menurut pasien mertuanya selalu ingin menjual rumahnya. Pasien mengatakan akan
merasa senang sekali apabila dapat berkumpul kembali dengan keluarganya karena
ia sangat rindu dengan anak-anaknya.
III.
STATUS MENTAL
Dilakukan pada tanggal 17-19 November 2015 di bangsal Gatot Kaca RSMM Bogor
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Seorang laki-laki berusia 42 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya. Penampilan
rapi dan bersih, rambut hitam beruban, kuku terpotong rapi, perawakan ideal.
2. Kesadaran
-
Biologis
: compos mentis
Psikologis
: terganggu
Sosial
: terganggu
Sebelum wawancara : pasien tampak sedang duduk mengobrol dengan teman lain di
bangsal, cara jalan tampak normal
Selama wawancara : pasien tampak tenang, kontak mata adekuat, tidak ada gerakan
involunter ataupun menunjukkan agitasi
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan cepat dan tegas. Intensitas suara
cukup, artikulasi jelas. Perbendahaaran kata banyak.
B. Alam Perasaan
1. Mood : Euthym
2. Ekspresi Afektif
-
Skala diferensiasi
Kestabilan
Echt / Unecht
Keserasian
Pengendalian
Intensitas
Empati
: luas
: stabil
: echt (sungguh-sungguh)
: serasi
: baik
: dalam
: dapat diraba rasakan
C. Fungsi Intelektual
1.
Kecerdasan : Baik. pasien mampu menjawab soal penjumlahan angka dengan baik
2.
Daya konsentrasi : Tidak Baik. Pasien tidak bisa menghitung mundur 100-7
(Seven Serial Test)
3.
Orientasi :
Orientasi Waktu : Kurang baik, pasien dapat mengetahui hari dan siang atau malam
tetapi untuk tanggal dan tahun pasien tidak mengetahuinya
-
Orientasi Tempat : Tidak baik, pasien hanya tau dia berada di bogor tetapi untuk
tempat dia masih belum tahu
4.
Daya Ingat Jangka Panjang : Baik. Pasien masih ingat nama sekolah SD-nya
Daya Ingat Jangka Pendek : Baik. Pasien masih mengingat menu sarapan tadi pagi
Daya Ingat Sesaat : Baik. Pasien mampu mengucapkan kembali apa yang baru saja
ia ceritakan
5. Pikiran Abstrak : Tidak Baik. Pasien tidak mampu menyebutkan arti dari peribahasa ada
udang dibalik batu
6. Kemampuan Menolong Diri : Baik. Pasien mampu makan dan mandi sendiri.
7. Kemampuan Visuospatial : Baik. Pasien dapat mengikuti gambar tumpang tindih yang
dicontohkan pemeriksa.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
- Halusinasi Auditorik : Ada (pasien sering mendengar mertuanya marah-marah
dan reaksi pasien hanya mendengarkan saja)
- Halusinasi Visual : Ada (Pasien melihat cahaya besar di luar rumah)
- Halusinasi Olfaktorik : Tidak ada
- Halusinasi Taktil : Tidak ada
2. Ilusi : Ada, saat melihat bingkisan bambu dan tirai pasien menganggap itu emas
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
-
Produktivitas : Cukup. Pasien menjawab semua pertanyaan pemeriksa dan ide cerita
yang cukup.
Kontinuitas pikiran : Koheren. Jawaban pasien sesuai dengan pertanyaan, terarah ke
2. Isi Pikiran
-
Waham Bizare (pasien meyakini kalau pasien punya ilmu dapat menyembuhkan
orang lain, dapat berbicara dengan orang yang sudah meninggal dan dapat
membaca isi hati orang).
F. Pengendalian Impuls
Baik
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Baik. Ketika diberi pertanyaan apakah mencuri itu baik atau tidak,
pasien menjawab tidak baik.
2. Uji daya nilai : Baik. Pasien mengatakan jika menemukan dompet di tengah jalan, maka
pasien akan mengembalikan ke pemiliknya.
3. Penilaian realita : Terganggu (riwayat halusinasi dan waham)
H. Tilikan
Tilikan derajat 1 (pasien menyangkal bahwa dirinya sedang sakit).
I. Taraf Dapat Dipercaya
IV.
