Anda di halaman 1dari 7

A.

B.

PERITONITIS
Definisi
1. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen
dan meliputi visera. Biasanya akibat dari infeksi bacterial organisme bersal dari
penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduksi interna.
(Brunner dan suddart,2002)
2. Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau sekunder, akut
atau kronis yang diakibatkan dari kontaminasi kapasitas peritoneal oleh bakteri atau
kimia. (Marilynn E. Doenges,2000)
3. Peritonitis adalah imflamasi peritoneum yang bias terjadi akibat infeksi bacterial atau
reaksi kimiawi. (Christine brooker,2001)
4. Peritonitis adalah nyeri abdomen yang disertai temuan fisik berupa iritasi peritoneum
local atau difus. (Cameron,1997)
5. peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ organ abdomen, rupture saluran cerna, atau dari luka
tembus abdomen. (Silvia A. Price)
6. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen
dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang terjadi dalam bentuk akut
ataupun kronis/kumpulan tanda dan gejala,diantaranya: nyeri tekan dan nyeri lepas pada
palpasi dan tanda tanda umum inflamasi. (www.harnawati.com)
Etiologi
Bentuk peritonitis yang paling sering adalah spontaneous bacterial
peritonitis(SBP), dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi
intraabdomen,tetapi terjadi pada klien yang asites terjadi kontaminasi hingga ke rongga
peritoneum sehingga terjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuluh limfe
mesenterium.
Perotinitis sekunder, peritonitis ini sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau
nekrosis organ organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama
disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Peritonitis tersier, terjadi karena infeksi peritoneal berulang . pada peritonitis
tersier juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi yang terjadi Karena iritasi
bahan kimia misalkan: empedu, barium, dan proses inflamasi transmural dari organ organ
dalam.
(Brunner dan suddart,2002)

94

C.

Web of caution
Etiologi

Hipertermi

Isi abdomen bocor


bakterimia

invasi bakteri di

edema jaringan
Peritoneum
peritoneum
Peritonitis
distensi abdomen

eksudat fibrinosa
diafragma terdesak

Peristaltic

protein
peningkatan zat kimia

terbentuk kantong
mual,muntah
Nanah

(bradikinin,sirotinin,
dan Histamine)
ileus paralitik

hipermotilitas
usus

pita pita fibrosa

Nutrisi kurang
dari kebutuhan

persepsi nyeri
usus atoni dan
meregang

obstruksi usus

penurunan produksi

Nyeri akut
distensi abdomen

energi metabolik
cairan dan elektrolit
hilang ke
lumen usus
Nyeri akut
Kekurangan
volume cairan

D. Mani festasi klinis

95

kelelahan

Diagnosa peritonitis ditegakkan secara klinis dengan :


1. Nyeri abdomen, dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya dan makin
lama makin jelas lokasinya
2. Demam tinggi
3. Hipertermia
4. Takikardi
5. Dehidrasi
6. Hipotensi
7. Mual, muntah
8. Peristaltik menurun
(Brunner dan suddart,2002)
E.
Komplikasi
1. sepsis ,merupakan penyebab umum kematian dari perotinitis
2. syok, diakibatkan dari septicemia atau hipovolemia
3. obstruksi usus, disebabkan proses inflamasi
4. komplikasi poska operasi
a. eviserasi luka
b. pembentukan abses
F.
Pemeriksaan penunjang
1. labolatorium
a. leukosit meningkat
b. hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah
c. elektrolit serum, hipokalemia
2. sinar-x dada menunjukkan udara dan kadar cairan serta lengkung usus yang terdistensi.
3. pemindai CT abdomen ,dapat menunjukkan pembentukan abses
4. parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah atau pus
5. kultur,organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, pus atau dari cairan
asites.
(Marilynn E doenges)
G.Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan klien dengan peritonitis adalah:
1. resusitasi cairan
2. pemberian antibiotic
3. koreksi bedah terhadap patologi dasar
respon inflamatoridiawali oleh perkembangan peritonitis menyebabkan kehilangan cairan
yang massif ke ruang ketiga ,baik kedalam rongga peritoneum maupun ke lumen usus.
Terapi antibiotic harus diberikan sesegera diawal pengobatan peritonitis. Dosis besar dari
antibiotic spectrum luas diberikan sampai organisme penyebab ditemukan dan terapi
antibiotic yang khusus dapat dimulai
Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab.
(Cameron,1997)
H.Konsep askep
1. Pengkajian
a. Biodata
Jenis kelamin, Biasanya akibat dari infeksi bacterial organisme bersal dari penyakit
saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduksi interna. Sedangkan
biodata yang lain tidak berhubungan dengan penyakit peritonitis, akan tetapi harus
tetap dikaji secara lengkap.
b. Keluhan utama

