Anda di halaman 1dari 275

1

CARA PEMBUATAN OBAT YANG


BAIK (CPOB)

Modul matrikulasi UKAI

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Penerapan CPOB
3

1.
2.
3.
4.

PIC/S
Harmonisasi ASEAN
ICH
Paradigma QbD

1. PIC/S
4

The Pharmaceutical Inspection Convention and Pharmaceutical


Inspection Co-operation Scheme (jointly referred to as PIC/S)
are two international instruments between countries and
pharmaceutical inspection authorities, which provide together
an active and constructive co-operation in the field of GMP.
PIC/S' mission is "to lead the international development,
implementation and maintenance of harmonised Good
Manufacturing Practice (GMP) standards and quality systems
of inspectorates in the field of medicinal products."

46 participating authorities (member PIC/S)


http://www.picscheme.org/

BPOM sudah menjadi anggota PIC/S


artinya apabila Industri Farmasi mengikuti
aturan CPOB maka produk yang dihasilkan
dapat diekspor ke LN tanpa negara tujuan
ekspor tersebut mengaudit. Data hasil audit
hanya diperoleh dari BPOM yang telah
terlebih dahulu melakukan audit

2. Harmonisasi ASEAN
6

Merupakan bagian dari ASEAN Commitment yang ditandatangani


Pimpinan ASEAN, ada 11 sektor prioritas termasuk kesehatan
Dengan adanya Harmonisasi Asean (2008), semua jenis obat yang
diproduksi di seluruh Asean akan mempunyai kualitas dan standar
yang sama.
Mengatur cara pembuatan obat yang baik dari soal pengemasan
hingga pendaftaran obat serta masalah sistem serta dokumentasi
dari setiap pekerjaan.
Persaingan terbuka industri farmasi di ASEAN
Pemerintah tidak dapat memberi proteksi MRA (Mutual
Recognition Agreement), GMP inspection
Mutu, keamanan, dan khasiat
Indonesia pasar terbesar ASEAN, kapabilitas industri farmasi >>

3. International Conference on Harmonisation


7

www.ich.org

Quality Guideline

Safety Guideline

Efficacy Guideline

Multidisiplinary
Guideline

4. Paradigma Quality by Design (QbD)


10

Trevor Schoerie, 2014

Pedoman di Indonesia
11

http://jdih.pom.go.id/

CPOB
12

Peraturan Kepala Badan POM RI No.


HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012, tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB 2012 jilid 1
berisi penjelasan tentang bab-bab Pedoman CPOB
2012
Petunjuk Operasional Penerapan CPOB 2012 jilid 2
berisi penjelasan tentang aneks-aneks Pedoman
CPOB 2012.

Aspek-aspek Pedoman CPOB 2012


13

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

12.

Manajemen mutu
Personalia
Bangunan & Fasilitas
Peralatan
Sanitasi & Higiene
Produksi
Pengawasan mutu
Inspeksi diri, audit mutu, dan audit dan persetujuan pemasok
Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan
Dokumentasi
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
Kualifikasi & Validasi

Aneks-aneks Pedoman CPOB 2012


14
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

12.
13.

14.

Pembuatan produk steril


Pembuatan obat produk biologi
Pembuatan gas medisinal
Pembuatan inhalasi dosis terukur bertekanan (aerosol)
Pembuatan produk dari darah atau plasma manusia
Pembuatan obat investigasi untuk uji klinis
Sistem komputerisasi
Cara pembuatan bahan baku aktif obat yang baik
Pembuatan radiofarmaka
Penggunaan radiasi pengion dalam pembuatan obat
Sampel pembanding dan sampel pertinggal
Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik
Pelulusan parametris
Manajemen resiko mutu

Glosarium

CPOTB
15

Peraturan Kepala Badan POM RI No.


HK.00.05.4.1380 Tahun 2005 tentang Pedoman
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
tidak berlaku
Peraturan Kepala Badan POM RI No.
HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB)

CPKB
16

Keputusan Kepala Badan POM RI No.


HK.00.05.4.3870 Tahun 2003 tentang Pedoman
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
Peraturan Kepala Badan POM RI No.
HK.03.42.06.10.4556 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Operasional Pedoman CPKB

Perbandingan
17

No

CPOB 2012

CPOTB 2011

CPKB 2003

Manajemen Mutu

- (Manajemen Mutu)

Pendahuluan (Manajemen Mutu)

Personalia

Personalia

(Ketentuan Umum )

Bangunan dan Fasilitas

Bangunan, Fasilitas, Peralatan

Personalia

Peralatan

Sanitasi dan higiene

Bangunan dan Fasilitas

Sanitasi dan higiene

Dokumentasi

Peralatan

Produksi

Produksi

Sanitasi dan higiene

Pengawasan mutu

Pengawasan mutu

Produksi

Inspeksi diri, audit mutu, dan audit


dan persetujuan pemasok

Pembuatan dan Analisis Berdasarkan


Kontrak

Pengawasan mutu

Penanganan keluhan terhadap produk


dan penarikan

Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat


Tradisional yang Baik

Dokumentasi

10

Dokumentasi

Penanganan Keluhan terhadap Produk,


Penarikan Kembali Produk, dan Produk
Kembalian

Audit Internal

11

Pembuatan dan analisis berdasarkan


kontrak

Inspeksi Diri

Penyimpanan

12

Kualifikasi dan validasi

13

Kontrak Produksi dan Pengujian


Penanganan Keluhan dan Penarikan Obat

like learning to drive a car - one can read the


instruction manual and guidelines of traffic codes etc
but until we get into a car and drive we can't
understand the complexity of it all! GMP is like that

(Linda Ambrose PIC/S Executive Committee)

18

review
19

End goal of CPOB


Aspects of CPOB ?
PIC/S
ICH
QbD

20

SISTEM MANAJEMEN MUTU

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

1. QMS

Manajemen ada kebijakan mutu


Didesain scr menyeluruh
Diterapkan scr benar oleh semua personil
Penggabungan penerapan CPOB, QC, dan QRM
Konsisten
Didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya
Menghasilkan obat yang:
-

sesuai dengan tujuan penggunaannya


memenuhi persyaratan dalam dokumen izin edar (registrasi)
tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya

2. Unsur dasar QMS


a) infrastruktur/sistem mutu yang tepat mencakup
struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber
daya; dan
b) tindakan sistematis /Pemastian Mutu

3. Aspek QMS dan kaitannya


a) Pemastian Mutu (QA)
totalitas semua pengaturan untuk menghasilkan obat berkualitas.
b) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
tujuan penggunaan, dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi
produk.
mencakup produksi dan pengawasan mutu.
c) Pengawasan Mutu (QC)
bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan
relevan telah dilakukan.
d) Manajemen Resiko Mutu (QRM)
suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian
dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk.

Glosarium
24

Pembuatan : Seluruh rangkaian kegiatan dalam


menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan
pengawasan mutu, mulai dari pengadaan
bahan awal dan bahan pengemas, proses
pengolahan, pengemasan sampai obat jadi
untuk didistribusi.

25

Pengawasan Mutu : Semua upaya pengawasan


yang dilakukan selama pembuatan produk dan
dirancang untuk menjamin agar produk
senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas,
kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang
telah ditetapkan.

26

Produksi : Seluruh kegiatan dalam pembuatan


obat, mulai dari penerimaan bahan, dilanjutkan
dengan pengolahan, pengemasan dan
pengemasan ulang, penandaan dan penandaan
ulang sampai menghasilkan produk jadi.
Pengolahan : Bagian dari siklus produksi mulai
dari penimbangan bahan awal sampai
menghasilkan produk ruahan.

27

Pengemasan : Bagian siklus produksi yang


dilakukan terhadap produk ruahan untuk
menghasilkan produk jadi.
Catatan:
Lazimnya proses pengisian steril tidak dianggap
sebagai bagian dari pengemasan. Dalam hal ini
produk ruahan steril adalah produk yang sudah
terisi dalam kemasan primer sebelum
dilanjutkan ke proses pengemasan akhir.

28

Bets : Sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu


yang seragam yang dihasilkan dalam satu siklus
pembuatan atas suatu perintah pembuatan tertentu. Esensi
suatu bets adalah homogenitasnya.
Lot : Bagian tertentu dari suatu bets yang memiliki sifat
dan mutu yang seragam dalam batas yang telah
ditetapkan.
Spesifikasi Bahan : Deskripsi suatu bahan awal, produk
antara, produk ruahan atau obat jadi mengenai sifat
kimiawi, fisis dan biologis jika ada.
Spesifikasi tersebut menyatakan standar dan toleransi
yang diperbolehkan yang biasanya dinyatakan secara
deskriptif dan numeris.

29

Bahan : Istilah umum yang dipakai untuk


menunjukkan bahan awal (bahan aktif obat dan
eksipien), reagensia, pelarut, bahan pembantu
proses, produk antara, bahan pengemas dan
bahan penandaan (label).
Bahan Awal : Semua bahan, baik yang
berkhasiat atau tidak berkhasiat, yang berubah
atau tidak berubah, yang digunakan dalam
pengolahan obat walaupun tidak semua bahan
tersebut akan tertinggal di dalam produk ruahan.

30

Bahan Pengemas : Tiap bahan, termasuk bahan


cetak, yang digunakan dalam proses
pengemasan obat, tetapi tidak termasuk kemasan
luar yang digunakan untuk transportasi atau
keperluan pengiriman ke luar pabrik.
Bahan pengemas disebut primer atau sekunder
tergantung tujuan penggunaan apakah
bersentuhan langsung dengan produk atau tidak.

