PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Pemeriksaan konduksi saraf sensorik dan motorik mungkin ditemukan kelainan pada
sekitar 20 % populasi
Terapi konservat
d. Derajat 3 : Berat
Terapi operatif
3. Patofisiologi
Saraf medianus lewat melalui kumparan tunnel pada tulang, yang terjadi karena
karpal dorsalis dan ligamen transversal pada karpal mengalami peradangan. Tendon fleksor
bergerak melalui paralel tunnel menuju saraf medianus. Radang dan pembengkakan dari garis
sinovial selaput tendo mempersempit ruang yang ada dan menyebabkan tekanan pada saraf
medianus. Gangguan kesehatan dengan gejala kesemutan dan nyeri akan muncul, hal ini
diakibatkan oleh pembengkakan saraf yang melewati terowongan karpal di pergelangan
tangan. Penekanan yang berulang-ulang akan menyebabkan terjadinya peninggian tekanan
intravasikuler, akibatnya aliran vena melambat dan menyebabkan anoksia serta kerusakan
endotel karena gangguan pemenuhan nutrisi ke dalam sel. Apabila kondisi ini terus berlanjut,
akan terjadi fibrosis epineural yang menyebabkan nekrosis serabut saraf. Lama kelamaan
saraf akan atrofi dan diganti oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggu serta menyeluruh.
4. Manifestasi Klinis
Long ( 1996), menyampaikan tanda dan gejala yang didapat ditemukan adalah
disestesia, parastesia, hipotesia, dan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Keluhan terasa hebat
setelah terjadi fleksi yang dipaksakan pada tangan yang berlangsung lama, seperti setelah
mengetik. Gejala dapat terasa bila diketuk saraf median pada pergelangan tangan (tunnels
sign). Klien merasa tangannya membengkak, kaku bila memegang, terutama memegang
4
benda kecil. Juga ditemukan rasa nyeri yang menjalar ke lengan atas, pada tingkat lanjut
ditemukan adanya atropi.
Manifestasi dapat berupa nyeri, kebas, parestesia, dan kemungkinan kelemahan
sepanjang saraf medianus (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah). Sering terdapat nyeri pada
malam hari (Smeltzer, 2002).
5. Komplikasi
Komplikasi Carpal Tunnel Syndrome adalah atrofi otot-otot thenar, kelemahan otototot thenar, dan ketidakmampuan tangan untuk beraktifitas (Shidarta, 1984).
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang
persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek
sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan
gangguan trofik. Sekalipun prognosa carpal tunnel syndrome dengan terapi konservatif
maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali (Ashworth,
2013).
6. Penatalaksanaan
Pasang bidai pada posisi netral pergelangan tangan untuk mengistirahatkan agar
dapat mencegah hiperekstensi dan fleksi yang lama pada pergelangan tangan.
parastesia
Neuropati
disestesia
MK : Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya
informasi
peradangan
menyebabkan tekanan
pada saraf medianus
anoksia dan
kerusakan endotel
gangguan kebutuhan
nutrisi ke dalam sel
fibrosis epineural
MK : Kerusakan
Kualitas Fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya inflamasi, pembengkakan
karena kompresi dari saraf medianus.
3. Perencanaan
No.
1.
Dx Kep
Kurang pengetahuan b.d
kurangnya informasi
Intervensi
NIC
Knowledge : Disease
Process
tentang tingkat
Knowledge : Healt
pengetahuan pasien
Behavior
tentang proses
Kriteria Hasil :
kondisi,proknosis dan
berhubungan dengan
program pengobatan
mampu melaksanakan
tepat
prosedur yang
dijelaskan secara benar
Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
tentang penyakit,
Berikan penilaian
mampu menjelaskan
tepat
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab dengan cara
yang tepat
Sediakan informasi
8
Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
NOC
NIC
Joint Movement :
Active
Mobility Level
Exercise Therapi :
Ambulation
-
Transfer Perfomance
latihan
Kriteria Hasil :
Klien meningkat
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
Konsultasikan dengan
perasaan dalam
menggunakan tongkat
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan berpindah
Memperagakan
penggunaan alat
ambulasi
(walker)
Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
Implementasi Keperawatan
Membantu mencapai tujuan pengobatan
Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
10
1. Istirahat
yang dioperasi
BAB III
PENUTUP
11
3.1 Kesimpulan
Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari Nervus medianus di
tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan
karpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa,
kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia,
jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis
dan penyakit lokal.
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis dan pemeriksaan baik fisik
maupun penunjang. Pemeriksaan fisik yang patognomonis yaitu Phalen test dan Tinnel test.
Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu dengan Pemeriksaan
elektrodiagnostik, radiologi dan laboratorium.
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit
endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus
ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan
penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut
dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif,
dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi.
DAFTAR PUSTAKA
12
Nurna Ningsih, L. 2009. Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
Muskuloskeletal. Jakarta:Salemba Medika
13