96

c.

d.
e.
f.

Klien dengan peritonitis biasanya mengalami nyeri yang sangat dibagian


perut,yaitu bagian perut yang mengalami inflamasi.
Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan peritonitis dating ke petugas kesehatan biasanya mengatakan sakit
yang sangat di bagian perut dan menyebar. Nyeri cenderung menjadi
konstan,terlokalisasi lebih terasa di sisi inflamasi dan diperberat oleh gerakan.
Riwayat penyakit masa lalu
Untuk mengetahui peritonitis yang berulang (peritonitis tersiar),serta riwayat TB
yang memungkinkan terjadinya peritonitis TB
Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit peritonitis ini bukan merupakan penyakit yang diturunkan dari genetic
maipun bukan merupakan penyakit yang menular.
Pola aktifitas
1) Istirahat tidur
Klien dengan peritonitis mengalami letih, kurang tidur, serta nyeri jika dibuat
aktifitas
2) Eliminasi
Klien mengalami penurunan berkemih , ketidak mampuan defekasi dan flatus
3) Nutrisi
Anoreksia, mual, dan muntah
4) Hygiene
Perawatan diri kurang terpenuhi karena klien lebih terfokus pada nyeri.
5) Nyaman/nyeri
Kehilangan kekuatan, serta perubahan dalam fungsi mental
6) Interaksi social
Penurunan keikut sertaan dalam aktifitas social yang biasa dilakukan.

g.

2.

Pemeriksaan fisik
1) Tanda tanda vital
a)
Tensi menurun
b)
Nadi meningkat
c)
Suhu meningkat
d)
Pernafasan dangkal, takipnea
2) Bibir
Mucosa bibir kering, lidah kotor, serta bengkak
3) Abdomen
Distensi abdomen, bising usus menurun, nyeri tekan, dan pada
perkusi terdengan suara resonan.
4) Genitourinaria
Ketidak mampuan defekasi atau flatus,warna urine gelap, serta
penurunan haluaran urine.
5) Extrimitas
Tonus otot menurun dan turgor kulit buruk.
h. Pemeruksaan penunjang
1) Labolatorium
2) Sinar-x dada
3) Pemindai CT abdomen
4) Parasentesis
5) Kultur
Diagnosa keperawatan

97

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari klien dengan peritonitis,


antara lain:
a.
b.
c.

d.

e.

3.

Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi gas dalam rongga


abdomen/peritoneal (distensi abdomen) ditandai dengan
pernyataan nyeri klien dibagian abdomen.
Hipertermi berhubungan dengan efeklangsung dari sirkulasi
endotksin pada hipotalamus ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh lebih besara dari jangkauan normal
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan
cairan dari ekstraselular,intravaskuler dan area interstisial
kedalam usus dan atau ke rongga peritoneal ditadai dengan
menurunnya haluaran urine, urine gelap/pekat, membrane
mucosa kering serta turgor kulit buruk.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual dan muntah ditandai dengan penyataan klien mengenai
kelelahan dan letih melakukan aktifitas, dan penurunan tonos
otot
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolic ditandai dengan klien tampak kekurangan energi, dan
tidak mampu melakukan aktifitas.