31

Produk Antara : Tiap bahan atau campuran


bahan yang masih memerlukan satu atau lebih
tahap pengolahan lanjutan untuk menjadi produk
ruahan.
Produk Ruahan : Bahan yang telah selesai diolah
dan tinggal memerlukan kegiatan pengemasan
untuk menjadi obat jadi.
Produk Jadi : Produk (Obat) yang telah melalui
seluruh tahap proses pembuatan.

32

PERSONALIA, HYGIENE

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Personalia
33

Struktur organisasi
Uraian tugas dan kewenangan tertulis, termasuk
delegasi/perwakilan
Personil kunci
Kepala

bag produksi
Kepala bag pengawasan mutu
Kepala bag manajemen mutu (pemastian mutu)
Harus independen

Pelatihan

Kepala bag produksi


34

memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai


prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan
produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan
secara tepat;
memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebelum
diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu);
memeriksa pemeliharaan bangunan , fasilitas, serta peralatan di
bagian produksi;
memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.

Kepala bag pengawasan mutu


35

menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas,


produk antara, produk ruahan dan produk jadi;
memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah
dilaksanakan;
memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja
pengambilan sampel, metode pengujian, dan prosedur
pengawasan mutu lain;
memberi persetujuan dan memantau semua analisis
berdasarkan kontrak;
memeriksa pemeliharaan bangunan, fasilitas, serta peralatan di
bagian pengawasan mutu;
memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.

Kepala bag pemastian mutu


36

memastikan penerapan sistem mutu;


ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual
mutu perusahaan;
memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri
berkala;
melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit
eksternal (audit terhadap pemasok);
memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;
memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan
Badan POM yang berkaitan dengan mutu produk jadi;
mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan
meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait.

Hygiene personil
37

Pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan


APD lainnya : penutup kepala, masker, sarung
tangan, sepatu khusus
Pemeriksaan kesehatan di awal perekrutan dan scr
berkala
Sehat (tidak sdg sakit atau ada luka terbuka)
Prosedur higiene perorangan jelas

38

39

BANGUNAN DAN FASILITAS

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Prinsip
40

Harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang


memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar.
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk:
- memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
- pencemaran silang dan kesalahan lain,
- memudahkan pembersihan, sanitasi, perawatan yg efektif

Tidak menurunkan mutu obat.

Area penimbangan
41

Aliran udara

Area penyimpanan
43

Kapasitas memadai
Rapi dan teratur, pemisahan/penandaan antar bahan jelas
Kondisi penyimpanan sesuai stabilitas bahan
Area terpisah dgn lingkungan terkendali untuk sampling
bahan awal
Area terpisah dan terkunci untuk :
- bahan aktif potensi tinggi, radioaktif
- narkotik, psikotropik, obat berbahaya/resiko tinggi
disalahgunakan
- bahan mudah terbakar/meledak
- bahan pengemas cetakan/bahan label
- bahan/produk ditolak, produk kembalian

44

Area pengawasan mutu


45

Terpisah dari area produksi


Luas memadai mencegah pencampurbauran dan
kontaminasi silang
Ruang terpisah untuk area uji biologi/mikrobiologi,
instrumen, reagen, sampel, baku pembanding,
pelarut, dan catatan.

46

Area produksi
47

Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang


sedemikian rupa untuk:
a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area
yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan
ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan
menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan;
b) mencegah kesesakan dan ketidak-teraturan; dan
c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan
yang efektif terlaksana.

Kelas kebersihan
48

A,B,C,D untuk produksi steril

E untuk produksi non steril

Rekomendasi AHU untuk tiap kelas


49

POPP lampiran 3.5b hal 78-79

50

51

52

53

Sarana khusus dan self-contained


54

Untuk pengolahan produk di bawah ini:


- antibiotika golongan betalaktam penisilin,
- antibiotika golongan betalaktam nonpenisilin,
- hormon seks,
- onkologi,
- preparat biologi (selama masih belum diinaktivasi),
- produk darah, dan
- vaksin

Permukaan dinding, lantai, langit2,


pintu
55

Dicat dengan epoksi, poliakrilik, atau poliuretan


Kedap air
Tidak terdapat sambungan, rata
Tidak merupakan media tumbuh mikroba
Mudah dibersihkan
Tahan terhadap proses pembersihan
Sebaiknya tidak dari kayu
Lampu rata dgn langit2
Pipa saluran udara dipasang diatas langit2
Pipa yang ada diruang produksi, tidak menempel dgn dinding
Pipa diberi penandaan (isi dan arah) yang jelas

Alur barang dan personil


56

57

SARANA PENUNJANG

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

58

Air Handling Unit (AHU) / Heating, Ventilation and


Air- Conditioning (HVAC)
Sistem pengolahan air
Sistem pengolahan limbah

Supplementary Training Modules on GMP

Heating, Ventilation and Air- Conditioning


(HVAC)
Part 1 :
Introduction and overview
WHO Technical Report Series, No.
937, 2006. Annex 2

HVAC
Introduction and Scope

HVAC systems can have an impact on product quality

It can provide comfortable conditions for operators

The impact on premises and prevention of contamination and


cross-contamination to be considered at the design stage

Temperature, relative humidity control where appropriate

Supplement to basic GMP text

HVAC
The guideline further focuses on three concepts
of the system:

Product protection

Personnel protection

Contamination
Cross-contamination
Environmental conditions

Prevent contact
Comfort conditions

Environment protection

HVAC
Factors contributing to quality
Validated processes
products

Personnel

Procedures

Starting materials
Equipment

Packing materials
Premises

Environment

HVAC
The manufacturing environment is critical for product quality.
Factors to be considered include:
2.

Light
Temperature

3.

Relative humidity

4.

Air movement

5.

Microbial contamination

6.

Particulate contamination

Uncontrolled environment can lead to product degradation

1.

product contamination (including cross-contamination)

loss of product and profit

HVAC
What is contamination?
It is "the undesired introduction of impurities (chemical/ microbial/
foreign matter into or on to starting material or intermediate during
sampling, production, packaging or repackaging".

Impurities could include products or substances other than the product


manufactured, foreign products, particulate matter, micro-organisms,
endotoxins (degraded microorganisms), etc.

HVAC
What is Cross-contamination?
"Contamination of a starting material, intermediate product, or
finished product with another starting material or product during
production".
Cross-contamination can result from, e.g.
1. Poorly designed, operated or maintained air-handling systems and
dust extraction systems
2. Inadequate procedures for, and movement of personnel, materials
and equipment
3. Insufficiently cleaned equipment

HVAC
Cross-Contamination
Contaminant
from
Environment
Operators

Contamination

Contaminant
from
Equipment

Product
from
Environment
Operators

Cross
Contamination

Product
from
Equipment

HVAC
Cross-contamination can be minimized by, e.g.
1.

Personnel procedures

2.

Adequate premises

3.

Use of closed production systems

4.

Adequate, validated cleaning procedures

5.

Appropriate levels of protection of product

6.

Correct air pressure cascade

HVAC
The classification should be
achieved in the state as
specified (1):

"As built"

Bare room, without equipment or


personnel

HVAC
The classification should be
achieved in the state as
specified (2):

"At rest"

Equipment may be operating, but


no operators present

HVAC
The classification should be
achieved in the state as
specified (3):

"In operation"

Normal production process with


equipment and personnel,

Clean up time validated


normally in the order of 20
minutes

HVAC
Definition of Conditions
as built

at rest

in operation

air

air

air

HVAC
Level of protection and air cleanliness
determined according to:

Product to be manufactured

Process to be used

Product susceptibility to degradation

HVAC
Parameters influencing Levels of Protection

Number of particles in the air, number of microorganisms in the air


or on surfaces
Number of air changes for each room
Air velocity and airflow pattern
Filters (type, position)
Air pressure differentials between rooms
Temperature, relative humidity

HVAC

Air Handling
System

Supply
Air

Production Room
With
Defined
Requirements

Outlet
Air

HVAC
Tools to help achieve the desired Level of Protection

Air-handling system can be the main tool for reaching required


parameters
May not be sufficient as such
Need for additional measures such as

appropriate gowning (type of clothing, proper


changing rooms)
validated sanitation
adequate transfer procedures for materials and
personnel

HVAC

Cleanroom Class
defined by
Critical Parameters

Air Handling
System

Additional Measures

HVAC
Examples of Levels of Protection
Types of Clean room classes

WHO, EC, PIC/S:

A, B, C, D

US FDA:

Critical and controlled

ISPE:

Level 1, 2 or 3

ISO:

Class 5, 6, 7 or 8

HVAC
Air Filtration

Degree of filtration is important to prevent contamination


Type of filters to be used dependent on the quality of ambient air,
return air and air change rates
Manufacturer to determine, select and prove appropriate filters
for use considering level of ambient air contamination, national
requirements, product specific requirements

HVAC
Contamination should be prevented through
appropriate:

Materials for components and construction

Design and appropriate access to dampers, filters and other


components

Personnel operations

Airflow direction

Air distribution component design and installation and location

Type of diffusers (non-induction type recommended)

Air exhaust (normally from a low level)

HVAC
Airflow patterns
Filtered air entering a production room or covering a
process can be

turbulent, or
unidirectional (laminar)
GMP aspect
economical aspect

Other technologies: barrier technology/isolator technology.