: Dapat dipercaya
STATUS FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Selasa, 18 Desember 2015 di Ruang Gatot Kaca RS. Dr.
Marzoeki Mahdi Bogor.
A. Status Internus
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi napas
: 18x/menit
Frekuensi nadi
: 88x/menit
Suhu
: 36,50 C
Status gizi
Kulit
: Sawo matang
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Leher
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
B. Status Neurologis
GCS
: 15 (E4,V5,M6)
Kaku kuduk
: (-)
Pupil
: Bulat, isokor
: (-)
Motorik
: Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-),
eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi
Sensorik
Reflex fisiologis
: Normal
Reflex patologis
: (-)
Gejala ekstrapiramidal
: (-)
: Normal
: (-)
HASIL
NILAI
KETERANGAN
14,4
10.890
244.000
41
37
27
22,3
0.84
150
RUJUKAN
14-16
4000-10000
150000-400000
40-50
< 42
< 47
10-50
0,7 1,0
<140
Normal
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningkat
pasien marah dan mengusir orang tersebut dari rumahnya. Selain itu pasien juga pada
awalnya sering mendengar suara mertuanya selalu marah-marah kepadanya tetapi reaksi
pasien hanya mendengarkan suara tersebut saja. Pasien tidak pernah mengalami cedera
kepala, kejang kejang, ataupun penyakit lain yang mendahului kejadian tersebut. Pasien juga
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Pasien merupakan perokok berat
biasanya pasien merokok sebungkus perhari tetapi seminggu SMRS pasien dapat merokok 6
bungkus dalam semalam. Pasien juga suka minum kopi.
Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan kesadaran pasien compos mentis,
sikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif dan bisa bekerja sama. Mood euthym. Afek
stabil, pengendalian cukup, echt, empati dapat dirabarasakan, dalam, skala diferensiasi luas,
serasi. Ditemukan adanya halusinasi visual dan auditorik pada pasien. Ditemukan juga
adanya waham bizare pada pasien. Penilaian realita pasien terganggu karena adanya riwayat
halusinasi dan waham. Tilikan derajat 1 dan secara keseluruhan dapat dipercaya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, meliputi status generalis dan status
neurologis, serta pemeriksaan penunjang tidak didapatkan adanya kelainan kondisi medis
lain.
VI.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Pada Pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan psikologis yang secara
klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan fungsi pekerjaan, pemanfaatan
waktu luang dan hubungan sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pasien ini
menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang berkaitan dengan gejala psikis sehingga
Gangguan Mental Organik sudah dapat disingkirkan. Dari anamnesis tidak ditemukan riwayat
penggunaan zat psikoaktif dan gejala yang ditimbulkan adalah tidak sesuai dengan kriteria
Gangguan Terkait-Zat, sehingga diagnosis Gangguan Mental Terkait-Zat (Substance-Related
Disorder) dapat disingkirkan.
GAF HLPY
Fungsi sosial
GAF Current
Fungsi psikologi
Fungsi sosial
VII.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
: Pada axis III tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medis umum.
AksisIV
Aksis V
HLPY
: 80-71
IX.
DIAGNOSIS BANDING
Skizoafektif
X.
PENATALAKSANAAN
Psikofarmaka
Risperidone 2 x 2 mg / hari
CPZ 1 x 100mg/ hari
Psikoterapi
Sosioterapi
-
Memberi nasehat kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan
selalu memberi dukungan kepada pasien untuk tetap mengikuti pengobatan
medis, juga mendukung pasien dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan
kepercayaannya.
Mengingatkan keluarga pasien supaya pasien mengurangi/menghilangkan
Marzoeki Mahdi dan mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur.
Mendukung pasien untuk kembali ke pekerjaannya lagi setelah keluar dari RS
Marzoeki Mahdi untuk membangun rasa percaya dirinya serta membantu
perekonomian keluarga.
XI.
PROGNOSIS
Ad vitam
: Ad bonam
Ad fungtionam
: Ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
Diketahui bahwa faktor pencetus timbulnya gangguan yaitu karena faktor sosial ekonomi
Kondisi pasien yang secara umum masih baik dan kemampuan merawat diri sendiri
masih baik
tidak tetap
Tanggung jawab pasien yang harus menjadi tulang punggung keluarga untuk membiayai
ke-7 anaknya