Rencana asuhan keperawatan


a. Diagnosa I :Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi gas dalam rongga
abdomen/peritoneal (distensi abdomen) ditandai dengan pernyataan nyeri
klien dibagian abdomen.
Hasil yang diharapkan, klien akan:
1) Melaporkan nyeri hilang
2) Menunjukkan ketrampilan relaksasi, metode lain untuk
meningkatkan kenyamanan
Intervensi keperawatan
1) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0-10) dan
karakteristiknya (dangkal, tajam atau konstan)
2) R/ perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat
menunjukkan terjadinya komplikasi
3) Pertahankan posisi semi fowler sesuai indikasi
4) R/ memudahkan drainase cairan/luka dalam membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan.
5) Berikan tindakan kenyamanan, contoh : pijat punggung, nafas
dalam serta latihan relaksasi
6) R/ meningkatkan koping klien dalam memfokuskan kembali
perhatian
7) Berikan perawatan mulut dengan sering
8) R/ menurunkan mual muntah yang dapat meningkatkan tewkanan
intra abdominal.
b. Hipertermi berhubungan dengan efeklangsung dari sirkulasi endotksin pada
hipotalamus ditandai dengan peningkatan suhu tubuh lebih besara dari
jangkauan normal
Hasil yang diharapkan, klien akan:
1) Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
2) Tidak mengalami komplikasi
Intervensi keperawatan

98

1)
2)
3)

c.

d.

Pantau suhu klien (derajat dan pola ), perhatikan menggigil


R/ Suhu 38,9 41,1C menunjukan penyakit infeksius
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
4) R/ Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu dalam batas normal
5) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
6) R/ Dapat membantu mengurangi demam, sedangkan alcohol
menyebabkan kekeringan pada kulit.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari
ekstraselular,intravaskuler dan area interstisial kedalam usus dan atau ke
rongga peritoneal ditadai dengan menurunnya haluaran urine, urine
gelap/pekat, membrane mucosa kering serta turgor kulit buruk.

Hasil yang diharapkan, klien akan:


1) Menunjukakn perbaikan keseimbangan cairan ditunjukkan
oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal,
membrane mucosa lembab serta turgor kulit baik.
Intervensi keperawatan
1) Pantau TTV, catat adanya hipotensi, serta takikardia dan demam
2) R/ Membantu dalam evaluasi derajat deficit cairan/ keefektifan
penggantian terapi cairan
3) Ukur berat jenis urine
4) R/ Menunjukkan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal
yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal akut
5) Obserfasi kulit/membrane mukosa untuk kekeringan serta turgor
kulit
6) R/ Hipovolemia, perpindahan cairan, dan kekurangan nutrisi
memperburuk turgor kulit.
7) Hilangkan tanda bahaya/bau dari lingkungan,batasi pemasukan es
batu
8) R/ Menurunkan rangsangan pada gaster dan respon muntah
9) Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering
dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas dari lipatan
10) R/ Jaringan edema dan adanya gangguan sirkulasi cenderung
merusak kulit
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan
muntah ditandai dengan penyataan klien mengenai kelelahan dan letih
melakukan aktifitas, dan penurunan tonos otot
Hasil yang diharapkan, klien akan:
1) Mampu melakukan aktifitas
2) Mempertahankan BB dan keseimbangan nitrogen positif
Intervensi keperawatan
1) Catat adanya muntah atau diare
2) R/ Jumlah besar dari aspirasi gaster, muntah dan diare diduga terjadi
obstruksi usus,memerlukan evaluasi lebih lanjut
3) Auskultasi bising usus, catat bunyi tidak ada atau hiperaktif
4) R/ Meskipun bising usus sering tidak ada, inflamasi atau iritasi usus
dapat menyertai hiperaktifitas usus.

99

5)
6)

Ukur lingkar abdomen


R/ Memberikan bukti kuantitas perubahan distensi gaster/usus dan
atau akumulasi asites
7) Timbang BB secara teratur
8) R/ Kehilangan atau peningkatan dini menunjukkan perubahan
hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada deficit nutrisi
9) Kaji abdomen d3ngan sering untuk kembali ke bunyi yang
lembut,penampilan bising usus yang normal dan kelancaran flatus
10) R/ Menunjukkan kembalinya fungsi usus ke normal dan
kemampuan untuk memulai masukan perolal.

100

Anda mungkin juga menyukai