HVAC
Airflow patterns
Turbulent

Unidirectional/laminar

dilution of dirty air

displacement of dirty air

HVAC
Infiltration

Facilities normally under positive pressure to


the outside
Prevent infiltration of unfiltered, contaminated
air from outside
Some cases - negative pressure (e.g. penicillin
manufacture). Special precautions to be taken

HVAC
Pressure differential concept

Calibrated monitoring devices, set to alarm system


Monitoring and recording of results
Doors open to higher pressure
Dust extraction system design

Interlocked with air-handling system


No airflow between rooms linked to same system
Room pressure imbalance

HVAC
Pressure cascade solids
Protection from cross-contamination

Room 1

Room 2

15 Pa

Room 3

15 Pa

Air Lock

15 Pa

Air Lock
Air
Lock

30 Pa

E
Passage

Note : Direction of door opening relative to room pressure

15 Pa

0 Pa

86

HVAC
Temperature and relative humidity (RH)

Controlled, monitored and recorded where relevant


Materials and product requirements, operator comfort
Minimum and maximum limits
Premises design appropriate, e.g. low humidity areas, well
sealed and airlocks where necessary
HVAC design also prevent moisture migration

HVAC
Dust Control

Dust and vapour removed at source


Point of use extraction fixed points or movable hood
plus general directional airflow in room
Ensure sufficient transfer velocity to prevent dust settling in
ducting
Risk analysis airflow direction, hazards, operator

HVAC
Protection of the environment (Exhaust air dust)

Exhaust air from equipment and some areas of production carry


heavy loads of dust (e.g. FBD, coating, weighing)

Filtration needed to prevent ambient contamination

Not highly potent material

EN779 F9 filter recommended

Harmful substances (e.g. hormones)

EN1822 H12 (HEPA) filter recommended

In some cases two banks of HEPA filters

Safe change filter housings ("bag-in bag-out" filters)

Heating, Ventilation and Air- Conditioning (HVAC)

Part 2:
HVAC systems and components

HVAC
General

Design of HVAC is dependent on required degree of air


cleanliness
Suitable components should be selected including:

fans,
driers,
filters,
ducts, grilles, etc.

HVAC Main subsystems


Exhaust air treatment

Fresh air treatment


(make-up air)

Terminal air treatment


at production room level

Production Room

Central air handling unit

HVAC
Overview components
Exhaust Air Grille

Silencer

Weather louvre

Flow rate controller

Fan

Control damper

Filter

Heater

+
Humidifier

Prefilter

Cooling coil
with droplet
separator
Heating
coil

Secondary Filter

Recirculated air

Terminal filter

Production Room

HVAC
Components (1)

Weather louvre

Silencer

Flow rate controller

Control damper

To prevent insects, leaves, dirt and rain


from entering
To reduce noise caused by air circulation
Automated adjustment of volume of air
(night and day, pressure control)
Fixed adjustment of volume of air

HVAC

Components (2)

Heating unit

Cooling unit/
dehumidifier

Humidifier

Filters

Ducts

To heat the air to the proper


temperature
To cool the air to the required
temperature or to remove moisture from
the air
To bring the air to the proper humidity, if
too low
To eliminate particles of predetermined
dimensions and/or microorganisms
To transport the air

HVAC
Air-handling unit

Control damper for airflow


Humid room air

Adsorber wheel

Regeneration air

De-humidification

Dry air
AHU with fan Variable
Speed Controller

Humid room air


Air heater

Filter Pressure
Gauges

HVAC
Humidifier

Silencer

Heating and
cooling units

HVAC
Filter classes

Dust filters

Standard

Aerosol

Coarse

Fine

Dp > 10 m

10 m > Dp > 1 m

G1 - G4

F5 - F9
EN 779 Standard

HEPA

ULPA
Dp < 1 m

H 11 - 13

U 14- 17
EN 1822 Standard

HVAC
HEPA or tertiary filter

Primary panel filter

Secondary filter

HVAC

Classification of filters according to their efficiency

F9

Average Efficiency
Integral Value
Retention in Penetration
%
85
0.15

H11

95

0.05

H12

99.5

5x10

H13

99.95

5x10

U14

99.995

5x10

Peak Arrestance
Local Value
Efficiency
Penetration

-3

97.5

25x10

-3

-4

99.75

25x10

-5

99.975

25x10

-4
-5

HVAC
Positioning of filters (1)

AHU mounted final filter

Filter in terminal position


HEPA Filter

Production Room
HEPA Filter

Production Room

HVAC
Positioning of filters (2)

Prefilter

AHU

Main filter
Ceiling
exhausts

Low level exhausts

HVAC
Positioning of filters (3)

Final filter

AHU
Prefilter

HVAC
1
2

1
2
3
4

Swirl Type air diffusors with


terminal filters

Filter
Tightening frame
Register outlet
Screw fixation for register

HVAC

High induction
office type diffusor
(avoid)

Low induction
swirl diffusor
(preferred)

HVAC
Regulation of room pressure pressure differentials concept

Room pressure
gauges
Room pressure indication panel

HVAC
Problems with components

Flow rate controller


Control damper

Humidifier

Cooling battery

Filters

Ducts

Blocked
Poorly adjusted, bad pressure differential
system
Bad water/steam quality/
poor drainage
No elimination of condensed water/ poor
drainage
Incorrect retention rate/damaged/badly
installed
Inappropriate material/internal insulator
leaking

HVAC
In the next slides
Consider different air types, e.g.:

Supply air

Return air (recirculated air)

Fresh air (make-up air)

Exhaust air

And: Concepts of air delivery to production areas:

Recirculation systems

Full fresh-air systems

HVAC
Air types

Fresh air
(make-up air)

Supply
air

Production Room

Return air
(recirculated)

Exhaust air

HVAC
Recirculation systems

There should be no risk of contamination and cross-contamination


when air is recirculated

Normally, HEPA filters (EN1822 H13) needed in supply air stream

Not required in single product facility with no risk of cross-contamination

Not required where no dust generation (e.g. secondary packaging)

HEPA filters placed in AHU or terminally

Dust from highly toxic processes should not be recirculated

HVAC
Ventilation with recirculated air + make-up air
Exhaust Unit

Central Air-Handling Unit

Return air

HVAC
Full fresh-air systems

100% fresh air - normally where toxic products are processed, and
recirculation not recommended
No contamination from fresh air sufficient filtration needed
Degree of filtration on exhaust dependent on exhaust air
contaminants and environment regulations
Energy-recovery wheels

Should not be source of contamination

Relative pressure between supply and exhaust air

HVAC
Ventilation with 100% fresh air (no air recirculation)
Washer (optional)

Exhaust Unit

Central Air-Handling Unit


Production Rooms

Supplementary Training Modules on


Good Manufacturing Practice
Water for
Pharmaceutical Use
Part 1:
Introduction and
treatment

WHO Technical Report Series No


929, 2005. Annex 3

Water for Pharmaceutical Use


Additional guidelines

WHO Guideline for Drinking water quality (WHO)

Water and steam systems (ISPE)

Bioprocessing Equipment Standard (ASME BPE 2000)

European Pharmacopoeia, United States Pharmacopeia,


International Pharmacopoeia
Inspection of Utilities (PIC/S)

Water for Pharmaceutical Use


Principles

Like any starting material, production of water should conform to


Good Manufacturing Practice (GMP) norms

Potential for microbial growth

Systems must be properly validated / qualified

Water for parenteral use should not be contaminated with pyrogens


or endotoxins
Specifications and periodic testing are required

Water for Pharmaceutical Use

Why purify raw water?

Although reasonably pure, it is always variable due to


seasonal variations, regional variation in water quality
Must remove impurities and control microbes to avoid
contaminating products
Treatment depends on waters chemistry and contaminants,
influenced by, e.g. rainfall, erosion, pollution, dissolution,
sedimentation, decomposition

Water for Pharmaceutical Use

Biofilm formation
1.

2.

Free-swimming aquatic bacteria use polymucosaccharides to


colonize surfaces
Complex communities evolve which shed
microcolonies and bacteria

Water for Pharmaceutical Use

Background to water requirements and use

Water is the most widely used substance / raw material

Used in production, processing, formulation, cleaning, quality control

Unique chemical properties

Able to dissolve, absorb, adsorb, suspend compounds


and contaminants

Different grades of water quality available

Water for Pharmaceutical Use

Background to water requirements and use (2)

Control quality of water

Production
Storage and distribution

Contaminants, microbial and chemical quality

Microbial contamination risk and concern

Water is used on demand

not subjected to testing and batch or lot release before use,


therefore has to meet specification "on demand" when used

Micro test results require incubation periods

Water for Pharmaceutical Use

Water system requirements

Design, installation, commissioning, qualification / validation,


operation, performance and maintenance to ensure reliable,
consistent production of water of required quality
Operate within design capacity

Prevent unacceptable microbial, chemical and physical


contamination during production, storage and distribution
Quality Assurance involved in approval of use after installation
and maintenance work

Water for Pharmaceutical Use

Water system requirements (2)

Monitoring of water sources regularly

Chemical and microbiological


Endotoxin level where relevant

Monitoring of system performance, storage and distribution


systems

Records of results, and action taken

Validated sanitization procedure followed on a routine basis

Water for Pharmaceutical Use

Water quality specifications


Here address water in bulk (not for patient administration)
Specifications in pharmacopoeia relevant to national or
international recommendations. Types of water include:

Drinking water / potable water

Purified water (PW)

Highly Purified Water (HPW)

Water for Injection (WFI)

Water for Pharmaceutical Use

Drinking water / potable water

Must comply with specification (WHO, ISO and national or


regional agencies) regular testing needed

Supplied under continuous positive pressure

Defect free plumbing system to prevent contamination

Could be from public water supply system or natural sources

Source water quality influences the treatment required

Water for Pharmaceutical Use


Drinking water:
Natural sources could include
springs, wells, rivers and lakes
Treatment includes softening,
ion removal, particle
reduction, antimicrobial
treatment

Water for Pharmaceutical Use

Purified Water (PW)

Prepared from potable water source


Meet pharmacopoeia specification for chemical and microbial
purity

Protected from recontamination

Protected from microbial proliferation

Water for Pharmaceutical Use

Highly Purified Water (HPW)

Prepared from potable water source

Specification only in the European Pharmacopoeia

Same quality standard as WFI including limit for endotoxins,


but treatment method considered less reliable than distillation
Prepared by combination of methods including reverse osmosis
(RO), ultrafiltration (UF) and deionization (DI)

Water for Pharmaceutical Use

Water for Injections (WFI)

Prepared from potable water source

WFI is not steril

WFI is not a final dosage form

WFI is an intermediate bulk product

According to The International and European Pharmacopoeias


final purification step should be distillation

Spesifikasi
129

Water for Pharmaceutical Use

Application of specific water to processes and dosage


forms

Water used for different stages of:

Washing, preparation, synthesis, production,


formulation, control

Which grade of water is suitable for a particular stage?


