Gerakan Involunter
Gerakan Involunter
GERAK INVOLUNTER
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit
Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Diajukan Kepada :
dr. R. Yoseph Budiman Sp. S
Disusun oleh :
Rizka Nurul Firdaus
20080310075
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
GERAK INVOLUNTER
Disusun oleh:
Rizka Nurul Firdaus
20080310075
Telah dipresentasikan pada:
21 Desember 2013
PATOFISIOLOGI
Suatu fungsi motorik yang sempurna pada otot rangka memerlukan
kerjasama yang terpadu antara sistem piramidal (P) dan ekstrapiramidal (EP).
Sistem P terutama untuk gerakan volunter sedang sistem EP menentukan landasan
untuk dapat terlaksananya suatu gerakan volunter yang-trampii dan mahir. Dengan
kata lain, sistem EP mengadakan persiapan bagi setiap gerakan volunter berupa
pengolahan, pengaturan dan pengendalian impuls motorik yang menyangkut tonus
otot dan sikap tubuh yang sesuai dengan gerakan yang akan diwujudkan.
Sistem EP terdiri atas: 1). Inti-inti korteks serebri area 4S, 6 & 8; 2). Intiinti subkortikal ganglia- basalis yang meliputi inti kaudatus, putamen, globus
palidus, substansi nigra, korpus subtalamikum dan inti talamus ventrolateralis; 3).
Inti ruber dan formasio retikularis batang otak dan 4). Serebelum. Inti-inti tersebut
saling berhubungan melalui jalur jalur khusus yang membentuk tiga lintasan
lingkaran (sirkuit). Sedangkan sistem P, dari korteks serebri area 4 melalui jalurjalur kortikobulbar dan kortikospinal (lintasan piramidal) menuju Ice "lower
motor neuron (LMN).
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya GI, terlebih dahulu dijelaskan
pengertian
perihal
jalannya
impuls
motorik
yang
digunakan
'untuk
dan
korteks
serebelum
sehingga
telah
siap
sebagai
impuls
merupakan
suatu
kesatuan
yang
tidak
terpisahkan
dalam
dentatus, inti ruber dan inti ventro-lateralis dan akhimya kembali ke korteks
motorik P dan EP area tersebut.
2). Sirkuit kedua
Merupakan lintasan yang akan dilalui oleh impuls motorik dari korteks
serebri area 4, 4S dan 6, menuju ke substansi nigra, putamen, globus palidus, inti
ventrolateralis talami dan kembali ke korteks motorik P & EP area 4, 4S dan 6.
3) Sirkuit ketiga
Impuls motorik dan area 4S dan 8 akan melalui sirkuit ini menuju ke inti
kaudatus, globus palidus dan inti ventrolateralis talami dan selanjutnya kembali ke
korteks motorik area P dan EP area 6. Sebagian impuls tersebut akan diteruskan
ke inti Luys sebelum kembali ke korteks yang bersangkutan.
Bila ada gangguan pada salah satu jalur sirkuit atau inti ganglia basalis
atau serebelum, maka gangguan umpan balik ke korteks motorik P dan EP akan
timbul. Hal ini disebabkan karena impuls motorik yang semula dicetuskan di
korteks motorik area bersangkutan tidak dapat diteruskan melalui jalur sirkuit atau
tidak dapat dikelola oleh inti-inti ganglia basalis dan serebelum yang terganggu.
Dengan demikian akan bangkit gerakan yang tidak terkendali sistem EP berupa
gerakan involunter. Bergantung pada lokalisasi lesi maka GI thpat berbentuk
tremor bila lesi pada serebelum atau substansi nigra, korea pada inti kauthtus dan
globus palidus, atetosis path bagian luar putamen dan globus palidus, distonia
path bagian dalam putamen dan inti kaudatus dan hemibalismus pada inti Luys .
Pada suatu penyakit tertentu dapat dijumpai satu atau beberapa jenis GI.
Seperti pada kelumpuhan otak tipe subkortikal, dapat ditemukan semua jenis GI
tersebut di atas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Gerakan involunter merupakan gerakan yang tidak sesuai dengan
kemauan, tidak diketehendaki, dan tidak bertujuan.