Consider nature and intended use of intermediate or finished
product, and stage at which water is used
Let's look at types of water and indicate their use

Water for Pharmaceutical Use

Complete the table


Use

Which type of water?

Preparation of injectable
products
Final rinse of equipment after
cleaning
Final rinse of equipment and
components that come into
contact with injectable products
?
HPW
?

Potable water

?
?

Water for Pharmaceutical Use

Water purification methods

Manufacturer to select appropriate method of purification


Appropriate sequence of purification steps
Influenced by, e.g.

Water quality specification


Yield (efficiency) of the system
Feed water quality
Reliability and robustness of treatment system
Supplier support, maintenance and operation costs

Water for Pharmaceutical Use

Water purification system considerations

Leaching from contact materials


Adsorption
Hygienic and sanitary design
Corrosion resistance
Leakage
Proliferation of microbiological organisms

Water for Pharmaceutical Use

Pre-treatment steps

Primary filtration and multimedia filter

Coagulation or flocculation

Desalination

Softening

Water for Pharmaceutical Use

Water treatment purification stages downstream of the


pre-treatment system may include:

Filtration

Disinfection

Reverse osmosis (RO) or deionization (DI)

Distillation or ultrafiltration

136

137

138

Water for Pharmaceutical Use

Reverse osmosis (RO) theory


Low pressure

High pressure

under
pressure

raw water

Purified water

Permeate
water

Reject
water
drain or recycle

Semi-permeable
membrane

Feed
water

Water for Pharmaceutical Use

System sanitization and bioburden control

Systems in place to control proliferation of microbes


Techniques for sanitizing or sterilization
Consideration already during design stage then validated
Special precautions if water not kept in the range of 70 to 80
degrees Celsius

Water for Pharmaceutical Use

Storage and distribution Pipes and heat exchangers

Continuous circulating loop needed


Filtration not recommended in loop and take-off point
Heat exchangers:

Double tube plate or double plate and frame type


Designed to ensure no stasis of water

Where water is cooled before use, done in minimum time, and


validated process

Water for Pharmaceutical Use

Typical water storage and distribution schematic


Hydrophobic air filter
& burst disc

Feed Water from


DI or RO
Cartridge
filter 1 m

Spray ball

Optional
in-line filter
0,2 m

Water must
be kept
circulating

UV light
Outlets

Heat Exchanger
Ozone Generator

Hygienic pump

Air break
to drain

Water for Pharmaceutical Use

Biocontamination control techniques

Continuous turbulent flow circulation

Specified velocity proven (qualification), and


monitored

Avoid dead legs

Hygienic pattern diaphragm valves

Shortest possible length of pipe work

Water for Pharmaceutical Use

Biocontamination control techniques


There should be no dead legs

D
Flow direction arrows
on pipes are important
Dead leg section

If D=25mm & distance X is


greater than 50mm, we have
a dead leg that is too long

>1.5D

Sanitary Valve
Water scours dead leg

Water for Pharmaceutical Use

Biocontamination control techniques

Periodic sanitization with hot water

Periodic sanitization with super-heated hot water or clean steam

Reliable
Monitoring temperature during cycle

Routine chemical sanitization using, e.g. ozone

Removal of agent before use of water important

6.5.3

Penanganan Limbah
146

Limbah cair
- IPAL
- Perlakuan khusus untuk limbah produksi betalaktam dan sitotoksik.

Limbah padat
- Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dalam bentuk padat
diolah menggunakan incenerator.

Limbah udara
- debu produksi dikumpulkan dalam dust collector.

Limbah suara
- berasal dr mesin produksi, mesin AHU, boiler, genset
- tolok ukur : angka kebisingan (maks. 65 dB), getaran (maks. 7,5 Hz)

Alur pengolahan limbah cair scr umum


147

Bak penampungan awal


Bak ekualisasi untuk limbah betalaktam dan sitotoksik
Bak netralisasi
membuat pH limbah berada pada pH 6-9
Bak aerasi
untuk menumbuhkan bakteri dalam air sehingga senyawa-senyawa organik yang
ada di dalam limbah dapat diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Bak sedimentasi
Limbah kemudian dipisahkan antara cairan limbah (filtrasi) dengan lumpur
(masuk limbah B3).
Bak filtrasi
Proses filtrasi dilakukan dengan melewatkan limbah cairan melalui filter ijuk,
pasir kerikir, dan karbon aktif. Setelah melewati serangkaian filter tersebut, limbah
cairan dilewatkan resin kation dan resin anion untuk menghilangkan muatan limbah.
Bak penampungan akhir
Bak kontrol (kolam ikan) untuk memantau keamanan air limbah dan diuji
filtratnya di laboratorium

Limbah cair betalaktam


148

Prinsip : pemecahan cincin beta laktam


Cara :
- hidrolisis dengan basa (NaOH) sampai pH 10-12 lbh
dipilih.
- hidrolisis dengan asam
- Hidrolisis dengan merkuri klorida
Cth proses ekualisasi limbah :
Pada bak equalisasi dilakukan proses alkalinasi dengan
menambahkan NaOH dengan konsentrasi 40% hingga pH
cairan limbah lebih dari 9. Setelah itu, ditambahkan
kaporit 100 g untuk menghilangkan bau dan warna.

Alur pengolahan limbah cair sitotoksik


149

Proses penonaktifan struktur senyawa sitotoksik


dibantu dengan senyawa Natrium Hipoklorit
(NaOCl) melalui reaksi oksidasi.

Baku mutu limbah cair


150

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5


Tahun 2014, persyaratan air limbah yaitu:
Total Suspended Solid (TTS) : 75 mg/L
pH
: 6,0-9,0
COD
: 150 mg/L
BOD5
: 75 mg/L

151

PERALATAN DAN SANITASI

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Peralatan
152

Luas area kerja produksi min 2 kali luas yg diperlukan


untuk penempatan peralatan
Bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk
harus inert (tidak ada reaksi, adisi, absorbsi)
Desain peralatan:
- sederhana, sesuai tujuan penggunaan, mudah
dibongkar dan dipasang kembali stlh dibersihkan
- semua bagian terjangkau pada pembersihan
- tidak ada bagian yang menahan sisa produk atau lar
pencuci
- tidak berkarat dan tidak mudah tergores

153

Satu ruangan untuk satu atau satu set peralatan, jarak


cukup
Produksi campaign pembersihan antar bets ditentukan,
jumlah maksimal bets ditentukan
Bahan pelumas food grade
Mesin terkualifikasi
Alat ukur terkalibrasi dan diperiksa pada interval waktu
ttt.
Buku log permakaian dan perawatan
Pembersihan peralatan sesuai prosedur (mencegah
kontaminasi silang)
Perawatan tidak berpengaruh thd mutu

154

PRODUKSI

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Prinsip
155

Tujuan :
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar.

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan :


- memenuhi ketentuan CPOB
- mengikuti prosedur yang telah ditetapkan (tervalidasi)
- oleh personel yang kompeten
- bahan yang jelas dan memenuhi spesifikasi
- peralatan yang sesuai

Untuk mencegah :
- pencemaran silang (cross contamination)
- ketercampurbauran (mix-up)

Alur produksi
156

Produksi : Seluruh kegiatan dalam pembuatan


obat, mulai dari penerimaan bahan, dilanjutkan
dengan pengolahan, pengemasan dan
pengemasan ulang, penandaan dan penandaan
ulang sampai menghasilkan produk jadi.
Pengolahan : Bagian dari siklus produksi mulai
dari penimbangan bahan awal sampai
menghasilkan produk ruahan.

157

Pengemasan : Bagian siklus produksi yang


dilakukan terhadap produk ruahan untuk
menghasilkan produk jadi.
Catatan:
Lazimnya proses pengisian steril tidak dianggap
sebagai bagian dari pengemasan. Dalam hal ini
produk ruahan steril adalah produk yang sudah
terisi dalam kemasan primer sebelum
dilanjutkan ke proses pengemasan akhir.

Pencemaran silang
158

Pencemaran bahan awal atau produk oleh


bahan atau produk lain.
Penyebab :
- tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau
organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses,
- dari sisa yang tertinggal pada alat,
- dari pakaian kerja operator.

Pencegahan pencemaran silang


159

produksi di dalam gedung terpisah (diperlukan untuk produk seperti


penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan
yang mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta
produk darah);
tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara;
memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang
disirkulasi ulang atau masuknya udara yang tidak diolah atau
udara yang diolah secara tidak memadai;
memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk
yang berisiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses;
melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang
terbukti efektif, karena pembersihan alat yang tidak efektif
umumnya merupakan sumber pencemaran silang;
menggunakan sistem self-contained;
pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada
alat.

Sistem penomoran bets


160

Sebagai identitas produk.


Mempermudah dentifikasi produk.
Mempermudah pencocokan dan pelacakan produk.

Penerimaan bahan awal &bahan pengemas


161

Dari pemasok yang telah disetujui


Disertai certificate of analysis (CoA)
Bahan awal dan pengemas dikarantina
dilakukan sampling dan pengujian kesesuaian
dengan spesifikasi
Pelabelan jelas
Hanya bahan yang diluluskan (oleh QC/QA) yg
bisa digunakan untuk proses produksi
Sistem pengeluaran bahan FIFO atau FEFO

Penimbangan & penyerahan bahan untuk


produksi
162

Sesuai formula dalam catatan bets


Kapasitas dan ketelitian alat timbang sesuai
Re-check hasil penimbangan print-out
penimbangan dan oleh supervisor produksi
Peralatan bersih dan sesuai

Pengolahan produk padat dan kering


163

Produk padat dan kering


Produk cair, krim, dan salep non steril
Produk steril

Pengemasan
164

Pencegahan ketercampurbauran
dilakukan line clearance sblm proses
Sesuai prosedur pengemasan.

In process control
165

Ada prosedur tertulis untuk sampling dan pengujian


selama proses produksi
Selama proses pengolahan dan pengemasan bets
hendaklah diambil sampel pada awal, tengah dan
akhir proses oleh personil yang ditunjuk
Hasil pengujian/inspeksi selama-proses dicatat dan
menjadi bagian dari Catatan Bets.

Proses karantina dan penyerahan


produk jadi
166

Selama karantina dilakukan sampling dan


pengujian oleh QC
Produk yang memenuhi spesifikasi diluluskan oleh
QA.
Diambil sampel pertinggal
Produk jadi yang sudah diloloskan diserahkan ke
bagian gudang, dicatat dlm kartu stok.

Pengolahan ulang (rework)


167

Produk jadi tidak memenuhi spesifikasi dan kriteria


mutu lain yang ditetapkan
Prosesnya dikerjakan menurut prosedur yang ada
dan telah disetujui oleh QA
mutu produk akhir tidak terpengaruh memenuhi
spesifikasi

Penyimpanan
168

Penyimpanan dilakukan secara rapi dan teratur


untuk mencegah risiko kecampurbauran
Kondisi penyimpanan disesuaikan berdasarkan
hasil uji stabilitas
Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak
langsung di lantai dan dengan jarak yang cukup
terhadap sekelilingnya
Identitas/penandaan jelas

Dokumentasi
169

Dokumen produksi induk


Dokumen prosedur pengolahan induk
Dokumen prosedur pengemasan induk
Catatan pengolahan bets
Catatan pengemasan bets

PEMBUATAN DAN ANALISIS


BERDASARKAN KONTRAK

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

CPOB 2012

Bab 11 : pembuatan dan analisis berdasarkan


kontrak
kontrak key performance indicator
Penerima kontrak kompetensi
Pemberi

Sertifikat CPOB
Kontrak tertulis tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak
Produk dan analisa sesuai ijin edar
Prosedur pelulusan bets jelas oleh kepala bag
QA (pemberi kontrak)

Latar belakang

Tuntutan ketersediaan produk dan penurunan harga


obat
Efisiensi dan efektivitas produksi utilitas mesin
investasi

teknologi canggih pada produksi ?


Maintenance ?

Mempercepat waktu tercapainya produk ke pasar


(time to market)

Pemberi kontrak

Menilai kompetensi penerima kontrak


Menyediakan semua informasi yang diperlukan
Memastikan semua produk/bahan dari penerima
kontrak memenuhi spesifikasi

Penerima kontrak

Mempunyai gedung, peralatan, pengetahuan dan


pengalaman, personil yang kompeten
Memiliki sertifikat CPOB
Memastikan semua bahan/produk sesuai tujuan
penggunaan
Tidak mengalihkan pekerjaan ke pihak ketiga,
tanpa dievaluasi dan disetujui pemberi kontrak
Menjaga mutu produk

Pemilihan penerima kontrak

Kompetensi dan stabilitas keuangan jangka


panjang reputasi
Validasi proses yang terintegrasi dengan
dokumentasi
Beaya produk dan waktu untuk transfer teknologi
Jaminan kualitas

Isi kontrak

Tanggung jawab tiap pihak


Prosedur pelulusan bets
Penanggung jawab pengadaan, pengujian, pelulusan,
produksi, pengendalian mutu, IPC, dan sampling
Penanganan catatan pembuatan, analisis, distribusi,
sampel pertinggal
Penanganan bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi yang ditolak
Izin untuk audit

Jenis kerjasama

Jasa pemberi kontrak menyediakan raw


materials
Pembelian finished good pemberi kontrak hanya
berikan rolling forecast
Penyewaan mesin operator dari penerima
kontrak

178

PENGAWASAN MUTU

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Materi
179

Peranan QC
Personil
GLP
Dokumentasi
Sampling
Pengujian
Stabilitas on-going

180

Pembuatan : rangkaian kegiatan untuk


menghasilkan produk/obat, meliputi produksi dan
pengawasan mutu.
Memastikan produk mempunyai mutu yang sesuai
dgn tujuan pemakaiannya scr konsisten.

Aspek QMS
181

a) Pemastian Mutu (QA)


totalitas semua pengaturan untuk menghasilkan obat berkualitas.
b) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai tujuan penggunaan, dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk.
mencakup produksi dan pengawasan mutu.
c) Pengawasan Mutu (QC)
bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi, pengujian, organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang relevan telah
dilakukan.
d) Manajemen Resiko Mutu (QRM)
suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk.

Personil
182

Kepala bag QC tmsk personil kunci, independen,


qualified, membawahi bbrp lab.
Personil di bag QC qualified sesuai dgn
tugasnya
Tugas dan wewenang ?

GLP (Good Laboratory Practice)


183

Personil
Bangunan dan fasilitas
Peralatan
Pereaksi dan media perbenihan
- prosedur pembuatan jelas dan tertulis
- label : konsentrasi, faktor standardisasi, masa simpan,
tgl standardisasi ulang, kondisi penyimpanan
- tanggal dan ttd petugas pembuat
- kontrol positif, kontrol negatif

184

Baku pembanding
- personil penanggungjawab
- sesuai dgn peruntukannya
- working standard terkoreksi
- penyimpanan dan penanganan, mutu terjaga
- label : kadar, MD, ED, tanggal pertama kali tutup wadah
dibuka, kondisi penyimpanan

Instruksi penggunaan, penyimpanan, penanganan,


atau perawatan jelas
Hewan uji

Dokumentasi
185

Dokumen yang ada di QC :


- Spesifikasi
- Prosedur sampling
- Prosedur dan catatan pengujian
- Laporan/sertifikat analisis
- Catatan validasi metode analisis
- Prosedur dan catatan kalibrasi alat
- Prosedur penggunaan dan perawatan alat
- Data pemantauan lingkungan

Review berkala
Dokumen terkait catatan bets disimpan sampai 1 tahun
stlh ED.

Sampling
186

Harus mewakili satu bets


Prosedur tertulis utk sampling mencakup:
- metode sampling
- alat sampling
- jumlah sampel yg diambil
- instruksi pembagian sampel yg diperlukan
- tipe dan kondisi wadah sampel
- penandaan wadah sampel (nama, no.bets, no. wadah yg disampling,
tgl sampling, ttd petugas)
- tindakan khusus yang diperhatikan.
- kondisi penyimpanan
- instruksi pembersihan dan penyimpanan alat sampling

187

Sampel pembanding/sampel pertinggal disimpan


min 1 tahun setelah ED, min. dlm kemasan primer.
Jumlah sampel pembanding/pertinggal min 2x
analisis lengkap sesuai ijin edar.

Pengujian
188

Metode analisis tervalidasi


Catatan pengujian mencakup :

- nama bahan/produk
- no.bets, pembuat/pemasok
- rujukan spesifikasi dan prosedur pengujian
- hasil pengujian
- tanggal pengujian
- paraf analis
- paraf orang yg melakukan verifikasi pengujian/hasil
- pernyataan pelulusan/penolakan, tanggal dan ttd
penanggungjawab

189

Prosedur IPC disetujui kepala QC


Hasil uji diluar spesifikasi (HULS) diselidiki dan
dicatat.
Pengujian ulang bahan yang diluluskan (bahan
awal yg tdk punya ED, produk antara/ruahan)
stlh batas waktu penyimpanan ?
Pengujian untuk produk rework ?

Uji stabilitas on-going


190

Setelah produk dipasarkan.


Tujuan : memantau produk slm masa edar tetap
memenuhi spesifikasi dlm kondisi penyimpanan
yang tertera pada label.
Berlaku bagi produk dlm kemasan yg dijual.
Alat (stability chamber) terkualifikasi
Dokumentasi Protokol dan laporan uji

191

Cakupan protokol uji :


- jumlah bets per dosis
- metode pengujian
- kriteria keberterimaan
- rujukan metode pengujian
- uraian sistem tutup wadah/kemasan
- interval pengujian
- uraian kondisi penyimpanan (menurut standar ICH utk
uji jangka panjang sesuai penandaan produk)
- Parameter lain yg spesifik utk produk

192

Jumlah bets dan frekuensi uji ckp utk membuat


analisis tren.
Min 1 bets produk pertahun utk tiap dosis dan tiap
jenis kemasan primer.
Desain bracketing dan matrixing dpt diterapkan
jika ada justifikasi ilmiah.
HULS atau tren negatif diselidiki, dicatat, dan
dilaporkan ke BPOM , terkait dampak produk yg
mungkin ada di pasaran penangan keluhan dan
penarikan kembali.