B. PATOFISIOLOGI
Suatu fungsi motorik yang sempuma pada otot rangka memerlukan
kerjasama yang terpadu antara sistem piramidal (P) dan ekstrapiramidal (EP).
5
pengolahan di berbagai inti ganglia basalis dan korteks serebelum sehingga telah
siap sebagai impuls motorik/pengendali bagi setiap gerakan yang akin diwujudkan
impuls motoric P. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
dalam membangkitkan setiap gerakan volunter yang sempuma.
Ada 3 jalur sirkuit untuk pengolahan impuls motorik tersebut:
1) Sirkuit pertama
Lingkaran yang disusun oleh jaras jaras penghubung berbagai inti
melewati korteks piramidalis (area 4 ) , area 6, oliva inferior, inti inti pontis,
korteks serebelli, nucleus dentatus, nucleus rubber, nucleus ventrolateralis talami,
korteks pyramidalis & ekstrapiramidalis. Peranan sirkuit ini memberikan
6
3)Sirkuit ketiga
Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan di area 8 & area 4S untuk
diolah secara berturut-turut oleh nucleus kaudatus, globus palidus & nucleus
ventrolateralis talami. Hasil pengolahan ini dengan dicetuskan impuls oleh
nucleus ventrolateralis talami yang dipancarkannya ke korteks piramidalis &
ekstrapiramidalis (area 6). Impuls terakhir ini melakukan tugas INHIBISI.
sebagian impuls ini disampaikan oleh globus pallidus kepada nucleus Luysii.
Bila area 4S & 6 tidak dikelola oleh impuls tersebut maka timbul gerakan
involunter (gerakan spontan yang tidak dapat dikendalikan) seperti Khorea dan
Atetosis .Keduanya akibat lesi di nucleus kaudatus & globus pallidus. Balismus
akibat lesi di Nukleus Luysii.
oleh
getaran
pasif
akibat
aktivitas
mekanik
jantung
(balistocardiogram). Sifat tremor sangat halus dan tidak dapat dilihat secara
9
kasat mata. Tremor fisiologis dapat ditingkatkan oleh kondisi emosi (takut,
cemas) dan latihan fisik.
b) Tremor patologis (secara klinis kadang disebut tremor saja) memiliki ciri:
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat patologis, paling sering melibatkan otototot distal ekstremitas (khususnya jari dan telapak tangan), lalu otot-otot
proksimal, kepala, lidah, rahang dan korda vokalis. Frekuensiya 4-7 Hz.
Dengan bantuan EMG, tremor patologis dapat diklasifikasikan berdasarkan
kekerapannya, hubungan dengan postur dan gerakan volunter, pola bacaan
EMG pada otot yang bekerja berlawanan, serta respons terhadap pemberian
obat tertentu.
Tremor Postural dan Aksi (Postural and Action tremor)
Tremor Postural dan Aksi (kedua istilah ini sering dipertukarkan) terjadi
ketika tubuh dan ekstremitas dipelihara (dipertahankan) dalam posisi tertentu
10
Tremor pada alkoholik. Tremor ini terjadi pada penarikan alkohol dan obat
sedatif (benzodiazepin, barbiturat) setelah penggunaan yg cukup lama.
Tremor Parkinson
Merupakan tremor kasar dengan frekuensi 3-5 Hz, pada EMG terlihat
ledakan aktifitas yang berganti-gantian (alternating) otot-otot yang bekerja
berlawanan.Tremor pada awalnya hanya mengenai otot-otot distal asimetris. Pada
penyakit Parkinson, tremor mungkin hanya satu-satunya gejala (tanpa disertai
akinesia, rigiditas, dan mask-like facies), walaupun tremor dapat juga muncul
belakangan setelah gejala lainnya. Ciri khas tremor terjadi pada salah satu/kedua
lengan bawah dan sangat jarang pada kaki, rahang, bibir dan lidah, terjadi jika
lengan dalam sikap istirahat (resting tremors) dan menghilang sejenak pada saat
pindah sikap atau lengan ditopang dengan mantap.
Bentuk dari tremor Parkinson ini adalah fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi
jari tangan, pronasi-supinasi lengan bawah. Pada kaki terjadi gerakan fleksiekstensi lutut, pada rahang berupa gerakan membuka-menutup, pada kelopak
terjadi gerakan berkedip-kedip dan pada lidah berupa gerakan keluar-masuk.
12
daripada palatum mole. Ada dua jenis tremor palatal: tremor palatal essensial dan
tremor palatal simtomatis. Pada tremor palatal essensial terjadi aktivasi dari m.
Tensor veli palatini tanpa ada penyebab patologis, menimbulkan bunyi klik dan
berkurang pada saat tidur. Sedangkan tremor palatal simtomatis melibatkan m.
Levator veli palatini dan terdapat lesi batang otak yang mempengaruhi jaras
dentata-olivari. Frekuensi: 26-420 kali permenit (tremor essensial) dan 107-164
kali permenit (tremor simtomatis).
-
tremor gejala lainnya: rasa berat di tungkai, kram, sulit bernapas, palpitasi, rasa
tercekik, berteriak seperti kesakitan, penurunan kesadaran, dll. Penyebabnya
adalah stress.
13
2.
Khorea
Kata
khorea
berasal
dari
Yunani
yang
berarti
menari
Chorea
adalah
gerakan
di luar
kesadaran yang cepat, menyentak, pendek dan berulang-ulang yang dimulai satu
bagian tubuh dan bergerak dengan tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara
terus-menerus sampai bagian tubuh lainnya.
Khorea biasanya melibatkan tangan, kaki, dan muka. Gerakan menyentak
kelihatannya mengalir dari satu otot ke otot berikutnya dan mungkin kelihatannya
seperti menari. Gerak-gerik mungkin bergabung secara tak terlihat ke dalam
perbuatan dengan tujuan atau semi-tujuan, kadang-kadang membuat chorea sukar
untuk dikenali.
Penyebabnya antara lain: penyakit Huntington, koera Sydenham (komplikasi
demam reumatik), SLE, pil kontrasepsi oral, hiperviskositas, tirotoksis=kosis,dan
sindrom antifosfolipid. Korea kadang terjadi pada usia lanjut tanpa alasan yang
jelas dan terutama mengenai otot di dalam dan di sekitar mulut. Khorea ini juga
bisa menyerang wanita hamil pada 3 bulan pertama kehamilannya, tetapi akan
14
menghilang
tanpa
pengobatan
segera
setelah
persalinan.
tubuh saja, sehingga disebut hemikorea. Bila hemikorea bangkit secara keras
sehingga
seperti
membanting-bantingkan
diri,
maka
istilahnya
ialah
hemibalismus.
3. Atesosis
Atetosis berasal dari Yunani yang berarti berubah. Pada atetose gerakan
lebih lambat dan melibatkan otot bagian distal, namun cenderung menyebar ke
proksimal. Atetosis banyak dijumpai pada penyakit yang melibatkan ganglia
basal. Athetosis adalah aliran gerakan yang lambat, mengalir, menggeliat di luar
kesadaran. Biasanya pada kaki dan tangan.
Khorea dan atetosis bisa terjadi secara bersamaan, dan disebut
koreoatetosis. Korea dan atetosis bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan
gejala
yang
bisa
terjadi
pada
beberapa
penyakit
yang
berbeda.
Seseorang yang mengalami korea dan atetosis memiliki kelainan pada ganglia
basalisnya di otak. Penyakit yang seringkali menyebabkan korea dan atetosis
adalah penyakit Huntington.
Gerakan atetotik ditemukan pada beberapa penyakit:
1) Kelumpuhan otak (cerebral palsy)
Biasanya dijumpai pada anak terutama bayi baru lahir akibat kerusakan
otak non-progresif yang terjadi intrauterin,waktu lahir atau segera sesudah lahir.
Kelumpuhan otak yang disertai gerakan atetotik/koreo-atetotik termasuk
kelumpuhan otak tipe subkortikal, akibat lesi pada komponen ganglia basalis. Tipe
ini meliputi 515% kasus kelumpuhan otak.
Terdapat 2 faktor perinatal sebagai penyebab utama kelumpuhan otak tipe
subkortikal ialah hiperbilirubinemia (kern ikterus) dan asfiksi berat.