193

INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU, DAN


AUDIT PEMASOK

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Inspeksi diri
194

Tujuan inspeksi diri :


- untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
- untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan
untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci.


Oleh petugas yang kompeten dan obyektif.
Dilakukan secara rutin, minimal 1 kali/tahun
Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan.
Hasil inspeksi CAPA (Corrective Action an Preventive Action)
dilaksanakan.

Audit mutu
195

Sebagai pelengkap inspeksi diri.


Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian
semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu.
Dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau
independen atau suatu tim yang dibentuk khusus
oleh manajemen perusahaan.
Audit mutu juga dapat diperluas terhadap
pemasok dan penerima kontrak.

Audit pemasok
196

Penanggung jawab : Kepala Bagian Manajemen Mutu


(Pemastian Mutu)
Dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan
awal dan bahan pengemas.
Dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan
dimasukkan ke dalam daftar pemasok,
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan
yang dipasok.
Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah
menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan
standar CPOB.
Semua pemasok yang telah ditetapkan dievaluasi
secara teratur.

197

PENANGANAN KELUHAN DAN


PENARIKAN KEMBALI

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Penanganan keluhan
198

Keluhan mutu produk bisa berasal dr:


- dalam industri : bag produksi, QC, gudang,
pemasaran, dsb.
- luar industri : pasien, dokter, paramedis, klinik, RS,
apotek, distributor, dan Badan POM.
Personil penanggung jawab di bag pemastian mutu
atau lainnya (terlatih dan mampu).
Prosedur tertulis mengenai penyelidikan, evaluasi,
serta tindak lanjut.

199

Evaluasi terkait :
- pengkajian seluruh informasi laporan/keluhan
- pengujian sampel yg dikeluhkan/diterima, bila perlu
sampel pertinggal bets yg sama
- pengkajian semua data dan dokumentasi
(catatan bets, pengujian, dan distribusi)
Tindak lanjut :
- tindakan perbaikan (perubahan formula, proses
pembuatan, bahan pengemas, kondisi penyimpanan)
- penarikan kembali
- tindakan lain yg tepat.

200

CAPA keberulangan keluhan


Farmakovigilans MESO
Perhatian khusus utk keluhan krn pemalsuan.
Dikoordinasikan dan dilaporkan ke Badan POM.

Penarikan kembali
201

Penarikan satu/bbrp/seluruh bets produk tertentu


dr rantai distribusi karena keputusan produk tidak
layak lagi utk diedarkan.
Produk cacat mutu atau ada reaksi merugikan.
2 jenis penarikan kembali :
- mandatory atas perintah Badan POM
- sukarela/inisiatif industri.

202

Ada sistem manajemen untuk menarik kembali produk


yang diketahui atau diduga cacat dr peredaran scr
cepat, efektif, dan tuntas smp tingkat konsumen.
Personil penanggung jawab di bag pemastian mutu
atau lainnya (terlatih dan mampu).
Prosedur penarikan kembali tertulis, review berkala.
Dibutuhkan catatan distribusi.
Rekonsiliasi hasil penarikan produk
Identifikasi, pemisahan, dan penyimpanan produk yg
ditarik kembali jelas.
Dikoordinasikan dan dilaporkan ke Badan POM.

203

VALIDASI

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Definition of Validation
204

DOCUMENTED EVIDENT/PROGRAM WHICH


PROVIDE A HIGH DEGREE OF ASSURANCE
THAT MANUFACTURING PROCESS IS CAPABLE
OF CONSISTENTLY DELIVERING PRODUCT
MEETING ITS RELEASE SPECIFICATIONS ,
CRITICAL QUALITY ATTRIBUTE, AND PROCESS
PARAMETER WITHIN THE ESTABLISHED
RANGE.

New life cycle concept for validation

I. Process design

Defined
manufacturing
process (CPP,
CQA,CMA)
Define a strategy of
process control

Develop process
knowledge and
understanding

Developme
nt

II. Process Qualification

III. Continued Process


Verifications

Evaluation process Continuous


assurance that
capability in
the process
commercial scale
remains in state
Facility design,
of control
equipment
qualification and Statistic based
continuous
utilities
monitoring
PPQ (Process
Improvement
performance
and optimize
qualifications)
the process

Operations Quality and


compliance

Life Cycle of Validation


206

Qualification and Validation

Qualification and validation are essentially components of the


same concept
The term qualification is normally used for machinery, equipment,
utilities and systems

The term validation is normally used for processes

In this sense, qualification is part of validation

Qualification should be completed before process validation is


performed

Validation Master Plan (VMP)

Contains key elements of the validation programme.

Concise, clear, contain at least:

a validation policy
organizational structure of validation activities
summary of facilities, systems, equipment and
processes validated (and to be validated)
documentation format (e.g. protocol and report)
planning and scheduling
change control and references to existing documents

Validation should be performed:

for new premises, equipment, utilities and


systems, and processes and procedures;
at periodic intervals; and
when major changes have been made.

Following are components of validation ;


Risk assessment
PPQ/validation protocol
PPQ/validation report.

Type of validation
210

PROCESS VALIDATION
Validation of manufacturing process of pharmaceutical products
CLEANING VALIDATION
Validation of equipment cleaning procedure
COMPUTERIZED SYSTEM VALIDATION
Validation of computerized system of equipment/instrument

ANALYTICAL METHOD VALIDATION


Validation of analytical method

PROCESS Validation
Introduction

Validation is an essential part of GMP, and an element of QA

Basic principles include:

Safety, quality and efficacy of products


Regulatory compliance
Built into the product
Critical steps in the process need to be validated

Need for confidence that the product will consistently meet


predetermined specifications and attributes

The Basics Approach of Validation


212

Prospective Validation (evidence obtained through testing)

Concurrent Validation

Conducted prior to use or to distribute the products


Preferred

Validation is conducted during first use of system and during the routine
process
No longer encouraged

Retrospective Validation

Conducted using historical data


Least common
Highest risk
Only used when absolutely necessary
10-30 batches

Approaches to validation

Both prospective and concurrent validation, may include:

extensive product testing


extensive sample testing
demonstration of batch homogeneity;
simulation process trials;
challenge/worst case tests, which determine the
robustness of the process; and
control of process parameters being monitored
during normal production runs to obtain additional
information on the reliability of the process.

Validation Strategy

Validation requires an appropriate and sufficient infrastructure


including:
organization, documentation, personnel and finances
Involvement of management and quality assurance personnel
Personnel with appropriate qualifications and experience (QA,
QC, Production, Validation, Engineering)
Extensive preparation and planning before validation is performed
Validation done in a structured way according to documentation
including procedures and protocols.

Documentation and quality critical associated with process validation:

Validation Master Plan (VMP)

SOPs (Machine, Process, etc), Development report (Manufacturing specifications)

Specifications (Testing specification, method) for release

Master batch record

Qualification protocols and reports of the equipment

Validation protocols and reports (Process and Analytical method)

Stability protocol

The quality critical should be completed and verified before process:

premises, equipment, utilities and systems qualification


Validation analytical method
Calibration of machine, instrument
Approved protocols and BR
Training

216

Components of validation ;
Risk assessment
PPQ/validation protocol
PPQ/validation report.

Computerized Systems, Validation & Compliance / Mario Hertlein

Quality Risk Management Process (ICH Q9)


217

FMEA

Criticallity
and risk

Computerized Systems, Validation & Compliance / Mario Hertlein

Scope of validation study including the objectives, approach,


type of validation and personnel
Short description of the process (process flow)
Batch size and number of batches that are validated
Equipment list and room list (if applicable)
Formula and material source (manufacturer)
Sampling plan
Risk assessment
Key process parameter (IPC, final product release, additional
testing) based on RA
Acceptance criteria and reference

Cross-reference to the validation protocol


Detail material : Batch number and material lot no
Equipment, procedures and test methods
Process parameter of each validation batch
Sample analytical results
Results evaluated, analyzed and compared against the
pre-determined acceptance criteria
Discrepancy/deviation and or change to the protocols with
appropriate justifications,
Conclusion of the validation studies whether process is state
of the controls
Approval

Revalidation may be required, at periodic interval


and/or when changes are made in equipment, utility
systems, process or component which could impact
current validation status.
Revalidation may be required as a result from
periodic review and/or product quality review.

Change control

Changes should be formally requested, documented and


approved before implementation

Describe the actions to be taken, including the need for and


extent of qualification or validation
Records should be maintained

Changes requiring revalidation should be defined in the


validation plan and may include:

changes in starting materials

e.g. including physical properties, such as density,


viscosity or particle size distribution that may affect the
process or product

e.g. change of facilities and installations which influence


the process

e.g. substituting plastic for glass

e.g. mixing times or drying temperatures

e.g. addition of automatic detection systems, installation


of new equipment, major revisions to machinery or
apparatus and breakdowns
e.g. rearrangement of areas, or a new water treatment
method

change of starting material manufacturer

transfer of processes to a different site

changes of primary packaging material

changes in the manufacturing process

changes in the equipment

production area and support system changes


appearance of negative quality trends

appearance of new findings based on current


knowledge
support system changes

e.g. new technology

223

KUALIFIKASI PERALATAN

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

General Principles
224

Validation of Equipment is the documented


evidence/program that provides a high degree of
assurance that the system will consistently meet
predetermined requirements and functions as designed
Qualification is the part of validation that incorporates
relevant testing, verification, and documentation to
establish that Equipment and ancillary systems meet
predetermined requirements and function as designed

Qualification Model (simple)

Qualification Phase
User Requirement
Document regarding baseline requirements of the
equipment/instrument/systems, e.g. the relevance of GxP, desired function,
operating environment.
Functional Requirement
Document regarding more detailed technical specification that derives from
URS, e.g. modes of operation.
Design Requirement
Document regarding detail design of the facilities, equipment, or systems, e.g.
dimension of equipment, construction materials.

Qualification Phase
Installation Qualification
Documented verification that the equipment and systems comply with the
approved design and are correctly installed.
IQ should include, but not be limited to the following:

Installation of equipment, piping, services and instrumentation checked to


current engineering drawings and specifications
Collection and collation of supplier operating instructions;

Maintenance requirements, e.g. change parts and recommended frequency


of maintenance; Calibration requirements; Cleaning requirements;

Verification of materials of construction;

Technical documentation;

Acceptance criteria

Qualification Phase
Operational Qualification
Documented verification that the equipment and systems perform as defined in
the design specification/user requirements.
OQ should include, but not be limited to the following:
Tests that have been developed from knowledge of processes, systems and
equipment;
Tests should include a condition or a set of conditions encompassing upper
and lower operating limits, sometimes referred to as worst case conditions
and alarm points;
Acceptance criteria
The completion of a successful Operational Qualification should allow the
finalization of calibration, operating and cleaning procedures, operator
training and preventative maintenance requirements.

Qualification Phase
Equipment

Essential

Recommended

Mixer/Dissolving Machine

Speed of revolution

Granulator

Speed of revolution

Operating procedure;
Safety device; Switch
operation; Operation
time
Same as above

Dryer

Temperature

Same as above

Oscillator

Speed

Same as above

Tablet Compression

Pressure

Same as above

Coating machine

Speed of revolution;
Temperature; Air
volume; Pressure

Same as above

Qualification requirements of Korean FDA

Qualification Phase
Performance Qualification
Documented verification that the equipment and ancillary systems, as
connected together, can perform effectively and reproducibly based on the
approved process/method and specifications.
PQ should include, but not be limited to the following:
Tests, using production materials, qualified substitutes or simulated product,
that have been developed from knowledge of the process and the facilities,
systems or equipment;
Tests should include a condition or set of conditions representative for the
process. If appropriate the PQ testing should include a verification of upper
and lower operating limits,
Although PQ is described as a separate activity, it may in some cases be
appropriate to perform PQ in conjunction with OQ or with process validation.

Qualification Phase
Equipment
Mixer/Dissolving Machine

Granulator
Dryer

Oscillator
Tablet Compression
Coating machine

Essential

Speed of revolution

Speed of revolution;
Weight/Volume
Temperature;
Weight/Volume
Speed
Pressure; Weight/Volume;
Pressure
Speed of revolution;
Temperature; Air volume;
Pressure; spray volume

Qualification requirements of Korean FDA

Recommended

Operating procedure;
Safety device; Switch
operation; Operation time
Same as above
Same as above

Same as above
Same as above
Same as above

Qualification Phase
Test Item
Equipment
Mixer/ Dissolving
Machine

Granulator
Dryer
Oscillator

Essential
Uniformity of content

Uniformity of content;
Dissolution
-

Tablet Compression

Uniformity of content;
Dissolution

Coating machine

Dissolution

Qualification requirements of Korean FDA

Test Item
Appearance; Angle of repose;
pH; Moisture (LOD); Particle size
distribution
Appearance; Moisture (LOD);
Particle size distribution
Appearance; Moisture (LOD
Appearance; Moisture (LOD);
Particle size distribution
Appearance; Air tightness;
Friability; Moisture (LOD);
Hardness; Weight variation;
Disintegration; Thickness
Appearance; Moisture (LOD);
Hardness; Weight variation;
Disintegration; Thickness

233

Life Cycle for Validation of Equipment


(Future requirement)
Validation Determination

Planning for System


Implementation and
Validation

Retirement

System Changes
and Improvements

Specification and Design


Phase

Operational Use

Verification (Qualification)
Phase

System Build and Installation

UJI BIOEKIVALENSI

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Sejarah

1934-1970 : uji waktu hancur obat


1970-1995 : uji disolusi (kelarutan obat thd waktu)
Sekarang : uji BA-BE (kadar obat dalam
darah/urin thd waktu)

Data yang dibutuhkan untuk registrasi


Produk originator

Data administratif
Summary Product Characteristics
(SPC)
Expert report
Komposisi produk obat
Deskripsi proses pembuatan (sesuai
cGMP)
Spesifikasi starting material
Spesifikasi produk jadi
Stability test (API dan produk jadi)
Profil disolusi
Dokumentasi uji pre-klinik dan klinik

Produk generik/copy

Data administratif
Summary Product Characteristics
(SPC)
Expert report
Komposisi produk obat
Deskripsi proses pembuatan (sesuai
cGMP)
Spesifikasi starting material
Spesifikasi produk jadi
Stability test (API dan produk jadi)
Profil disolusi terbanding
Hasil uji BE

Mengapa harus ada uji BE ?

Ketentuan harus bioekivalen dengan produk inovator


Regulasi (permintaan BPOM utk menyertakan hasil uji
BE bbrp obat yg akan diregistrasi)
Dikeluarkannya daftar obat wajib BA-BE (oleh BPOM)
Jaminan efikasi dan keamanan obat
Standar mutu
Meningkatkan kepercayaan dokter dan pasien
Alat promosi

Acuan pedoman dalam uji BE

Peraturan Kepala Badan POM RI No.


HK.00.05.3.1818 Tahun 2005 tentang Pedoman Uji
Bioekivalensi
Peraturan Kepala Badan POM RI No.
HK.00.05.3.3682 Tahun 2005 tentang Tata Laksana
Uji Bioekivalensi
Peraturan Kepala Badan POM RI No.
HK.03.1.23.10.11.10217 Tahun 2011 tentang Obat
Wajib Uji Ekivalensi

Definisi

Bioavailabilitas?
Persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu
produk obat yang mencapai/tersedia dalam sirkulasi
sistemik dalam bentuk utuh/aktif setelah pemberian
produk obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam
darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam
urin
Bioavailabilitas absolut dan relatif?
Absolut : bila dibandingkan dengan sediaan
intravena yang bioavailabilitasnya 100 %
Relatif : Bila dibandingkan dengan sediaan bukan
intravena

Ekivalensi farmaseutik?
Dua produk obat mempunyai ekivalensi farmaseutik
jika keduanya mengandung zat aktif yang sama dalam
jumlah yang sama dan bentuk sediaan yang sama.
Alternatif farmaseutik?
Dua produk obat merupakan alternatif farmaseutik jika
keduanya mengandung zat aktif yang sama tetapi
berbeda dalam bentuk kimia (garam, ester, dsb) atau
bentuk sediaan atau kekuatan.

Bioekivalensi?
Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai
ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan
pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan
bioavailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam
hal efikasi maupun keamanan.
Bioinekivalen : bioavailabilitasnya tidak memenuhi kriteria bioekivalen

Ekivalensi terapeutik?
Dua produk obat mempunyai ekivalensi terapeutik jika keduanya
mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif
farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan
menghasilkan efikasi klinik dan keamanan yang sebanding.
Ekivalensi/inekivalensi terapeutik seharusnya ditunjukkan dengan uji
klinik.

Obat pembanding/komparator/reference?
Produk obat inovator
Market leader

Obat copy?
Produk obat yang mempunyai ekivalensi farmaseutik
atau merupakan alternative farmaseutik dengan
produk obat inovator/pembandingnya
Dapat dipasarkan dengan nama generik atau dengan
nama dagang.

KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI ?

Produk obat yang perlu uji ekivalensi in


vivo (Bioekivalensi)
1. Produk obat lepas cepat yang bekerja sistemik,
dengan kriteria:
Obat

yang memerlukan respon terapi yang pasti


Index terapi sempit
Ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi
dengan obat yang struktur/formula mirip
Eksipien dan proses pembuatan mempengaruhi BE

Produk obat yang perlu uji ekivalensi


in vivo (Bioekivalensi)
2. Produk obat non-oral dan non-parenteral yang
didesain untuk kerja sistemik
3. Produk obat lepas lambat/termodifikasi sistemik

4. Produk kombinasi tetap-sistemik dengan min 1 zat


aktif yang perlu studi in vivo
5. Produk obat bukan larutan, untuk penggunaan non
sistemik dan untuk bekerja lokal.
Ditunjukkan dengan studi klinik /farmakodinamik,
dermatofarmakokinetik komparatif

Produk obat yang cukup dengan uji ekivalensi


in vitro (disolusi terbanding)
1. Produk yang tidak perlu studi in vivo
2. Produk copy yang hanya beda kekuatan (lebih
rendah)
Tablet

lepas cepat
Kapsul berisi butir-butir lepas lambat
Tablet lepas lambat

Produk obat yang cukup dengan uji ekivalensi


in vitro (disolusi terbanding)
3. Berdasar Biopharmaceutic Classification System (BCS)
dari zat aktif, karakteristik disolusi, dan profil disolusi
BCS kelas 1 + produk disolusi sangat cepat (*) /profil
disolusi mirip produk pembanding
BCS kelas 3 + * + produk tanpa zat inaktif yang mengubah
motilitas/permeabilitas sal.cerna
BCS kelas 2 asam lemah + * pada pH 6.8 + produk
dengan disolusi mirip dengan pembanding.