Gejala klinik biasanya baru tampak sesudah umur 18 bulan. Dapat
ditemukan gerakan atetotik, koreo-atetotik maupun jenis GI fainnya bergantung
pada lokasi kerusakan. Pengobatan hanya simtomatik dan suportif.
16
2) Sindrom Lesch-Nyhan
Kelainan ini sangat jarang dijumpai,ditandai oleh gerakan koreoatetotik
bilateral, retardasi mental, mutilasi diri dan hiperurikemia. Etiologi belum
diketahui; dihubungkan dengan defisiensi ensim hipoksantin-guanin fosforibosil
transferase pada eritrosit, fibroblast dan ganglia basalis. Merupakan penyakit
herediter yang diturunkan secara sex-linked resesif_pada kromosom X sehingga
hanya terdapat pada anak lelaki.
Gerakan atetotik mulai timbul pada umur 68 bulan, kemudian diikuti
gerakan koreo-atetotik dan pada usia di atas 2 tahun sudah dapat ditemukan
sindrom yang lengkap. Pengobatan dengan alopurinol 8 mg/kgBB sehari dalam
tiga kali pemberian. Prognosis jelek.
3) Penyakit Hallervorden-Spatz
Kelainan degeneratif pada substansi nigra dan globus palidus yang
herediter dan diturunkan secara autosom resesif. Etiologi tidak diketahui, diduga
ada hubungan dengan deposisi pigmen yang mengandung zat besi pada kedua
daerah tersebut. Namun tidak jelas adanya gangguan metabolisme zat besi yang
menyertainya. Penyakit ini jarang dijumpai.
Gejala klinik biasanya manifes pada umur 8-10 tahun berupa gerakan
atetotik, kekakuan pada lengan/tungkai dan retardasi mental yang progresif.
Kadang-kadang timbul kejang. Perjalanan penyakit lambat progresif. Tidak ada
pengobatan, prognosis jelek, biasanya meninggal dalam 5-20 tahun.
4. Hemibalismus
Hemiballismus ialah sejenis chorea, biasanya menyebabkan gerakan
melempar satu lengan di luar kemauan dengan keras. Hemiballismus
mempengaruhi satu sisi badan. Lengan terkena lebih sering daripada kaki.
17
Biasanya disebabkan oleh stroke yang mempengaruhi bidang kecil tepat di bawah
basal ganglia yang disebut nukleus subthalamic. Hemiballismus untuk sementara
mungkin melumpuhkan karena ketika penderita mencoba menggerakkan anggota
badan, mungkin melayang secara tak terkendali.
5. Tic
Tic adalah istilah Prancis yang sesuai dengan standar internasional. Tic
merupakan suatu gerakan otot involunter yang berupa kontraksi otot setempat,
sejenak namun berkal-kali dan kadang kala selalu serupa atau berbentuk
majemuk. Menurut gerakan otot involunter yang timbul, penggolongan tic diberi
tambahan sesuai dengan lokasi kontraksi otot stempat. Dengan demikian dikenal
istilah tic facals, yang mengenai otot-otot wajah, otot orbikularis oris, dan tic
orbikularis okuli. Dalam hal ini, otot yang berkontarksi secara involunter adalah
otot orbikularis oris, orbikularis okuli dan zigomatikus mayor atau otot fasial
lainnya.
Penyebab tic belum diketahui, tic merupakan suatu gerakan yang
terkoordinir , berulang dan melibatkan sekelompok otot dalam hubungan yang
sinergistik.
Gerakan tik ini dibedakan menjadi 3 macam:
a. Tik Fonik
Gerakan otot penggerak pita suara yang mana suara yang diproduksi
berubah-ubah karena pasien berusaha memindahkan udara nafasnya melalui
mulut, kadang sengau karena melewati hidung sehingga gerakan tik ini disebut
juga tik verbal.
b. Tik motorik sederhana
Tik ini biasanya terjadi tiba-tiba, singkat, gerakan berarti yang biasanya
hanya melibatkan satu kelompok otot, seperti mata berkedip, kepala menyentak,
18
atau mengangkat bahu. Selain itu, dapat beragam tak bertujuan dan mungkin
termasuk gerakan-gerakan seperti tangan bertepuk tangan, leher peregangan,
gerakan mulut, kepala, lengan atau kaki tersentak, dan meringis wajah.
c. Tik motorik komplek
Tik motor komplek biasanya lebih terarah-muncul dan yang bersifat lebih
lama.
Mereka
mungkin
melibatkan
sekelompok
gerakan
dan
muncul
6. Mioklonus
Merupakan aktivasi sekelompok otot yang menyebabkan gerak singkat,
eksplosif seperti tersengat listrik, sering mengenai seluruh ekstremitas.
Sentakan mioklonus sekali terjadi bisa mengenai seluruh otot, seperti yang sering
terjadi ketika kita mulai tertidur. Mioklonus juga bisa terbatas pada satu tangan,
sekumpulan otot di lengan bagian atas atau tungkai atau bahkan pada sekelompok
otot wajah.
Penyebabnya banyak sekali seperti dari penyakit vascular, obat-obatan dan
ganguan
metabolic,
dan
penyakit
neurodegenerative
seperti
enselopati
spongioform.
19
7. DISKINESIA TARDIF
Diskinesia sendiri ialah pergerakan yang tidak disadari. Tardif ialah efek
dari pemakaian obat. Sehingga diskinesia tardif adalah gerakan berulang- ulang
dan tidak disadari yang merupakan efek samping jangka panjang dari obat
antipsikotik khususnya pada orang sakit jiwa.
Gambaran klinis diskinesia tardif yaitu berulang-ulang, involunter dan
gerakan yang tidak ada tujuannya. Selain menyeringai, menjulur-julurkani lidah,
bergetar, melipat dan mengerutkan bibir serta mengedipkan mata secara cepat.
Pergerakan cepat dari ekstremitras dan jari-jari juga muncul pada beberapa
penderita. Hal yang membedakannya dengan parkonson disease ialah pergerakan
dari ekstremitasnya. Pada parkinson disease, pasien kesulitan untuk bergerak
tetapi pada pasien diskinesia tardif tidak ada kesulitan untuk bergerak.
Mekanisme diskinesia tardif karena proses antagonisme dopamin di jalur
antara lokasi substansia nigra dan korpus striatum. Terutama kalau yang terkena
proses antagonisasi dopaminpada reseptor D2 menyebabkan efek lepas obat dan
menimbulkan gerakan ini.
8. Distonia
Distonia adalah kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus
menerus menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap
tubuh yang abnormal. Gerakan tersebut tidak disadari dan kadang menimbulkan
nyeri, bisa mengenai satu otot, sekelompok otot (misalnya otot lengan, tungkai
atau leher) atau seluruh tubuh. Pada beberapa penderita, gejala distonia muncul
pada masa kanak-kanak (5-16 tahun), biasanya mengenai kaki atau tangan.
Beberapa penderita lainnya baru menunjukkan gejala pada akhir masa remaja atau
pada awal masa dewasa.
20
Hemidistonia, melibatkan lengan dan tungkai pada sisi tubuh yang sama,
seringkali merupakan akibat dari stroke.
Beberapa pola distonia memiliki gejala yang khas:
tertarik
ke
depan
atau
ke
belakang.
21
23
BAB III
KESIMPULAN
Gerakan involunter ialah suatu gerakan yang timbul spontan, tidak disadari,
tidak bertujuan, tidak dapat diramalkan dan dikendalikan oleh kemauan
sebagai akibat lesi pada ganglia basalis dan/atau serebelum.
Dikenal beberapa jenis gerakan involunter, antara lain tremor, korea, atetosis,
distonia dan hemibalismus bergantung pada lokasi lesi.
Kelainan ini bukan suatu penyakit dalam arti sebenarnya, tetapi hanya
manifestasi klinik sesuatu penyakit dengan gangguan ganglia basalis dan/atau
serebelum.
24
KEPUSTAKAAN
Klinik,Pemeriksaan
Fisik
dan
Mental.Jakarta : FKUI
Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. US: Thieme; 2004. p.62-3.
Ropper A, Brown R. Adams and Victors Principles of Neurology. 8th ed. US:
The McGraw-Hill Company; 2005. p.55-97
Santens P, Boon P, Van Roost D, Caemaert J. The Pathophysiology of motor
symptoms in Parkinsons disease. Acta neurol. Belg. 2003 [103];12934
25