BCS

Kelas 1

Kelas 2

S rendah, P tinggi

Kelas 3

Kelarutan dalam air (S) tinggi, permeabilitas dalam usus (P)


tinggi

S tinggi, P rendah

Kelas 4

S rendah, P rendah

Batasan S dan P

S tinggi larut dalam 250 ml media air pada


pH 1.2 s.d. 6.8, suhu 371C.
P tinggi jika absorpsi pada manusia 85%
dibanding dosis i.v dari pembanding

Desain uji disolusi

Basket (100 rpm) atau paddle (50 rpm)


Volume 900 ml
Media :
1. larutan HCl pH 1,2
2. buffer asetat pH 4,5
3. buffer fosfat pH 6,8
Sampling : 10, 15, 30, 45, dan 60 menit
Jumlah : minimal 12 unit

Karakteristik disolusi

Profil disolusi terbanding : nilai f2 50-100 di


ketiga media.
Tablet lepas cepat :
Disolusi

sangat cepat : Jika 85% zat aktif melarut


dalam waktu 15 menit
tdk perlu profil disolusi terbanding
Disolusi cepat : Jika 85% zat aktif melarut dalam
waktu 30 menit

Kesulitan UDT

Produk inovator dan produk uji tidak terdisolusi pada


salah satu media atau bahkan ketiga media
Jika jumlah sediaan produk inovator dan produk uji
tidak sama (sama-sama 450 mg)
produk uji : 3 tab @ 150 mg, produk inovator :1 tab
450 mg
Jika komposisi zat aktif produk inovator dan produk
uji tidak sama (multi komponen)
Sebanding belum tentu bioekivalen

Produk yang tidak perlu uji ekivalensi

Produk copy untuk penggunaan i.v sbg larutan


dalam air zat aktif & kadar molar = produk
pembanding
Produk copy untuk parenteral yang lain (i.m atau
s.c) sbg larutan dalam air
Produk copy larutan untuk per oral
Produk copy bubuk untuk dilarutkan

Produk yang tidak perlu uji ekivalensi

Produk copy berupa gas


Produk copy sediaan obat mata atau telinga sbg
larutan dalam air
Produk copy sediaan obat topikal sbg larutan
dalam air
Produk copy larutan untuk
aerosol/nebulizer/semprot hidung

DESAIN DAN TATA LAKSANA UJI BE ?

Kriteria utama persetujuan komisi etik (lolos kaji


etik dan kaji ilmiah)
Persetujuan BPOM
Subjek : 12 - 24 orang
Desain : 2 way- crossover design
Standardisasi kondisi studi: lama puasa, baku
makanan selama pngambilan sampel, volume air
minum, interaksi dengan zat lain, posisi tubuh dan
aktivitas fisik

Produk uji
dibuat sesuai CPOB, identik dengan market batch,
pilot batch 100.000 atau 10% batch produksi (yg
lbh besar)
Uji disolusi in vitro (sebelum uji BE)
Bentuk sampel : darah atau urin
Sampling : sesuai kecepatan eliminasi obat
Metode analisis valid
Parameter bioavailabilitas (Cmax, Tmax, AUC, dll)
Analisis statistik

Kriteria bioekivalen

Rasio nilai rata-rata geometrik AUCT/ AUCR =1,00


dengan 90% CI adalah 80-125%; untuk obat IT
sempit = 90-111%
Rasio nilai rata-rata geometrik (Cmax)T / (Cmax)R =
1,00 dengan 90% CI adalah 80-125%
Ratio tmax hanya dilakukan jika ada klaim yang
relevan tentang pelepasan atau tanda-tanda efek
samping

Laporan hasil studi

Nama dan afiliasi serta tandatangan peneliti, tempat


studi dan waktu pelaksanaan studi
Dokumentasi bahwa uji sesuai CUKB (+ persetujuan
dari komisi etik& inform consent)
Nama, nomor batch dan komposisi obat uji,
spesifikasi
Nama, nomor batch dan tanggal kadaluarsa produk
pembanding
Validasi metode pengukuran kadar dalam
plasma/urin

Laporan hasil studi

Data kadar obat dalam plasma/urin vs waktu


Kurva kadar obat dalam plasma/urin vs waktu
dalam skala aritmetik maupun logaritmik
Cara perhitungan AUC0t, AUC0, ke, t
Nilai parameter bioavailabilitas + statistik
deskriptifnya
Data yang dibuang + alasan
Data dari subyek yang drop-out
Analisis statistik
Kesimpulan studi

Permasalahan uji BE

Tidak mudah menghasilkan produk obat yg


bioekivalen
Waktu penyelesaian uji yg ckp lama
Adanya kesulitan korelasi in vitro in vivo
Substitusi bahan
Reformulasi
Mahal

Daftar obat copy yang mengandung zat


aktif yang wajib uji BE
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Obat diabetes
Anti trombotik
Obat kardiovaskuler
Anti hipertensi
Obat penurun kadar lipid
Kontrasepsi hormonal sistemik
Obat saluran kemih
Anti infeksi
Obat osteoporosis
Obat sistem saraf pusat
Obat dengan bentuk sediaan lepas termodifikasi (modified
release)

REGISTRASI OBAT

Excellent in Quality, Competitiveness, and Care (e-QCC)

Sejarah peraturan registrasi obat


di Indonesia
1971 : - Wajib Daftar Obat (SK Menkes No.125/1971)
- Tata cara pendaftaran dan Biaya
1980 : - Peraturan Registrasi Obat (PerMenkes No. 389/1980)
- Pedoman Rinci dan Biaya
1990 : - Peraturan Registrasi Obat (PerMenkes No. 242/1990)
- Pedoman Rinci dan Tanpa Biaya
1993 : - Peraturan Registrasi Obat (PerMenkes No. 917/1993)
- Ketentuan obat impor, obat kontrak, Pedoman Rinci
- Tanpa Biaya
2000 : - Peraturan Registrasi Obat (PerMenkes No. 948/2000)
- Sistem baru (jalur pendaftaran)
- Biaya (penerapan 2001)

Sejarah peraturan registrasi obat


di Indonesia
2003 : - Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat (SK Ka. Badan POM
No.HK.00.05.3.1950)
- Batang Tubuh : substansi pokok, Lampiran : pedoman
- Biaya sesuai PNBP (PP No. 17 tahun 2001)
2008 : - Peraturan registrasi obat (Permenkes 1010/Tahun 2008 dan
1120/2008)
- Penyempurnaan substansi pokok
- Biaya sesuai PNBP (PP No. 17 tahun 2001)
2011 : - Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat (Per Ka. Badan POM
No. HK.03.1.23.10.11.08481)
- Penyesuaian dgn Permenkes 1010 dan harmonisasi ASEAN
- Biaya sesuai PNBP (PP No. 48 tahun 2010)

Definisi

Registrasi : prosedur pendaftaran dan evaluasi obat


untuk mendapat izin edar
Izin edar (NIE) : bentuk persetujuan registrasi obat
untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia
Obat baru : obat dgn zat aktif baru, zat tambahan
baru, bentuk sediaan/rute pemberian baru, kekuatan
baru, atau kombinasi baru yg blm pernah disetujui di
Indonesia
Obat copy : obat yang mengandung zat aktif dgn
komposisi, kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian,
indikasi, dan posologi sama dengan obat yg sudah
disetujui

Jenis registrasi

Registrasi baru : blm punya NIE di Indonesia


Registrasi ulang : perpanjangan masa berlaku izin
edar
Registrasi variasi : ada perubahan aspek apapun
dlm obat yg sdh punya NIE di Indonesia, misal
perubahan formulasi, metode, proses pembuatan,
spesifikasi obat dan bahan baku, wadah, kemasan
dan penandaan

Registrasi baru

Kat 1 : obat baru dan


produk biologi
Kat 2 : obat copy
Kat 3 : sediaan lain yg
mengandung obat

Registrasi ulang

Kat 7

Registrasi variasi

Kat 4 : Reg Var Major (VaMa) : berpengaruh


bermakna thd khasiat, keamanan, dan atau mutu
obat
Kat 5 : Reg Var Minor yang memerlukan
persetujuan (VaMi-B)
Kat 6 : Reg Var Minor dengan notifikasi (VaMi-A) :
berpengaruh minimal/tdk berpengaruh sama sekali
thd khasiat, keamanan, dan atau mutu obat, serta
tdk merubah informasi pd sertifikat izin edar

Tata laksana registrasi

Tahapan :
1. Tahap pra-registrasi
2. Tahap registrasi
Dokumen :
Sesuai format ACTD (ASEAN Common Technical Dossier)
- Bag I : Dokumen Administratif, Informasi Produk, dan
Penandaan
- Bag II : Dokumen Mutu
- Bag III : Dokumen Non-klinik
- Bag IV : Dokumen Klinik
Lampiran III

Pra-registrasi

Tujuan :
Penapisan reg obat, Penentuan kategori reg, jalur
evaluasi, biaya evaluasi, dan dokumen reg
Untuk reg baru dan reg variasi major (kat 4)
Dokumen : Lamp XII
Timeline : 40 hari sejak permohonan diterima
Hasil : HPR (Hasil Pra-Registrasi)
Masa berlaku HPR : 1 tahun sejak tgl dikeluarkan
Bersifat final dan mengikat

Registrasi

Untuk reg baru, variasi, dan ulang


Timeline : 40 300 hari
Dokumen reg baru : Lamp XIII, HPR, Rencana
manajemen resiko
Dokumen reg variasi : Lamp XV
Dokumen reg ulang : Lamp XVI
Hasil : Nomor Izin Edar (NIE)
Masa berlaku paling lama 5 tahun

Evaluasi kembali

Utk obat yg telah diberikan izin edar


Pemantauan slm beredar khasiat, keamanan,
mutu
Hasil evaluasi kembali :
- Perubahan penandaan
- Perbaikan komposisi/formula
- Pemberian batasan penggunaan
- Penarikan obat dr peredaran, dan atau
- Pembekuan izin edar / pembatalan izin edar

275

SEKIAN DAN SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai